Anda di halaman 1dari 57

Hak Cipta © Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan

Nasional
Edisi Tahun 2023

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia


Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Jl. Akses Tol Cimanggis, Cikeas, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.
Telp. (021) 8674586

PELATIHAN PENATAAN AKSES REFORMA AGRARIA MELALUI


PEMBERDAYAAN TANAH MASYARAKAT
Penataan Kelembagaan

Penanggung Jawab:
1. Dr. Agustyarsyah, S.SiT., S.H., M.P.
Subject Matter Expert:
1. Ninuk Dwi Agustiningrum Setyowati, S.Si.
2. Fernaldy M Amin, S.H., M.Si.
Content Author:
1. Ir. Achmad Taufiq Hidayat, M.Si.
Editor:
1. Tim PPSDM Kementerian ATR/BPN

JAKARTA - KEMENTERIAN ATR/BPN - 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya modul
yang menjadi pegangan bagi peserta Pelatihan Penataan Akses Reforma
Agraria melalui Pemberdayaan Tanah Masyarakat. Modul ini dapat
terselesaikan karena kerjasama Tim Penyusun Modul yang sudah dirangkum
melalui beberapa kali workshop dan dukungan dari berbagai pihak di
lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional.
Untuk itu dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional;
2. Direktorat Pemberdayaan Tanah Masyarakat Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
3. Tim Penyusun Modul;
4. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya Modul ini.
Akhir kata, semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi peserta
pelatihan. Kritik dan saran dengan senang hati akan diterima untuk
perbaikan modul ini.

Bogor, Februari 2023


Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Dr. Agustyarsyah, S.SiT., S.H., M.P.


NIP. 19700811 199403 1 010

i
...

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1
B. DESKRIPSI SINGKAT ........................................................................ 2
C. TUJUAN PEMBELAJARAN ................................................................ 2
D. INDIKATOR HASIL BELAJAR ............................................................ 2
E. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ...................................... 3
BAB II DASAR PENATAAN KELEMBAGAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT4
A. PENGERTIAN PENATAAN KELEMBAGAAN EKONOMI MASYARAKAT 5
B. POKOK-POKOK KEGIATAN DALAM PENATAAN KELEMBAGAAN ...... 8
C. MAKSUD, TUJUAN, DAN MANFAAT PENATAAN KELEMBAGAAN ... 14
BAB III IMPLEMENTASI PENATAAN KELEMBAGAAN................................ 19
A. PENGUATAN KELEMBAGAAN ......................................................... 20
B. PEMBENTUKAN KERJA SAMA ........................................................ 29
C. PENDAMPINGAN KEWIRAUSAHAAN/KELEMBAGAAN .................... 28
D. PENYUSUNAN SURAT KEPUTUSAN PENETAPAN KELOMPOK
MASYARAKAT ................................................................................. 33
BAB IV PEMBENTUKAN KELOMPOK USAHA ............................................ 35
A. PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN MELALUI KELOMPOK USAHA .... 35
B. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN KELOMPOK USAHA ........................... 39
C. PENYUSUNAN RENCANA AKSI PENATAAN KELEMBAGAAN ........... 41
D. TABULASI DATA HASIL SURVEI MONITORING ............................... 44
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 48
A. KESIMPULAN .................................................................................. 48
B. TINDAK LANJUT ............................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 50

ii
...

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Landasan Konsep kegiatan Penataan Kelembagaan Penanganan Akses


Reforma Agraria (Tahun Kedua) 5

Gambar 2. Pembentukan Kelompok Masyarakat berdasarkan Sektor Usaha 7

Gambar 3. Alur kegiatan Penataan Kelembagaan Penanganan Akses Reforma


Agraria 19

Gambar 4. Contoh struktur organisasi kelompok usaha 39

iii
...

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Pengguna dapat mempelajari keseluruhan isi materi modul ini yang


dilakukan secara berurutan. Pastikan terlebih dahulu urutan materi pada
saat memahami setiap bagian dalam modul ini, karena masing-masing
urutan materi saling berkaitan. Agar proses pembelajaran dapat berlangsung
dengan lancar dan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, maka dari itu
dianjurkan untuk:
1. Membaca dengan cermat materi yang ada dan pahami tujuan
pembelajaran terlebih dahulu yang tersedia pada setiap awal bab,
apabila ada hal-hal yang kurang jelas dapat bertanya dengan
fasilitator saat kegiatan pembelajaran berlangsung;
2. Mengerjakan latihan dan evaluasi yang tersedia pada setiap akhir
bab modul ini;
3. Membentuk kelompok diskusi untuk membahas materi tertentu
dan studi kasus yang diberikan untuk memperdalam pemahaman
materi;
4. Mempelajari bahan dari sumber lain sesuai referensi yang
tercantum pada daftar pustaka di akhir modul ini untuk
memperluas wawasan; dan
5. Mengaitkan materi yang diperoleh dengan kondisi lingkungan kerja
dan cobalah rencanakan implementasinya bila perlu.

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional


sebagai Lembaga Pemerintah yang menangani tugas di bidang
pertanahan mengemban amanat Program Strategis Nasional (PSN)
melalui kegiatan Reforma Agraria untuk pemerataan ekonomi1. Unsur
penting dalam Reforma Agraria yaitu Penataan Aset dan Penataan
Akses. Penataan Aset adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah dalam rangka menciptakan
keadilan di bidang penguasaan dan pemilikan tanah. Sementara itu,
Penataan Akses adalah pemberian kesempatan akses permodalan
maupun bantuan lain dalam rangka meningkatkan kesejahteraan yang
berbasis pada pemanfaatan tanah, yang disebut juga pemberdayaan
tanah masyarakat. Adapun tujuan penataan akses salah satunya yaitu
memperbaiki akses masyarakat kepada sumber ekonomi. Masyarakat
yang dimaksud merupakan subjek penerima TORA (Tanah Objek
Reforma Agraria). Dalam mendukung kegiatan Penataan Kelembagaan
Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) memiliki peran strategis untuk
mengkoordinasikan para stakeholder terkait rencana kegiatan, kerja
sama, sinergi program pembentukan dan penguatan kelembagaan.
Berdasarkan pertimbangan atas pengalaman pelaksanaan kegiatan
Penanganan Akses tahun 2021-2022, serta masukan berbagai
pemangku kepentingan, keberadaan kelembagaan ekonomi melalui
kelompok usaha merupakan prasyarat penting dalam pemberian
fasilitasi akses. Oleh karena itu, Direktorat Pemberdayaan Tanah

1 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Permenko Perekonomian) tentang


Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021
tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional

1
Masyarakat mengusulkan adanya perbaikan pelaksanaan Penataan
Akses dengan menyusun kegiatan yang disebut dengan Kegiatan
Penataan Kelembagaan (Penerima Akses Tahun Kedua). Kegiatan
Penataan Kelembagaan ini memiliki dua kegiatan penting, yaitu
pembentukan kelembagaan dan penguatan kapasitas kelembagaan.
Pengembangan kebijakan baru dalam Kegiatan Penanganan
Akses Reforma Agraria ini dalam kaitannya secara khusus dengan
kegiatan Penataan Kelembagaan ialah mewadahi kegiatan fasilitasi
pembentukan kelembagaan dan penguatan kapasitas kelembagaan.
Peranan penting keberadaan kelembagaan ekonomi mlalui kelompok
usaha ini agar memudahkan pemberian fasilitasi akses oleh pemangku
kepentingan terkait serta mendorong kemandirian usaha secara
bersama-sama.

B. DESKRIPSI SINGKAT

Mata Pelatihan ini membahas tentang Landasan dan Pelaksanaan


Kegiatan Penataan Kelembagaan Penerima Akses Reforma Agraria
tahun 2023. Penyampaian materi di atas dijelaskan melalui kombinasi
metode penyampaian materi dengan menggunakan video pembelajaran,
diskusi interaktif dan studi kasus. Keberhasilan peserta dinilai dari
kemampuannya memahami bahasan materi yang disampaikan.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi ini, peserta dapat mengaplikasikan


urutan kegiatan pelaksanaan penataan kelembagaan sesuai ketentuan
yang berlaku.

D. INDIKATOR HASIL BELAJAR

Setelah mempelajari mata pelatihan ini peserta diharapkan mampu:


1. Menjelaskan konsep dasar penataan kelembagaan pemberdayaan
masyarakat yang mencakup pengertian, ruang lingkup, maksud,
tujuan, dan manfaat dari penataan kelembagaan.

2
2. Mengaplikasikan mekanisme implementasi penataan kelembagaan
sesuai prosedur ketentuan yang berlaku.
3. Mengaplikasikan mekanisme pembentukan kelompok usaha sesuai
prosedur ketentuan yang berlaku.

E. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK

1. Dasar Penataan Kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat


a. Pengertian Penataan Kelembagaan Ekonomi Masyarakat
b. Pokok-Pokok Kegiatan dalam Penataan Kelembagaan
c. Maksud, Tujuan, dan Manfaat Penataan Kelembagaan
2. Implementasi Penataan Kelembagaan
a. Penguatan Kelembagaan
1) Persiapan dan Pengadaan Tenaga Pendukung
2) Asesmen Data Subyek dan Kelembagaan
3) Pembentukan Kelembagaan melalui Kelompok Usaha
4) Penguatan Kapasitas Kelembagaan
b. Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan
c. Pembentukan Kerja Sama
1) Fasilitasi Pembentukan Kerja Sama
2) Fasilitasi Penguatan Kerja Sama
d. Penyusunan Surat Keputusan Pembentukan Kelompok
Masyarakat
3. Pembentukan Kelompok Usaha
a. Identifikasi Kebutuhan Kelompok Usaha
b. Penyusunan Perangkat Keorganisasian
c. Penyusunan Rencana Aksi Penataan Kelembagaan

3
BAB II

DASAR PENATAAN KELEMBAGAAN PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT

INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan menjelaskan konsep dasar penataan
kelembagaan pemberdayaan masyarakat yang mencakup pengertian, landasan, maksud,
tujuan, dan manfaat dari penataan kelembagaan.

Kegiatan penataan kelembagaan ekonomi masyarakat memiliki


pengertian sebagai kegiatan pembentukan dan peningkatan kapasitas
kelembagaan sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (2) Peraturan Presiden
Nomor 86 Tahun 2018 bahwa Peningkatan kapasitas kelembagaan
merupakan salah satu kegiatan Penataan Akses dilakukan melalui
pembentukan kelompok berdasarkan jenis bidang usaha. Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional mengembangkan
kegiatan penataan kelembagaan ini bertumpu pada ketentuan yang berlaku
dalam pengelolaan jenis-jenis usaha di Kementerian/Lembaga terkait agar
diperoleh keselarasan dan tepat sasaran.
Pengembangan kebijakan baru dalam Kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria ini dalam kaitannya secara khusus dengan kegiatan
Penataan Kelembagaan ialah mewadahi kegiatan fasilitasi pembentukan
kelembagaan dan penguatan kapasitas kelembagaan. Peranan penting
keberadaan kelembagaan ekonomi mlalui kelompok usaha ini agar
memudahkan pemberian fasilitasi akses oleh pemangku kepentingan terkait
serta mendorong kemandirian usaha secara bersama-sama.
Secara konseptual, Penataan Kelembagaan didefinisikan sebagai
rangkaian kegiatan Penanganan Akses pada tahun kedua yang terdiri dari
dua kegiatan utama, yakni pembentukan kelembagaan dan penguatan
kapasitas kelembagaan. Pertama, Pembentukan kelembagaan sebagai upaya
untuk memfasilitasi pengorganisasian subjek Reforma Agraria ke dalam

4
media/sarana yang dibentuk berdasarkan kesamaan atau kesesuaian jenis
usaha dengan tujuan mempermudah komunikasi dan koordinasi dalam
pendampingan kepada masyarakat. Kesamaan bidang usaha ini tidak
terbatas pada kesamaan produk atau komoditas hasil usaha, tetapi
kesesuaian dalam rantai ekonomi suatu bidang usaha.

Gambar 1. Landasan Konsep kegiatan Penataan Kelembagaan Penerima


Akses Reforma Agraria (Tahun Kedua)

A. PENGERTIAN PENATAAN KELEMBAGAAN EKONOMI MASYARAKAT

Kelembagaan Ekonomi Reforma Agraria adalah kelembagaan atau


perkumpulan subjek Reforma Agraria yang memiliki kegiatan
pemanfaatan dan peningkatan produktivitas lahan dari hulu sampai
hilir di sektor ekonomi (pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan
nelayan tangkap, perikanan budidaya, Usaha Mikro Kecil dan Menengah
UMKM, Pariwisata, dan lainnya pada bidang jasa yang
ditumbuhkembangkan oleh, dari dan untuk subjek Reforma Agraria
guna meningkatkan skala ekonomi yang menguntungkan dan efisiensi
usaha.

5
Kegiatan pembentukan kelembagaan berdasarkan jenis bidang
usaha memberikan beberapa keuntungan antara lain mempermudah
koordinasi antar anggota dengan instansi pendamping, mempermudah
pemberian pelatihan atau pendampingan lainnya.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan fasilitasi, pendampingan,
maupun pemberian akses bantuan oleh Kementerian/Lembaga maupun
pemangku kepentingan lain, mensyaratkan adanya pembentukan
kelompok usaha. Kegiatan Peningkatan dan Pengembangan kapasitas
kelembagaan menekankan pada pemberdayaan kelompok/organisasi
masyarakat seperti Kelompok Tani, Kelompok Sadar Wisata, Kelompok
Usaha Bersama dan lain sebagainya. Kelembagaan ekonomi subjek
Penanganan Akses Reforma Agraria ini juga dapat dikembangkan dalam
bentuk Kelembagaan Koperasi.
Nama kelembagaan ekonomi, disebut juga Kelompok Masyarakat
Penanganan Akses Reforma Agraria, dapat dibentuk mengikuti nama
yang telah diatur di masing-masing lingkungan Kementerian, seperti
Kelembagaan Petani, yakni lembaga yang ditumbuhkembangkan dari,
oleh, dan untuk petani guna memperkuat dan memperjuangkan
kepentingan petani, mencakup Kelompok Tani, Gabungan Kelompok
Tani, Asosiasi Komoditas Pertanian, dan Dewan Komoditas Pertanian
Nasional. Nama kelembagaan pada sektor lain mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan yang ada. Penyebutan Kelembagaan
Ekonomi dalam kegiatan pengembangan usaha dan akses pemasaran
selanjutnya disebut sebagai Kelompok Usaha Masyarakat baik berbadan
hukum atau belum berbadan hukum baik terdaftar atau belum
terdaftar/memiliki Surat Keterangan atau Surat Pengantar dari
Pemerintah Desa atau pejabat yang berwenang. Klasifikasi kelembagaan
ekonomi masyarakat belum berbadan hukum, antara lain:
1. Kelompok Tani (Poktan) dan/atau Kelompok Wanita Tani (KWT)
2. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
3. Kelompok Nelayan
4. Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan)

6
5. Kelompok Usaha Bersama (KUB)
6. Kelompok Pra-koperasi yang dikembangkan dari kelompok
usaha untuk pengusulan koperasi.

Gambar 2. Pembentukan Kelompok Masyarakat berdasarkan Sektor Usaha

Klasifikasi kelembagaan ekonomi masyarakat yang dapat


didaftarkan berbadan hukum dengan mengacu pada ketentuan
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 10 tahun
2019 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan
Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perkumpulan
(Permenkumham 3/2016), bahwa terdapat kelembagaan berbadan
hukum yang didirikan untuk mewujudkan kesamaan maksud dan
tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan dan
tidak membagikan keuntungan kepada anggotanya. Kelompok badan
hukum ini antara lain:

1. Badan Usaha Milik Petani (BUMP)


2. Asosiasi Komoditas Pertanian
3. Dewan Komoditas Pertanian Nasional
4. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
5. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
6. Kelompok badan hukum lainnya

7
Badan hukum ini dapat berperan sebagai mitra bagi kelompok
usaha subjek Reforma Agraria. Sebagai contoh, BUMDesa didirikan oleh
pemerintah desa untuk menampung hasil usaha atau menopang hasil
usaha kelompok tani maupun kelompok usaha UKM di desa tersebut.

B. POKOK-POKOK KEGIATAN DALAM PENATAAN KELEMBAGAAN

Pokok-pokok kegiatan Penataan Kelembagaan berdasarkan


kebijakan Penanganan Akses Reforma Agraria tahun 2023, terdiri dari:
a. Penguatan kelembagaan
b. Pendampingan kewirausahaan/kelembagaan
c. Pembentukan kerja sama
d. Penyusunan Surat Keputusan (SK) Pembentukan Kelompok
Masyarakat.
e. Pelaksanaan anggaran
f. Pelaporan hasil kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan.

a. Penguatan Kelembagaan

Kegiatan penguatan kelembagaan terdiri dari beberapa


kegiatan pokok, yakni persiapan berupa rekrutmen Tenaga
Pendukung, asesmen data subjek dan kelembagaan, pembentukan
kelembagaan untuk subjek yang belum memiliki kelompok usaha
dan penguatan kapasitas kelembagaan untuk subjek yang sudah
memiliki kelompok usaha.

1) Asesmen Data Subjek dan Kelembagaan


Terdapat dua macam kemungkinan kelembagaan yang
diikuti oleh Subjek Reforma Agraria, yakni subjek belum
memiliki kelompok dan subjek memiliki kelompok, baik dalam
kondisi aktif maupun pasif. Oleh karena itu, kegiatan Penataan
Kelembagaan akan dibagi menjadi dua. Pertama, kegiatan
Pembentukan Kelembagaan yang dilanjutkan dengan kegiatan

8
Penguatan Kelembagaan terhadap subjek yang belum memiliki
keanggotaan kelompok usaha. Kedua, kegiatan Penguatan
Kapasitas Kelembagaan dilakukan terhadap subjek yang sudah
memiliki kelompok usaha. Kegiatan ini dapat dilakukan untuk
memfasilitasi dalam rangka memberdayakan kembali atau
memberi penguatan kapasitas kepada kelompok-kelompok yang
sudah berkembang atau sudah berjalan maupun pernah
dibentuk.
Proses penentuan kegiatan antara dua kemungkinan di
atas, diawali dengan kegiatan asesmen data subjek dan data
kelembagaan berdasarkan hasil pemetaan sosial. Data asesmen
ini penting sebagai dasar pelaksanaan kegiatan selanjutnya
yakni terhadap subjek yang belum memiliki kelompok usaha
perlu dilakukan fasilitasi melalui Pembentukan Kelembagaan.
Sementara itu, subjek yang sudah memiliki kelompok usaha
dapat dilanjutkan pada kegiatan Penguatan Kapasitas
Kelembagaan dengan catatan bahwa subjek dan pengurus
kelompok usahanya tersebut bersedia mengikuti kegiatan
Penataan Kelembagaan.

2) Pembentukan Kelembagaan

Pembentukan kelembagaan merupakan kegiatan penting


dalam Penataan Kelembagaan agar mempermudah koordinasi
dalam pemberian fasilitasi akses. Dalam proses pembentukan
kelembagaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional tidak dapat melakukannya sendiri,
sehingga perlu melakukan koordinasi yang baik dengan
Kementerian/Lembaga/Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
terkait sesuai dengan tugas dan fungsi serta kewenangannya
masing-masing.

9
Pembentukan Kelembagaan ini meliputi kegiatan
pembentukan kelompok usaha yang beranggotakan subjek
Penanganan Akses Reforma Agraria dengan jumlah keanggotaan
yang disepakati bersama dengan jumlah minimal keanggotaan
sesuai peraturan perundangan yang berlaku di
Kementerian/Lembaga terkait. Fasilitasi pembentukan kelompok
ini juga dilakukan kegiatan pendampingan dalam penyusunan
perencanaan dan pembuatan perangkat keorganisasian di dalam
kelompok usaha.

3) Penguatan Kapasitas Kelembagaan


Kegiatan Penguatan Kapasitas Kelembagaan dilakukan
terhadap subjek yang sudah memiliki kelompok
usaha/kelembagaan. Kegiatan ini dapat dilakukan untuk
memfasilitasi dalam rangka memberdayakan kembali atau
memberi penguatan kapasitas kepada kelompok-kelompok yang
sudah berkembang atau sudah berjalan maupun pernah
dibentuk.

Kegiatan Penguatan kelembagaan ini berfokus untuk


menggali potensi pengembangan, baik keanggotaan, database
nama kelompok, unit/sektor usaha bersama, pengelolaan aset
keanggotaan, dukungan kelembagaan maupun kapasitas
kelembagaan kelompok usaha. Asesmen keanggotaan kelompok
usaha dilakukan untuk mengeksplorasi peluang penambahan
keanggotaan baru antara subjek dengan nonsubjek penanganan
akses dalam keanggotaan serta peluang keberlanjutannya untuk
dihidupkan kembali jika pernah ada namun tidak aktif. Dalam
kegiatan ini dapat dilakukan kegiatan pembaruan basis data,
serta keberlanjutan penguatannya ke depan sebagai kelompok
dampingan. Asesmen ini akan membantu untuk menegaskan

10
kembali visi dan misi kelompok usaha untuk dilakukan kegiatan
pengembangan kapasitas kelembagaan.

b. Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan

Kegiatan pendampingan kewirausahaan/kelembagaan


merupakan kegiatan pendampingan untuk mengembangkan usaha
masyarakat dalam berbagai potensi yang dimiliki untuk
meningkatkan skala usaha dan kemandirian ekonomi keluarga.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan melakukan fasilitasi
pembinaan oleh tenaga ahli atau orang yang berpengalaman dalam
kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi. Di samping itu, Kantor
Pertanahan juga dapat melakukan pendampingan secara langsung
untuk melakukan kunjungan ke lokasi pada setidaknya 2 (dua)
kelompok masyarakat dan/atau 2 (dua) desa atau mengikuti
ketentuan target kelompok dampingan maupun ketersediaan
alokasi dan optimalisasi anggaran di masing-masing Kantor
Pertanahan.
Kegiatan ini dilakukan berbagai perencanaan atau
penyusunan rencana aksi kegiatan pengembangan kelembagaan.
Selain itu, dilakukan persiapan kegiatan Penanganan Akses Tahun
Ketiga berdasarkan potensi, kendala dan kebutuhan
pengembangan ekonomi subjek Penanganan Akses Reforma
Agraria. Selanjutnya, Kantor Pertanahan menindaklanjuti dengan
melakukan koordinasi mengenai peluang terhadap fasilitasi akses
maupun pendampingan intensif dari Kementerian/Lembaga/OPD
pada tahun berjalan maupun tahun ketiga kegiatan Penanganan
Akses Reforma Agraria.

c. Pembentukan Kerja Sama

Kegiatan Pembentukan Kerja Sama dalam bidang


kelembagaan dilakukan dilakukan oleh Kantor Pertanahan dalam
bentuk pendampingan untuk menopang penataan kelembagaan

11
dan koordinasi terkait peluang fasilitasi akses dan keberlanjutan
kegiatan pemberdayaan. Kegiatan ini dapat dilakukan terpisah
antara subjek yang sudah memiliki kelompok usaha dengan subjek
yang sedang dalam tahap pembentukan kelompok usaha. Kegiatan
ini juga mencakup fasilitasi pendaftaran kelompok usaha ke dalam
sistem informasi yang ada. Kegiatan ini dilaksanakan melalui rapat
bersama mengenai peluang pembentukan kelompok oleh OPD
dengan mengundang perwakilan pemangku kepentingan dan
masyarakat dampingan dari subjek Penanganan Akses Reforma
Agraria.
Kegiatan fasilitasi kerja sama untuk kelembagaan kepada
subjek yang sudah memiliki kelompok usaha dilakukan melalui
kegiatan Koordinasi mengenai potensi penguatan kelembagaan dan
rencana pendampingan kewirausahaan/kelembagaan,
pembaharuan informasi dan aktivitas kelembagaan, serta peluang
fasilitasi akses melalui rapat koordinasi bersama stakeholder.
Dalam kegiatan ini, Kantor Pertanahan maupun Kantor
Wilayah pertanahan dapat mengembangkan kegiatan berupa
penjajakan kerja sama maupun menindaklanjuti kerja sama yang
telah diinisiasi sebelumnya ke dalam dokumen kerja sama, baik
melalui Nota Kesepahaman/Memorandum of Understanding (MoU)
maupun Perjanjian Kerja Sama (PKS). Pembahasan penjajakan
maupun tindaklanjut kerja sama dapat dikoordinasikan didalam
forum GTRA, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda)
atau Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah
(Musrenbangda). Sebagai bentuk dukungan terhadap penguatan
kolaborasi dalam fasilitasi kerja sama, Kementerian ATR/BPN telah
menginisiasi penjajakan dan penerbitan kerja sama dengan
beberapa stakeholder baik tingkat nasional dan daerah.

12
d. Penyusunan SK Pembentukan Kelompok Masyarakat

Kegiatan Penataan Kelembagaan memiliki output berupa SK


Pembentukan Kelompok Masyarakat Reforma Agraria yang
dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan ditandatangani oleh Kepala
Kantor Pertanahan. SK ini memuat semua kelompok usaha dari
semua subjek Penanganan Akses Reforma Agraria yang tergabung
dalam kelompok baik yang terdaftar maupun belum terdaftar, serta
baik berbadan hukum maupun belum berbadan hukum. Di
samping itu, SK ini memuat informasi mengenai kelembagaan
ekonomi atau kelompok-kelompok usaha yang telah dibentuk
berdasarkan sektor ekonomi, dimana dalam satu sektor ekonomi
dapat terdiri dari beberapa kelompok usaha beserta jumlah masing-
masing anggotanya.

e. Pelaksanaan Anggaran

Pembiayaan Kegiatan Penataan Kelembagaan Penerima Akses


Reforma Agraria dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan yang
penganggarannya tercantum dalam Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Kantor Pertanahan. Sasaran kegiatan Penataan
Kelembagaan tahun kedua ini merupakan target yang telah
dilakukan kegiatan pemetaan sosial pada tahun 2022 dengan
indikator kinerja kegiatan Jumlah kelompok usaha dampingan
dengan 1 (satu) SK Kelompok Masyarakat di tiap Kabupaten/Kota.

f. Pelaporan Hasil Kegiatan


Pelaporan kegiatan Penataan Kelembagaan oleh Kantor
Pertanahan mencakup dua laporan utama. Pertama, laporan akhir
yang memuat laporan pelaksanaan kegiatan, penggunaan anggaran
dan realisasi capaian pelaksanaan kegiatan. Laporan kedua ialah
berupa tabulasi data penerima akses Penataan Kelembagaan
Kabupaten/Kota maupun Data Tabulasi Peningkatan Pendapatan
yang akan dilaporkan kepada Kantor Wilayah Pertanahan Provinsi

13
dengan ketentuan yang termuat di dalam Petunjuk Teknis
Penanganan Akses Reforma Agraria (Tahun Pertama). Penyusunan
laporan tabulasi data diperoleh dari data asesmen subjek dan
kelembagaan serta data hasil penyusunan rencana aksi.

C. MAKSUD, TUJUAN, DAN MANFAAT PENATAAN KELEMBAGAAN

a. Maksud Kegiatan Penataan Kelembagaan

1) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga


pendukung dalam menumbuhkan dan mengembangkan
kelembagaan ekonomi subyek Penanganan Akses Reforma
Agraria;
2) Mempercepat tumbuh dan berkembangnya kelembagaan
ekonomi berbasis sektor usaha yang berpotensi dalam
peningkatan kesejahteraan dari pemanfaatan lahan; dan
3) Mengembangkan metode pendampingan bagi tenaga
pendukung penyuluh dalam penumbuhan dan pengembangan
kelembagaan ekonomi.

b. Tujuan Kegiatan Penataan Kelembagaan

1) Mengidentifikasi kelembagaan ekonomi masyarakat di lokasi


Penanganan Akses Reforma Agraria sebagai bagian dari
pengembangan ekonomi subyek Reforma Agraria
2) Meningkatkan kapasitas pendampingan, pelatihan dan
penguatan kelembagaan untuk mendukung kegiatan usaha
ekonomi subyek berbasis produk/jasa/komoditas unggulan
daerah sesuai potensi wilayah dan/atau potensi perencanaan
pengembangan daerah.
3) Meningkatkan kinerja pendampingan tenaga pendukung
dalam mendukung tugas OPD untuk penumbuhan,
pengembangan dan penguatan kelembagaan ekonomi subyek
Reforma Agraria.

14
4) Mempermudah koordinasi dan distribusi akses terhadap
pendampingan dan/atau bantuan antar pemangku
kepentingan.

c. Manfaat Penataan Kelembagaan

Keberadaan Kelompok/Kelembagaan ekonomi memberikan


manfaat bagi subyek Akses RA yaitu:

1) Menumbuhkan rasa kepentingan bersama dalam


pengembangan ekonomi;
2) Menyelesaikan masalah yang dihadapi secara bersama;
3) Mempermudah proses kemitraan usaha;
4) Mempermudah akses teknologi, informasi, pasar dan
permodalan;
5) Meningkatkan kemampuan perencanaan, pengelolaan,
pengembangan dan/atau diversifikasi usaha;
6) sebagai pemersatu aspirasi yang terbuka dan sehat;
7) sebagai wadah yang efektif dan efisien untuk belajar serta
bekerja sama;
8) sebagai fasilitator penyampaian dan pelaksanaan kebijakan
pemerintah bagi subyek Penanganan Akses RA.

RANGKUMAN
Kegiatan Penataan Kelembagaan merupakan salah satu
pengembangan kebijakan Penanganan Akses secara berkelanjutan sebagai
RO Tahun kedua. Pengembangan ini merupakan upaya untuk mewadahi
subjek PARA ke secara kelembagaan agar memudahkan proses fasilitasi
akses oleh stakeholder. Pokok-pokok kegiatan Penataan Kelembagaan
berdasarkan kebijakan Penanganan Akses Reforma Agraria tahun 2023,
terdiri dari: 1) penguatan kelembagaan, 2) pendampingan
kewirausahaan/kelembagaan, 3) pembentukan kerja sama dan 4)
penyusunan Surat Keputusan (SK) Pembentukan Kelompok Masyarakat. Di

15
samping itu, terdapat penjelasan mengenai 5) pelaksanaan anggaran dan 6)
pelaporan hasil kegiatan.

EVALUASI
1. Pengertian Kelembagaan Ekonomi adalah ...
a. kelembagaan subjek Penanganan Akses Reforma Agraria yang
belum terdaftar dan belum berbadan hukum namun memiliki
kegiatan pemanfaatan dan peningkatan produktivitas lahan dari
hulu sampai hilir di sektor ekonomi.
b. kelembagaan subjek Penanganan Akses Reforma Agraria yang
sudah terdaftar dan berbadan hukum dan memiliki kegiatan
pemanfaatan dan peningkatan produktivitas lahan dari hulu
sampai hilir di sektor ekonomi.
c. kelembagaan subjek Penanganan Akses Reforma Agraria, baik yang
terdaftar maupun belum terdaftar, yang berbadan hukum yang
tidak berbadan hukum, yang memiliki kegiatan pemanfaatan dan
peningkatan produktivitas lahan dari hulu sampai hilir di sektor
ekonomi.
d. kelembagaan subjek Penanganan Akses Reforma Agraria sudah
terdaftar namun tidak berbadan hukum dan memiliki kegiatan
pemanfaatan dan peningkatan produktivitas lahan dari hulu
sampai hilir di sektor ekonomi.
2. Pokok-pokok kegiatan Penataan Kelembagaan berdasarkan kebijakan
Penanganan Akses Reforma Agraria tahun 2023 terdiri atas ...
a. pemetaan sosial, pembentukan kelompok, pembentukan kerja
sama, penyusunan SK, pelaksanaan anggaran, dan pelaporan hasil
kegiatan.
b. pemetaan sosial, penguatan kelembagaan, pendampingan
kewirausahaan/kelembagaan, penyusunan SK, pelaksanaan
anggaran, pelaporan hasil kegiatan, dan pemasaran hasil usaha.
c. penguatan kelembagaan, pendampingan
kewirausahaan/kelembagaan, pembentukan kerja sama,
penyusunan SK, pelaksanaan anggaran, dan pelaporan hasil
kegiatan.
d. pembentukan kerja sama, penyusunan SK, pelaksanaan anggaran,
pelaporan hasil kegiatan, dan pemasaran hasil usaha

16
3. Yang bukan merupakan kelembagaan ekonomi untuk kelembagaan
subjek Reforma Agraria adalah ...
a. POKDAKAN
b. HIPMI
c. Kelompok Nelayan
d. POKTAN
e. Kelompok Usaha Bersama
4. Pada saat kegiatan apa, Kantor Pertanahan dapat mengundang
narasumber/praktisi/tenaga ahli untuk membantu kegiatan yang
berkaitan dengan kelembagaan ini?
a. Penguatan Kelembagaan
b. Pembentukan Kerja Sama
c. Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan
d. Penyusunan SK Pembentukan Kelompok Masyarakat
e. Pembentukan Kelompok
5. Pada kegiatan pembentukan kerja sama, berdasarkan hasil asesmen
data kelembagaan dilakukan Fasilitasi Pembentukan Kerja Sama
terhadap 2 (dua) kegiatan yakni ...
a. fasilitasi pebentukan kerja sama bagi yang belum ada kelompok
dan fasiliasi penguatan kerja sama terhadap yang sudah ada
kelompok
b. fasilitasi pembentukan kerja sama bagi yang sudah ada kelompok
dan fasilitasi penguatan kerja sama terhadap yang belum ada
kelompok
c. fasilitasi pembentukan kerja sama terhadap kelompok yang
berbadan hukum dan yang tidak berbadan hukum
d. penguatan pembentukan kerja sama terhadap kelompok yang
berbadan hukum dan yang tidak berbadan hukum
e. fasilitasi penguatan pembentukan kerja sama terhadap kelompok
yang telah terdaftar dan yang tidak terdaftar

17
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Setelah menyelesaikan pembelajaran materi Dasar Penataan
Kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat dan apabila berhasil menjawab
pertanyaan evaluasi dengan baik, maka saudara dianggap telah mampu
memahami materi - materi pada bab ini. Selanjutnya saudara dapat
mengikuti pembelajaran pada bab berikutnya. Sebaliknya, apabila belum
dapat menjawab pertanyaan pada evaluasi dengan baik, maka saudara
diminta untuk mempelajari kembali materi pada bab ini dengan lebih
seksama hingga saudara dapat menjawab pertanyaan dalam evaluasi dengan
baik.

18
BAB III

IMPLEMENTASI PENATAAN KELEMBAGAAN

INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan mengaplikasikan mekanisme implementasi
penataan kelembagaan sesuai prosedur ketentuan yang berlaku.

Konsep umum mengenai pelaksanaan kegiatan penataan kelembagaan


dimulai dari kegiatan persiapan dan pengadaan Tenaga Pendukung,
dilanjutkan dengan kegiatan pembentukan kelompok, penguatan
kelembagaan yang terdiri dari kegiatan penguatan kapasitas kelembagaan
dan pendampingan kewirausahaan/kelembagaan, pembentukan kerja sama,
dan dilanjutkan kegiatan penerbitan SK Pembentukan Kelompok Masyarakat
oleh Kepala Kantor Pertanahan. Secara rinci penjelasan mengenai skema
kegiatan Penataan Kelembagaan dapat dikembangkan ke dalam alur
berdasarkan pengelompokan subjek dan tahapannya sebagai berikut:

Gambar 3. Alur Kegiatan Penataan Kelembagaan Penerima Akses Reforma


Agraria

19
A. PENGUATAN KELEMBAGAAN

Kegiatan Penguatan Kelembagaan dilakukan melalui beberapa


kegiatan utama, yakni: Persiapan dan pengadaan Tenaga Pendukung,
Asesmen data, Pembentukan Kelembagaan melalui Kelompok Usaha,
dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan.

1. Persiapan Dan Pengadaan Tenaga Pendukung

Ketentuan mengenai implementasi kegiatan penataan


kelembagaan dimulai dari penyusunan konsep perencanaan,
persiapan bahan-bahan penunjang kegiatan, dan perekrutan
Tenaga Pendukung atau tenaga pendukung penataan
kelembagaan. Kegiatan pengadaan Tenaga Pendukung atau tenaga
pendukung ini dengan waktu 6 (enam) bulan dan nilai kontrak
sesuai dengan ketentuan alokasi anggaran Penataan Kelembagaan
tahun 2023. Alokasi anggaran diberikan dengan ketentuan per
Kabupaten/Kota sejumlah 1 (satu) Tenaga Pendukung atau tenaga
pendukung dengan jumlah subjek Reforma Agraria yang telah
ditetapkan pada tahun pertama.
Tugas dan tanggung Jawab Tenaga Pendukung Penataan
Kelembagaan yaitu:
1) Melakukan pendampingan kepada masyarakat dan
kelompok masyarakat terkait dengan Penataan
Kelembagaan Penerima Akses Reforma Agraria;
2) Membantu petugas Kantor Pertanahan dalam
penyusunan perencanaan kegiatan pemberdayaan tanah
masyarakat;
3) Membantu petugas Kantor Pertanahan dalam setiap
kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan Penanganan
Akses Reforma Agraria;
4) Melakukan input data terkait seluruh rangkaian kegiatan
Penanganan Akses Reforma Agraria ke dalam Aplikasi
dan/atau instrumen lain;

20
5) Memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
seluruh kegiatan yang berkaitan dengan program
pemberdayaan tanah masyarakat;
6) Menyusun laporan bulanan kepada Kepala Seksi
Penataan dan Pemberdayaan di Kantor Pertanahan;
7) Menyusun dan menyampaikan laporan akhir
pelaksanaan kegiatan Penataan Kelembagaan Penerima
Akses Reforma Agraria yang diketahui oleh minimal
Koordinator Substansi pada seksi Penataan dan
Pemberdayaan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
Dalam pelaksanaan tugasnya, jika Tenaga Pendukung
Penataan Kelembagaan mengalami hambatan dan/atau kendala,
dapat disampaikan dan didiskusikan bersama dengan Konsultan
Perorangan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional.
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Tenaga Pendukung
wajib dilaporkan kepada Kantor Pertanahan yang meliputi:
1) Laporan Bulanan;
2) Rencana Kegiatan Pendampingan.
3) Laporan Akhir
Laporan akhir secara khusus disiapkan berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan Penataan Kelembagaan sebagai
pertanggungjawaban sekaligus bahan evaluasi dan perbaikan.
Setiap pelaporan kegiatan Tenaga Pendukung mengacu pada
semua perkembangan (progress) kegiatan yang dilakukan kepada
subjek Penanganan Akses Reforma Agraria di lokasi untuk
diserahkan ke Kantor Pertanahan sesuai dengan kebijakan agenda
pelaksanaan Penanganan Akses Reforma Agraria.
Adapun output dari kegiatan ini yaitu SK dari Kantor
Pertanahan terkait Penangkatan Tenaga Pendukung Penataan
Kelembagaan Penanganan Akses Tahun 2023 disertai Dokumen
Rencana Rekrutmen Tenaga Pendukung dan Kerangka Acuan
Kerja.

21
2. Asesmen Data Subjek Dan Kelembagaan

Penyusunan data asesmen dilakukan berkaitan dengan dua


hal, yakni pemetaan subjek yang belum memiliki kelompok usaha
maupun subjek yang sudah memiliki kelompok usaha. Data
asesmen ini penting sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
selanjutnya bahwa subjek yang belum memiliki kelembagaan
ekonomi atau kelompok usaha perlu dilakukan fasilitasi
pembentukan kelompok usaha. Sementara itu, subjek yang sudah
memiliki kelompok usaha maka dapat dilanjutkan pada kegiatan
penguatan kelembagaan dengan catatan bahwa subjek dan
pengurus kelompok usahanya tersebut bersedia untuk mengikuti
kegiatan Penataan Kelembagaan.
Sebagai catatan, jika seluruh subjek pada satu
Kabupaten/Kota belum memiliki kelompok usaha, maka seluruh
subjek akan diikutkan dalam kegiatan pembentukan kelembagaan
dan dilanjutkan kegiatan penguatan kapasitas kelembagaan.
Sedangkan jika terdapat suatu kasus seluruh subjek pada satu
Kabupaten/Kota telah memiliki kelompok usaha, maka kegiatan
Penataan Kelembagaan dapat langsung dilakukan pada Penguatan
Kapasitas Kelembagaan.
Pelaksanaan penyusunan asesmen dilaksanakan oleh Tenaga
Pendukung di Kantor Pertanahan melalui rangkaian dimulai
dengan persiapan data.Kegiatan persiapan dimulai dengan
kegiatan pengolahan data dan pemetaan subjek dengan contoh
tabulasi data kelompok usaha. Persiapan kegiatan fasilitasi
penataan kelembagaan perlu dikembangkan berdasarkan database
yang telah diperoleh dari Pemetaan Sosial Tahun Pertama.
Setelah dilakukan persiapan data, hasil analisisnya menjadi
bahan penting dalam kegiatan koordinasi bersama ini dilakukan
melalui komunikasi bersama antara subjek dengan pendamping
dari Kementerian/Lembaga terkait untuk berkonsultasi terkait

22
ketentuan pembentukan kelompok, prasyarat pengajuan
kelompok, dan ketentuan lain mengenai kebutuhan data/informasi
pendukung untuk kegiatan pembentukan dan pendampingan
kelompok. Di samping itu, Tenaga Pendukung dapat berkoordinasi
dengan OPD.

3. Asesmen Persetujuan Keanggotaan Dan Asesmen Kelembagaan

Penyusunan asesmen persetujuan kelembagaan kelompok


usaha berkaitan dengan tindak lanjut asesmen data subjek
Penanganan Akses Reforma Agraria. Dari hasil awal pemilahan data
tersebut memungkinkan adanya kelembagaan ekonomi dalam
kondisi pasif dan berpeluang untuk diaktifkan kembali melalui
program Penanganan Akses Reforma Agraria. Di samping itu,
dimungkinkan juga ditemukan sejumlah subjek yang belum
memiliki kelembagaan ekonomi, namun terdapat informasi
kelembagaan di lokasi Penanganan Akses yang berpotensi untuk
diusulkan adanya penambahan anggota baru.
Berdasarkan kemungkinan kondisi di atas, maka dilakukan 2
(dua) kegiatan. Namun jika dalam suatu lokasi Penanganan Akses
semua subjek belum memiliki kelembagaan ekonomi atau sepakat
untuk membentuk kelembagaan baru, maka asesmen persetujuan
keanggotaan dan asesmen kelembagaan ini tidak perlu dilakukan
dan bersifat kondisional.
Pertama, kegiatan asesmen kelembagaan dilakukan melalui
koordinasi dengan OPD, Pemerintah Desa/Kelurahan dan/atau
pengurus kelompok dimana subjek Penanganan Akses merupakan
anggotanya. Koordinasi ini dilakukan mengenai peluang untuk
mengaktifkan lagi kelembagaan yang sudah ada dengan
sepengetahuan pengurus dan/atau seluruh anggota.
Kedua, Penyusunan asesmen persetujuan keanggotaan pada
kelembagaan kelompok usaha yang sudah ada juga perlu
dilakukan terhadap subjek yang diusulkan untuk penambahan

23
keanggotaan. Asesmen ini perlu dilakukan sebagai dasar
persetujuan bagi subjek yang akan bergabung pada kelompok
dampingan/kelompok usaha yang sudah ada, baik yang sudah
memperoleh SK Kepala Desa/SK OPD terkait, maupun sudah
terdaftar dalam sistem informasi di Kementerian/Lembaga terkait.
Lembar asesmen persetujuan keanggotaan kelompok usaha
diterbitkan melalui persetujuan perwakilan ketua kelompok atau
yang ditunjuk untuk menerima anggota baru dari subjek
Penanganan Akses Reforma Agraria. Kejelasan persetujuan ini akan
memberi keamanan dan kenyamanan pada subjek dan anggota
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan selanjutnya, seperti
penguatan kapasitas kelembagaan maupun pengembangan usaha
bersama.

4. Pendampingan Penyusunan Data

Kegiatan penyusunan data atau dokumen pendukung


kelompok usaha bersama fasilitator maupun staf OPD, sebagai
contoh RDK (Rencana Definitif Kelompok tani) dan RDKK (Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok tani) untuk bidang pertanian
maupun dokumen lain yang diperlukan dapat merujuk pada
dokumen pendukung Petunjuk Teknis.
Tenaga Pendukung berkonsultasi kepada pendamping
kelompok maupun OPD yang menaungi kelompok tersebut terkait
peluang penambahan anggota pada kelompok yang sudah
terdaftar. Pengetahuan dasar mengenai pembentukan kelompok
usaha beserta ketentuan-ketentuannya dapat merujuk pada
Dokumen Pendukung maupun sumber lain yang relevan. Di
samping itu, Tenaga Pendukung juga berkonsultasi terhadap
pengurus kelompok mengenai peluang atas usulan penambahan
anggota.

24
5. Pembentukan Kelembagaan Melalui Kelompok Usaha

Kegiatan Pembentukan Kelembagaan dilakukan pada subjek


yang belum memiliki kelompok atau kelembagaan ekonomi. Jika
pada satu Kabupaten/Kota diketahui semua subjek telah memiliki
kelompok usaha, maka tahapan kegiatan ini tidak perlu dilakukan
atau menyesuaikan kondisi dari kelompok usaha tersebut untuk
kebutuhan pengembangannya.
Kegiatan fasilitasi pembentukan kelompok ini dilakukan
melalui perjalanan dinas dalam menunjang kegiatan
pendampingan terhadap calon kelompok. Kegiatan ini juga dapat
melibatkan OPD setempat termasuk lembaga dan badan usaha
terkait, dengan ketentuan anggaran perjalanan dinas dibebankan
kepada instansi masing-masing. Output kegiatan ini ialah berupa
Berita acara Pengusulan Pembentukan Kelompok Penataan
Kelembagaan Penerima Akses Reforma Agraria dengan
melampirkan data kelembagaan (perangkat organisasi) yang akan
diusulkan.
Secara garis besar, tata cara pembentukan kelompok
masyarakat ialah terdiri dari beberapa tahap, antara lain:

1) Persiapan
Persiapan data dan tabulasi kelembagaan berdasarkan
sektor usaha sebagaimana sudah dilakukan pada tahap
asesmen data. Penyusunan asesmen kelompok eksisting dan
potensi pembentukan kelompok baru ini bagian dari tahap
persiapan.

2) Koordinasi dengan Pemerintah Desa


Kegiatan koordinasi dengan Pemerintah Desa ini perlu
dilakukan sebagai rangkaian kegiatan Penetapan Kelompok
usaha oleh Kantor Pemerintah Desa/Kelurahan. Hal ini
sebagai bentuk pelibatan partisipasi aktif serta mendukung

25
fasilitasi penyediaan dokumen maupun penerbitan surat
keterangan dari Pemerintah Desa yang akan diperlukan dalam
kegiatan penguatan kelembagaan. Tenaga Pendukung juga
berkoordinasi dengan pemerintah desa terkait pelaksanaan
kegiatan fasilitasi pertemuan untuk pengusulan pembentukan
maupun pendaftaran kelompok.

3) Koordinasi Kelembagaan bersama OPD


Kegiatan koordinasi dilakukan dengan OPD dan
pemangku kepentingan terkait. Kegiatan ini dilakukan untuk
menindaklanjuti calon kelompok yang telah teridentifikasi
untuk pengusulan pembentukan kelompok.

4) Fasilitasi Pembentukan Kepengurusan


Kegiatan fasilitasi pembentukan
kepengurusan/perangkat keorganisasian dan tata
kelembagaan organisasi dilakukan bersama narasumber/
praktisi maupun berkoordinasi dengan petugas di lingkungan
OPD terkait. Kegiatan ini juga dapat secara langsung
difasilitasi oleh Tenaga Pendukung Penataan Kelembagaan
pada saat melakukan kunjungan ke lokasi kelompok.
Di samping kegiatan fasilitasi pembentukan perangkat
keorganisasian, narasumber/ praktisi juga dapat membantu
memfasilitasi penyusunan tata kelembagaan organisasi
berupa anggaran dasar/ anggaran rumah tangga (AD/ART)
dalam Kelompok Usaha.

5) Tindak lanjut Penguatan Kelembagaan


Kegiatan lanjutan setelah penerbitan legalitas atau surat
keterangan atau surat pengantar dari Pemerintah Desa ialah
mengikuti rangkaian kegiatan Penguatan Kapasitas
Kelembagaan. Jika memungkinkan dilanjutkan kegiatan

26
Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan dengan
ketentuan pada sub-bab Penguatan Kapasitas Kelembagaan.
6. Penguatan Kapasitas Kelembagaan

Pelaksanaan kegiatan Penguatan Kapasitas Kelembagaan


dilaksanakan oleh Tenaga Pendukung Penataan Kelembagaan
melalui kunjungan lapangan ke lokasi Penanganan Akses terhadap
subjek yang sudah memiliki kelembagaan ekonomi/ kelompok
usaha. Lokasi yang menjadi target kunjungan ini ditentukan
berdasarkan hasil koordinasi dengan OPD yang telah dilaksanakan
pada awal kegiatan. Mengenai pelaksanaan kunjungan dan jumlah
lokasi yang dikunjungi, Kantor Pertanahan menyesuaikan kegiatan
tersebut dengan pertimbangan lokasi keberadaan kelompok-
kelompok usaha bersama, jangkauan aksesbilitas transportasi,
serta ketersediaan sumber daya dan alokasi anggaran.
Perjalanan dinas pada kegiatan ini melibatkan Seksi Penataan
dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan termasuk Tenaga
Pendukung Penataan Kelembagaan. Kegiatan ini juga dapat
melibatkan OPD setempat termasuk lembaga dan badan usaha
yang terkait, dengan ketentuan anggaran perjalanan dinas
dibebankan kepada instansi masing-masing. Adapun rangkaian
kegiatan sebagai berikut:

1) Persiapan
Kegiatan persiapan berupa penyediaan data dan bahan
penyusunan asesmen subjek dan sektor usaha serta potensi
sektor ekonomi. Data ini diambil dari pemetaan sosial maupun
hasil pendalaman ketika melakukan pendampingan.

2) Penyusunan Rencana Aksi (Perencanaan) Kelompok Usaha


Penyusunan perencanaan ini dimaksudkan untuk
penyusunan rencana untuk penguatan kapasitas
kelembagaan, maupun pengembangan usaha dan akses

27
pemasaran sebagai pengembangan dari penyusunan rencana
yang sudah disusun ketika kegiatan Penetapan Model.
Penyusunan Rencana Aksi ini akan dijelaskan pada Bab IV.
Penyusunan Rencana Aksi Penataan Kelembagaan ini perlu
dilakukan pematangan untuk rencana kegiatan di tahun
ketiga (Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran) melalui
kegiatan Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan.

B. PENDAMPINGAN KEWIRAUSAHAAN/KELEMBAGAAN

Pendampingan kelompok usaha dengan mengundang tenaga ahli


dalam suatu workshop atau pendampingan tentang kewirausahaan dan
kelembagaan. Narasumber yang dihadirkan dapat berupa seorang ahli
dari instansi pemerintah, instansi swasta dan badan usaha, praktisi
atau akademisi dan Civil Society Organization (CSO) yang memiliki latar
belakang pengalaman dalam pembinaan kelompok usaha. Kegiatan
pendampingan ini juga perlu melakukan pematangan rencana aksi yang
akan dilaksanakan pada tahun ketiga Penanganan Akses Reforma
Agraria.

Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan ini dilaksanakan


melalui turun secara langsung ke lokasi atau desa yang merupakan
objek Reforma Agraria dengan sasaran subjek yang baru dilakukan
pembentukan maupun kelompok yang sudah dilakukan kegiatan
penguatan kelembagaan. Perjalanan dinas pada kegiatan ini dilakukan
oleh staf Seksi Penataan dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan
termasuk Tenaga Pendukung penataan kelembagaan. Dalam kegiatan
ini Kantor Pertanahan mengundang narasumber sebagai
pengarah/pemateri dalam pematangan rencana aksi kelembagaan.
Narasumber dalam kegiatan ini dapat mengundang praktisi atau
pengurus kelompok usaha yang sudah berhasil untuk dapat berbagi
pengalaman, kesuksesan, keberhasilan dan capaian-capaian lain dalam
membangun atau mendampingi kewirausahaan/kelembagaan.

28
Kegiatan ini juga dapat melibatkan OPD setempat termasuk
lembaga dan badan usaha yang terkait. Pelibatan ini memiliki
konsekuensi anggaran perjalanan dinas dibebankan kepada instansi
masing-masing. Mengenai pelaksanaan kunjungan dan jumlah lokasi
yang dikunjungi, Kantor Pertanahan menyesuaikan kegiatan tersebut
dengan pertimbangan lokasi keberadaan kelompok-kelompok usaha
bersama, jangkuan aksesbilitas transportasi, serta ketersediaan sumber
daya dan alokasi anggaran.

Output kegiatan Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan ini


adalah Berita Acara Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan Pada
Penataan Kelembagaan Penerima Akses Reforma Agraria dan Dokumen
Hasil Pematangan Rencana Aksi Kelembagaan.

C. PEMBENTUKAN KERJA SAMA

Kegiatan Pembentukan Kerja Sama dilakukan secara terpisah


berdasarkan kelanjutan dari kegiatan sebelumnya. Subjek yang belum
memiliki kelembagaan ekonomi/kelompok usaha dan telah mengikuti
kegiatan pembentukan kelompok usaha maka dilanjutkan kegiatan
Fasilitasi Pembentukan Kerja Sama. Sementara itu kepada subjek yang
telah mengikuti kegiatan Penguatan Kapasitas Kelembagaan, maka
langsung dilanjutkan pada kegiatan Fasilitasi Penguatan Kerjasama
Kerja Sama.

Bersamaan dengan kegiatan Pembentukan Kerja sama untuk


pembentukan dan/atau penguatan kelembagaan, Kantor Pertanahan
dapat berkoordinasi mengenai peluang penjajakan kerja sama maupun
tindak lanjut kerja sama yang telah diinisiasi sebelumnya ke dalam
dokumen kerja sama, baik melalui Nota Kesepahaman/Memorandum of
Understanding (MoU) maupun Perjanjian Kerja Sama (PKS). Koordinasi
tindak lanjut kerja sama yang telah diinisiasi ini bersifat kondisional
bergantung pada perkembangan pelaksanaan koordinasi bersama
stakeholder di masing-masing daerah.

29
Kegiatan pembahasan mengenai tindak lanjut ini menyesuaikan
kondisi dan sumber daya yang mendukung pelaksanaan koordinasi
bersama stakeholder. Kantor Pertanahan dapat berkomunikasi dan
meminta arahan dari Kantor Wilayah Pertanahan maupun Direktorat
Pemberdayaan Tanah Masyarakat berkenaan dengan rencana dan
implementasi kerja sama yang telah disepakati bersama stakeholder.

1. Fasilitasi Pembentukan Kerja Sama

Kegiatan Fasilitasi Pembentukan Kerja Sama terhadap subjek


yang belum memiliki kelompok usaha dilakukan melalui
berkoordinasi dengan OPD, Pemerintah Desa, pemangku
kepentingan terkait dan perwakilan masyarakat mengenai rencana
pengusulan pembentukan kelompok usaha, penerbitan keterangan
legalitas dari pemerintah desa berupa SK atau Surat Keterangan
Kepala Desa mengenai Pembentukan dan/atau Penetapan
Kelompok Usaha (bersifat kondisional), dan fasilitasi
pendampingan maupun penguatan kelembagaan. Koordinasi
dengan Pemerintah Desa perlu dilakukan dengan pengusulan
kelompok usaha. Hal ini diperlukan dalam menunjang koordinasi
dan kolaborasi dengan pemerintah desa dalam menopang
keberlanjutan program pemberdayaan.
Dalam kegiatan ini juga diperlukan kegiatan Penyusunan
Rencana Aksi (Renaksi) Kelompok Usaha. Penyusunan
perencanaan ini dimaksudkan untuk penyusunan rencana untuk
pengembangan kapasitas kelembagaan, maupun pengembangan
usaha dan akses pemasaran sebagai pengembangan dari
penyusunan rencana yang sudah disusun ketika kegiatan
Penetapan Model. Rencana Aksi Penataan Kelembagaan ini perlu
disusun dalam kegiatan Pendampingan
Kewirausahaan/Kelembagaan.
Output kegiatan Fasilitasi Pembentukan Kerja Sama dalam
Pembentukan Kelembagaan ini ialah berupa Surat Pengantar

30
Pengajuan Data Kelembagaan dari Kantor Pertanahan dengan
melampirkan bukti penerimaan pendaftaran atau salinan formulir
pendaftaran/pengajuan kelompok dan Dokumen Rancangan
Rencana Aksi Penataan Kelembagaan.
Kegiatan lanjutan dalam Fasilitasi Pembentukan Kerja Sama
terhadap subjek yang belum berkelompok ini dapat dilaksanakan
dalam bentuk kegiatan pendaftaran kelompok usaha maupun
pendaftaran legalisasi kepada Kementerian/Lembaga terkait.
Ketentuan penjelasan mengenai pendaftaran ini dapat melihat pada
sub-bab Fasilitasi Pembentukan Kerja Sama terhadap subjek yang
sudah memiliki kelompok usaha.

2. Fasilitasi Penguatan Kerja Sama

Kegiatan Fasilitasi Penguatan Kerja Sama dilakukan kepada


subjek yang telah memiliki kelembagaan/kelompok usaha.
Kegiatan Fasilitasi Penguatan Kerja Sama untuk mendorong
peningkatan kapasitas kelompok usaha agar memperoleh legalitas,
baik status anggota dan/atau kelompok terdaftar di Sistem
Informasi Kementerian/ Lembaga maupun memperoleh SK atau
surat keterangan dari Pemerintah Desa/ Kelurahan. Registrasi
maupun legalitas kelembagaan ini menjadi landasan dalam
pengembangan keorganisasian yang dilakukan setelah terbentuk
kelompok dampingan melalui koordinasi dan kerja sama dengan
OPD terkait. Bentuk Fasilitasi kerjasama untuk penguatan
kelembagaan ini menyesuaikan kegiatan atau program yang
berlaku di kementerian/lembaga.
Di samping itu, staf Kantor Pertanahan dibantu Tenaga
Pendukung penataan kelembagaan perlu berkoordinasi aktif
dengan Pemerintah Desa mengenai pembentukan dan penguatan
kelompok usaha masyarakat maupun berkonsultasi terkait dengan
kegiatan lain yang berpotensi untuk berkolaborasi serta
berkoordinasi dan berkonsultasi ke OPD maupun tenaga

31
pendamping mengenai berbagai peluang, proses dan berbagai
ketentuan mengenai pembentukan dan penguatan kelembagaan.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui rapat bersama.
Kegiatan lanjutan dalam penguatan kapasitas kelembagaan
ialah Fasilitasi pengajuan pendaftaran kelompok usaha di Sistem
Informasi pada Kementerian/Lembaga terkait. Keberadaan sistem
informasi tersebut dapat mengikuti perkembangan kebijakan
sistem pendataan dari Kementerian/Lembaga. Pendaftaran
kelompok usaha ke database perencanaan dan penganggaran
sasaran penerima manfaat program di sistem informasi di
Kementerian/Lembaga, antara lain: Sistem Informasi Manajemen
Penyuluhan Pertanian (SIMLUHTAN), Kartu Usaha Kelautan dan
Perikanan (KUSUKA) mendaftar secara online melalui situs
satudata.kkp.go.id atau mengumpulkan formulir ke Dinas
Kelautan dan Perikanan atau Unit Pelaksana Teknis terdekat, dan
dua pintu sistem informasi yang saling terhubung, yakni Satu Data
KUMKM (Koperasi dan UKM) dan Small Medium Enterprises Station
(SMEsta). Mengenai perkembangan sistem informasi tersebut
mengikuti ketentuan yang berlaku dari Kementerian/Lembaga
terkait.
Berkaitan Fasilitasi Kerjasama untuk penguatan kapasitas
kelembagaan melalui pendaftaran kelompok ke dalam sistem
informasi Kementerian/Lembaga dapat berubah maupun
bertambah atau berganti sistem basis data sesuai kebijakan
masing-masing Kementerian/Lembaga. Oleh karena itu, Tenaga
Pendukung penataan kelembagaan perlu secara aktif berkoordinasi
dengan OPD setempat mengenai berbagai ketentuan pendaftaran
kelompok usaha. Output kegiatan fasilitasi ini ialah fasilitasi
pengajuan data kelembagaan/kelompok ke Kementerian/Lembaga
terkait dengan keluaran berupa dokumen tanda terima pendaftaran
dari OPD. Kegiatan serah terima ini dapat dituangkan dalam Surat
Pengantar Pengajuan Data Kelembagaan (lampiran 6) dari Kantor

32
Pertanahan dengan melampirkan bukti penerimaan pendaftaran
atau salinan formulir pendaftaran/pengajuan kelompok.

D. PENYUSUNAN SURAT KEPUTUSAN PEMBENTUKAN KELOMPOK


MASYARAKAT

Output utama kegiatan penataan kelembagaan ini berupa Surat


Keputusan (SK) Pembentukan Kelompok Masyarakat Reforma Agraria
yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan ditandatangani oleh Kepala
Kantor Pertanahan. Keluaran ini ditetapkan melalui rapat di Kantor
Pertanahan setelah dilakukan beberapa kegiatan yang mencakup
pembentukan kelembagaan dan penguatan kelembagaan.

SK Pembentukan Kelompok Masyarakat diterbitkan oleh Kepala


Kantor Pertanahan. Proses penerbitan SK Kelompok Usaha Masyarakat
dapat dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari pemerintah desa.
Penerbitan SK Pembentukan Kelompok Masyarakat ini mencakup
seluruh kelompok usaha yang telah dibentuk berdasarkan sektor
ekonomi, dimana dalam satu sektor ekonomi dapat terdiri dari beberapa
kelompok usaha beserta jumlah masing-masing anggota. Penerbitan SK
ini dilampirkan Rencana Aksi kelompok usaha yang telah disusun dan
dimatangkan dalam kegiatan pendampingan.

RANGKUMAN
Implementasi Penataan Kelembagaan dimulai dari kegiatan persiapan
dan pengadaan Tenaga Pendukung, dilanjutkan dengan kegiatan
pembentukan kelompok, penguatan kelembagaan yang terdiri dari kegiatan
penguatan kapasitas kelembagaan dan pendampingan
kewirausahaan/kelembagaan, pembentukan kerja sama, dan dilanjutkan
kegiatan penerbitan SK Pembentukan Kelompok Masyarakat oleh Kepala
Kantor Pertanahan. Secara prinsip, pelaksanaan ini bergantung pada data
yang diperoleh dari asesmen subjek dan kelembagaan karena akan
menentukan kegiatan di dalam Penguatan Kelembagaan dan Pembentukan
Kerja Sama dimana pada dua kegiatan ini dibedakan antara kelompok subjek

33
yang belum memiliki kelompok usaha dengan kelompok subjek yang sudah
memiliki kelompok usaha. Dalam proses fasilitasi Penataan Kelembagaan,
keberadaan fasilitasi penyusunan rencana aksi merupakan bagian penting
agar kelompok usaha dapat memiliki arahan dan perencanaan sekaligus
akan menjadi bahan penting dalam kegiatan di tahun ketiga, yakni Kegiatan
Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran.

EVALUASI
1. Jelaskan menurut pemahaman saudara apa yang dimaksud dengan
penguatan kelembagaan?
2. Deskripsikan secara ringkas bagaimana Fasilitasi Pembentukan Kerja
Sama baik terhadap pembentukan kelompok maupun terhadapan
penguatan kelompok!
3. Sebutkan tata cara pembentukan suatu kelompok masyarakat secara
garis besar!
4. Deskripsikan menurut pemahaman anda terkait pendampingan
kewirausahaan/kelembagaan!

5. Jelaskan ketentuan atau kriteria Pembentukan Kelompok Usaha


Subjek!

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Setelah menyelesaikan pembelajaran materi Implementasi Penataan
Kelembagaan dan apabila berhasil menjawab pertanyaan evaluasi dengan
baik, maka saudara dianggap telah mampu memahami materi - materi pada
bab ini. Selanjutnya saudara dapat mengikuti pembelajaran pada bab
berikutnya. Sebaliknya apabila belum dapat menjawab pertanyaan pada
evaluasi dengan baik, maka saudara diminta untuk mempelajari kembali
materi pada bab ini dengan lebih seksama hingga saudara dapat menjawab
pertanyaan dalam evaluasi dengan baik.

34
BAB IV

PEMBENTUKAN KELOMPOK USAHA

INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan mampu mengaplikasikan mekanisme
pembentukan kelompok usaha sesuai prosedur ketentuan yang berlaku.

Kegiatan Pembentukan Kelembagaan dilakukan setelah diperoleh data


asesmen kelembagaan, bahwa terdapat kelompok subjek yang belum
memiliki kelompok usaha. Referensi mengenai kegiatan penataan
kelembagaan akan dijelaskan berdasarkan masing-masing Sektor Ekonomi
dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku di masing-masing
Kementerian/Lembaga terkait.

A. PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN MELALUI KELOMPOK USAHA

1. Ketentuan Pembentukan Kelompok


Ketentuan Pembentukan Kelompok Usaha Subjek Reforma
Agraria dibentuk dari subjek Reforma Agraria atau pelaku usaha
dengan kriteria sebagai berikut:
1) Subjek telah dilakukan pendataan melalui kegiatan Pemetaan
Sosial Tahun Pertama;
2) Subjek memiliki sektor usaha yang sama dan/atau berada
dalam satu wilayah administrasi RT/RW dalam lingkup satu
kelurahan/desa;
3) Bersedia bergabung/membentuk kelompok usaha/kelompok
dampingan;
4) Bersedia melakukan pengembangan usaha atau peningkatan
kapasitas sesuai dengan rencana kegiatan Penanganan Akses;
5) Kelompok dampingan bersedia berpartisipasi sepenuhnya
dalam kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria;

35
6) Mendorong keberlanjutan kegiatan Penanganan Akses
sehingga manfaat dan dampak dari kegiatan-kegiatan
Penanganan Akses semakin dapat dirasakan para subjek.
Jumlah anggota kelompok yang akan diajukan dapat
mengikuti ketentuan jumlah minimal yang ada di kebijakan
kementerian/lembaga terkait. Berdasarkan ketentuan peraturan
yang berlaku disebutkan Kelembagaan ekonomi bidang pertanian
melalui pembentukan Poktan ditumbuhkembangkan dari, oleh dan
untuk Petani di bidang pertanian, perkebunan dan peternakan
dengan jumlah anggota antara 20 sampai dengan 30 orang petani
atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat dan
usaha taninya.2 Jumlah Gabungan Kelompok Tani maupun
Gabungan Kelompok Nelayan dibentuk dari beberapa kelompok
menjadi 1 (satu) kelompok dalam 1 (satu) desa.
Selanjutnya, ketentuan pembentukan KUB Nelayan dan
Pokdakan dibentuk minimal 10 orang. Dalam bidang perikanan ini
juga dibentuk Unit Pelayanan Pengembangan dengan ketentuan
minimal terdiri dari 2 (dua) Pokdakan dalam 1 (satu) kecamatan.3
Di samping itu, ketentuan pembentukan UKM terdiri dari Koperasi
Primer yang beranggotakan minimal 9 (sembilan) orang) dan
Koperasi Sekunder dibentuk minimal 3 (tiga) koperasi.4
2. Tata Cara Pembentukan Kelembagaan
Tata cara pembentukan kelembagaan disusun mengikuti
ketentuan yang berlaku di Kementerian/Lembaga terkait dimana
Kantor Pertanahan dapat menyesuaikannya dengan sebaran sektor
ekonomi dari subjek Penanganan Akses Reforma Agraria. Kantor
pertanahan dapat berkoordinasi dengan OPD terkait mengenai

2 Merujuk pada Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor


67/Permentan/Sm.050/12/2016 Tentang Pembinaan Kelembagaan Petani
3 Merujuk pada Undang-undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan dan Petambak Garam


4 Merujuk pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 Tentang

Kemudahan, Pelindungan, Dan Pemberdayaan Koperasi Dan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah

36
peluang pembentukan kelembagaan dan fasilitasi penguatannya
berdasarkan rancangan kerja dan konsultasi bersama subjek
Reforma Agraria.
Secara garis besar, tata cara pembentukan kelompok
masyarakat ialah terdiri dari beberapa tahap, antara lain:

1) Persiapan
Persiapan data dan tabulasi kelembagaan berdasarkan
sektor usaha sebagaimana sudah dilakukan pada tahap
asesmen data. Penyusunan asesmen kelompok eksisting dan
potensi pembentukan kelompok baru ini bagian dari tahap
persiapan (Petunjuk Teknis Lampiran 2).

2) Koordinasi dengan Pemerintah Desa


Kegiatan koordinasi dengan Pemerintah Desa ini perlu
dilakukan sebagai rangkaian kegiatan Penetapan Kelompok
usaha oleh Kantor Pemerintah Desa/Kelurahan. Hal ini
sebagai bentuk pelibatan partisipasi aktif serta mendukung
fasilitasi penyediaan dokumen maupun penerbitan surat
keterangan dari Pemerintah Desa yang akan diperlukan dalam
kegiatan penguatan kelembagaan. Tenaga Pendukung juga
berkoordinasi dengan pemerintah desa terkait pelaksanaan
kegiatan fasilitasi pertemuan untuk pengusulan pembentukan
maupun pendaftaran kelompok.

3) Koordinasi Kelembagaan bersama OPD


Kegiatan koordinasi dilakukan dengan OPD dan
pemangku kepentingan terkait. Kegiatan ini dilakukan untuk
menindaklanjuti calon kelompok yang telah teridentifikasi
untuk pengusulan pembentukan kelompok.

4) Fasilitasi Pembentukan Kepengurusan

37
Kegiatan fasilitasi pembentukan
kepengurusan/perangkat keorganisasian dan tata
kelembagaan organisasi dilakukan bersama narasumber/
praktisi maupun berkoordinasi dengan petugas di lingkungan
OPD terkait. Kegiatan ini juga dapat secara langsung
difasilitasi oleh Tenaga Pendukung Penataan Kelembagaan
pada saat melakukan kunjungan ke lokasi kelompok.
Secara umum, pembentukan pengurus Kelompok Usaha
paling sedikit terdapat ketua, sekretaris dan bendahara.
Masing-masing keorganisasian Kelompok Usaha ini
menyesuaikan kebutuhan dan konteks daerah.

Gambar 4. Contoh struktur organisasi kelompok usaha

Di samping kegiatan fasilitasi pembentukan perangkat


keorganisasian, narasumber/ praktisi juga dapat membantu
memfasilitasi penyusunan tata kelembagaan organisasi

38
berupa anggaran dasar/ anggaran rumah tangga (AD/ART)
dalam Kelompok Usaha memuat paling sedikit:

a) Nama Kelompok Usaha;


b) Waktu dan tempat pembentukan;
c) Keanggotaan dan kepengurusan;
d) Tujuan, fungsi dan asas;
e) Bentuk usaha dan kegiatan;
f) Besar dan asal modal atau aset bersama (menyesuaikan)
g) Pembagian keuntungan dan kerugian (jika
pengembangan menjadi unit usaha);
h) Mekanisme Rapat dan musyawarah; dan
i) Aturan tambahan jika diperlukan dan menyesuaikan
kebutuhan.

5) Tindak lanjut Penguatan Kelembagaan


Kegiatan lanjutan setelah penerbitan legalitas atau surat
keterangan atau surat pengantar dari Pemerintah Desa ialah
mengikuti rangkaian kegiatan Penguatan Kapasitas
Kelembagaan. Jika memungkinkan dilanjutkan kegiatan
Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan dengan
ketentuan pada sub-bab Penguatan Kapasitas Kelembagaan.

B. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN KELOMPOK USAHA

Identifikasi kebutuhan data potensi dilakukan pada awal kegiatan


penataan kelembagaan yang dimulai dengan pengolahan data dan
pemetaan subjek dengan contoh tabulasi data kelompok usaha.
Persiapan kegiatan fasilitasi penataan kelembagaan perlu
dikembangkan berdasarkan database yang telah diperoleh dari
Pemetaan Sosial Tahun Pertama. Asesmen terhadap sebaran subjek dan
potensi subjek penting dilakukan agar sesuai dengan database awal
yang telah diperoleh dengan komponen data sebagai berikut:
1. Potensi sektor ekonomi

39
Data dari komponen ini diperoleh dari hasil pemetaan sosial
mengenai sektor-sektor ekonomi utama penghidupan keluarga
sasaran penerima manfaat Penanganan Akses Reforma Agraria
yang diusahakan keluarga, yaitu: Pertanian-perkebunan,
peternakan, perikanan nelayan, perikanan budidaya dan/atau
kewirausahaan/UKM, Pariwisata dan/atau jasa. Tenaga
Pendukung mengolah informasi mengenai kondisi ekonomi yang
meliputi potensi usaha, hasil, dan modal produksi serta penjualan
hasil produksi. Perolehan data sektor ekonomi ini disesuaikan
dengan jenis sektor yang diusahakan oleh keluarga, sehingga dapat
ditemukan lebih dari satu sektor usaha yang dikerjakan oleh
masing-masing anggota keluarga.
Data hasil tabulasi ini menjadi bahan pertimbangan dalam
menyusun rencana kegiatan intervensi kegiatan pemberdayaan dan
pembentukan kelompok usaha berdasarkan kesamaan sektor
usaha. Data ini pula dapat menjadi basis informasi untuk
penyusunan peta potensi dan subjek yang akan dikomunikasikan
kepada OPD terkait, seperti penyusunan rencana definitif kelompok
tani maupun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK)
di sektor pertanian.
2. Kendala ekonomi
Data yang diperoleh dari komponen ini secara spesifik
ditujukan untuk mengenali kondisi aktual, hambatan, dan kendala
dalam sektor ekonomi subjek Penanganan Akses Reforma Agraria.
Data ini menjadi bahan pertimbangan penting dalam kegiatan
pendampingan dan fasilitasi, serta membantu mencari solusi atau
pemecahan jalan keluar untuk peningkatan ekonomi dan
pendapatan yang diolah terlebih dahulu ke dalam perencanaan
kerja melalui kelompok.
3. Program/bantuan/pendampingan sektor usaha
Data pemetaan sosial dari komponen ini menggambarkan
pengalaman subjek penanganan akses dalam kegiatan

40
pemberdayaan, pendampingan maupun bantuan yang berkenaan
dengan sektor usaha. Data dasar ini menjadi bahan peninjauan
lebih lanjut dalam penyusunan rancangan kegiatan
pendampingan/ fasilitasi serta potensi kolaborasi maupun
keberlanjutan fasilitasi lintas Kementerian/Lembaga.
4. Usaha tambahan dan/atau nilai tambah
Data mengenai usaha tambahan dan/atau nilai tambah ini
diperoleh untuk mengenali minat, keinginan, serta motivasi mereka
untuk peningkatan nilai tambah atau diversifikasi usaha bagi
anggota keluarga yang belum/ingin mengembangkan sumber
pendapatan ekonomi yang akan ditampung melalui kelompok
usaha.
5. Kelembagaan Ekonomi Bersama/Koperasi
Data pemetaan sosial dari komponen ini cukup penting untuk
membantu mengenali keberadaan dan keikutsertaan subjek
Penanganan Akses Reforma Agraria dalam koperasi/lembaga usaha
bersama lainnya. Data ini menjadi bahan tindak lanjut dalam
kegiatan intervensi yang menyangkut pembentukan kelembagaan,
peningkatan kapasitas kelembagaan, dan fasilitasi kerja sama
antar lembaga.

C. PENYUSUNAN RENCANA AKSI PENATAAN KELEMBAGAAN

Kegiatan penyusunan rancangan rencana aksi dilakukan sejak


kegiatan pembentukan kelembagaan dan/atau penguatan kapasitas
kelembagaan, rencana aksi tersebut dilakukan pematangan ketika
kegiatan pendampingan kewirausahaan/kelembagaan. Setelah
dilaksanakan kegiatan pendampingan kelembagaan, baik terhadap
pembentukan dan penguatan kelembagaan, informasi yang dihimpun
disusun menjadi sebuah rencana aksi yang dapat ditindaklanjuti untuk
tahun ketiga. beberapa hal yang perlu dilakukan yakni:
1. Menyusun dokumen rencana aksi

41
2. Renaksi penataan kelembagaan dan persiapan untuk kegiatan
tahun ketiga
3. Pengembangan penyusunan renaksi didasarkan pada konsep
manajemen produk (manajemen fungsi strategis dalam siklus
produksi yang berurusan langsung dengan pengembangan produk,
pembenahan bisnis, peluncuran produk, hingga strategi
pemasaran)
4. Komponen Renaksi meliputi: area pengembangan; tujuan;
identifikasi kendala; identifikasi kebutuhan; kegiatan fasilitasi
akses; sarana prioritas kegiatan; rincian kegiatan; stakeholders;
dan target output.
5. Pengembangan penyusunan Rencana Aksi dan rincian rencana
pendampingan dalam Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran
ini didasarkan pada konsep manajemen usaha berbasis produk,
yaitu manajemen fungsi strategis dalam siklus produksi yang
berurusan langsung dengan pengembangan produk, pembenahan
bisnis, peluncuran produk, hingga strategi pemasaran. Contoh
penyusunan Renaksi adalah sebagai berikut:

42
Rencana Aksi Kegiatan Penatan Kelembagaan dan Persiapan Kegiatan Tahun Ketiga (Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran)
Pengembangan penyusunan Rencana Aksi dan rincian rencana pendampingan dalam Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran ini didasarkan pada konsep manajemen produk, yaitu manajemen fungsi strategis dalam siklus produksi yang berurusan langsung
dengan pengembangan produk, pembenahan bisnis, peluncuran produk, hingga strategi pemasaran

Sasaran Prioritas Kegiatan


Kegiatan (Ditawarkan oleh Rincian Kegiatan (yang akan
No Aspek Pengembangan Tujuan Area Pengembangan Identifikasi Kendala Identifikasi Kebutuhan Indikator (checklist yang memungkinkan Stakeholder
pemberi fasilitasi akses) dilaksanakan oleh Kantah
untuk dilakukan)

Fasilitasi pendampingan
Pembentukan perangkat Terfasilitasinya penyusunan AD- Menyesuaikan kesepakatan Menyesuaikan kesepakatan
Mendorong pengembangan penyusunan AD-ART dan
keorganisasian (menyesuaikan kondisi (menyesuaikan kondisi ART , Susunan keorganisasian bersama antara subyek dengan bersama antara subyek dengan
ekonomi bersama subyek Perangkat Keorganisasian
daerah/ kelompok) daerah/ kelompok) fieldstaff fieldstaff
Penanganan Akses Reforma
Agraria sebagaimana
Fasilitasi pendampingan Terbangunnya jiwa
ketentuan di
Pembentukan Penguatan sosial penguatan sosial kelembagaan - keorganisasian sebagai bagian
1 Kementerian/Lembaga
Kelompok kelembagaan antar kelompok dalam bentuk dari penguatan ekonomi
teknis agar memperoleh outbond, workshop, arisan, dsb bersama
kesempatan fasilitasi akses
yang lebih luas dan intens
bagi subyek yang belum Fasilitasi pengesahan
Diperoleh surat
memiliki kelompok Kelembagaan - Surat
Legalitas Kelembagaan keterangan/surat keputusan
Keterangan dari Pemerintah
dari Pemerintah Desa setempat
Desa
Fasilitasi pendampingan
Terfasilitasinya kegiatan
peguatan usaha kelompok -
Penguatan Kapasitas pendampingan penguatan
Fasilitasi pelatihan
Kelembagaan kepasitas kelembagaan -
Mendorong pengembangan kepemimpinan maupun
kewirausahaan
kelembagaan perkoperasian
ekonomi kepada subyek
yang sudah memiliki 1. Terfasilitaisnya pendaftaran
kelompok untuk lebih aktif 1. Fasilitasi Pendaftaran pada sistem
Penguatan
2 dan giat serta berkembang Kelembagaan - fasilitasi dari informasi/database di
Kelembagaan
dalam mendorong OPD di lingkungan Kementerian Kementerian/Lembaga melalui
partisipasi bersama untuk Pengembangan terkait serrah terima data kelompok
penguatan ekonomi Perencanaan Usaha 2. Fasilitasi penyusunan 2, Terfasilitasinya transfer
anggotanya proposal kegiatan/fasilitasi pengetahuan dalam pngajuan
pendampingan kepada dan penyusunan proposal untuk
stakeholder perencanaan pengembangan
ekonomi kelompok
1. Tersedianya bahan baku yang
1. Pembinaan/workshop
menopang proses produksi
pengenalan karakteristik bahan
2. Ada keberlanjutan
baku
ketersediaan stok dalam jangka
Pengelolaan Bahan baku 2. Pembinaan/workshop
waktu tertentu
pengelolaan bahan baku
3. Jika memungkinakan ada
3. Fasilitasi kerja sama dengan
kerja sama, ada keberlanjutan
penyedia bahan baku
dan kemandirian jaringan usaha
1. Pembinaan/workshop desain
1. Tersedianya desain produk
produk yang memiliki nilai
yang memiliki kekhasan/ nilai
Pengembangan Desain produk tersendiri
produk tersendiri sesuai dengan
2. Pembinaan/ workshop desain
jenis usaha
produk
Penilaian produk pada aspek
ini dimaksudkan untuk 1. Pembinaan/workshop
menjaga mutu produk
Pengembangan mendalami tingkat kesiapan
3 2. Fasilitasi pendaftaran 1. Tersedianya perijinan usaha
Produk (Inbound) produk yang diusahakan
oleh subyek RA sebelum sertipikat PIRT/Ijin usaha/ijin untuk mendukung mutu produk
menjangkau pasar Pengelolaan Mutu produk edar 2. Adanya transfer pengetahuan
3. Fasilitasi Pendaftaran tentang peningkatan mutu
sertipikat halal maupun BPOM produk
4. Fasilitasi keterampilan
produksi dalam menjaga mutu
1. Tersedianya atau adanya
kemampuan stok produk untuk
menunjang perluasan pasar
1. Fasilitasi workshop/ 2. Adanya transfer pengetahuan
Pengelolaan Persediaan/stok pendampingan pengelolaan tentang pengelolaan stok
stok produksi produk, seperti membuat
produk tahan lama atau
manajemen gudang
penyimpanan
1. Fasilitasi workshop/ 1. Terfasilitasinya transfer
Manajemen aset pendampingan mengelola aset pengetahuan tentang
usaha manajemen aset usaha
1. Terfasilitasinya transfer
1. Fasilitasi workshop/
Pengembangan Desain Produk pengetahuan tentang seluk
pendampingan desain produk
beluk desain produk
1. Fasilitasi penyediaan/
Penilaian pembenahan bantuan aset produksi atau 1. Adanya penyediaan atau
produk dimaksudkan untuk teknologi tepat guna pendukung bantuan aset produksi atau
mendalami kesiapan produksi teknologi tepat guna
Penyediaan dan
perencanaan dan 2. Fasilitasi kerja sama 2. adanya kerjasama R&D
Pengelolaan
operasional dalam penelitian dan pengembangan pengembangan TTG
Manajemen Bisnis/ Alat/mesin/teknologi
4 sistem/siklus produksi, (R&D) teknologi tepat guna 3. Adatanya kegiatan transfer
Sistem Produksi tepat guna
pengendalian dan atau alat pendukung produksi pengetahuan dalam
pegawasan produksi, 3. Fasilitasi manajemen alat/ memanajemen aset atau
meliputi pengelolaan aset, teknologi pendukung produksi teknologi pendukung produksi
cash flow, manajemen kerja maupun keterampilan terkait
1. Terlaksananyanya
dan sebagainya
kerjasama/PKS dan tersedianya
bukti dokumen perjanjian
Pengelolaan modal 1. Fasilitasi akses permodalan terkait fasilitasi akses
usaha dan manajemen 2. Fasilitasi manajemen permodalan
cash flow keuangan 2. Terlaksananya kegiatan
fasilitasi akses permodalan
atau pelatihan terkait
manajemen keuangan/
1. Fasilitasi workshop/
1. Terfasilitasinya kegiatan
pendampingan pengelolaan
transfer pengetahuan tentang
standar produk
Pengelolaan Standar produk pengelolaan standar produk
2. Fasilitasi workshop/
Penilaian ini dimaksudkan 2. Terdaftarkannya prosuk
pendampingan pendaftaran
untuk mendalami kelayakan berstandar
produk berstandar
produk UKM yang meliputi 1. Terfasilitasinya kegiatan
kualitas, kuantitas dan pendampingan pengemasan
Peluncuran Produk 1. Fasilitasi workshop/
kontrol terhadap produk produk
5 (penjajakan Pengembangan Pengemasan pendampingan pengelolaan
paska produksi sebelum 2. Terfasilitasinya kegiatan
konsumen) pengemasan produk
dipasarkan serta pemberian alat2 pendukung
pemahaman pelaku usaha pengemasan produk
1.. Terfasilitasinya workshop/
terhadap target konsumen 1. Fasilitasi workshop/ pendampingan mengenal
yang disasar
pendampingan mengenal dan target konsumen yang sejalan
Pengelolaan Target Konsumen memahami konsumen sebagai dengan kegiatan lain, misalnya
target pemasaran/ pengguma diversifikasi usaha atau
produk peningkatan nilai tambah
produk
1. Terfasilitasinya akses ke
1. Fasilitasi penyediaan
pemasaran online
pemasaran online
2. Terfasilitasinya akses pe
2. Fasilitasi pengediaan
pemasaran pasar modern
pemasaran off-line/ pameran/
Pengelolaan Jalur Pemasaran 3. Terfasilitasinya kerja sama
stand café
dengan off-taker
3. Fasilitasi transfer
4. Terfasilitasinya pengetahuan
pengetahuan pemasaran
tentang berbagai hal
4. Fasilitasi kerja sama offtaker
Penilaian ini dimaksudkan menyangkut pemasaran
untuk mendalami aspek
pemasaran, kesiapan 1. Terfasilitasinya workshop/
6 Pemasaran (outbond) memasuki jangkauan pasar pendampingan branding produk
1. Fasilitasi workshop/
yang lebih luas dan faktor yang bagus
pendampingan branding produk
pendukung pemasaran yang Pengembangan 2. Terlaksananya kegiatan
2. Fasilitasi workshop/
baik Branding produk (nilai pendampingan pembuatan foto
pendampingan pembuatan
produk) dan/atau video produk
narasi branding (contoh: foto /
3. Terfasilitasinya pemberian
video)
pemberian alat/aset pendukung
dalam branding produk
1. Terfasilitasinya workshop/
1. Fasilitasi workshop/ pendampingan promosi produk
Pengelolaan dan
pendampingan promosi produk 2. Terlaksananya kegiatan
Strategi Promosi produk
on-line dan/atau off-line promosi produk melalui
pameran/ event

43
D. TABULASI DATA HASIL SURVEI MONITORING

Kegiatan survei monitoring dilakukan bersamaan dengan kegiatan


kunjungan Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan, Tenaga
Pendukung penataan kelembagaan juga melakukan kegiatan
pengambilan data untuk pemantauan atau monitoring peningkatan
pendapatan selama pelaksanaan tahun kedua pada saat kegiatan
pendampingan. Responden yang menjadi sasaran pemantauan ini
diprioritaskan kepada subjek yang sudah memiliki kelompok usaha dan
memperoleh fasilitasi akses dari stakeholder. Monitoring Penataan
Kelembagaan mencakup 2 (dua) komponen data yang menjadi dasar
penyusunan instrumen kuesioner survei monitoring Penataan Akses,
yaitu identifikasi Potensi Penambahan dan/atau pengembangan sektor
usaha/ diversifikasi dan potensi peningkatan pendapatan.
Proses pengumpulan data survei monitoring peningkatan
pendapatan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan kunjungan
lapangan dan akan ditabulasi pada akhir tahun kegiatan Penataan
Kelembagaan sebagai laporan akhir tahun. Subjek yang menjadi
responden survei monitoring ini ialah subjek telah memperoleh fasilitasi
pembentukan dan/atau penguatan kapasitas kelembagaan serta
memperoleh fasilitasi akses dari stakeholder. Ketentuan mengenai
jumlah responden mengikuti kebijakan yang akan dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Penataan Agraria melalui pemberitahuan tersendiri.
Monitoring Penataan Kelembagaan mencakup 2 (dua) komponen
data yang menjadi dasar penyusunan instrumen kuesioner survei
pemantauan sebagai berikut:
1. Identifikasi Potensi Penambahan dan/atau pengembangan sektor
usaha/ diversifikasi
Komponen ini memahami adanya perkembangan kegiatan
fasilitasi akses mengenai potensi peningkatan kesejahteraan
melalui kegiatan diversifikasi usaha, pemanfaatan teknologi tepat
guna, peningkatan nilai tambah dan pembukaan akses terhadap

44
pemasaran dengan memotret kendala peluang, kendala dan
tantangan akses pemasaran data lama dan peluang
pengembangannya untuk tahun ketiga.

2. Identifikasi Peningkatan Pendapatan


Komponen ini merupakan pendataan terhadap potensi
peningkatan pendapatan berdasarkan dua kemungkinan sumber
penghitungan, yaitu berdasarkan identifikasi anggota keluarga dan
sektor ekonomi yang memperoleh fasilitasi akses.

RANGKUMAN
Kegiatan penting dalam Penataan Kelembagaan ialah memastikan
keberadaan kelompok usaha, sehingga pengetahuan tentang fasilitasi
pembentukan kelompok usaha ini sangat penting. Tata cara pembentukan
kelembagaan disusun mengikuti ketentuan yang berlaku di
Kementerian/Lembaga terkait dimana Kantor Pertanahan dapat
menyesuaikannya dengan sebaran sektor ekonomi dari subjek Penanganan
Akses Reforma Agraria yang diperoleh setelah asesmen data. Kemampuan
dalam mengolah dan menyajikan data menjadi kebutuhan penting yang
mendukung pada kegiatan yang beragam, seperti asesmen awal untuk
pemetaan sunjek dan kelembagaan, kebutuhan data untuk pengembangan
kelompok usaha, serta kebutuhan data untuk menyusun perencanaan,
seperti Rencana Aksi Penataan Kelembagaan; maupun data untuk pelaporan
kegiatan Penataan Kelembagaan dan Monitoring potensi Peningkatan
Pendapatan.

45
EVALUASI
1. Berikut merupakan komponen dalam asesmen data subjek dan
kelembagaan, kecuali...
a. Potensi sektor ekonomi
b. Kendala ekonomi
c. Perkembangan pemanfaatan tanah
d. Kelembagaan ekonomi bersama/koperasi
e. Program/bantuan/pendampingan sektor usaha

2. Kegiatan Penyusunan Rencana Aksi dilakukan sejak kegiatan…


a. Penyusunan SK Pembentukan Kelompok Masyarakat
b. Asesmen data subjek dan kelembagaan
c. Pembentukan kerja sama
d. Pembentukan kelembagaan dan/atau penguatan kapasitas
kelembagaan
e. Penguatan Kelembagaan

3. Tujuan dari dibentuknya kegiatan Penyusunan Rencana Aksi yaitu...


a. Penyusunan rencana untuk pengembangan kapasitas kelembagaan
maupun pengembangan usaha dan akses pemasaran
b. Penyusunan asesmen data subjek dan kelembagaan
c. Penyusunan pembentukan kerja sama
d. Penyusunan pembentukan kelompok masyarakat
e. Sebagai data awal untuk kegiatan penguatan kelembagaan

4. Berikut yang termasuk dalam komponen rencana aksi, kecuali…


a. Area pengembangan
b. Identifikasi kendala
c. Kelembagaan ekonomi
d. Sarana prioritas kegiatan
e. Data pemetaan sosial

5. Kegiatan survei monitoring dilakukan bersamaan dengan kegiatan…


a. Penguatan Kelembagaan
b. Kunjungan Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan
c. Pembentukan Kerja Sama
d. Penyusunan SK Pembentukan Kelompok Masyarakat
e. Koordinasi bersama Pemerintah Desa

46
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Setelah menyelesaikan materi pembelajaran pembentukan kelompok
usaha dan apabila berhasil menjawab pertanyaan evaluasi dengan baik,
maka saudara dianggap telah mampu memahami materi-materi pada bab ini.
Selanjutnya saudara dapat mengikuti pembelajaran pada bab berikutnya.
Sebaliknya apabila belum dapat menjawab pertanyaan pada evaluasi dengan
baik, maka saudara diminta untuk mempelajari kembali materi pada bab ini
dengan lebih seksama hingga saudara dapat menjawab pertanyaan dalam
evaluasi dengan baik.

47
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Modul ini disusun untuk keperluan Pelatihan Penataan Akses


Reforma Agraria melalui Pemberdayaan Tanah Masyarakat, dengan
tujuan agar setiap peserta Pelatihan mampu menerapkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan
kegiatan Penataan Akses Reforma Agraria melalui Pemberdayaan Tanah
Masyarakat dengan baik sesuai tugas dan fungsinya.
Setelah selesai mempelajari materi dalam modul ini, jangan lupa
untuk melatih pemahaman anda dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ada dalam latihan serta melakukan evaluasi dalam
setiap materi.

B. TINDAK LANJUT

Sebagai tindak lanjut dari pembelajaran materi modul ini, maka:


1. Bagi peserta pelatihan diharapkan mampu mengimplementasikan
hasil pembelajaran dari mata pelatihan Penataan Kelembagaan;
2. Bagi Fasilitator, diharapkan mampu menyampaikan serta
mengembangkan penyampaian materi dalam modul agar mampu
menjadi bahan ajar yang efektif dalam penyamaan persepsi peserta;
3. Bagi pengelola pelatihan, diharapkan modul sebagai referensi dan
bahan evaluasi bagi Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
serta pengendalian pelaksanaan pelatihan Penataan Akses Reforma
Agraria melalui Pemberdayaan Tanah Masyarakat serta untuk
penyempurnaan modul pelatihan berikutnya agar lebih baik.

48
KUNCI JAWABAN

1. C
2. C
3. B
4. C
5. A

1. E
2. C
3. C
4. A
5. D
6. B

1. C
2. D
3. A
4. E
5. B

49
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Permenko


Perekonomian) tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional.
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
67/Permentan/Sm.050/12/2016 Tentang Pembinaan Kelembagaan
Petani.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 Tentang
Kemudahan, Pelindungan, Dan Pemberdayaan Koperasi Dan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan dan Petambak Garam.

50
51

Anda mungkin juga menyukai