Tata Kelola SDM
Tata Kelola SDM
DI LINGKUNGAN KEMENDIKBUDRISTEK
MODUL
TATA KELOLA SDM
DAFTAR PUSTAKA
Tata Kelola SDM
BAB
UNIT
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instansi pemerintahan saat ini dituntut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dengan cara yang paling cepat, tepat, dan berkualitas. Masyarakat menuntut instansi
pemerintah untuk memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Apabila tuntutan tersebut bisa direspon dan dijawab dengan kinerja terbaik, maka akan
tumbuh kepercayaan dan kepuasan publik atas pelayanan pemerintah. Sebaliknya, bila
instansi pemerintah gagal menjawab tuntutan tersebut, maka kepercayaan publik akan
berkurang dan menimbulkan ketidakpuasan.
Untuk menjawab tuntutan publik, maka instansi pemerintah harus banyak melakukan
pembenahan tata kelola. Aspek administrasi yang selama ini banyak mendapatkan
perhatian dalam perbaikan tata kelola saat ini perlu ditambahkan dengan manajemen
kinerja dan peningkatan mutu pelayanan publik. Aspek transparansi juga merupakan
bagian penting yang melekat dalam proses pembenahan tata kelola. Instansi
pemerintah harus bersedia membuka diri terhadap masukan, saran, dan kritik dari
masyarakat untuk memperbaiki layanannya menjadi semakin baik secara
berkesinambungan.
Kompleksitas masalah yang dihadapi Kemendikbud dewasa ini sangat berbeda dengan
masalah satu dekade yang lampau. Permasalahan Kemendikbud menjadi lebih
kompleks dan beragam. Kondisi ini menuntut Kemendikbud untuk melakukan banyak
perubahan tata kelola demi mewujudkan organisasi yang lebih responsif, cepat
tanggap, dan luwes dalam menangani berbagai masalah. Perubahan tata kelola yang
paling menjadi prioritas utama adalah tata kelola Sumber Daya Manusia.
Tata kelola SDM Kemendikbud dalam beberapa tahun terakhir ini banyak mengalami
perubahan yang signifikan. Penerapan prinsip disiplin ilmu Manajemen SDM modern
secara bertahap dilakukan dalam mengelola kepegawaian, menggantikan cara
konvensional yang selama ini lebih banyak bertumpu pada kegiatan administrasi. Nama
unit pengelola kepegawaian di lingkungan Sekretariat Jenderal juga berubah yang
semula Biro Kepegawaian saat ini menjadi Biro Sumber Daya Manusia (Biro SDM).
Tata kelola SDM diarahkan untuk membentuk pegawai Kemendikbud menjadi pegawai
yang profesional dan berkarakter. Tata kelola tersebut merujuk pada arah tujuan
pembangunan SDM yaitu terwujudnya SMART ASN 2024, yaitu Aparatur Sipil Negara
yang mampu berbahasa asing, menggunakan teknologi informasi, mempunyai jejaring
luas, memiliki sifat keramahtamahan, dan berjiwa kewirausahaan.
SDM harus memiliki karakter yang kuat. Hal ini akan menjadi modal bagi Kemendikbud
dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Pengalaman dari negara-negara maju
membuktikan bahwa keberhasilan mereka ditunjang oleh dukungan SDM berkarakter
kuat berbasis kedisiplinan yang tinggi. Bangsa-bangsa maju seperti Amerika Serikat,
Jerman, dan Jepang terkenal dengan kedisiplinan tinggi. Sikap ini perlu dicontoh dan
diteladani oleh bangsa Indonesia agar bisa mengikuti jejak mereka.
Sebagai salah satu mata pelatihan yang disampaikan dalam Penguatan Kompetensi
Teknis Bidang Tugas (PKTBT), Tata Kelola SDM akan diperkenalkan kepada para CPNS
secara garis besar. Selanjutnya akan dilakukan pendalaman terhadap beberapa tema
tertentu yang terkait dengan upaya pembentukan karakter pribadi pegawai yang pada
intinya adalah kedisiplinan tinggi dalam segala hal.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini memberikan pengantar terhadap mekanisme penegakan disiplin
pegawai, cuti pegawai, perencanaan karier, penilaian kinerja pegawai, dan kepatuhan
dalam melakukan e-kehadiran. CPNS diharapkan dapat memahami filosofi dan
ketentuan tentang kedisiplinan PNS, sehingga bisa mematuhi, membiasakan, dan
membentuk karakter kuat, serta bisa menghindar dari perilaku pelanggaran disiplin.
C. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, CPNS diharapkan dapat memahami kekuatan
karakter PNS khas Indonesia yang tercermin dalam sikap kedisiplinan tinggi dalam
berbagai aktivitasnya.
D. Indikator Keberhasilan
Setelah selesai pembelajaran diharapkan peserta dapat:
1. Menerapkan aturan disiplin PNS
2. Memahami ketentuan tentang cuti pegawai
3. Memahami pola perencanaan karier
4. Memahami konsep penilaian prestasi kerja pegawai
5. Mematuhi ketentuan presensi kehadiran pegawai.
E. Materi Pokok
Materi pokok dalam modul ini adalah:
1. Disiplin PNS sesuai PP 53 Nomor Tahun 2010
2. Cuti Pegawai
3. Perencanaan Karier
4. E-SKP
5. E-Kehadiran
BAB
UNIT
4
2
1
DISIPLIN PNS
Indikator keberhasilan:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran pada bab ini, peserta diharapkan dapat
menjelaskan (1) pengertian disiplin PNS, (2) Kewajiban dan Larangan PNS, (3) Hukuman
Disiplin, (4) Jenis-jenis Sanksi, dan (5) Mekanisme Pemanggilan dan Pemeriksaan PNS
yang diduga melanggar disiplin
PNS dilarang:
1. Menyalahgunakan wewenang
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan / atau orang lain
dengan menggunakan kewenangan orang lain
3. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau
lembaga atau organisasi internasional
4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau LSM asing
5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga
milik negara secara tidak sah
6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang
lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan
pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan negara
7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara
langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam
jabatan
8. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang
berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya
10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga
mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani
11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan
12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, DPR, DPD, atau
DPRD dengan cara :
a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye
b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut
PNS
c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau
d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas Negara
13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara :
a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye dan/atau
b. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap
pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan
sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,
atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerja, anggota
keluarga dan masyarakat
14. Memberikan dukungan kepada calon anggota DPD atau calon Kepala Daerah/ Wakil
Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai fotokopi KTP atau
Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan; dan
15. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan
cara:
a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah
b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye
c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau mengadakan
kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang
menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye
meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada
PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
D. Klasifikasi Sanksi
Sanksi bisa diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kategori sebagai berikut:
1. MUTLAK, sanksi ditentukan dengan tegas atas pelanggaran 4 (empat) KEWAJIBAN,
dan 11 (sebelas) LARANGAN.
2. LIMITATIF, sanksi ditentukan berdasarkan pemenuhan ukuran yang telah
ditentukan atas pelanggaran 2 (dua) KEWAJIBAN
3. DAMPAK, sanksi ditentukan dengan memperhatikan akibat yang ditimbulkan atas
pelanggaran 10 (sepuluh) KEWAJIBAN dan 4 (empat) LARANGAN
Penjelasan dari tiap jenis Sanksi adalah sebagai berikut:
1. SANKSI MUTLAK
Klasifikasi SANKSI MUTLAK atas pelanggaran 4 (empat) kewajiban adalah sebagai
berikut:
No Pelanggaran terhadap Kewajiban Hukuman
1 Mengucapkan sumpah/ janji PNS, apabila dilakukan tanpa alasan Sedang
yang sah
2 Mengucapkan sumpah/ janji jabatan, apabila dilakukan tanpa Sedang
alasan yang sah
3 Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas
a. Bila dilakukan dengan tidak sengaja Ringan
b. Bila dilakukan dengan sengaja Berat
2. SANKSI LIMITATIF
Klasifikasi SANKSI LIMITATIF atas pelanggaran kewajiban masuk kerja dan menaati
ketentuan jam kerja adalah sebagai berikut:
No Ketidakhadiran Jenis Hukuman
1 5 hari Teguran lisan
2 6 s.d 10 hari Teguran tertulis
E. Mekanisme Pemanggilan
Atasan langsung dari PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin berhak untuk
memanggil PNS tersebut. Pemanggilan dilakukan dengan surat tertulis maksimal dua
kali. Tiap pemanggilan memiliki tempo waktu paling lambat 7 hari kerja. Apabila PNS
tidak memenuhi pemanggilan tersebut setelah dipanggil sebanyak dua kali, maka
atasan langsung bisa melakukan proses pemeriksaan tanpa dihadiri oleh PNS (in
absentia). Mekanisme secara skematis dapat diuraikan sebagai berikut:
F. Mekanisme Pemeriksaan
Atasan langsung melaksanakan pemeriksaan terhadap PNS yang diduga melanggar
disiplin di ruangan tertutup. Tujuan pemeriksaan adalah untuk membuktikan benar
atau tidaknya terjadi dugaan pelanggaran disiplin dan mengungkap latar belakang
terjadinya dugaan pelanggaran disiplin. Proses pemeriksaan harus dituangkan ke
dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang ditandatangani oleh atasan langsung dan
PNS terperiksa. Mekanisme pemeriksaan secara skematis dapat diuraikan sebagai
berikut:
BAB
UNIT
3
1
CUTI PEGAWAI
Indikator keberhasilan:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran pada bab ini, peserta diharapkan dapat
menjelaskan (1) pengertian cuti, (2) Pejabat yang berwenang memberikan cuti, dan (3)
Jenis-jenis Cuti
A. Pengertian Cuti
Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu.
Cuti diberikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian yaitu Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan yang dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada pejabat di
lingkungan Kementeriannya untuk memberikan cuti.
C. Jenis-Jenis Cuti
1. Cuti tahunan
Cuti yang diberikan kepada PNS dan CPNS yang telah bekerja paling kurang 1 tahun
secara terus menerus. Lamanya hak atas cuti tahunan adalah 12 hari kerja. Permintaan
cuti tahunan dapat diajukan untuk paling kurang 1 hari kerja.
Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun yang bersangkutan dapat
digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 hari kerja termasuk cuti
tahunan dalam tahun berjalan. Selanjutnya, sisa hak atas cuti tahunan yang tidak
digunakan dalam tahun yang bersangkutan dapat digunakan pada tahun berikutnya
paling banyak 6 hari kerja. Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam 2 tahun
atau lebih berturut-turut dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama
24 hari kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.
Hak atas cuti tahunan dapat ditangguhkan penggunaannya untuk paling lama 1 tahun
apabila ada kepentingan dinas mendesak. Hak atas cuti tahunan yang ditangguhkan
dapat digunakan dalam tahun berikutnya selama 24 hari kerja termasuk hak atas cuti
tahunan dalam tahun berjalan. Dalam hal PNS telah menggunakan hak atas cuti
tahunan dan masih terdapat sisa pada tahun berjalan, dapat ditangguhkan untuk tahun
berikutnya apabila ada keperluan dinas mendesak. Hak atas sisa cuti tahunan yang
ditangguhkan dihitung penuh dalam tahun berikutnya.
2. Cuti besar
PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus menerus berhak atas
cuti besar paling lama 3 (tiga) bulan. PNS yang menggunakan hak atas cuti besar tidak
berhak atas cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan. PNS yang telah
menggunakan hak atas cuti tahunan pada tahun yang bersangkutan, maka hak atas cuti
besar yang bersangkutan diberikan dengan memperhitungkan hak atas cuti tahunan
yang telah digunakan.
PNS yang menggunakan hak atas cuti besar dan masih mempunyai sisa hak atas cuti
tahunan tahun sebelumnya, maka dapat menggunakan sisa hak atas cuti tahunan
tersebut. Hak cuti besar dapat ditangguhkan untuk paling lama 1 (satu) tahun apabila
ada kepentingan dinas, kecuali untuk kepentingan agama. PNS yang menggunakan cuti
besar kurang dari 3 (tiga) bulan, maka sisa cuti besar yang menjadi haknya hapus.
3. Cuti sakit
Seorang PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit. Cuti yang sakit 1 (satu) hari
menyampaikan surat keterangan sakit dari dokter kepada atasan langsung. PNS yang
sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit
dengan menyampaikan surat keterangan dokter. PNS yang sakit lebih dari 14 (empat
belas) hari berhak atas cuti sakit dengan menyampaikan surat keterangan dokter
pemerintah (dokter PNS atau dokter yang bekerja pada unit pelayanan kesehatan
pemerintah). Hak atas cuti sakit diberikan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun.
Jangka waktu cuti sakit dapat ditambah untuk paling lama 6 (enam) bulan bila
diperlukan berdasarkan surat keterangan tim penguji kesehatan yang ditetapkan
Menteri Kesehatan. Apabila PNS tersebut masih belum sembuh, maka harus diuji
kembali oleh tim penguji kesehatan yang ditetapkan Menteri Kesehatan. Apabila tim
penguji kesehatan menyimpulkan bahwa PNS belum sembuh dari penyakitnya, maka
PNS diberhentikan dengan hormat dengan mendapat uang tunggu.
PNS yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1 1/2
(satu setengah) bulan. PNS yang mengalami kecelakaan karena menjalankan tugasnya,
berhak atas cuti sakit sampai yang bersangkutan sembuh dari penyakitnya.
4. Cuti melahirkan
Untuk kelahiran anak pertama sampai anak ketiga saat menjadi PNS berhak atas cuti
melahirkan selama 3 (tiga) bulan. Untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya
kepada PNS diberikan cuti besar, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Permintaan cuti tidak dapat ditangguhkan
b. Mengesampingkan ketentuan telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara
terus menerus
c. Lamanya cuti besar tersebut sama dengan lamanya cuti melahirkan
6. Cuti bersama
Presiden dapat menetapkan cuti bersama dengan Keppres. Cuti bersama tidak
mengurangi hak cuti tahunan. PNS yang karena jabatannya tidak diberikan hak atas
cuti bersama, hak cuti tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah cuti bersama yang
tidak diberikan, tetapi penggunaanya hanya untuk tahun berjalan.
BAB
UNIT
4
1
PERENCANAAN KARIER
Indikator keberhasilan:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran pada bab ini, peserta diharapkan dapat
menjelaskan (1) pengertian perencanaan karier, (2) Pilihan karier PNS, (3) Mekanisme
Perpindahan dan (4) Bentuk pola karier
Perencanaan karier adalah rencana disusun individu PNS yang memegang suatu
jabatan dalam menjalani tugas kedinasannya melalui beberapa jenis jabatan hingga
mencapai batas usia pensiun sesuai dengan minat (interest), kompetensi, dan
kebutuhan organisasi. Setiap PNS harus tumbuh berkembang kapasitas dirinya dan
pekerjaannya menjadi semakin maju dan sukses. Perencanaan karier menjadi alat
bantu (Tool) utama bagi PNS dalam mewujudkan cita-cita dan idealismenya.
Wujud dari perencanaan karier adalah suatu Jalur Karier (Career Path) juga dikenal
dengan istilah Peta Karier (Career Map) yang mendeskripsikan titian perjalanan,
alternatif, dan opsi pilihan PNS sejak diambil sumpahnya sebagai PNS hingga mencapai
puncak kariernya. Berikut adalah ilustrasi dari Jalur Karier/Peta Karier tersebut.
Dalam meniti kariernya secara profesional, PNS dapat memilih salah satu dari 3 jenis
jabatan yaitu Jabatan Administrasi, Jabatan Fungsional, dan Jabatan Pimpinan Tinggi.
Ketiga jenis jabatan tersebut memungkinkan PNS untuk terus berkembang dari jenjang
terendah hingga puncak karier tertinggi.
Jabatan Administrasi yang paling rendah jenjangnya adalah Jabatan Pelaksana. PNS
dapat meniti karier sebagai Pejabat Pelaksana selama beberapa tahun sambil
mengasah kompetensinya hingga ia bisa mendapat kesempatan dan kepercayaan
dipromosikan menjadi Jabatan Pengawas, setara dengan Jabatan Eselon IV. Sebagai
Pejabat Pengawas, PNS harus memimpin beberapa Pejabat Pelaksana untuk bekerja
secara tim dengan sinergi. Dengan kompetensi manajerial yang semakin mumpuni,
Pejabat Pengawas dapat mencapai puncak kariernya dalam Jabatan Administrasi yaitu
menjadi Pejabat Administrator, setara Jabatan Eselon III, yang harus cakap dan andal
dalam mengkoordinasikan tim-tim kerja di bawah para Pejabat Pengawas. Pejabat
Administrator juga merupakan persiapan untuk meniti karier ke jenjang yang lebih
tinggi yaitu Pejabat Pimpinan Tinggi.
Jabatan Pimpinan Tinggi ada 2 jenis yaitu Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dan Jabatan
Pimpinan Tinggi Madya. Pejabat Tinggi Pratama, setara eselon II, membawahi beberapa
Pejabat Administrator, Pejabat Pengawas, dan Pejabat Pelaksana. Pejabat Tinggi Madya,
setara eselon I akan memimpin beberapa Pejabat Tinggi Pratama, Pejabat
Administrator, Pejabat Pengawas, dan Pejabat Pelaksana.
Di samping sebagai Pejabat Pelaksana, PNS dapat mengawali kariernya sebagai Pejabat
Fungsional, yang menuntut keahlian, kemandirian, dan independensi dalam
pekerjaannya. Pada umumnya PNS memulai karier Jabatan Fungsionalnya sebagai
Pejabat Fungsional Ahli Pertama. Sebagai Pejabat Fungsional, PNS harus bekerja
dengan profesional dan disiplin mengumpulkan angka kredit. Pejabat Fungsional dapat
naik pangkat yang mengindikasikan kenaikan level keahliannya bila angka kreditnya
telah memenuhi syarat untuk bisa naik pangkat ke level lebih tinggi, yaitu Pejabat
Fungsional Ahli Muda, Pejabat Fungsional Ahli Madya, dan Pejabat Fungsional Ahli
Utama.
C. Mekanisme Perpindahan
PNS yang ingin mengalami kemajuan dalam kariernya harus bisa menerapkan
manajemen karier yang efektif dimulai dari perencanaan yang matang. PNS yang ingin
berkembang kariernya tidak mungkin bisa mengalami kemajuan bila ia tetap berada
dalam posisi jabatannya saat ini dalam durasi waktu yang lama. Bila hal demikian terjadi
maka itu artinya PNS tersebut bukan mengalami kemajuan tetapi berada dalam kondisi
stagnasi, yang berpotensi menimbulkan kejenuhan dan apatis.
Oleh karena itu bila PNS ingin maju kariernya, maka ia harus dinamis berpindah dari
satu jabatan ke jabatan lain. Hal ini dikenal dengan istilah perpindahan tugas kedinasan
(Tour of Duty). Perpindahan tugas tersebut dapat juga dipandang sebagai salah satu
bentuk pengembangan kompetensi, karena penugasan baru akan memperkaya
pengetahuan, keterampilan dan sikap dari PNS. Regulasi mengatur secepat-cepatnya 2
tahun dan selambat-lambatnya 5 tahun PNS harus mengalami perpindahan demi
kemajuan kariernya.
Pola karier PNS terdiri dari 3 macam yaitu Perpindahan Horizontal, Perpindahan
Vertikal, dan Perpindahan Diagonal. Penjelasan dari masing-masing bentuk Pola Karier
adalah sebagai berikut:
Perpindahan Vertikal merupakan proses promosi dari 1 posisi Jabatan ke posisi Jabatan
lain yang lebih tinggi di dalam 1 kelompok Jabatan Administrasi, Jabatan Fungsional
atau Jabatan Pimpinan Tinggi.
BAB
UNIT
5
1
PENILAIAN KINERJA PNS
Indikator keberhasilan:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran pada bab ini, peserta diharapkan dapat
menjelaskan (1) penilaian kinerja pegawai (2)mekanisme penyusunan SKP (3) Tunjangan
Kinerja (4) e-SKP
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri
Sipil yang akan mulai berlaku pada pertengahan tahun 2021.
Penilaian kinerja menurut PP Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai
Negeri Sipil merupakan suatu proses rangkaian dalam Sistem
Manajemen Kinerja PNS, berawal dari penyusunan perencanaan kinerja
yang merupakan proses penyusunan Sasaran Kinerja Pegawai selanjutnya
disingkat SKP.
PP Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS dan PP Nomor 30 Tahun
2019 tentang Kinerja Pegawai Negeri Sipil mengamanatkan bahwa kewajiban
menyusun SKP ini berlaku bagi semua PNS baik tenaga pendidik maupun tenaga
kependidikan.
Selanjutnya, penilaian kinerja pada modul ini akan dijelaskan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS.
Penilaian Prestasi Kerja PNS menurut Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011
tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS adalah suatu proses penilaian secara sistematis
yang dilakukan oleh Pejabat Penilai terhadap Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Perilaku
Kerja PNS. Penilaian prestasi kerja terdiri atas unsur Sasaran Kerja Pegawai dengan
bobot nilai 60% (enam puluh persen) dan Perilaku Kerja dengan bobot nilai 40%
(empat puluh persen).
Pejabat penilai adalah atasan langsung PNS yang dinilai, dengan ketentuan paling
rendah pejabat struktural eselon V atau pejabat lain yang ditentukan. Di lingkungan
Kemendikbud pejabat penilai paling rendah adalah pejabat struktural eselon IV.
Dengan adanya perubahan struktur organisasi Kemendikbud yaitu dengan
diberlakukannya Permendikbud Nomor 45 Tahun 2019 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta dengan
diberlakukannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi
Birokrasi Nomor 28 Tahun 2019 tentang Penyetaraan Jabatan Administrasi kedalam
Jabatan Fungsional, maka dikenal pejabat pemberi rekomendasi dan pejabat
penandatangan SKP. Pejabat pemberi rekomendasi adalah penanggungjawab
substansi pada fungsi tertentu dan pejabat penandatangan adalah pejabat struktural
paling rendah adalah pejabat struktural eselon IV.
Sasaran Kerja Pegawai adalah rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang
PNS dalam 1 (satu) tahun. Dalam penyusunan rencana kerja dan target harus
memperhatikan Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan rincian tugas jabatan masing-masing
pegawai.
Unsur SKP terdiri dari kegiatan tugas jabatan, target, dan angka kredit. Target
merupakan jumlah beban kerja yang akan dicapai oleh setiap PNS dalam kurun waktu
tertentu. Kegiatan tugas jabatan adalah tugas pekerjaan yang wajib dilakukan dalam
rangka pelaksanaan fungsi jabatan. Setiap kegiatan tugas jabatan harus berorientasi
pada hasil secara nyata dan terukur. Target merupakan ukuran atau tolak ukur prestasi
kerja yang realistis. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau
akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang PNS yang
mempunyai jabatan fungsional dalam rangka pembinaan karier dan jabatannya.
Setiap PNS yang mempunyai jabatan fungsional diharuskan untuk mengumpulkan
angka kredit setiap tahun sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
MEMBUAT
PENGAJUAN PENILAIAN
RENCANA SKP
REALISASI REALISASI
kerja dan target satu tahun kedepan, sehingga setiap pegawai memahami
target pekerjaannya.
b. Khusus bagi dosen, SKP disusun berdasarkan target angka kredit yang akan
dicapai pada semester ganjil dan semester genap (Januari sampai dengan
Desember).
Berikut adalah tabel jenjang jabatan, jenjang pangkat dan angka kredit jabatan
akademik dosen:
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan target angka kredit dalam SKP
adalah sebagai berikut :
2. Untuk naik jabatan dari Lektor (200 kum) menjadi Lektor Kepala (400 kum)
Kebutuhan angka kredit yang harus dicari adalah >200 kum = (400 kum –
200 kum)
Ukuran waktu normal untuk mendapatkan>200 kum adalah 4 tahun
Dengan demikian target 1 tahun adalah 25% x 200 kum = 50 kum
3. Pada saat membuat SKP dosen berdasarkan hasil perhitungannya (pribadi),
misalnya telah 2 tahun dalam jabatan terakhir yang diduduki dan sudah
memperoleh 50 angka kredit dari 100 angka kredit yang dibutuhkan untuk
kenaikan jabatan/pangkat ke jenjang berikutnya, maka sisa 50 angka kredit
berikutnya yang dibuatkan sebagai target tahunan dalam SKP.
e. Mengisi rencana SKP pada aplikasi e-SKP untuk 1 (satu) tahun sesuai dengan
hasil diskusi dengan pejabat penilai
f. Pejabat penilai melakukan validasi terhadap rencana target yang sudah
disusun berdasarkan kesepakatan antara pejabat penilai dengan pejabat yang
dinilai;
g. Rencana SKP pegawai dicetak dan ditandatangani oleh pejabat penilai dan
pegawai yang bersangkutan sebagai kontrak kerja.
2. Pengajuan realisasi
a. Pegawai melakukan pengisian log harian setiap hari
b. Pegawai mengajukan realisasi setiap bulan sesuai dengan target yang
telah ditetapkan
c. Apabila ada perubahan terhadap target yang telah ditetapkan, pegawai
harus mengajukan addendum (perubahan) target sebelum mengajukan
realisasi
d. Adendum atau perubahan terhadap target yang sudah direncanakan
karena kondisi tertentu diantaranya adalah menghilangkan kegiatan
yang sudah direncanakan, merubah kuantitas (menambah atau
mengurangi) target yang sudah direncanakan dengan kuantitas baru,
dan menambah kegiatan yang sebelumnya belum direncanakan.
e. Pejabat penilai harus melakukan persetujuan addendum terlebih
dahulu sebelum melakukan penilaian terhadap target yang sudah
diadendum
3. Penilaian Realisasi
a. Pejabat penilai harus melakukan penilaian terhadap capaian kerja
bulanan stafnya.
b. Pejabat penilai melihat log harian pegawai yang dinilai sebelum
melakukan penilaian terhadap capaian kerja bulanan
nilai SKP dan nilai perilaku dinilai oleh atasan langsung berdasarkan nilai perilaku
dari perguruan tinggi.
b. Cuti di atas satu bulan
PNS yang melakukan cuti diatas satu bulan sehingga mengakibatkan tidak
tercapainya target pada bulan tersebut, maka pegawai harus melakukan adendum
hapus target selama pegawai tersebut cuti atau menyesuaikan target sesuai
dengan sasaran yang dicapainya.
c. Diperbantukan ke instansi lain
Penilaian prestasi kerja bagi PNS yang diperbantukan ke instansi lain baik di dalam
maupun di luar negeri di lakukan oleh pimpinan instansi induknya atau pejabat
lain yang ditunjuk berdasarkan bahan yang diperoleh dari instansi tempat yang
bersangkutan bekerja. PNS yang diperbantukan tidak wajib menyusun SKP di awal
tahun, penilaian prestasi kerja pada akhir tahun hanya dinilai unsur perilaku kerja.
C. Tunjangan Kinerja
Pegawai di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, selain diberikan
penghasilan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, diberikan Tunjangan
Kinerja setiap bulan. Tingkat besaran tunjangan kinerja ditentukan berdasarkan tingkat
kinerja pegawai dalam pelaksanaan reformasi birokrasi yang telah dilakukan di
lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tingkat besaran tunjangan kinerja ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 136
Tahun 2018 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan
Perpres ini diatur berdasar Permendikbud Nomor 14 Tahun 2016 tentang Ketentuan
Teknis Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dengan perubahan besaran tunjangan kinerjanya diatur
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 tahun 2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2016
tentang Ketentuan Teknis Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di
Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun 2020 telah terbit
perubahan peraturan Menteri yaitu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 49 tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2016 tentang Ketentuan Teknis Pelaksanaan
Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Tunjangan kinerja pegawai adalah penghasilan yang diberikan kepada pegawai
berdasarkan capaian kinerja sesuai dengan kelas jabatan yang didudukinya.
Pembayaran dilakukan setiap bulan berdasarkan pada capaian kinerja pegawai yang
bersangkutan pada bulan itu. Dengan kata lain, besaran tunjangan kinerja yang
diterima pegawai berbeda-beda, tergantung pada kelas jabatan dan capaian kinerja
pegawai yang bersangkutan.
Capaian kerja setiap bulan bagi pejabat pengawas, pejabat administrator, dan
pejabat pimpinan tinggi (pejabat struktural) dihitung berdasarkan nilai rata-rata dari
capaian kerja staf atau pejabat yang merupakan bawahan langsungnya.
Meskipun pejabat struktural setiap bulan mendapatkan nilai rata-rata dari
bawahannya sebagai dasar perhitungan tunjangan kinerja, akan tetapi pejabat
struktural tetap harus mengisi realisasi dan dinilai oleh atasan langsung sebagai
dokumen SKP tahunan yang harus dimiliki oleh PNS.
2. Komponen Kehadiran (40%)
Kehadiran adalah kewajiban pegawai untuk masuk kerja dan menaati ketentuan jam
kerja berdasarkan hari kerja dan jam kerja yang telah ditentukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
1. Tugas Belajar
Tunjangan kinerja bagi pegawai yang menjalani tugas belajar dibayarkan sebesar
60%.
2. Cuti
a. Tunjangan kinerja bagi pegawai yang menjalani cuti tahunan, cuti alasan
penting dan cuti melahirkan dibayarkan sebesar 100%.
b. Tunjangan kinerja bagi pegawai yang menjalani cuti besar, apabila kurang dari
2 bulan maka dibayarkan 100%, akan tetapi apabila dalam rentang 2 sampai 3
bulan, maka dibayarkan 40%.
c. Tunjangan kinerja bagi pegawai yang menjalani cuti sakit dengan ketentuan
sebagai berikut:
• 3 – 14 hari dan kemudian diperpanjang sampai dengan 1 bulan, dibayarkan
100%.
• Di atas 1 bulan dan terus diperpanjang sampai dengan 6 bulan, dibayarkan
40%.
• Di atas 6 bulan dan terus diperpanjang sampai dengan 1 tahun 6 bulan,
tidak dibayarkan.
D. E-SKP
Aplikasi elektronik Sasaran Kerja Pegawai (e-SKP) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan merupakan pengembangan dari aplikasi e-SKP yang sudah dibuat oleh
Biro SDM pada tahun 2015. Pada tahun 2016 aplikasi tersebut dikembangkan seiring
dengan diberlakukannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14
Tahun 2016 tentang Ketentuan Teknis Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja
Pegawai di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mengharuskan
adanya capaian kerja bulanan sebagai salah satu dasar dalam pembayaran tunjangan
kinerja. Aplikasi e-SKP meliputi proses penyusunan SKP Tahunan, capaian realisasi
bulanan, pembuatan log harian, dan penilaian perilaku kerja dari masing-masing
pegawai.
Aplikasi e-SKP dapat diakses menggunakan web browser seperti internet explorer,
firefox, dan chrome pada laman http://skp.sdm.kemdikbud.go.id. Pegawai yang dapat
menggunakan aplikasi e-SKP adalah Pegawai yang tercatat dalam database
kepegawaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pegawai dapat masuk ke laman tersebut dan login dengan username adalah NIP
masing-masing pegawai dan password default adalah skp12345. Pegawai dapat
mengunduh manual pengguna dan video tutorial yang ada pada menu “Bantuan”.
Manfaat Aplikasi :
1. Memudahkan pegawai dalam menyusun SKP dan proses persetujuan dari atasan
langsung.
2. Memudahkan atasan langsung (pejabat penilai) untuk memantau progress SKP
dan penilaian masing-masing pegawai yang menjadi stafnya.
3. Proses penilaian bulanan yang dilakukan sesuai dengan Permendikbud No 14
Tahun 2016 dan Perka BKN No 1 Tahun 2013. Fasilitas cetak dokumen telah
disesuaikan dengan format baku dari Peraturan Kepala BKN No 1 Tahun 2013.
4. Memudahkan pengelola kepegawaian untuk merekap data capaian kerja
bulanan sebagai dasar penghitungan tunjangan kinerja dari komponen capaian
kerja karena terintegrasi dengan aplikasi kehadiran.
5. Memudahkan Satker dalam melakukan pelaporan Penilaian Prestasi Kerja PNS
kepada Biro Kepegawaian.
6. Memudahkan Biro Kepegawaian dalam mengawasi dan mengontrol Penilaian
Prestasi Kerja PNS di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
7. Memudahkan Pelaporan kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi dan ke Badan Kepegawaian Negara tentang Penilaian
Prestasi Kerja PNS di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Username yang digunakan adalah NIP masing-masing dan password defaultnya adalah
skp12345. Selanjutnya tekan tombol “Masuk” atau enter.
Apabila login berhasil maka akan tampil halaman awal seperti gambar berikut:
Beranda menampilkan ikon shortcut untuk pilihan menu di e-SKP yaitu Beranda berisi
Data Pegawai, Rencana SKP, Realisasi SKP, Log Harian, dan Pengaturan. Selain itu
beranda juga menampilkan berita pemberitahuan terkait ESKP serta pilihan tahun,
satuan kerja dan jabatan.
SKP dan Perilaku Kerja, mempunyai submenu Data Pegawai, Rencana SKP, Pengajuan
Realisasi, Addendum dan Nilai Prestasi Kerja.
Sebelum memulai mengisi aplikasi pastikan terlebih dahulu posisi yang akan kita pilih,
dengan memilih tahun, satuan kerja dan jabatan, kemudian tekan tombol “SET”.
Tampilan pilihan tahun, satuan kerja dan jabatan adalah sebagai berikut:
2. Rencana SKP
Untuk membuat rencana SKP, pilih menu SKP dan Perilaku Kerja kemudian pilih
submenu Rencana
Tampilan tersebut adalah tampilan pertama kali sebelum mengisi rencana yang
ditandai dengan adanya tombol “Buat Rencana”.
Tekan tombol “buat rencana” agar bisa mengisi formulir. Setelah menekan tombol
“Buat Rencana”, maka tombol tersebut akan hilang.
Berikut adalah tampilan setelah ditekan tombol “Buat Rencana”
Setelah formulir tersebut diisikan sampai pada kolom keterangan, kemudian tekan
tombol simpan. Maka akan tampil gambar sebagai berikut:
Untuk melanjutkan pengisian rencana, bisa dengan memilih bulan apabila rincian
kegiatan tersebut dikerjakan pada bulan yang berbeda. Hal tersebut dilakukan sampai
semua rencana satu tahun terisi kedalam aplikasi.
Setelah rencana diisikan minimal satu uraian maka akan tampil tombol “Ajukan
Rencana” Sebagai berikut:
Tekan tombol “Ajukan Rencana” tersebut setelah selesai membuat rencana satu tahun
dan yakin semua sudah terisi sesuai dengan perencanaan satu tahun. Apabila tombol
tersebut tidak ditekan maka atasan tidak bisa menyetujui rencana.
Rencana yang telah dibuat, kemudian dicetak dengan memilih menu cetak rencana.
Tampilan cetak rencana adalah sebagai berikut:
3. Persetujuan rencana
Persetujuan rencana dilakukan oleh pejabat penilai dari pegawai yang
bersangkutan.
4. Log harian
Log harian bisa diisi apabila pegawai sudah mendapatkan persetujuan rencana dari
pejabat penilainya. Tampilan menu log harian sebagaimana gambar berikut:
Pilih tombol “Tambah Data” untuk mengisikan log harian. Formulir log harian
sebagaimana gambar berikut:
Apabila memilih uraian, kemudian mengisikan jenis satuan yang sama dengan rencana
maka akan tampilan “(Opsional) Akumulasi Output”, sebagaimana gambar berikut:
Log harian bisa di ubah dengan memilih tombol atau dihapus dengan memilih
yang ada pada menu bulanan. Serta bisa dicetak dengan memilih tombol
“cetak Log Harian”. Tampilan menu cetak log harian sesuai dengan format pada
lampiran Permendikbud nomor 14 Tahun 2016, adalah sebagai berikut:
5. Pengajuan Addendum
Untuk melakukan Addendum, pilih menu “SKP dan Perilaku Kerja” dan submenu
“Addendum”. Tampilan Addendum sebagaimana gambar berikut:
6. Persetujuan Addendum
Persetujuan addendum dilakukan oleh pejabat penilai dari pegawai yang
bersangkutan.
7. Pengajuan Realisasi
Pengajuan realisasi bisa dilakukan apabila pegawai sudah mendapatkan
persetujuan rencana oleh atasannya dan mengisi log harian sebanyak yang telah di
tentukan. Pengajuan realisasi dilakukan setiap bulan. Pilih menu “SKP dan Perilaku
Kerja” dan Sub menu “Pengajuan Realisasi”. Tampilan pengajuan realisasi
sebagaimana gambar berikut:
Pilih tombol “Isi realisasi per Bulan”, maka akan tampil gambar sebagaimana berikut:
Apabila pengisian tombol Realisasi Output kurang atau lebih dari target maka akan
tampil penawaran adendum atau tidak, sebagaimana tampilan gambar sebagai berikut:
8. Penilaian Realisasi
Persetujuan realisasi dilakukan oleh Pejabat Penilai dari pegawai yang
bersangkutan.
9. Pengajuan Tugas Tambahan dan Kreativitas
Nilai tambahan dan kreativitas diajukan pada akhir tahun. Jumlah tugas tambahan
merupakan akumulasi selama 1 tahun. Pilih menu “SKP dan Perilaku kerja” dan
submenu “Pengajuan Realisasi”. Tampilan sebagaimana gambar berikut:
Pilih tombol “Isi Nilai Tambahan”, maka akan tampil gambar sebagaimana berikut:
Pilih tombol “Cetak Realisasi”, maka akan tampil gambar sebagaimana berikut:
Untuk mencetak Penilaian Prestasi Kerja, pilih menu “SKP dan Penilaian Perilaku” dan
submenu “Nilai Prestasi Kerja”, maka akan tampil gambar sebagai berikut:
a. Isi Tanggal Pemberian Nilai, tanggal Diterima PNS yang Dinilai, Tanggal
Diterima Atasan pejabat Penilai.
b. Margin digunakan untuk mengatur tampilan.
c. Pilih tombol “Cetak Penilaian Prestasi Kerja”
BAB
UNIT
6
1
KEHADIRAN PEGAWAI
Indikator keberhasilan:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran pada bab ini, peserta diharapkan dapat
menjelaskan (1) ketentuan hari dan jam kerja (2) toleransi waktu kedatangan
(3)pengurangan tunjangan kinerja (4)e-kehadiran
Potongan Tukin
Kategori Durasi (menit) Keterangan
(%)
Kalau mengganti 30 menit di
1-30 0
waktu pulang
Kalau tidak menggganti 30
1-30 0.5
menit di waktu pulang
Datang Telat
31-60 1
61-90 1.5
91-120 2
>120 3
1-30 0.5
31-60 1
Pulang Cepat 61-90 1.5
91-120 2
>120 3
1-29 0
30 0.5
Tidak di 31-60 1
Tempat 61-90 1.5
91-120 2
>120 3
Lupa Absen Datang 1.5
Lupa Absen Pulang 1.5
Lupa Absen Datang dan Pulang 3
Potongan Tukin
Kategori Durasi (menit) Keterangan
(%)
Tidak Hadir (Alpha/Absen) 3
Akumulasi 7,5 jam 3
Datang telat 15 jam 6 Dikenakan hanya salah
dan pulang 22,5 jam 9 satunya
cepat (dalam
sebulan) 30 jam 12
Akumulasi 7,5 jam 3
tidak berada 15 jam 6 Dikenakan hanya salah
di tempat 22,5 jam 9 satunya
(dalam
sebulan) 30 jam 12
Pegawai yang tidak melaksanakan kewajiban penggantian jam kerja atau terlambat
masuk kerja, serta pulang lebih cepat dari waktu yang ditentukan untuk kepulangan
kerja, apabila jumlah jam tersebut dikumulatifkan mencapai 7,5 jam dalam 1 bulan
dihitung sebagai 1 hari tidak masuk kerja dan dikenai pengurangan tunkin pegawai
sebesar 3% dan untuk setiap kelipatannya.
Pegawai dinyatakan tidak melanggar ketentuan jam kerja apabila yang bersangkutan
dapat membuktikan dokumen berupa:
1. surat keterangan atasan langsung bagi Pegawai yang tidak berada di tempat kerja
tanpa alasan yang sah;
2. surat permohonan izin;
3. surat keterangan penugasan
4. surat keterangan bagi Pegawai yang lupa melakukan rekam kehadiran sistem
elektronik pada waktu kedatangan kerja;
5. surat pernyataan atasan langsung bagi Pegawai yang lupa melakukan rekam
kehadiran sistem elektronik pada waktu kepulangan kerja;
6. surat izin ke luar kantor pada jam kerja
D. E-Kehadiran
Aplikasi kehadiran elektronik (e-Kehadiran) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
telah dibangun oleh Biro SDM sejak tahun 2016, dan terus dilakukan pengembangan
dan penyempurnaan sesuai tuntutan kebutuhan. Pengembangan aplikasi kehadiran
didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun
2016 tentang Ketentuan Teknis Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di
Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Aplikasi kehadiran harus dijadikan dasar dalam penghitungan kinerja. Untuk itu
aplikasi kehadiran terintegrasi dengan aplikasi e-SKP. Setiap bulan aplikasi ini akan
menarik nilai capaian kerja bulanan dari aplikasi e-SKP untuk ditambahkan dengan
BAB
7
PENUTUP
Indikator keberhasilan mempelajari modul Tata Kelola SDM tidak hanya pada pemahaman
terhadap tema-tema yang disajikan, tetapi keberhasilannya akan lebih terukur pada
perilaku dan sikap yang ditunjukkan pegawai dalam menjalankan tugasnya sehari-hari dan
saat bersosialisasi di masyarakat. Pemahaman tema modul yang baik tidak otomatis
berkaitan dengan pembentukan kebiasaan yang unggul dalam bekerja sebagai PNS. Hal ini
membutuhkan komitmen dan idealisme serta proses pembiasaan diri untuk menjadi lebih
disiplin dan berorientasi pada kinerja.
Karakter ideal seorang PNS yang berdisiplin tinggi, mematuhi aturan jam kerja, dan
mencapai sasaran target kinerja yang ditetapkan merupakan sebagian dari kriteria figur
PNS teladan yang bisa dicontoh masyarakat. Masih banyak lagi ciri-ciri dari seorang PNS
sebagai aparatur pemerintah yang melayani masyarakat. Tema-tema modul ini hanya
sebagai upaya untuk mengenalkan karakteristik dasar PNS yang diharapkan bisa
memancing keingintahuan pegawai untuk lebih menggali dan menerapkan kriteria lainnya.
DAFTAR PUSTAKA