Penanggung Jawab :
Amurwani Dwi Lestariningsih, S.Sos, M.Hum
Ketua :
Dewi Andayani, SE, AK, MAB
Penyusun :
1. Suhanda, S.Pd, M.AP
2. Dr. Ganefo Ginting, ST, MT
Editor :
Esty Sulistianingsih
Tata Letak :
Nur Amrizal
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(ASN) khususnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) dituntut memiliki kualifikasi, kompetensi dan
kinerja tinggi agar dapat melaksanakan tugas pemerintahan dan pelayanan kepada publik
secara baik dan optimal. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, terdapat tiga jenis
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap PNS yaitu kompetensi menejerial, kompetensi
sosial kultural dan kompetensi teknis.
Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9 tahun 2020 tentang
Organisasi Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pusdiklat Pegawai
Kemendikbud mempunyai tugas antara lain melaksanakan program pengembangan
sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan melalui penyelenggaraan pelatihan
teknis dan fungsional.
Bertitik tolak dari hal tersebut diatas, maka Pusdiklat Pegawai Kemendikbud, pada tahun
2021 akan menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Teknis Revolusi Mental Untuk Pelayanan
Publik dengan sasaran untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam sektor pelayanan publik
di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pelatihan Teknis Revolusi Mental Untuk Pelayanan
Publik memuat substansi: (1) Inovasi Pelayanan Sektor Publik; (2) Paradigma Baru
Pelayanan Publik; (3) Revolusi Budaya Pelayanan Publik Era Digital; (4) Strategi
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik; (5) Tata Nilai Organisasi Kemendikbud; (6)
Penyusunan Rancangan Revolusi Cara Kerja (RRCK). Dengan materi-materi tersebut,
diharapkan peserta Pelatihan Pelatihan Teknis Revolusi Mental Untuk Pelayanan Publik
memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada
publik secara baik dan profesional.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya demi
terlaksananya Pelatihan Teknis Pelayanan Publik ini kami sampaikan apresiasi dan
penghargaan yang setinggi-tingginya.
Ttd
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
memiliki tugas pokok dan fungsi melaksanakan pelatihan kepada Pegawai Kemendikbud,
memfasilitasi dengan memberikan Pelatihan Reolusi mental untuk pelayanan publik, yang
salah satu mata diklatnya adalah Tata Nilai Kemendikbud. Hal tersebut demi mewujudkan
pegawai kemendikbud yang memiliki sikap dan perilaku yang berlandaskan pada tata nilai
Kemendikbud dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya agar terlaksana misi dan tercapai visi
Kemendikbud sesuai dengan Rencana Stratgis (RENSTRA) Kemendikbud.
Modul ini disusun sebagai bagian dari bahan pembelajaran dalam Diklat Teknis Revolusi
Mental untuk Pelayanan Publik bagi para PNS Kemendikbud. Karena para PNS tersebut perlu
memahami tata nilai Kemendikbud dalam menempuh kariernya sebagai abdi masyarakat
yang baik dengan pemahaman yang baik.
Peserta diajak berpartisipasi untuk memperoleh pengalaman secara dan individual dan
kelompok dengan cara menulis pada lembar kerja yang telah disediakan dan mencatat
semua poin penting terkait pelaksanaan tugas yang dialndasi tata nilai Kemendikbud, yang
nantinya akan menjadi bahan evaluasi terhadap ketercapaian kompetensi kinerja pegawai
tidak hanya diharapkan terdorong untuk berperan aktif sebagai pemelihara dengan
berperilaku etis dalam menapak karier, tetapi juga dapat ikut berperan sebagai penjaga
perilaku beretika di lingkungan Kemendikbud yang berlandaskan tata nilai yang ada di
Kemdikbud.
A. DESKRIPSI SINGKAT
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
Pada akhir pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan tata nilai
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai landasan dasar dalam
melaksanakan pelayanan publik di lingkungan Kemendikbud
C. Materi Pokok
BAB II
VISI DAN MISI KEMENDIKBUD
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan dapat: (1)
Menjelaskan konsep visi dan misi; (2) Menjelaskan visi dan misi Kemendikbud; dan (3)
Memerapkan visi dan misi Kemendikbud dalam dalam kinerjanya
A. Pengertian Visi
Visi merupakan sesuatu yang didambakan untuk dimiliki dimasa depan (what do they
want to have). Visi menggambarkan aspirasi masa depan tanpa menspesifikasi cara-cara
untuk mencapainya, visi yang efektif adalah visi yang mampu membangkitkan inspirasi.
Menurut J.B. Whittaker dalam bukunya “Strategic Planning and Management”, visi
perusahaan/organisasi adalah gambaran masa depan yang akan dipilih dan yang akan
diwujudkan pada suatu saat yang ditentukan.
Menurut Wibisono (2006, p. 43), visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan
cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa
depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari
organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi
perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.
Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta kebutuhan organisasi
di masa depan seperti yang diungkapkan oleh Kotler yang dikutip oleh Nawawi
(2000:122), Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam
produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok
masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa
depan. Visi yang efektif antara lain harus memiliki karakteristik seperti:
Menurut Kotler visi adalah pernytaan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan
dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan, kelompok masyarakat yang dilayani,
nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, visi perusahaan adalah pandangan terhadap
suatu masalah, wawasan, kemampuan untuk melihat pada inti persoalan.
Sedangkan menurut Sinamo (1984) menegaskan bahwa “secara ringkas visi adalah apa
yang didambakan organisasi untuk “dimiliki” atau diperoleh dimasa mendatang (what
do we w ant to have). Sedangkan misi adalah darnbaan tentang kita ini akan “rnenjadi”
apa dimasa depan (what do w e want to be).
Gaff ar (1994) berpendapat bahwa visi adalah daya pandang yang jauh, men-dalam dan
meluas, merupakan daya fikir abstrak yang memiliki kekuatan amat dahsyat dan
dapat menerobos segaila batas-batas fisik, waktu dan tempat.
Berdasarkan pengertian-pengertian visi di atas maka dapat disimpulkan bahwa visi
adalah pandangan jauh ke depan, kemana organisasi tersebut akan dibawa atau
gambaran apa yang diinginkan oleh organisasi. Visi organisasi akan menunjukan suatu
kondisi ideal tentang masa depan yang realistis, dapat dipercaya, meyakinkan, serta
mengandung daya tarik
B. Pengertian Misi
Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi bagi pihak-
pihak yang berkepentingan di masa datang (Akdon, 2006: 97). Pernyataan misi
mencerminkan tentang penjelasan produk atau pelayanan yang ditawarkan.
Menurut Prasetyo dan Benedicta (2004:8. Di dalam misi produk dan jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan, pasar yang dilayani dan teknologi yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan dalam pasar tersebut. Pernyataan misi harus mampu menentukan
kebutuhan apa yang dipuasi oleh perusahaan, siapa yang memiliki kebutuhan tersebut,
dimana mereka berada dan bagaimana pemuasan tersebut dilakukan.
Menurut Drucker (2000:87), Pada dasarnya misi merupakan alasan mendasar eksistensi
suatu organisasi. Pernyataan misi organisasi, terutama di tingkat unit bisnis
menentukan batas dan maksud aktivitas bisnis perusahaan. Jadi perumusan misi
merupakan realisasi yang akan menjadikan suatu organisasi mampu menghasilkan
produk dan jasa berkualitas yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan
pelanggannya (Prasetyo dan Benedicta, 2004:8)
Pernyataan misi merupakan sebuah kompas yang membantu untuk menemukan arah
dan menunjukkan jalan yang tepat dalam rimba bisnis saat ini. Tujuan dari pernyataan
misi adalah mengkomunikasikan kepada stakeholder, di dalam maupun luar organisasi,
tentang alasan pendirian perusahaan dan ke arah mana perusahaan kan menuju. Oleh
karena itu, rangkaian kalimat dalam misi sebaiknya dinyatakan dalam satu bahasa dan
komitmen yang dapat dimengerti dan dirasakan relevansinya oleh semua pihak yang
terkait.
Banyak penulis telah mencatat pentingnya pernyataan misi untuk mengarahkan dan
membimbing strategi organisasi. Nilai pernyataan misi sebagai alat pemasaran
internal yang juga telah diakui.
Stakeholder internal, manajer dan karyawan lain perlu titik referensi untuk
menjelaskan tujuan dan filosofi organisasi. Dengan cara ini mereka dapat membantu
memastikan arah perusahaan yang konsisten di seluruh organisasi yang lebih besar
(Tolle, 1988; Davies dan Glaister, 1997; 595). Memang, bahwa nilai pernyataan misi
di banyak organisasi terutama sebagai perangkat internal, membantu manajer untuk
menegaskan kepemimpinan mereka dan memberikan motivasi bagi karyawan
(Klemm, Sanderson dan Luffman, 1991; Davies dan Glaister, 1997; 595).
Fungsi Misi.
• Menunjukkan secara jelas mengenai apa yang hendak dicapai oleh organisasi dan
bidang kegiatan utama dari organisasi yang bersangkutan.
• Secara eksplisit mengandung apa yang harus dilakukan untuk mencapainya.
• Mengundang partisipasi masyarakat luas terhadap perkembangan bidang utama yang
digeluti organisasi (Akdon, 2006:98).
Misi merupakan tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Jadi misi merupakan
penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang
dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan
untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.
• Penjelasan tentang produk atau pelayanan yang ditawarkan yang sangat diperlukan
oleh masyarakat.
• Harus jelas memiliki sasaran publik yang akan dilayani.
• Kualitas produk dan pelayanan yang ditawarkan memiliki daya saing yang
meyakinkan masyarakat.
• Penjelasan aspirasi bisinis yang diinginkan pada masa mendatang juga bermanfaat
dan keuntungannya bagi masyarakat dengan produk dan pelayanan yang tersedia
(Akdon, 2006:99).
• Pernyataan misi harus menunjukkan secara jelas mengenai apa yang hendak dicapai
oleh sekolah.
• Rumusan misi selalu dalam bentuk kalimat yang menunjukkan “tindakan” dan bukan
kalimat yang menunjukkan “keadaan” sebagaimana pada rumusan visi.
• Satu indikator visi dapat dirumuskan lebih dari satu rumusan misi. Antara indikator
visi dengan rumusan misi harus ada keterkaitan atau terdapat benang merahnya
secara jelas.
• Misi menggambarkan tentang produk atau pelayanan yang akan diberikan pada
masyarakat (siswa)
• Kualitas produk atau layanan yang ditawarkan harus memiliki daya saing yang tinggi,
namun disesuaikan dengan kondisi organisasi.
Langkah penyusunan misi yang umum dilakukan oleh organisasi atau perusahaan
adalah dengan mengikuti tahap-tahap berikut ini:
Untuk menjamin bahwa misi yang telah dicanangkan merupakan sebuah misi yang
bagus, misi tersebut harus:
1. Cukup luas untuk dapat diterapkan selama beberapa tahun sejak saat ditetapkan
2. Cukup spesifik untuk mengkomunikasikan arah
3. Fokus pada kompetensi atau kemampuan yang dimiliki perusahaan
4. Bebas dari jargon dan kata-kata yang tidak bermakna.
5. Pentingnya Visi dan Misi
Pentingnya visi dan misi perusahaan/organisasi adalah visi perusahaan sebagai elemene
utama bagi suatu strategi untuk mencari pencapaian hasil yang lebih tinggi atau lebih
baik.
Jansen Sinamo (2005) yang memberikan 7 kriteria mengenai kriteria visi dan misi yang
hidup dan efektif, yang terpenting yang bisa diambil yaitu:
1. Visi-misi harus sesuai dengan roh zaman dan semangat perjuangan organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendukung Visi dan Misi Presiden untuk
mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui
terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global
Visi tersebut di atas menggambarkan komitmen Kemendikbud mendukung
terwujudnya visi dan misi Presiden melalui pelaksanaan tugas dan kewenangan yang
dimiliki secara konsisten, bertanggung jawab, dapat dipercaya, dengan mengedepankan
profesionalitas dan integritas. Oleh karena itu, perumusan kebijakan dan pelaksanaan
pembangunan bidang pendidikan dan kebudayaan akan mengedepankan inovasi guna
mencapai kemajuan dan kemandirian Indonesia. Sesuai dengan kepribadian bangsa
yang berlandaskan gotong royong, Kemendikbud dan seluruh pemangku kepentingan
pendidikan dan kebudayaan, bekerja bersama untuk memajukan pendidikan dan
kebudayaan sesuai dengan Visi dan Misi Presiden tersebut.
Gambar 1
Sejalan dengan perwujudan visi dan misi Presiden tersebut, Kemendikbud sesuai
dengan tugas dan kewenangannya, juga berkomitmen untuk menciptakan Pelajar
Pancasila. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar
sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan
berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan
kreatif, seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.2.1 di atas.
(1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia Pelajar Indonesia yang
beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia adalah pelajar yang
berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran
agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam
kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan
YME, dan berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada
manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.
(3) Bergotong royong Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong royong, yaitu
kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar
kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari
bergotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
(4) Mandiri Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang
bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri
dari kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.
(5) Bernalar kritis Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses
informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai
informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-
elemen dari bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan,
menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir,
dan mengambil keputusan.
(6) Kreatif Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang
orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari
menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang
orisinal. Keenam karakteristik ini terwujud melalui penumbuhkembangan nilai-nilai
budaya Indonesia dan Pancasila, yang adalah fondasi bagi segala arahan pembangunan
nasional. Dengan identitas budaya Indonesia dan nilai-nilai Pancasila yang berakar
dalam, masyarakat Indonesia ke depan akan menjadi masyarakat terbuka yang
berkewargaan global - dapat menerima dan memanfaatkan keragaman sumber,
pengalaman, serta nilai-nilai dari beragam budaya yang ada di dunia, namun sekaligus
tidak kehilangan ciri dan identitas khasnya
D. RANGKUMAN
1. Visi itu “What be believe we can be” yang dimana visi merupakan suatu gambaran
tentang masa depan, mau jadi apa nanti perusahaan, organisasi ataupun suatu
lembaga. Menentukan visi berarti juga menentukan tujuan serta cita-cita yang ingin
diraih.
2. Sedangkan Misi yaitu “What be believe we can do” misi ialah apa saja yang dapat
dilakukan untuk mencapai visi tadi, seperti yang sudah dijelaskan tadi Misi
merupakan langkah, cara ataupun strategi apa untuk mencapai visi.
3. perbedaan antara visi dan misi ialah visi gambaran dan tujuan suatau lembaga atau
perusahaan di masa depan sedangkan misi ialah cara untuk mencapai tujuan itu.
Kadangkala misi perlu dirubah sedemikian rupa jika visi belum juga tercapai. Jadi
bukan visinya yang diubah hanya cara atau strategi untuk mencapai tujuannya saja
yang diubah. Apabila visi berubah-ubah maka akan terkesan tidak konsisten
gambaran atau tujuan masa depan tentang perusahaan. lembaga maupun organisasi
tersebut
4. Visi misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendukung Visi dan Misi
Presiden untuk mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif,
mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong
royong, dan berkebinekaan global
BAB III
TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan dapat: (1)
Menjelaskan Tujuan Strategis Kemendikbud; (2) Menjelaskan Sasaran
Kemendikbud
1. Perluasan akses Pendidikan bermutu bagi peserta didik yang berkeadilan dan
inklusif
Salah satu cara yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan membuat Sistem
Zonasi Pendidikan. Menurut, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P, “Sistem Zonasi
Pendidikan adalah salah satu strategi percepatan dan pemerataan pendidikan yang
berkualitas”. Sistem Zonasi Pendidikan mengutamakan kedekatan dan jarak antara
domisili calon peserta didik dengan satuan pendidikan dan bukan prestasi peserta
didik. Penetapan Sistem Zonasi Pendidikan ini akan memberikan prioritas bagi calon
peserta didik yang rumahnya lebih dekat dengan satuan pendidikan.
Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi pendidikan yang
bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghsilkan tenaga profesional
sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Sedangkan relevan
berarti bersangkut paut, kait mangait, dan berguna secara langsung.
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
terpenting yang mempengaruhi adalah mutu proses pembelajaran yang belum
mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Hasil-hasil pendidikan
juga belum didukung oleh sistem pengujian dan penilaian yang melembaga dan
independen, sehingga mutu pendidikan tidak dapat dimonitor secara ojektif dan
teratur. Uji banding antara mutu pendidikan suatu daerah dengan daerah lain belum
dapat dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga hasil-hasil penilaian
pendidikan belum berfungsi unutk penyempurnaan proses dan hasil pendidikan.
Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan beban menjadikan
proses belajar menjadi kaku dan tidak menarik. Pelaksanaan pendidikan seperti ini
tidak mampu memupuk kreatifitas siswa unutk belajar secara efektif. Sistem yang
berlaku pada saat sekarang ini juga tidak mampu membawa guru dan dosen untuk
melakukan pembelajaran serta pengelolaan belajar menjadi lebih inovatif.
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya kualitas
tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai
oleh guru dan dosen tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka kualitas
tenaga pengajar pendidikan tinggi di Indonesia memiliki masalah yang sangat
mendasar.
Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk watak
Arti kata dari karakter itu sendiri bias bermakna akhlak, budi pekerti, sifat prilaku,
watak dan tabiat. Karakter sesorang disengaja atau tidak, bisa didapat dari orang lain
di dekatnya atau yang sering berinteraksi dan berkomunikasi serta dapat
mempengaruhinya sehingga ia mulai meniru ucapan dan tingkah laku orang
tersebut. Sebagai contoh seorang anak cenderung untuk meniru prilaku orang
tuanya.
Kebebasan dan individualism yang melekat pada diri pengajar. Terlepas dari itu,
keluarga juga turut membentuk karakter sesorang sedari dini. Keluarga harus
menjadi Lembaga pertama dan utama dalam membrikan pemahaman yang benar
seputar karakter. Karakter dapat ditumbuhkan dari sikap keteladanan sesorang yang
menjadi cerminan bagi orang lain.
Karakter ibarat sebuah pijakan yang menghantarkan kemajuan suatu bangsa. Tugas
kita sekarang sebagai paljar, pengajar dan pemerintah dan keluarga adalah menggali
kembali nilai-nilai kebenaran yang tergerus oleh arus zaman. Karakter akan
menempatkan manusia pad posisi yang tepat dan potensi maksimal. Maka mari kita
wujudkan bangsa yang berkarakter dengan membenahi pola pikir dan mentalitas
kita selama ini. Gambar 2 di bawah ini adalah pengembangan nilai-nilai karakater.
1. Sasaran yang ingin dicapai berkaitan dengan tujuan pertama Perluasan akses
pendidikan bermutu bagi peserta didik yang berkeadilan dan inklusif adalah
meningkatnya pemerataan layanan pendidikan bermutu di seluruh jenjang.
2. Sasaran yang ingin dicapai berkaitan dengan tujuan kedua Penguatan mutu dan
relevansi pendidikan yang berpusat pada perkembangan peserta didik adalah
meningkatnya kualitas pembelajaran dan relevansi pendidikan di seluruh jenjang.
3. Sasaran yang ingin dicapai berkaitan dengan tujuan ketiga Pengembangan potensi
peserta didik yang berkarakter adalah menguatnya karakter peserta didik.
4. Sasaran yang ingin dicapai berkaitan dengan tujuan keempat Peningkatan peran
budaya, bahasa, dan sastra dalam kehidupan berbangsa, adalah Meningkatnya
pemajuan dan pelestarian bahasa dan kebudayaan.
5. Sasaran yang ingin dicapai berkaitan dengan tujuan kelima Penguatan sistem tata
kelola pendidikan dan kebudayaan yang partisipatif, transparan, dan akuntabel
adalah meningkatnya tata kelola pendidikan dan kebudayaan yang partisipatif,
transparan, dan akuntabel. Kelima sasaran strategis dan kaitannya dengan tujuan
pembangunan pendidikan dan kebudayaan terangkum dalam Tabel. 2
C. RANGKUMAN
Tujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menggambarkan ukuran-ukuran
terlaksananya misi dan tercapainya visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
BAB IV
TATA NILAI KEMENTERIAN PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan dapat:
mengimplementasikan tata nilai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Pelaksanaan misi dan pencapaian visi memerlukan penerapan tata nilai yang sesuai dan
mendukung. Tata nilai merupakan dasar sekaligus arah bagi sikap dan perilaku seluruh
pegawai Kemendikbud dalam menjalankan tugas membangun pendidikan dan kebudayaan.
Tata nilai yang diutamakan pada Renstra Kemendikbud 2020-2024 ini adalah sebagai
berikut:
A. Integritas
Pada nilai integritas terkandung makna keselarasan antara pikiran, perkataan, dan
perbuatan. Sesuai dengan nilai integritas, pegawai Kemendikbud diharapkan konsisten
dan teguh dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan, terutama dalam hal
kejujuran dan kebenaran dalam tindakan dan mengemban kepercayaan. Adapun
indikator yang mencerminkan nilai integritas adalah: a. Konsisten dan teguh dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dalam tindakan; b. Jujur dalam segala tindakan;
c. Menghindari benturan kepentingan; d. Berpikiran positif, arif, dan bijaksana dalam
melaksanakan tugas dan fungsi; e. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku; f. Tidak melakukan tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme; g. Tidak melanggar
sumpah dan janji pegawai/jabatan; h. Tidak melakukan perbuatan rekayasa atau
manipulasi; dan i. Tidak menerima pemberian (gratifikasi) dalam bentuk apapun di luar
ketentuan.
Cermaati tabel berikut ini yang dapat menunjukkan indikasi positif dan indikasi negatif
berkaitan dengan implementasi nilai integritas.
Tabel 4.1 Indikasi positif dan Negatif tentang Implementasi Nilai Integritas
INDIKASI POSITIF INDIKASI NEGATIF
Integritas menunjukkan kualitas manusia dan dalam aktualisasinya memiliki kadar mulai
dari tingkatan rendah sampai tinggi. Integritas pada level paling rendah adalah ketika
seseorang jujur mengikuti nurani, taat pada aturan dan tidak melanggarnya. Level
integritas yang lebih tinggi adalah ketika seseorang tetap konsisten jujur mengikuti
nuraninya meskipun ada godaan-godaan yang mengganggunya baik dari faktor internal
dalam dirinya maupun godaan dari faktor eksternal seperti ajakan teman, stakeholder,
maupun lingkungan yang kurang kondusif. Level integritas yang paling tinggi adalah
ketika seseorang berani konsisten jujur mengikuti nuraninya meskipun berrisiko
terhadap dirinya demi memperjuangkan integritasnya. Jika digambarkan, seperti
berikut.
Dari bagan 2 tersebut, silahkan diskusikan dan beri contoh pada masing-masing level
kadar integritas, baik dalam lingkup pekerjaan, maupun dalam lingkup yang lebh luas.
Berikut ini lembar kerja untuk mengukur terkait dengan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan tata nilai integritas sebagai PNS di
Kemendikbud. Bagi CPNS yang sudah memiliki pengalaman kerja, silahkan menjawab
sesuai pengalaman. Bagi CPNS yang sama sekali belum memiliki pengalaman, silahkan
berikan jawaban seandainya Anda berada pada posisi berikut.
Setelah Anda mengisi tabel lembar kerja integritas, silahkan refleksikan pengalaman
Anda, dan lesson learned apa yang bisa diambil. Sharing dalam kelompok Anda
Dalam implementasinya adalah pegawai memiliki Memiliki pola pikir, cara pandang,
dan pendekatan yang variatif terhadap setiap permasalahan, serta mampu
menghasilkan karya baru. Selain itu pegawai memiliki daya cipta dan kemampuan untuk
menciptakan hal-hal baru yang bermanfaat dan yang berbeda dari yang sudah ada atau
yang sudah dikenal sebelumnya, baik dalam bentuk gagasan, metode, atau alat.
Cermati tabel berikut ini yang dapat menunjukkan indikasi positif dan indikasi negatif
berkaitan dengan Implementasi nilai Kreatif dan Inovatif.
Tabel 4.3 Indikasi positif dan Negatif tentang Implementasi Kreatif dan Inovatif
INDIKASI POSITIF INDIKASI NEGATIF
1. Memiliki pola pikir, cara pAndang, dan 1. Merasa cepat puas dengan hasil yang
pendekatan yang variatif terhadap dicapai;
setiap permasalahan, serta mampu 2. Bersikap apatis dalam merespons
menghasilkan karya baru. kebutuhan stakeholder dan user;
2. Selalu melakukan penyempurnaan 3. Malas belajar, bertanya, dan berdiskusi;
dan perbaikan berkala dan 4. Bersikap tertutup terhadap ide-ide
berkelanjutan; pengembangan.
3. Bersikap terbuka dalam menerima 5. Monoton
ide-ide baru yang konstruktif;
4. Meningkatkan kompetensi dan
kapasitas pribadi;
5. Berani mengambil terobosan dan
solusi dalam memecahkan masalah;
6. Memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi dalam bekerja secara
efektif dan efisien.
Berikut ini lembar kerja yang dapat digunakan untuk menceritakan pengalaman dalam
mengimplementasikan nilai kreatif dan inovatif.
Saudara pasti memiliki pengalaman dalam bekerja, ceritakan gagasan inovatif yang
pernah Anda usulkan kepada pimpinan Anda khususnya dalam mendukung tugas Anda
sehingga mampu meningkatkan kinerja di Organisasi Anda. Jelaskan bagaimana cara
untuk merealisasikan gagasan Anda tersebut.
Tuangkan dalam tabel berikut ini yang dapat menggambarkan gagasan kreatif dan karya
inovatif berkaitan dengan Implementasi nilai Kreatif dan Inovatif
Tabel 4.4 Lembar Kerja Gagasan Kreatif dan Karya Inovatif dalam
mengimplementasikan Nilai Kreatif dan Inovatif
Setelah Anda mengisi tabel lembar kerja di atas, silahkan refleksikan pengalaman Anda,
dan lesson learned apa yang bisa diambil. Sharing dalam kelompok Anda.
C. Inisiatif
Inisiatif adalah kemampuan bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari
pekerjaan. Pegawai Kemendikbud sewajarnya melakukan sesuatu tanpa menunggu
perintah lebih dahulu dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil
pekerjaan, dan menciptakan peluang baru atau menghindari timbulnya masalah.
Inisiatif terwujud dalam kemampuan pegawai untuk bertindak lebih cepat dan
melampaui dari apa yang dibutuhkan (more than) dari pekerjaan sesuai tugas dan
fungsinya.
Cermati tabel berikut yang menunjukkan indikasi positif dan indikasi negatif berkaitan
dengan Implementasi nilai inisiatif.
Tabel 5 Lembar Kerja Indikasi Positif dan Negatif Implementasi Nilai Inisiatif
INDIKASI POSITIF INDIKASI NEGATIF
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
D. Pembelajar
……………………………………………………………………………………
Pada nilai pembelajar terkandung ikhtiar untuk selalu berusaha mengembangkan
kompetensi dan profesionalisme. Pegawai Kemendikbud harus berkeinginan dan
berusaha untuk selalu menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman, serta mampu mengambil hikmah dan pelajaran atas setiap kejadian.
Indikator yang menunjukkan nilai pembelajar adalah:
a. Berkeinginan dan berusaha untuk selalu menambah dan memperluas wawasan,
pengetahuan, dan pengalaman;
b. Mengambil hikmah dari setiap kesalahan dan menjadikannya pelajaran;
c. Berbagi pengetahuan/pengalaman dengan rekan kerja;
d. Memanfaatkan waktu dengan baik;
Ceritakan, hal apa saja yang sudah Anda lakukan dalam mengimplementasikan nilai
pembelajar, tuangkan dalam kolom di bawah ini!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………..
E. Menjunjung Meritokrasi
Nilai menjunjung meritokrasi berarti menjunjung tinggi keadilan dalam pemberian
Pegawai Kemendikbud perlu memiliki pandangan yang memberi peluang kepada orang
untuk maju berdasarkan kelayakan dan kecakapannya. Indikator yang mencerminkan
nilai ini adalah:
a. Berkompetisi secara profesional;
b. Memberikan kesempatan yang setara dalam mengembangkan kompetensi
pegawai;
c. Memberikan penghargaan dan hukuman secara proporsional sesuai kinerja;
d. Tidak sewenang-wenang;
e. Tidak mementingkan diri sendiri;
f. Menduduki jabatan sesuai dengan kompetensinya; dan
g. Mendapatkan promosi bukan karena kedekatan/primordialisme.
Meritokrasi adalah Memiliki pandangan yang memberi peluang kepada orang untuk
maju berdasarkan kelayakan dan kecakapannya. Implementasi nillai meritokrasi
misalnya dengan menjunjung tinggi keadilan dalam pemberian penghargaan bagi
karyawan yang kompeten.
Agar lebih jelas perhatikan tabel 4 berikut mengenai indikasi positif dan indikasi negatif
tata nilai meritokrasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
F. Terlibat Aktif
Nilai terlibat aktif bermakna senantiasa berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Pegawai
Kemendikbud semestinya suka berusaha mencapai tujuan bersama serta memberikan
dorongan, agar pihak lain tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya. Nilai terlibat
aktif terlihat dari indikator:
a. Terlibat langsung dalam setiap kegiatan untuk mendukung visi dan misi
kementerian;
b. Memberikan dukungan kepada rekan kerja;
c. Peduli dengan aktivitas lingkungan sekitar (tidak apatis); dan
d. Tidak bersifat pasif, sekedar menunggu perintah.
Terlibat aktif adalah berusaha mencapai tujuan bersama serta memberikan dorongan
agar pihak lain tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya. Implementasi nilai aktif
senantiasa berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Guna mengetahui indikasi positif dan
negatif dalam mengimplementasikan nilai “aktif” dapatdilihat pada tabel 4 berikut ini.
Ceritakan pengalaman Anda ketika terlibat aktif dalam pelaksanaan tugas sehari-hari,
dalam organisasi kerja ataupun organisasi kemasyarakatan. Tuliskan pada kolom berikut!
…………………………………………………………………………………………………………………….…………….………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………..…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
G. Tanpa Pamrih
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
Nilai tanpa pamrih memiliki arti bekerja dengan tulus ikhlas dan penuh dedikasi.
…………………………………………………………………………………………..
Pegawai Kemendikbud, yang memiliki nilai tanpa pamrih, tidak memiliki maksud yang
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
tersembunyi untuk memenuhi keinginan dan memperoleh keuntungan pribadi.
…………………………………………………………………………………………….
Sebaliknya pegawai Kemendikbud memberikan inspirasi, dorongan, dan semangat bagi
………………………………………………………………………………………………………………………………….
pihak lain untuk suka berusaha menghasilkan karya terbaiknya sesuai dengan tujuan
bersama.
………………………………………………………………………………………………………………………………….
Tanpa pamrih adalah tidak memiliki maksud yang tersembunyi untuk memenuhi
keinginan dan memperoleh keuntungan pribadi, memberikan dorongan dan semangat
bagi pihak lain untuk suka berusaha mencapai tujuan bersama, memberikan inspirasi,
dan memberikan dorongan agar pihak lain tergerak untuk menghasilkan karya
terbaiknya. Implementasi nilai ini misalnya pegawai bekerja dengan tulus ikhlas penuh
dedikasi dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Berikut ini disajikan indikasi positif dan indikasi negatif sikap dan peilaku pegawai dalam
melaksanakan nilai “Tampa Pamrih”.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………….………
…………………………………………………………………………………………….……………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
Peningkatan internalisasi ketujuh nilai di atas di antara pegawai Kemendikbud semakin
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
dirasakan urgensinya untuk memastikan pembangunan pendidikan dan kebudayaan
……………………………………………………….
sesuai dengan Visi Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024 didukung oleh kinerja
Kemendikbud
. yang prima.
.
H. RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, 2004 Muhyadi, Dr., Organisasi, Teori,
Struktw, dan Proses, 1989.
David and Ted Gaebler, Reinventing Goverment: How Entrepreneurial Spirit is Transforming
The Public Sector, Reading, Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Co.Inc,
1992.
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
(PNS).
Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik
Pegawai Negeri Sipil.
Robbins, Stephen P, Teori Organisasi, Struktur, Desain & Aplikasi, alih bahasa: Yusuf Udaya,
Arcan, 1994.
Supriyadi, Gering, Modul Diklat Prajabatan Golongan III: Etika Birokrasi, Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia, 2001.
Undang- undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.