Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
Jl. Akses Tol Cimanggis, Cikeas, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.
Telp. (021) 8674586
Editor:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya Modul
Reformasi Birokrasi yang menjadi pegangan bagi peserta Pelatihan Penguatan
Kompetensi Teknis Bidang Tugas Latsar CPNS Tahun 2021. Modul ini dapat
terselesaikan karena kerjasama Tim Penyusun Modul yang sudah dirangkum melalui
beberapa kali workshop dan dukungan dari berbagai pihak di lingkungan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Untuk itu dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional;
2. Biro Organisasi dan Kepegawaian;
3. Pelaksana Tugas Reformasi Birokrasi;
4. Tim Penyusun Modul;
5. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya Modul ini.
Akhir kata, semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi peserta
pelatihan. Kritik dan saran dengan senang hati akan diterima untuk perbaikan modul
ini.
i
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 1
B. DESKRIPSI SINGKAT ......................................................................... 2
C. TUJUAN PEMBELAJARAN DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR ........ 2
D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ..................................... 2
BAB II SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA ........................... 4
A. REFORMASI BIROKRASI DI ERA PRESIDEN ABDURAHMAN WAHID –
MEGAWATI SOEKARNO PUTRI (1999-2004) .................................... 4
B. REFORMASI BIROKRASI DI ERA PRESIDEN SUSILO BAMBANG
YUDHOYONO (2004-2014) ................................................................. 7
C. REFORMASI BIROKRASI DI ERA PRESIDEN JOKO WIDODO (2014-
2024) .................................................................................................... 9
RANGKUMAN ............................................................................................ 12
LATIHAN .................................................................................................... 14
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ...................................................... 15
BAB III TEORI REFORMASI BIROKRASI ........................................................ 16
A. EVOLUSI MODEL BIROKRASI ......................................................... 16
B. MUNCULNYA REFORMASI BIROKRASI .......................................... 23
RANGKUMAN ............................................................................................ 30
LATIHAN .................................................................................................... 31
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ...................................................... 32
BAB IV REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN ATR/BPN DI ERA 4.0 .... 33
A. DIGITALISASI BIROKRASI UNTUK PELAYANAN YANG OPTIMAL
BERKELAS DUNIA ............................................................................ 34
B. PENERAPAN BUDAYA KERJA DI ERA DIGITAL ............................. 42
C. REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN ATR/BPN.................. 43
RANGKUMAN ............................................................................................ 48
ii
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
LATIHAN .................................................................................................... 50
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ...................................................... 51
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54
iii
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
PETUNJUK PENGGUNAAN
MODUL
Pengguna dapat mempelajari keseluruhan isi materi modul ini yang dilakukan
secara berurutan. Pastikan terlebih dahulu urutan materi pada saat memahami setiap
bagian dalam modul ini, karena masing-masing urutan materi saling berkaitan. Agar
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar dan tujuan pembelajaran
tercapai dengan baik, maka dari itu dianjurkan untuk:
1. Membaca dengan cermat materi yang ada dan pahami tujuan pembelajaran
terlebih dahulu yang tersedia pada setiap awal bab, apabila ada hal-hal yang
kurang jelas dapat bertanya dengan fasilitator saat kegiatan pembelajaran
berlangsung;
2. Mengerjakan latihan dan evaluasi yang tersedia pada setiap akhir bab modul
ini;
3. Membentuk kelompok diskusi untuk membahas materi tertentu dan studi kasus
yang diberikan untuk memperdalam pemahaman materi;
4. Mempelajari bahan dari sumber lain sesuai referensi yang tercantum pada
daftar pustaka di akhir modul ini untuk memperluas wawasan;
5. Mengaitkan materi yang diperoleh dengan kondisi lingkungan kerja dan
cobalah rencanakan implementasinya bila perlu.
iv
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Reformasi politik tahun 1998 adalah pintu gerbang Indonesia menuju sejarah
baru dalam dinamika politik nasional. Reformasi politik yang diharapkan dapat
beriringan dengan reformasi birokrasi, pada faktanya tidak serta merta terjadi.
Gagasan untuk melaksanakan program Reformasi Birokrasi pemerintahan di
Indonesia sebagaimana yang tengah bergulir saat ini, berawal dari ide dan gagasan
yang dikemukakan oleh pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di depan
sidang kabinet Indonesia Bersatu pada sekitar bulan Maret 2006.
Dasar pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Indonesia adalah Peraturan Presiden
Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025,
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
20 Tahun 2010 tentang Roadmap Reformasi Birokrasi 2010-2014, Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 11 Tahun 2015
tentang Roadmap Reformasi Birokrasi 2015-2019, Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 25 Tahun 2020
tentang Roadmap Reformasi Birokrasi 2020-2024.
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur
(menpan.go.id, 2009).
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah
menetapkan delapan area perubahan yang tertera dalam Roadmap Reformasi
Birokrasi, yaitu:
1. Manajemen Perubahan
2. Deregulasi Kebijakan
3. Penataan Organisasi
4. Penataan Tata Laksana
5. Penataan SDM Aparatur
1
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
6. Penguatan Akuntabilitas
7. Penguatan Pengawasan
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem
penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak berjalan dengan
baik, harus ditata ulang atau diperbarui. Reformasi Birokrasi dilaksanakan dalam
rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Dengan
kata lain, Reformasi Birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur
negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional. Selain itu, dengan pesatnya kemajuan
ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan
strategis menuntut birokrasi pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan dengan
dinamika tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, harus segera diambil langkah-langkah
yang bersifat mendasar, komprehensif dan sistemik, sehingga tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Pelatihan ini membahas mengenai reformasi birokrasi dalam segala aspek
untuk mendukung peningkatan pelayanan pertanahan di lingkungan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
2
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
3
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
BAB II
SEJARAH REFORMASI
BIROKRASI DI INDONESIA
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari materi dalam bab ini peserta diharapkan mampu menjelaskan alur sejarah
reformasi birokrasi Indonesia dengan baik.
4
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
5
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
Republik Indonesia dengan membentuk Kabinet Gotong Royong. Kabinet ini memiliki
lima agenda utama (Doni Setyawan, 2018) yakni:
1. Membuktikan sikap tegas pemerintah dalam menghapus KKN,
2. Menyusun langkah untuk menyelamatkan rakyat dari krisis yang
berkepanjangan,
3. Meneruskan pembangunan politik,
4. Mempertahankan supremasi hukum,
5. Menciptakan situasi sosial kultural yang kondusif untuk memajukan kehidupan
masyarakat sipil, menciptakan kesejahteraan dan rasa aman masyarakat
dengan meningkatkan keamanan dan hak asasi manusia.
Tantangan yang dihadapi Megawati dalam menjalankan pemerintah cukup
berat karena harus menyelesaikan masalah ekonomi dan menegakan hukum.
Hal-hal yang dilakukan saat pemerintahan Megawati, antara lain (Supriyadi Pro,
2016):
1. Penundaan Pembayaran Utang Luar Negeri
Era pemerintahan Orde Baru telah mewariskan utang sebesar
US$ 150,80 miliar (pemerintahan dan swasta). Kebijakan Presiden untuk hal
ini adalah meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 miliar pada
pertemuan Paris Club ketika tanggal 12 April 2002. Pada tahun 2003,
pemerintah menganggarkan pembayaran utang luar negeri sebesar 116,3
triliun. Menurut kebijakan tersebut, utang Indonesia berkurang menjadi
US$ 134,66 miliar. Salah satu keputusan pemerintah yang penting pula adalah
Indonesia menghentikan kerjasamanya dengan IMF.
2. Menaikkan Pendapatan Per Kapita
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997
mengakibatkan kemerosotan pendapatan perkapita. Pada tahun 1997,
pendapatan perkapita Indonesia tinggal US $ 465. Melalui kebijakan pemulihan
keamanan, situasi Indonesia menjadi tenang dan Presiden megawati berhasil
menaikkan pendapatan perkapita cukup signifikan, yaitu sekitar US $ 930.
3. Indeks Saham Gabungan Meningkat
Ketenangan Megawati juga disambut oleh pasar, tidak sampai satu
bulan setelah dilantik, kurs melonjak ke Rp. 8.500,00 per dolas AS. Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) juga terus membaik hingga melejit ke angka
800.
6
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
4. Privatisasi BUMN
Dalam menyikapi agar terjadi pertumbuhan ekonomi dan menekan laju
inflasi, presiden melakukan langkah yang terbilang kontroversional, yaitu
dengan melakukan privatisasi BUMN di tahun 2003. Saat itu, indosat dijual dan
terbukti mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi 4,1% dan inflasi hanya
5,06%. Privatisasi adalah penjualan perusahaan negara dalam periode krisis.
Tujuannya adalah melindungi perusahaan negara dari intervensi-intervensi
politik dan pembayaran utang negara.
5. Meningkatkan Ekspor
Pada tahun 2002 nilai ekspor mencapai US$ 57,158 miliar dan impor
tercatat US$ 1,229 miliar. Pada tahun 2003 ekspor juga menanjak ke angka
US$ 61.02 miliar dan impor meningkat ke angka US$ 32,39 miliar.
6. Merealisasikan Berdirikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Kebijakan Presiden Megawati untuk melakukan pemberantasan korupsi
adalah dengan merealisasikan berdirinya KPK yang masih eksis hingga
sekarang. Sekalipun telah didirikan, KPK tidak memiliki gebrakan konkrit yang
menonjol. Peringkat RI sebagai negara terkorup tetap memburuk. Pada tahun
2002, dari 102 negara menduduki peringkat ke 4. Tahun 2003, Indonesia
menduduki peringkat 6 dari 113 negara.
7. Meletakkan Dasar ke Arah Kehidupan Demokrasi
Hal ini ditandai oleh keberhasilannya melaksanakan Pemilu 2004 yang
berlangsung aman dan damai. Untuk pertama kalinya Indonesia melaksanakan
pemilu sebanyak dua kali, yaitu memilih anggota legislatif dan memilih presiden
secara langsung.
Dalam pemilihan tersebut, akhirnya pasangan Susilo Bambang
Yudhoyono – Jusuf Kalla dapat mengungguli pasangan Megawati – Hasyim.
Kemenangan ini merupakan babak baru bagi Indonesia di bawah
kepemimpinan presiden dan wakil presiden yang langsung dipilih oleh rakyat.
7
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
Indonesia dan menarik investasi asing dengan menjalin berbagai kerjasama dengan
pihak asing, antara lain Jepang. Adapun ciri politik luar negeri Indonesia pada masa
SBY adalah (Zenita Saleh, 2020):
1. Terbentuknya kemitraan-kemitraan strategis dengan Negara-negara lain (Jepang,
China, india, dan lain-lain).
2. Terdapat kemampuan beradaptasi Indonesia terhadap perubahan-perubahan
domestik dan perubahan-perubahan yang terjadi di luar negeri (internasional).
3. Bersifat pragmatis kreatif dan oportunis, artinya Indonesia mencoba menjalani
hubungan dengan siapa saja (baik Negara, organisasi internasional, ataupun
perusahaan multinasional) yang bersedia membantu Indonesia dan
menguntungkan pihak Indonesia.
4. Konsep TRUST, yaitu membangun kepercayaan terhadap dunia internasional.
Prinsip-prinsip dalam konsep TRUST adalah unity, harmony, security, leadership,
and prosperity. Prinsip-prinsip dalam konsep inilah yang menjadi sasaran politik luar
negeri Indonesia pada tahun 2008 dan selanjutnya.
Setelah memperhatikan kebijakan luar negeri, SBY juga menempuh kebijakan
dalam negeri yang relatif berhasil. Beberapa kebijakan dalam negeri yang pernah
diambil oleh SBY adalah sebagai berikut (Zenita Saleh, 2020):
1. Menentukan program ekonomi makro daripada program peningkatan ekspor
secara spesifik.
2. Resep perbaikan iklim investasi pembangunan infrastruktur massal untuk
menciptakan lapangan kerja baru.
3. Melanjutnya pertumbuhan ekonomi pada masa pemerintahan Megawati.
4. Indeks harga saham gabungan (IHSG) membumbung ke rekor 861.318 Kurs
antara Rp8.900,00 sampai Rp 9.150,00/US Dollar.
5. Mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan gaji
memperbaiki iklim investasi.
Itulah beberapa pencapaian Presiden SBY di Bidang politik baik politik luar
negeri maupun dalam negeri Indonesia. Ada juga di Bidang Ekonomi, salah satu
kebijakan ekonomi pada pemerintahan SBY adalah mengurangi subsidi dengan
menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Untuk mengurangi beban masyarakat,
pemerintah mengeluarkan kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada rakyat
miskin.
8
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
9
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
Saat ini Reformasi Birokrasi telah masuk kepada fase ketiga atau terakhir dari
Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional. Pada tahap akhir ini, Reformasi Birokrasi
diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class
bureaucracy) yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang
semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien.
Reformasi Birokrasi tahap ketiga di pemerintahan Jokowi periode kedua ini
mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020 tentang Roadmap Reformasi Birokrasi 2020-2024.
Dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024 ini, asas yang akan dikedepankan
adalah Fokus dan Prioritas. Fokus berarti bahwa upaya Reformasi Birokrasi akan
dilakukan secara fokus pada akar masalah tata kelola pemerintahan.
Joko Widodo (Jokowi) dan Ma'ruf Amin resmi ditetapkan menjadi Presiden dan
Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2019-2024 setelah menerima pelantikan
yang dilaksanakan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Di periode
kepemimpinannya, ia menyampaikan setidaknya 5 hal yang menjadi prioritas
pemerintahan dalam pidato kenegaraan pertamanya sebagai kepala negara (Siregar,
Efrem Limsan. 2019):
10
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
11
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
RANGKUMAN
Grand Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk yang berisi arah
kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi nasional untuk kurun waktu 2010-2025.
Roadmap Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah bentuk operasionalisasi Grand
Design Reformasi Birokrasi (GDRB) yang disusun dan dilakukan setiap 5 (lima) tahun
sekali dan merupakan rencana rinci pelaksanaan reformasi birokrasi dari satu tahapan
ke tahapan selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran per tahun yang jelas
12
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
13
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan
wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal
usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
LATIHAN
1. Pasca tahun 1998 banyak perubahan yang sangat signifikan, terutama pada
sistem pemerintahan dan birokrasi di Indonesia, yaitu …
a. Berubahnya struktur pemerintahan dari Sentralisasi menjadi
Desentralisasi.
b. Pengentasan kemiskinan dan kesenjangan
c. Kesempatan kerja dan penghapusan pengangguran
d. Adanya penekanan terhadap keadilan pembagian kekayaan antara pusat
dan daerah
e. Melakukan privatisasi BUMN
2. Privatisasi BUMN dimulai pada masa pemerintahan …
a. Suharto
b. BJ Habibie
c. Gus Dur
d. Megawati.
e. SBY
3. Pengurangan kekuasaan Sekretariat Negara diterapkan pada masa
pemerintahan …
a. Suharto
b. BJ Habibie
c. Gus Dur.
d. Megawati
e. SBY
4. Grand Design Reformasi Birokrasi bertujuan untuk memberikan arah
kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi nasional selama kurun waktu 2010-
2025 agar reformasi birokrasi di K/L dan Pemda dapat berjalan sebagaimana
berikut, kecuali …
a. Terukur
b. Konsisten
14
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
c. Terintegrasi
d. Berkelanjutan
e. Produktif.
5. Berikut yang bukan termasuk intisari dari Program Nawa Cita tersebut adalah
…
a. Membangun Indonesia dari perkotaan dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
b. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan tepercaya
c. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan
kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja"
dan "Indonesia Sejahtera"
d. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-
bangsa Asia lainnya
e. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik
15
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
BAB III
TEORI REFORMASI
BIROKRASI
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari materi dalam bab ini peserta diharapkan mampu menjelaskan konsep teori
reformasi birokrasi dengan baik.
Model birokrasi yang dianut oleh banyak negara di dunia saat ini termasuk
Indonesia adalah mengadopsi model birokrasi yang telah diterapkan di negara-negara
demokrasi Anglo-American, yang dipelopori oleh Inggris, Australia, New Zealand,
Amerika Serikat, dan Kanada. Namun sebelum membahas perkembangan birokrasi
di dunia, terlebih dahulu memahami pengertian birokrasi.
16
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
3. Kamus Teknik bahasa Italia yang terbit 1828 menyebutkan suatu kata baru
“Kekuasaan pejabat di dalam Administrasi Pemerintahan”.
4. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “biro” diartikan kantor dan istilah
birokrasi mempunyai beberapa arti:
a. Pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai bayaran yang tidak dipilih
oleh rakyat.
b. Cara pemerintahan yang sangat dikuasai oleh pegawai negeri.
c. Cara kerja atau susunan pekerjaan yang serba lambat, serba menurut
aturan, kebiasaan, dan banyak liku-likunya. Definisi dalam kamus
bahasa Indonesia ini nampaknya tidak hanya berusaha memberikan
makna “birokrasi” tetapi juga istilah turunan yang mengacu pada sifat
atau kebiasaan birokrasi.
d. Analog dengan kata turunan “democracy” maka “bureau cracy” dapat
diturunkan menjadi “birokrat” artinya orang atau pejabat yang duduk
dalam lembaga birokrasi. Birokratisme yang artinya pelayanan birokrasi
yang berbelit-belit dan birokratisasi yang artinya segala sesuatunya
diatur oleh birokrat.
Adapun berikut adalah beberapa definisi birokrasi menurut beberapa ahli,
yakni:
a. Menurut Michael G. Roskin, et al, menyebutkan pengertian birokrasi bagi
mereka birokrasi adalah "setiap organisasi yang berskala besar yang terdiri
atas para pejabat yang diangkat, di mana fungsi utamanya adalah untuk
melaksanakan (to implement) kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh
para pengambil keputusan (decision makers). Idealnya, birokrasi
merupakan suatu sistem rasional atau struktur yang terorganisir yang
dirancang sedemikian rupa guna memungkinkan adanya pelaksanaan
kebijakan publik yang efektif dan efisien”. Dari pengertian tersebut dapat
dilihat hadirnya birokrasi merupakan menjadi suatu wadah yang sangat
membantu aktifitas negara dan warga negara dalam menerima dan
memberikan tanggung jawabnya.
b. Menurut Bintoro Tjokroamidjojo (1984) Birokrasi dimaksudkan untuk
mengorganisir secara teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh
banyak orang”. Dengan demikian sebenarnya tujuan dari adanya birokrasi
17
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
e. Evolusi Birokrasi
1. Model Patronase
Model birokrasi tertua adalah model patronase, yang banyak digunakan
pada masa pemerintahan kerajaan. Dalam model ini, kekuasaan pengelolaan
dan pengendalian pemerintahan berada dalam genggaman satu orang yakni
18
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
2. Model Webberian
Pada tahun 1930-an seorang ahli ekonomi politik dan sosiolog kenamaan
asal Jerman yaitu Max Webber yang memformulasikan sistem administrasi
pemerintahan modern di masa itu, suatu model birokrasi yang dikenal
dengan sebutan model Webberian, model birokratis, atau model tradisional.
Efisiensi dan produktivitas yang ditawarkan oleh pola kerja industri pasca
revolusi industri mengilhami Webber untuk mengadopsinya bagi tata laksana
pemerintahan. Oleh karenanya model Webberian ini memiliki kemiripan
19
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
dengan pola organisasi industri massal seperti halnya Ford Motor dan industri
massal lainnya.
Menurut model Webberian, administrasi pemerintahan didasarkan
atas dokumen-dokumen tertulis, dan pengambilan keputusan merujuk
pada aturan aturan yang didokumentasikan dan didasari kebiasaan
pelaksanaan suatu kegiatan sebelumnya. Model ini menekankan
pentingnya kendali terhadap input dan proses pengambilan kebijakan.
Keberadaan aturan yang terdokumentasi dengan baik memungkinkan
mutasi pegawai tidak akan mengganggu roda administrasi pemerintahan,
sehingga membuat struktur birokrasi lebih permanen dan stabil.
Warga negara yang merupakan ‘konsumen’ atau ‘klien’ bagi
pemerintah diperlakukan sama di depan hukum, dan keputusan yang
diberikan pemerintah terhadap warga negara merujuk pada hukum dan
peraturan yang berlaku serta peristiwa sebelumnya. Hal ini dimaksudkan
agar keputusan bersifat adil dan terhindar dari sengketa, serta menjaga
transparansi, stabilitas, dan predictability dari keputusan itu sendiri. Para
pegawai pemerintah memiliki keahlian tersendiri, dan rekruitmen
didasarkan atas hasil tes yang menguji keahlian dan kemampuan teknis
calon pegawai. Berbeda dengan model patronase, pemisahan secara
tegas dilakukan antara pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan.
Anggota legislatif bertindak sebagai pembuat kebijakan dan pemerintahlah
kemudian yang mengimplementasikan kebijakan tersebut.
Birokrasi berhubungan dengan organisasi masyarakat yang disusun
secara ideal. Birokrasi dicapai melalui formalisasi aturan, struktur, dan
proses di dalam organisasi. Para teoritikus klasik seperti Fayol (1949),
Taylor (1911), dan Weber (1948), selama bertahun-tahun telah mendukung
model birokrasi guna meningkatkan efektivitas administrasi organisasi.
Max Weber adalah sosok yang dikenal sebagai bapak birokrasi.
Max Weber merupakan ahli yang mengembangkan teori birokrasi.
Menurutnya, suatu organisasi yang terdiri atas ribuan anggota yang
membutuhkan aturan yang jelas untuk anggota organisasi tersebut.
Adapun organisasi yang ideal adalah birokrasi saat aktivitas dan tujuan
diturunkan secara rasional dan pembagian kerja disebutkan dengan jelas.
20
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
Birokrasi didasarkan pada aturan yang rasional dan yang dapat dipakai
untuk mendesain struktur organisasi yang efisien.
21
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
birokrat adalah untuk diri sendiri. Teori tersebut bersifat skeptis terhadap
pernyataan bahwa perilaku kerja pegawai pemerintah secara murni didorong
oleh tugas dan pertimbangan atas kepentingan masyarakat, dan berargumen
bahwa terdapat tujuan perilaku lain yang lebih kuat seperti ‘maksimasi
anggaran’, ‘penyerapan anggaran’, dan ‘penghindaran risiko’.
Kritikan terhadap model Webberian melahirkan tantangan bagi model
pemerintahan terbaru yang disebut sebagai New Public Management (NPM).
Model ini merupakan sintesa dari berbagai pendekatan, yaitu: revitalisasi
ekonomi neoklasik, new institutional economics, public choice, dan
penggambaran model yang menyerupai sektor swasta. Reformasi terhadap
model Webberian ini memperoleh daya dorong dari meningkatnya kesadaran
terhadap potensi teknologi informasi dalam menunjang peningkatan efisiensi
dan efektivitas kegiatan pelayanan publik.
Terdapat tiga ciri utama dalam model NPM yaitu:
a) Disagregasi (pemecahan hirarki-hirarki sektor publik)
Mengubah hirarki agar lebih datar (flat) yang diikuti dengan penyesuaian
sistem informasi dan manajerial. Contoh diagregasi dalam hal ini adalah
penghapusan dan pengalihan jabatan eselon III dan IV yang berorientasi
fungsi dan bukan administrasi menjadi jabatan fungsional yang ditunjang
oleh sistem informasi dan manajerial yang sepadan.
b) Kompetisi penyedia sumber daya internal
Menggantikan pengambilan keputusan berjenjang (hirarki) dengan
diversifikasi sumber-sumber penyedia input dan input antara dalam
proses internal organisasi dan persaingan yang sehat. Contohnya adalah
dengan mengurangi rantai komando dan melakukan pengalihan jabatan
eselon III dan IV ke jabatan fungsional yang bekerja berdasarkan merit
system. Dengan penetapan target kinerja, akan terdapat beragam output
dari para pejabat fungsional yang saling berkompetisi untuk memperoleh
reward dari unit organisasi, baik sebagai tim maupun perseorangan.
c) Skema remunerasi
Beralih ke sistem insentif kinerja yang spesifik dan berbasis remunerasi
(diukur dengan uang atau ekivalen) sebagaimana telah dibuktikan
efektivitasnya pada sistem insentif bagi para profesional di sektor swasta.
22
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
Agenda sosialisasi model NPM telah dilakukan sejauh ini dalam skema
‘policy transfer’ dan ‘policy learning’ melalui badan-badan dunia seperti
IMF, World Bank, dan OECD. Beberapa negara maju khususnya negara-
negara demokrasi Anglo-American (terutama Inggris, New Zealand,
Amerika Serikat, Kanada, dan Australia) telah memelopori penerapan
model NPM. Di Inggris penerapan dimulai melalui jargon ‘joined up
government’, yang diikuti oleh Amerika Serikat di era Clinton melalui
jargon ‘reinvention of government’. New Zealand termasuk paling
progresif saat ini dan telah menerapkan secara luas penggunaan kontrak
sebagaimana lazimnya di sektor swasta untuk kesepakatan dua pihak
antara badan-badan pemerintah, antara badan pemerintah dan penyedia
swasta, di dalam badan pemerintah itu sendiri, dan dalam unsur
ketenagakerjaan pegawainya. Di Indonesia sendiri penerapan model
NPM sudah terdengar gaungnya melalui penerbitan Undang-Undang No
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
23
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
24
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
25
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
b. Patologi Birokrasi
26
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
27
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
28
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
Indeks Prestasi Layanan sejenis dari suatu daerah dengan daerah yang
lain, dengan indikator yang jelas dan transparan.
d) Manajemen Personalia yang modern. Pengembangan pegawai atau
aparatur negara merupakan poros yang mendasari perubahan atau
reformasi birokrasi pemerintahan. Untuk itu maka NPM, mengharuskan
bahwa perlu dilakukan suatu manajemen personalia yang modern dengan
upaya meningkatkan kualitas SDM aparatur yang mampu belajar
mempraktikkan instrumen dan bentuk kerja baru (inovatif).
29
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
RANGKUMAN
Paling tidak terdapat tiga model birokrasi dalam sejarah tata pemerintahan dunia,
yakni:
1. Model patronase
Model birokrasi tertua adalah model patronase, yang banyak digunakan
pada masa pemerintahan kerajaan. Dalam model ini, kekuasaan
pengelolaan dan pengendalian pemerintahan berada dalam genggaman
satu orang yakni raja/ratu. Model ini kemudian ditinggalkan banyak negara
dan pemerintahan pasca era revolusi industri (1750-1850).
2. Model Webberian
Administrasi pemerintahan didasarkan atas dokumen-dokumen tertulis,
dan pengambilan keputusan merujuk pada aturan aturan yang
didokumentasikan dan didasari kebiasaan pelaksanaan suatu kegiatan
sebelumnya. Model ini menekankan pentingnya kendali terhadap input dan
proses pengambilan kebijakan. Birokrasi berhubungan dengan organisasi
masyarakat yang disusun secara ideal. Birokrasi dicapai melalui formalisasi
aturan, struktur, dan proses di dalam organisasi.
3. Model New Public Management (NPM)
Kritikan terhadap model Webberian melahirkan tantangan bagi model
pemerintahan terbaru yang disebut sebagai New Public Management
(NPM). Model ini merupakan sintesa dari berbagai pendekatan: revitalisasi
ekonomi neoklasik, new institutional economics, public choice, dan
penggambaran model yang menyerupai sektor swasta. Reformasi
terhadap model Webberian ini memperoleh daya dorong dari
meningkatnya kesadaran terhadap potensi teknologi informasi dalam
menunjang peningkatan efisiensi dan efektivitas kegiatan pelayanan public.
30
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
LATIHAN
31
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
D. Parkinsonian
E. Efek pita merah
4. Seorang atasan bagaikan seorang raja yang wajib dipatuhi dan dihormati,
diperlakukan spesial, tidak ada kontrol secara ketat, dan pegawai bawahan tidak
memiliki tekad untuk mengkritik apa saja yang telah dilakukan atasan adalah ciri dari
dimensi patologi yang disebut dengan. ….
A. Birokrasi Paternalistik
B. Senioritas, otoriter, dan mutlak
C. Tunggal, otoriter, dan legal
D. Legal, otoriter, dan senioritas
E. New public management
5. Berikut ini yang bukan merupakan tuntutan munculnya reformasi birokrasi, yaitu ….
A. Praktek patrimonialisme pada birokrasi di segala bidang
B. Struktur organisasi kepemimpinan yang desentralisasi
C. Manajemen pemerintahan yang berorientasi pada tujuan dan hasil
D. Persaingan atau Perlombaan
E. Manajemen personalia yang modern
32
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
BAB IV
REFORMASI BIROKRASI
KEMENTERIAN ATR/BPN DI
ERA 4.0
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari materi dalam bab ini peserta diharapkan mampu menjelaskan konsep
reformasi birokrasi Kementerian ATR/BPN di Era 4.0 dengan baik.
33
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
34
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
35
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
pemerintah pusat, ada dua dimensi dalam pengelolaan TIK yang perlu
diperhatikan, yaitu dimensi perencanaan dan dimensi infrastruktur.
Instansi pemerintah pusat masih belum memiliki perencanaan
pengembangan e-government yang memadai. Sebenarnya infrastruktur
TIK yang tersedia saat ini sudah memadai. Namun infrastruktur tersebut
belum dikelola baik dan tingkat keamanannya masih rendah (Nurrohmah,
Dewi, & Sahadi, 2017). Tantangan-tantangan ini harus dihadapi
pemerintah untuk dapat mengoptimalkan penggunaan TIK di era Revolusi
Industri (R.I) 4.0. Saat ini sistem TIK di pemerintah Indonesia masih silo
atau masih berdiri secara sendiri-sendiri.
Oleh karena itu penerapan sistem penyelenggaraan roda pemerintahan
dari pusat hingga ke daerah yang mengandalkan teknologi informasi,
diharapkan untuk dapat terintegrasi dengan Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik (SPBE) yang tengah dikembangkan Pemerintah. Sistem IT yang ada
harus mengikuti Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Dalam artian, harus dilaksanakan
dengan mengintegrasikan antara sistem yang dilakukan di institusi masing-
masing dengan sistem nasional.
b. Indikator Reformasi Birokrasi 4.0
36
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
masyarakat tanpa mengenal jam kerja dan dimana saja, tidak harus
melalui kantor pertanahan.
2. Efisiensi layanan
Efisiensi pelayanan adalah perbandingan terbaik antara input dan
output pelayanan (Monoarfa, 2012). Secara ideal, pelayanan dinilai efisien
apabila birokrasi pelayanan dapat menyediakan input pelayanan, seperti
biaya dan waktu pelayanan yang meringankan masyarakat pengguna
jasa. Demikian pula pada sisi output pelayanan, birokrasi secara ideal
harus dapat memberikan produk pelayanan yang berkualitas, terutama
dari aspek biaya dan waktu pelayanan.
3. Akurasi layanan
Akurasi layanan berarti bahwa produk layanan publik dapat diterima
dengan benar, tepat dan sah (Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun
2003). Akurasi berarti melakukan pekerjaan dengan benar dengan satu
kali jalan (sekali langsung benar). Akurasi identik dengan kualitas dan
pemenuhan persyaratan (Wagenheim dan Reurink, 1991). Harga
ketidakakuratan dibagi menjadi dua kategori. Pertama, harapan
pelanggan yang tidak terpenuhi; dan, kedua, deteksi dan koreksi
kesalahan sangat mahal. Ketidakakuratan dalam kinerja dapat mengarah
pada tidak tercapainya ekspektasi pengguna layanan (masyarakat) dalam
berbagai cara. Pelayanan terlambat disampaikan karena sebagian proses
harus diulang; pelayanan tidak lengkap karena ada hal yang tertunda;
layanan tidak dilakukan dengan benar karena ketidakakuratan. Tidak
terpenuhinya ekspektasi mengakibatkan kemarahan para pengguna
layanan internal dan eksternal, penurunan kepercayaan publik dan
kredibilitas, dan transaksi dan hubungan kerja di masa depan menjadi
tegang.
4. Fleksibilitas kerja
Fleksibilitas kerja menekankan kemauan dan kemampuan untuk
beradaptasi dengan perubahan, terutama mengenai bagaimana dan
kapan pekerjaan diselesaikan (Doyle, 6 juli 2020). Pada tempat kerja yang
fleksibel, kebutuhan karyawan dan pemberi kerja tetap terpenuhi.
37
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
38
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
39
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
40
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
41
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
b. Profesional
c. Terpercaya
42
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
berperilaku dan bertindak dengan cara terbaik dan benar, memegang teguh
kode etik, amanat jabatan, dan prinsip-prinsip moral.
43
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
44
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
45
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
46
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
47
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
RANGKUMAN
Reformasi birokrasi 4.0 mencakup tiga aspek utama yaitu, kolaborasi, inovasi,
dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Reformasi birokrasi 4.0
memiliki beberapa indikator yaitu: percepatanan layanan, efisiensi layanan, akurasi
layanan, fleksibilitas kerja dan berdampak sosial.
SDM Aparatur Sipil Negara yang ingin dibangun adalah SDM yang pekerja keras,
dinamis, terampil, dan menguasai IPTEK/Teknologi. Pembangunan SDM ini
diperlukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan SDM yang mampu menjalankan
reformasi birokrasi 4.0, mampu menjadi smart ASN, serta mampu terbuka pada
praktik-praktik kerja baru (seperti contoh pengalaman di Australia), oleh karena itu
diterapkanlah manajemen talenta Nasional.
Manajemen Talenta adalah sistem manajemen karier ASN yang meliputi
tahapan akuisisi, pengembangan, retensi, dan penempatan talenta yang
diprioritaskan untuk menduduki jabatan target berdasarkan tingkatan potensial dan
kinerja tertinggi melalui mekanisme tertentu yang dilaksnakan secara efektif dan
berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan Instansi Pemerintah dalam rangka
akselerasi pembangunan.
Aspek Manajemen Talenta meliputi:
1. Kelembagaan Manajemen Talenta ASN;
2. Penyelenggaraan Manajemen Talenta ASN Instansi dan Nasional, yang
terdiri dari akuisisi talenta, pengembangan talenta, retensi talenta,
penempatan talenta, serta pemantauan dan evaluasi;
3. Sistem Informasi Manajemen Talenta ASN Instansi dan Nasional.
Reformasi Birokrasi merupakan upaya untuk melakukan perubahan besar dalam
paradigma dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah
yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, bersih dari perilaku
korupsi, kolusi, dan nepotisme; mampu melayani publik secara akuntabel; serta
memegang teguh nilai-nilai dasar organisasi dan kode etik perilaku Aparatur Sipil
Negara (ASN).
Kementerian ATR/BPN telah melaksanakan reformasi birokrasi sesuai dengan
Road Map Reformasi Birokrasi tahun 2015-2019, dengan capaian Indeks Reformasi
48
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
Birokrasi yang terus meningkat dari 64,13 (2015); 64,25 (2016); 64,65 (2017) dan
mencapai 68,25 (2018).
Pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian ATR/BPN meliputi aspek sebagai
berikut:
1. Manajemen Perubahan;
2. Penataan Peraturan Perundang-undangan;
3. Penataan dan Penguatan Organisasi;
4. Penataan Tata Laksana;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur;
6. Penguatan pengawasan;
7. Penguatan akuntabilitas;
8. Peningkatan kualitas pelayanan publik;
9. Quick Wins.
Sejalan dengan roadmap reformasi birokrasi, Kementerian ATR/BPN juga
menyusun roadmap Transformasi Digital Menuju Institusi Berstandar Dunia.
Rangkaian target program dalam Roadmap Transformasi Digital Menuju Institusi
Berstandar Dunia tersebut adalah:
1. Tahun 2020 “Starting Point”;
2. Tahun 2021 “Fully Digital Data”;
3. Tahun 2022 “Era Informasi dan Inovasi”;
4. Tahun 2023 “Monetisasi Informasi”;
5. Tahun 2024 “Institusi Standar Dunia”.
49
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
LATIHAN
50
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
51
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
BAB IV
PENUTUP
Modul ini disusun agar peserta diklat dapat memahami materi pembelajaran ini
dalam konteks reformasi birokrasi di Indonesia. Reformasi Birokrasi adalah langkah
strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil
guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional.
Selain itu, dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan
komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut birokrasi pemerintahan
untuk direformasi dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan masyarakat. Oleh
karena itu, harus segera diambil langkah-langkah yang bersifat mendasar,
komprehensif dan sistemik, sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat
dicapai dengan efektif dan efisien.
Langkah yang utama dan pertama yang harus dilakukan adalah pemahaman
sejarah reformasi birokrasi di Indonesia. Pemahaman proses reformasi birokrasi
dimulai saat reformasi era Presiden Abdurrahman Wahid - Megawati Soekarno Putri;
pasca reformasi era Presiden Susilo Bambang Yudoyono; dan Nawacita era Presiden
Joko Widodo.
Upaya reformasi birokrasi dilakukan secara bertahap baik di tingkat pusat
(Kementerian ATR/BPN) maupun daerah (Kantor Pertanahan). Secara empiris
birokrasi identik dengan aparatur pemerintah (ASN) yang mempunyai tiga dimensi
yaitu organisasi, sumber daya manusia, dan manajemen. Dalam pemerintahan,
dimensi itu dikenal kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan. Konsep
birokrasi Max Weber yang legal rasional, diaktualisasikan di Indonesia dengan
berbagai kekurangan dan kelebihan seperti terlihat dari perilaku birokrasi. Perilaku
birokrasi timbul manakala terjadi interaksi antara karakteristik individu dengan
karakteristik birokrasi; apalagi dengan berbagai isu yang berkembang dan penegakan
hukum saat ini yang berkaitan dengan patologi birokrasi. Model birokrasi yang dianut
oleh banyak negara di dunia saat ini termasuk Indonesia adalah mengadopsi model
52
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
53
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
DAFTAR PUSTAKA
Ari Welianto. Ari Welianto. 2020. "Revolusi Mental: Sejarah, Penerapan, dan Capaian",
diakses
dari https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/08/120000169/revolusi-
mental-sejarah-penerapan-dan-capaian?page=2.
asncpns, 2015. Mengenal Merit System Dalam Manajemen Aparatur Sipil Negara.
Diakses dari http://www.asncpns.com/2015/12/mengenal-merit-system-dalam-
manajemen.html
Azhar Kasim, 2009. Sistem Pengawasan Internal dalam Administrasi Negara
Indonesia, sebuah makalah disampaikan dalam Seminar Nasional “Pengawasan
Nasional dalam Sistem Pemerintahan Presidensial: Memperkuat Fungsi
Lembaga Pengawasan Internal Pemerintah dalam Era Pemerintahan Baru”, FH
Universitas Indonesia, 21 Juli 2009
Doni Setyawan, 2018. Kabinet Yang Dibentuk Presiden Megawati. Diakses dari
http://www.donisetyawan.com/kabinet-yang-dibentuk-presiden-megawati/
Dwi Wahyu Atmaji, 2016. Relevansi dan Kontekstualisasi Strategi Reformasi Birokrasi
2015-2019. Diakses dari https://www.menpan.go.id/site/cerita-sukses-
rb/relevansi-dan-kontekstualisasi-strategi-reformasi-birokrasi-2015-2019-1
Inggried Dwi Wedhaswary, 2014. "Nawa Cita", 9 Agenda Prioritas Jokowi-JK. Diakses
dari https://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.Nawa.Cita.9.Agend
a.Prioritas.Jokowi-JK.
H. Jufri, M.Si. 2019. Reformasi Birokrasi Dalam Pelayanan Publik. Diakses dari
https://bengkulu.kemenag.go.id/opini/313-reformasi-birokrasi-dalam-pelayanan-
publik
Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila, Edisi Reformasi, Paradigma Yogyakarta
Kumorotomo, 2015. Reformasi Birokrasi, UU No.5/2014 Tentang ASN dan Tantangan
Manajemen Pelayanan di Daerah. Seminar Reformasi Birokrasi, Setda Kab
Bantul 19 Oktober 2015. Diakses dari
http://kumoro.staff.ugm.ac.id/file_artikel/Reformasi%20Birokrasi,%20UU-
54
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
ASN%20dan%20Tantangan%20Manajemen%20Pelayanan%20di%20Bantul.pd
f
McCourt, Willy. 2007. The Merit System and Integrity in The Public Service. IDPM,
University of Manchester. No. 20
Media Indonesia, 2019. Tantangan dan Strategi Reformasi Birokrasi 2020.
diakses dari https://mediaindonesia.com/read/detail/278422-tantangan-dan-
strategi-reformasi-birokrasi-2020
Miftah Thoha, 2003. Birokrasi Pemerintah Indonesia, Jakarta, Penerbit Kencana
Museum Kepresidenan, (2020). Abdurrahman Wahid Dan Reformasi Birokrasi.
Diakses dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/muspres/abdurrahman-wahid-
dan-reformasi-birokrasi/
mediaindonesia.com. 2019. Tantangan dan Strategi Reformasi Birokrasi 2020.
diakses dari https://mediaindonesia.com/read/detail/278422-tantangan-dan-
strategi-reformasi-birokrasi-2020
menpan.go.id, 2009. Reformasi Birokrasi. Diakses dari
https://www.menpan.go.id/site/reformasi-birokrasi/makna-dan-tujuan#
Prastowo, Yustinus, 2014, Reformasi Birokrasi dan Persoalan Subjek Etis.
Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor. 2016. Rencana Strategis 2015- 2019,
BPKP, Februari 2016
Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan
Kepemimpinan Masa Depan: Mewujudkan Pelayanan Prima dan
Kepemerintahan yang Baik. Bandung: Refika Aditama
Setyowati, Endah. 2014. Analisis Merit System dalam Proses Rekrutmen dan Seleksi
CPNS di Kota Malang (Pelaksanaan Rekrutmen dan Seleksi CPNS Tahun 2010).
Disertasi Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Siregar, Efrem Limsan. 2019. Ini 5 Hal Prioritas Jokowi di Kekuasaan Jilid II. Diakses
dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20191021075342-4-108566/ini-5-hal-
prioritas-jokowi-di-kekuasaan-jilid-ii
Stahl, G. O. 1962. Public Personnel Administration. London: Harper & Row
Supriyadi Pro, 2016. 6 Kebijakan Megawati Ketika Menjadi Presiden RI. Diakses dari
https://www.sejarah-negara.com/1571/kebijakan-megawati/
55
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
virtuco, 2020. Masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri. Diakses dari
https://virtuco.co.id/masa-pemerintahan-presiden-megawati-soekarno-putri/
Young, Michael, 1958. The Rise of Meritocracy, 1870-2033, London: Thames and
Hudson.
Zenita Saleh, 2020. Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Diakses dari
https://www.academia.edu/36626071/Masa_Pemerintahan_Presiden_Susilo_Bamba
ng_Yudhoyono
Abdul Kadir. N.D. Prinsip-prinsip Dasar Rasionalisasi Birokrasi Max Weber Pada
Organisasi Perangkat Daerah Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/98311-ID-prinsip-
prinsip-dasar-rasionalisasi-biro.pdf
Albrow. 1989. Birokrasi. alih bahasa M. Rusli Karim dan Totok Daryanto. Tara Wacana.
Yogyakarta
Ali Abdul Wakhid. 2011. Eksistensi Konsep Birokratisasi Max Weber Dalam Reformasi
Birokrasi Di Indonesia. Diakses dari
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/download/1540/1280
Azizy, A Qodri, Change Management dalam Reformasi Birokrasi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2007. Hlm.79.
Bintoro Tjokroamidjojo, (1984) Pengantar Administrasi pembangunan, LP3ES,
Jakarta
Caiden, G.E.1969. Administrative Reform, Aldine, Chicago, Illinois
Caiden, G. E. 1982. Public Administration. California: Palisades Publisher.
Caiden, G. E. 1991. Administrative Reform Comes of Age. Berlin, New York: Walter
de Gruyter.
Caiden, G. E., & Siedentopf, H. 1982. Strategies for Administrative Reform. Lexington,
Massachusets, Toronto: D.C. Heath and Company.
Davis, Keith and John W. Newstrom. 1992. Perilaku dalam Organisasi (Terjemahan
Agus Dharma). Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama.
Dwiyanto, Agus. 2011. Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi
Birokrasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
56
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
57
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
Robbins, S. P., and Barnwell, N., 2002. Organisation Theory: Concepts and Cases.
Fourth Edition. Australia: Pearson Education Australia Pty Ltd.
Robbins, S.P. dan Timothy A. J. 2008. Perilaku Organisasi. Penerjemah Diana
Angelica. Jakarta: Salemba Empat.
Rosenbloom, D.H. and Robert S. Kravchuk, 2005. Public Administration:
Understanding Management, Politics, and Law in the Public Sector. Boston:
McGraw-Hill.
Said, M, Mas’ud. 2007. Birokrasi di Negara Birokratis. Malang: Penerbit UMM Press.
Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan
Kepemimpinan Masa Depan: Mewujudkan Pelayanan Prima dan
Kepemerintahan yang Baik. Bandung: Refika Aditama
Siagian P Sondang, 1994. Patologi Birokrasi Analisis, Identifikasi dan Terapinya.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sigit Setiawan. 2014. TINJAUAN REFORMASI BIROKRASI – Evolusi model birokrasi
dalam perspektif ekonomi dan perkembangan reformasi birokrasi di Indonesia.
Diakses dari
https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/tinjauan%20reformasi%20birok
rasi.pdf
Simon, A. Herbert. 2004. Administrative Behavior, Perilaku Administrasi : Suatu Studi
tentang Proses Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Administrasi, Edisi
Ketiga, Cetakan Keempat, Alih Bahasa ST. Dianjung, Bumi Aksara, Jakarta.
Sukarno 2008, Refomasi Birokrasi. Ceramah Ketua LAN RI pada Diklat Pim TK II
Angkatan XXII. Jakarta
Sutarto. 1993. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Thoha Miftah. 2002. Perspektif Perilaku Birokrasi. Jakarta: PT. Radja Grafindo
Persada.
Thoha, Miftah, 1991. Perspektif Perilaku Birokrasi. Jakarta: Rajawali Press.
Thoha, Miftah. 1991. Beberapa Kebijaksanaan Birokrasi. Widya Mandala. Yogyakarta
Thoha, Miftah. 2003. Birokrasi dan Politik di Indonesia. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
58
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
59
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
https://cultureiq.com/blog/types-work-flexibility-employees/
Doyle, A. (6 juli 2020). What Is Workplace Flexibility? Definition and Examples of
Workplace Flexibility. Diakses dari
https://www.thebalancecareers.com/workplace-flexibility-definition-with-
examples-
2059699#:~:text=Workplace%20flexibility%20emphasizes%20the%20willingn
ess,for%20retaining%20and%20engaging%20employees.
Kementerian ATR/BPN. (2019). Road map Reformasi Birokrasi. Jakarta: Kementerian
ATR/BPN
Kementerian Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, (24 Oktober
2019). Manajemen Talenta Berpeluang Ciptakan SDM yang Dinamis dan
Terampil. Diakses dari https://www.menpan.go.id/site/berita-
terkini/manajemen-talenta-berpeluang-ciptakan-sdm-yang-dinamis-dan-
terampil
Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 tentang pedoman umum
penyelenggaraan pelayanan publik
Kim, S. (2015). The Working of Collaborative Governance: Evaluating collaborative
community building initiative in Korea. Urban Studies Journal, 1–19.
Monoarfa, H. (2012). Efektivitas dan Efisiensi Penyelenggaraan Pelayanan Publik:
Suatu Tinjauan Kinerja Lembaga Pemerintahan. Jurnal Pelangi Ilmu VOL 05,
NO 01, 2012
Nurrohmah, I., Dewi, M. A. ., & Sahadi, N. (2017). Measuring the e-Government
Maturity in Indonesia using the Ranking of e-Government of Indonesia (PeGI).
American Scientific Research Journal for Engineering, Technology, and
Sciences (ASRJETS), 32(1), 49–63.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
3 Tahun 2020 tentang Manajemen Talenta Aparatur Sipil Negara
Sorensen, E., & Torfing, J. (2011). Enhancing collaborative innovation in the public
sector. Jurnal Administration&society, 43(8), 842–868.
Wagenheim, G.D. dan Reurink, J.H. (1991). Customer Service in Public Administration.
Public Administration Review , May - Jun., 1991, Vol. 51, No. 3 (May -
60
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
Jun.,1991), pp. 263-270. Wiley on behalf of the American Society for Public
Administration
61
Modul
Reformasi Birokrasi
Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
62