Anda di halaman 1dari 23

PELATIHAN DASAR CPNS TAHUN 2022

TUGAS INDIVIDU
AGENDA 3
MATERI MANAJEMEN ASN DAN SMART ASN

Disusun oleh :

Nama Peserta : HARYANTO, S.Pd.


NIP : 19940425 202012 1 009
No. Daft.Hadir/Kelompok : 26/3
Latsar CPNS Angk : XXXIV Gol : III.a
Tempat Latsar : SMPN 2 PURWOKERTO
Jabatan/Instansi : Calon Ahli Pertama Guru Bimbingan dan
Konseling – SMP Negeri 1 KALIBAGOR
Fasilitator : DWIYONO, S.E., M.Si.

PELATIHAN DASAR CPNS


KABUPATEN BANYUMAS
TAHUN 2022
MODUL 1

MODUL MANAJEMEN ASN

1. Kedudukan ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN


yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya
aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.

2. Peran ASN

Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN


berfungsi sebagai berikut:
a. Pelaksana kebijakan public;

b. Pelayan public; dan

c. persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

3. Hak dan Kewajiban ASN


PNS berhak memperoleh:

a. gaji, tunjangan, dan fasilitas;

b. cuti;

c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua;

d. perlindungan; dan

4. Pengembangan kompetensi Sedangkan PPPK berhak


memperoleh:
a. gaji dan tunjangan;

b. cuti;

c. perlindungan; dan

d. pengembangan kompetensi

Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU ASN


disebutkan bahwa Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk
mengembangkan kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga
wajib memberikan perlindungan berupa:
a. jaminan kesehatan;

b. jaminan kecelakaan kerja;

c. jaminan kematian; dan

d. bantuan hukum.

5. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN


Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
a. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan
berintegritas tinggi;
b. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;

c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;


d. melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
e. melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan;

f. menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;

g. menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara


bertanggungjawab, efektif, dan efisien;
h. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
i. memberikan informasi secara benar dan tidakmenyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
k. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN; dan
l. melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai
disiplin Pegawai ASN.

Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN

1. Uraian Materi

• Pengantar

Pengelolaan SDM harus selalu berkaitan dengan tujuan dan sasaran organisasi
(strategic alignment), dalam konteks ini aktivitas dalam pengelolaan SDM harus
mendukung misi utama organisasi. Pengelolaan SDM/ASN dilakukan untuk
memotivasi dan juga meningkatkan produktivitas pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sehingga mampu berkontribusi pada pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi. Organisasi membutuhkan pegawai yang jujur, kompeten dan berdedikasi.

• Konsep Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN

Pasal 55 menyebutkan bahwa “ Manajemen PNS meliputi penyusunan dan


penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola
karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan,
disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan.

Pasal 93: Manajemen PPPK meliputi: penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian


kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian
penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan kerja, perlindungan.
1. Perencanaan

Pasal 56 menyebutkan bahwa setiap instansi pemerintah dalam menyusun dan


menetapkan kebutuhan pegawai harus didasarkan pada analisis jabatan dan analisis
beban kerja. Pasal ini mengisyaratkan:
• perencanaan kebutuhan pegawai harus mendukung sepenuhnya tujuan dan
sasaran organisasi. Jumlah dan kualifikasi pegawai yang dibutuhkan adalah
sepenuhnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi.
• Proses pengadaan dilakukan untuk mendapatkan pegawai dengan kualitas yang
tepat dan berintegritas untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Pegawai yang
terseleksi untuk menjadi ASN memiliki pengetahuan, ketrampilan dan perilaku
yang dibutuhkan jabatan/organisasi.
• Pegawai ditempatkan sesuai dengan perencanaannya (untuk memenuhi kebutuhan
organisasi) dan tidak berdasarkan preferensi individu/kelompok atau pertimbanyan
subyektif lainnya.
2. Monitoring, Penilaian dan Pengembangan

Disatu sisi, kegiatan monitoring pegawai didasarkan sepenuhnya untuk memastikan


bahwa pegawai digunakan secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan
organisasi (pegawai memberikan kontribusi pada kinerja dan produktivitas organisasi).
Disisi lain pegawai dijamin keberadaan dan kariernya berdasarkan kontribusi yang
diberikan.


• Kelembagaan dan Jaminan Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN Sistem merit
menjadi prinsip uatma dalam UU ASN, bahkan UU ini juga menyediakan aturan
kelembagaan untuk menjamin keberadaan sistem merit dalam pengelolaan ASN.
Lembaga-lembaga tersebut adalah:

4. Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang diberikan kewenangan untuk melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan manajemen ASN untuk
menjamin perwujudan atau pelaksanaan sistem merit ini pada instansi pemerintah.
5. Kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendayagunaan aparatur negara (yang saat ini di sebut Kementrian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi/kemen PAN dan RB)
yang bertugas emberikan pertimbangan kepada Presiden dalam penindakan
Pejabat yang Berwenang dan Pejabat Pembina Kepegawaian atas penyimpangan
Sistem merit dalam pengelolaan ASN.

1. Manajemen PNS

Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,


pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan. Manajemen PNS pada Instansi Pusat dilaksanakan oleh pemerintah
pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Manajemen PNS
pada Instansi Daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
1. Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan

Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan
PNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja. Penyusunan kebutuhan
jumlah dan jenis jabatan PNS dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang
diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan. Berdasarkan penyusunan
kebutuhan tersebut, Menteri menetapkan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS
secara nasional.
2. Pengadaan

Pengadaan PNS merupakan kegiatan untuk mengisi kebutuhan Jabatan


Administrasi dan/atau Jabatan Fungsional dalam suatu Instansi Pemerintah.
Pengadaan PNS di Instansi Pemerintah dilakukan berdasarkan penetapan kebutuhan
yang ditetapkan oleh Menteri. Pengadaan PNS dilakukan melalui tahapan
perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil
seleksi, masa percobaan, dan pengangkatan menjadi PNS.
• Setiap Instansi Pemerintah merencanakan pelaksanaan pengadaan PNS.
• Setiap Instansi Pemerintah mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat
adanya kebutuhan jabatan untuk diisi dari calon PNS.
• Setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar
menjadi PNS setelah memenuhi persyaratan

• Penyelenggaraan seleksi pengadaan PNS oleh Instansi Pemerintah melalui


penilaian secara objektifberdasarkan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan lain
yang dibutuhkan oleh jabatan. Penyelenggaraan seleksi pengadaan PNS terdiri dari
3 (tiga) tahap, meliputi seleksi administrasi, seleksi kompetensi dasar, dan seleksi
kompetensi bidang.
• Peserta yang lolos seleksi diangkat menjadi calon PNS. Pengangkatan calon PNS
ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian.
• Calon PNS wajib menjalani masa percobaan. Masa percobaan dilaksanakan
melalui proses pendidikan dan pelatihan terintegrasi untuk membangun integritas
moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme
serta kompetensi bidang. Masa percobaan bagi calon PNS dilaksanakan selama 1
(satu) tahun. Instansi Pemerintah wajib memberikan pendidikan dan pelatihan
kepada calon PNS selama masa percobaan.
• Calon PNS yang diangkat menjadi PNS harus memenuhi persyaratan:
o lulus pendidikan dan pelatihan; dan

o sehat jasmani dan rohani.

o Pangkat dan Jabatan

PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu pada Instansi Pemerintah.
Pengangkatan PNS dalam jabatan tertentu ditentukan berdasarkan perbandingan
objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan
dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh pegawai.
o Pengembangan Karier

Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi,


penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah. Pengembangan karier PNS
dilakukan dengan mempertimbangkan integritas dan moralitas. Kompetensi meliputi:
(1) kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan
teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis; (2) kompetensi manajerial
yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen, dan
pengalaman kepemimpinan; dan (3) kompetensi sosial kultural yang diukur dari
pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku,
dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
o Pola Karier

Untuk menjamin keselarasan potensi PNS dengan kebutuhan penyelenggaraan


tugas pemerintahan danpembangunan perlu disusun pola karier PNS yang terintegrasi
secara nasional. Setiap Instansi Pemerintah menyusun pola karier PNS secara khusus
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pola karier nasional.
o Promosi

Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi,


kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan, penilaian atas prestasi
kerja, kepemimpinan, kerja sama, kreativitas, dan pertimbangan dari tim penilai kinerja
PNS pada Instansi Pemerintah, tanpa membedakan jender, suku, agama, ras, dan
golongan.
o Mutasi

Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat,
antar-Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah, antar-Instansi
Pusat dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia
di luar negeri.
• Mutasi PNS dalam satu Instansi Pusat atau Instansi Daerah dilakukan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian.
• Mutasi PNS antarkabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan oleh gubernur
setelah memperoleh pertimbangan kepala BKN.
• Mutasi PNS antarkabupaten/kota antarprovinsi, dan antar provinsi ditetapkan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri setelah
memperoleh pertimbangan kepala BKN.
• Mutasi PNS provinsi/kabupaten/kota ke Instansi Pusat atau sebaliknya, ditetapkan
oleh kepala BKN.
• Mutasi PNS antar-Instansi Pusat ditetapkan oleh kepala BKN.
o Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS


yang didasarkan sistem prestasi dan sistem karier. Penilaian kinerja PNS dilakukan
berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau
organisasi, dengan memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai,
serta perilaku PNS. Penilaian kinerja PNS dilakukan secara objektif, terukur,
akuntabel, partisipatif, dan transparan. Penilaian kinerja PNS berada di bawah
kewenangan Pejabat yang Berwenang pada Instansi Pemerintah masing-masing.
Penilaian kinerja PNS didelegasikan secara berjenjang kepada atasan langsung dari
PNS. Penilaian kinerja PNS dapat mempertimbangkan pendapat rekan kerja setingkat
dan bawahannya.
o Penggajian dan Tunjangan

Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta
menjamin kesejahteraan PNS. Gaji dibayarkan sesuai dengan beban kerja,
tanggungjawab, dan resiko pekerjaan.
o Penghargaan

PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran,


kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan
penghargaan Penghargaan dapat berupa pemberian:
2. tanda kehormatan;

3. kenaikan pangkat istimewa;

4. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau


5. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
o Disiplin

Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas,


PNS wajib mematuhi disiplin PNS. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan
penegakan disiplin terhadap PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan
disiplin. PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.
Ketentuan lebih lanjut mengenai disiplin diatur dengan Peraturan Pemerintah.
o Pemberhentian
PNS diberhentikan dengan hormat karena:

1. meninggal dunia;

2. atas permintaan sendiri;

3. mencapai batas usia pensiun;

4. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun


dini; atau
5. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajiban
PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:

- melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
- dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan
jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan
dan/atau pidana umum;
- menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau
- dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan berencana.
PNS diberhentikan sementara, apabila:

1. diangkat menjadi pejabat negara;

2. diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga nonstruktural; atau


3. ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.
Batas usia pensiun yaitu:

1. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi;


2. 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi;

3. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan bagi Pejabat


Fungsional.
o Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua

PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua
PNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PNS diberikan jaminan pensiun apabila:

1. meninggal dunia;

2. atas permintaan sendiri dengan usia dan masa kerja tertentu;


3. mencapai batas usia pensiun;

4. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun


dini; atau
5. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajiban.

1. Manajemen PPPK

Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja,


penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan,
disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja dan
perlindungan.

1. Penetapan Kebutuhan

Jenis jabatan yang dapat diisi oleh PPPK diatur dengan Peraturan Presiden.
Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK
berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja. Penyusunan kebutuhan jumlah
PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan. Kebutuhan
jumlah dan jenis jabatan PPPK ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

2. Pengadaan

Setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk


melamar menjadi calon PPPK setelah memenuhi persyaratan. Pengadaan calon PPPK
merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pada Instansi Pemerintah.
Pengadaan calon PPPK dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengumuman
lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, dan pengangkatan menjadi
PPPK.

3. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja PPPK bertujuan menjamin objektivitas prestasi kerja yang


sudah disepakati berdasarkan perjanjian kerja antara Pejabat Pembina Kepegawaian
dengan pegawai yang bersangkutan. Penilaian kinerja PPPK dilakukan berdasarkan
perjanjian kerja di tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi dengan
memperhatikan target, sasaran, hasil, manfaat yang dicapai, dan perilaku pegawai.
Penilaian kinerja PPPK dilakukan secara objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan
transparan.

4. Penggajian dan Tunjangan

Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PPPK. Gaji
diberikan berdasarkan beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan resiko pekerjaan.
Gaji dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara untuk PPPK di
Instansi Pusat dan anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk PPPK di Instansi
Daerah. Selain gaji PPPK dapat menerima tunjangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

5. Pengembangan Kompetensi

PPPK diberikan kesempatan untuk pengembangan kompetensi. Kesempatan


untuk pengembangan kompetensi direncanakan setiap tahun oleh Instansi
Pemerintah. Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud harus dievaluasi
oleh Pejabat yang Berwenang dan dipergunakan sebagai salah satu dasar untuk
perjanjian kerja selanjutnya.

6. Pemberian Penghargaan

PPPK yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran,


kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan
penghargaan. Penghargaan dapat berupa pemberian:
1. tanda kehormatan;

2. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau


3. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.

7. Disiplin

PPPK yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.

8. Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja


1. jangka waktu perjanjian kerja berakhir;

2. meninggal dunia;

3. atas permintaan sendiri;

4. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan


pengurangan PPPK; atau
5. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajiban sesuai perjanjian kerja yang disepakati.

i) Perlindungan

Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:

1. jaminan hari tua;

2. jaminan kesehatan;

3. jaminan kecelakaan kerja;

4. jaminan kematian; dan

5. bantuan hukum.

2. Pengelolaan Jabatan Pimpinan Tinggi


1. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
2. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya dilakukan pada tingkat
nasional.
3. Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara terbuka dan kompetitif
di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta
persyaratan jabatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4. Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara terbuka dan kompetitif
pada tingkat nasional atau antarkabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.
5. Jabatan pimpinan tinggi utama dan madya tertentu dapat berasal dari kalangan non-
PNS dengan persetujuan Presiden yang pengisiannya dilakukan secara terbuka
dan kompetitif serta ditetapkan dalam Keputusan Presiden.
6. Jabatan Pimpinan Tinggi dapat diisi oleh prajurit Tentara Nasional Indonesia dan
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia setelah mengundurkan diri dari
dinas aktif apabila dibutuhkan dan sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan
melalui proses secara terbuka dan kompetitif.
7. Jabatan Pimpinan Tinggi di lingkungan Instansi Pemerintah tertentu dapat diisi oleh
prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia sesuai dengan kompetensi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang- undangan.

8. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian


dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi Instansi Pemerintah.
9. Panitia seleksi menjalankan tugasnya untuk semua proses seleksi pengisian
jabatan terbuka untuk masa tugas yang ditetapkan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian.

a. Organisasi

Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
1. menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan
2. mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
Dalam mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) korps profesi ASN Republik Indonesia memiliki fungsi:

1. pembinaan dan pengembangan profesi ASN;

2. memberikan perlindungan hukum dan advokasi kepada anggota korps profesi ASN
Republik Indonesia terhadap dugaan pelanggaran Sistem Merit dan mengalami
masalah hukum dalam melaksanakan tugas;
3. memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik Instansi Pemerintah terhadap
pelanggaran kode etik profesi dan kode perilaku profesi; dan
4. menyelenggarakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan anggota korps profesi
ASN Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

b. Sistem Informasi ASN

Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam


Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah. Untuk
menjamin keterpaduan dan akurasi data dalam Sistem Informasi ASN, setiap Instansi
Pemerintah wajib memutakhirkan data secara berkala dan menyampaikannya kepada
BKN. Sistem Informasi ASN berbasiskan teknologi informasi yang mudah
diaplikasikan, mudah diakses, dan memiliki sistem keamanan yang dipercaya.
Sistem Informasi ASN memuat seluruh informasi dan data Pegawai ASN.

c. Penyelesaian Sengketa

Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya


administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif. Keberatan diajukan
secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum dengan memuat
alasan keberatan dan tembusannya disampaikan kepada pejabat yang berwenang
menghukum. Banding administratif diajukan kepada badan pertimbangan ASN.
Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya administratif dan badan pertimbangan ASN
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

MODUL 2

SMART APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat


menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini termasuk dalam visi misi
Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Penilaiannya dapat
ditinjau dari etis dalam mengakses media digital (digital ethics), budaya menggunakan digital
(digital culture), menggunakan media digital dengan aman (digital safety), dan kecakapan
menggunakan media digital (digital skills).
Percepatan transformasi digital juga diprioritaskan untuk penguatan ekonomi digital.
Menurut Menkominfo, transformasi digital dapat mendorong perubahan model usaha,
meningkatkan peluang yang menghasilkan nilai tambah, dan mendorong perubahan lintas
sektoral dalam pola pikir bisnis yang didorong secara digital
a. Literasi Digital Smart ASN
Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan
(affordances) yang dirasakan dari ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi,
diskusi, dan evaluasi opini publik melalui cara tekstual (Barton dan Lee, 2013).
Affordance berarti alat yang memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal baru,
berpikir dengan cara baru, mengekspresikan jenis makna baru, membangun jenis
hubungan baru dan menjadi tipe orang baru. Affordance dalam literasi digital adalah
akses, perangkat, dan platform digital. Sementara pasangannya yaitu kendala
(constraint), mencegah kita dari melakukan hal-hal lain, berpikir dengan cara lain,
memiliki jenis lain dari hubungan. Constraint dalam literasi digital bisa meliputi
kurangnya infrastruktur, akses, dan minimnya penguatan literasi digital (Jones dan
Hafner, 2012).
Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital
dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif
(Kumia & Wijayanto, 2020; Kumia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang
memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan
alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan
media digital (digital skills) saja, namun juga budaya menggunakan digital (digital
culture), etis menggunakan media digital (digital ethics), dan aman menggunakan
media digital (digital safety).

b. Implementasi Literasi Digital


Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture,
digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan
sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat
dalam menguasai teknologi digital.
- Digital Skills
Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan
perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operas! dlgltal dalam
kehldupan sehari-harl
- Digital Safety
Kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan,
menganalisis, menimbang, dan meningkatkan kesadaran keamanan digital
dalam kehidupan sehari-hari
- Digital Culture
Kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan,
memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan
Bhinneka Tunggal lka
- Digital Ethics
Kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika
digital (netiquette)
Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu masyarakat
digital yang dibarengi pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital. Masyarakat
digital meliputi aktivitas, penggunaan aplikasi, dan penggunaan infrastruktur digital.
Pemerintah digital meliputi regulasi, kebijakan, dan pengendalian sistem digital.
Sementara itu, ekonomi digital meliputi aspek SDM digital, teknologi penunjang, dan
riset inovasi digital.

c. Pilar Literasi Digital


- Etika bermedia digital
Media digital digunakan oleh siapa saja yang berbeda latar pendidikan dan
tingkat kompetensi. Karena itu, dibutuhkan panduan etis dan kontrol diri (self
controlling) dalam menghadapi jarak perbedaan- perbedaan tersebut dalam
menggunakan media digital, yang disebut dengan Etika Digital. Empat prinsip etika ,
menjadi ujung tombak self control setiap individu dalam mengaksesberinteraksi,
berpartisipasi, dan berkolaborasi di ruang digital, sehingga media digital benar-benar
bisa dimanfaatkan secara kolektif untuk hal-hal positif. Etika bermedia digial adalah
kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari
Etika tradisional adalah etika berhubungan secara langsung/tatap muka yang
menyangkut tata cara lama, kebiasaan, dan budaya yang merupakan kesepakatan
bersama dari setiap kelompok masyarakat, sehingga menunjukkan apa yang pantas
dan tidak pantas sebagai pedoman sikap dan perilaku anggota masyarakat. Etika
kontemporer adalah etika elektronik dan digital yang menyangkut tata cara, kebiasaan,
dan budaya yang berkembang karena teknologi yang memungkinkan pertemuan
sosial budaya secara lebih luas dan global. Maka, ruang lingkup etika dalam dunia
digital menyangkut pertimbangan perilaku yang dipenuhi kesadaran, tanggung jawab,
integritas (kejujuran), dan nilai kebajikan. Baik itu dalam hal tata kelola, berinteraksi,
berpartisipasi, berkolaborasi dan bertransaksi elektronik.
- Cakap bermedia digital
- Aman bermedia digital
- Budaya bermedia digital

d. Penerapan literasi digital dan implikasinya


Transformasi digital di sektor pendidikan di Indonesia bukanlah suatu wacana
yang baru. Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan upaya konkret
menerapkan transformasi digital di lingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat
sekolah di Indonesia telah dilakukan.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang urgensi
penerapan etika bermedia digital. Pertama, penetrasi internet yang sangat tinggi
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Bukan saja jumlah dan aksesnya
yang bertambah. Durasi penggunaannya pun meningkat drastis. Kedua, perubahan
perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke media digital.
Karakter media digital yang serba cepat dan serba instan, menyediakan kesempatan
tak terbatas dan big data, telah mengubah perilaku masyarakat dalam segala hal,
mulai dari belajar, bekerja, bertransaksi, hingga berkolaborasi. Ketiga, situasi
pandemi COVID-19 yang menyebabkan intensitas orang berinteraksi dengan gawai
semakin tinggi, sehingga memunculkan berbagai isu dan gesekan. Semua ini tak
lepas dari situasi ketika semua orang berkumpul di media guna melaksanakan segala
aktivitasnya, tanpa batas.

Jenis – Jenis Konten Negatif:


Konten Fenomena
Hoaks Hoaks, sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kita. Kata ini
sangat populer belakangan ini di Indonesia. Berbagai peristiwa
besar sering diiringi oleh kemunculan hoaks, misalnya seperti
peristiwa politik, bencana alam, ekonomi, sosial dan kesehatan

Cyberbullying Bentuk perundungan ini dapat berupa doxing (membagikan


data personal seseorang ke
dunia maya); cyberstalking (mengintip dan memata-matai
seseorang di dunia maya);
dan revenge porn (membalas dendam melalui penyebaran
foto/video intim seseorang).

Hate speech Pengertian ujaran kebencian atau hate speech adalah


ungkapan atau ekspresi yang menganjurkan ajakan untuk
mendiskreditkan, menyakiti seseorang atau sekelompok orang
dengan tujuan membangkitkan permusuhan, kekerasan, dan
diskriminasi kepada orang atau kelompok.

Cara melawan konten negatif diantaranya adalah memverifikasi informasi. Kita


wajib melakukan cross check untuk menguji kebenaran suatu informasi. Kita
menguji kebenarannya dengan mencari informasi dari sumber-sumber lain yang
kredibel. Lainnya adalah memegang prinsip kehati-hatian yang kita lakukan agar
secara tidak langsung juga dapat berimbas pada orang-orang yang mengirimkan
informasi yang salah.
Bangsa yang sukses dan berkualitas adalah bangsa yang berbudaya dan
bermartabat. Seyogyanya, saat dunia bertransformasi menjadi budaya digital,
maka budaya baru yang terbentuk harus dapat menciptakan manusia yang
berkarakter dan warga digital yang memiliki nilai-nilai kebangsaan untuk
memperkuat bangsa dan negaranya. Kehadiran media dan teknologi digital,
dengan kata lain, harus menjadi sarana memperkuat budaya bangsa dan karakter
warganegara.

Pengamalan Pancasila dalam Literasi Digital:


Sila Bunyi Konteks Pemahamannya dalam Literasi Digital

1 Ketuhanan Yang Maha Di ruang digital, kecakapan budaya digital terkait nilai
Esa Ketuhanan Yang Maha Esa dimulai dengan
kemampuan untuk mengakses, mengeksplorasi dan
sekaligus menyeleksi informasi tentang agama dan
kepercayaan dari sumber yang kredibel, dan
memungkinkan adanya kajian multi perspektif.

2 Kemanusiaan Yang Di ruang digital, kecakapan budaya digital terkait nilai


Adil Dan Beradab Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dimulai dengan
kesadaran bahwa setiap kita adalah setara. Tidak ada
pembedaan jenis kelamin, ras, agama, status sosial,
kelompok politik, disabilitas fisik dan pembedaan
lainnya dalam hal akses memperoleh informasi di
ruang digital. Kita diharapkan memiliki pengetahuan
yang cukup tentang definisi konten yang berisi
penghinaan, perendahan, pengucilan, perundungan
terhadap kelompok tertentu.
3 Persatuan Indonesia Di ruang digital, kecakapan budaya digital terkait nilai
Persatuan Indonesia dimulai dengan kesadaran untuk
bangga menjadi warga negara Indonesia. Kita harus
mampu mengakses, mengeksplorasi, menyeleksi dan
mengelaborasi pengetahuan tentang Indonesia. Hal
ini ditujukan agar pemahaman tentang Indonesia yang
kita miliki menumbuhkan rasa cinta kepada Tanah Air.
Kita juga diharapkan memiliki pengetahuan yang
cukup tentang batasan ujaran kebencian (hate
speech) yang memprovokasi polarisasi/perpecahan.
4 Kerakyatan yang Di ruang digital, kecakapan budaya digital terkait nilai
Dipimpin oleh Hikmat Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Permusyawaratan Perwakilan, dimulai dengan kesadaran untuk
Perwakilan mengetahui, mengeksplorasi, menyeleksi
dan mengelaborasi informasi publik yang berhak
diakses dari lembaga publik sebagai
pertanggungjawaban transparansi dan
akuntabilitasnya. Demokrasi digital juga menjamin
adanya prinsip egaliter, sehingga kita harus belajar
untuk memberi ruang bagi setiap orang untuk bebas
berekspresi.

5 Keadilan Sosial Bagi Di ruang digital, kecakapan budaya digital terkait nilai
Seluruh Rakyat Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
Indonesia dimulai dengan kesadaran untuk memahami regulasi
dan kebijakan tentang ranah digital, di Indonesia
ditetapkan UU ITE yang telah mengalami revisi di
tahun 2016, juga UU Kebebasan Memperoleh
Informasi. Selain itu di ruang digital kita harus
memahami netiquette, sebuah panduan etika
berperilaku sebagai warga negara digital.

Warga digital yang Pancasilais, yaitu:

1. Berpikir kritis; Berpikir kritis melatih kita untuk tidak sekedar sharing, namun
mempertimbangkan apakah konten yang akan kita produksi dan distribusikan
selaras dengan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Dasar utamanya
adalah pertanyaan apakah konten kita benar (objektif, sesuai fakta), penting,
dibutuhkan (inspiratif) dan memiliki niatan baik untuk orang lain (tidak
memihak, tidak merugikan).

2. Meminimalisir Unfollow, Unfriend dan Block untuk menghindari Echo


Chamber dan Filter Bubble: Sangat penting kiranya melatih kematangan
bermedia. Salah satunya adalah dengan belajar untuk tidak mudah
memutuskan pertemanan (unfollow, unfriend, block atau blokir) di media
sosial dan media percakapan online. Baik echo chamber maupun bubble filter
menciptakan situasi yang membuat kita berhadapan dengan keseragaman-
seragam sama dengan kita. Akibatnya, kerap kita merasa paling benar atas
pemikiran kita sendiri, karena terhalangi untuk melihat realitas yang lebih
beragam di luar sana. Hal ini tentu berlawanan denga nilai-nilai Pancasila
dan Bhinneka Tunggal Ika.

3. Gotong Royong Kolaborasi Kampanye Literasi Digital: Menjadi warga digital


yang Pancasilais berarti memiliki inisiatif untuk berpartisipasi dan
berkolaborasi aktif dalam aktivitas dan komunitas digital. Pada konteks ini,
nilai- nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika tercermin dalam kesediaan
kita untuk berkolaborasi dengan beragam entitas untuk mewujudkan tujuan
berbangsa dan bernegara.

Langkah yang harus dijalankan untuk percepatan transformasi digital:


2. perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital
3. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, kesehatan,
perdagangan, industri, penyiaran
4. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan
5. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
6. Persiapkan terkait dengan regulasi, skema skema pendanaan, dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya

Hak digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk
mengakses menggunakan membuat dan menyebarluaskan media digital, terdiri dari hak
untuk mengakses hak untuk berekspresi dan hak untuk merasa aman.

Area kecakapan keamanan digital:


1. Kecakapan digital bersifat kognitif
Adalah kecakapan digital untuk memahami konsep dan mekanisme proteksi baik
terhadap perangkat digital maupun identitas digital dan data diri
2. Kecakapan nang Dekdigital bersifat afektif
Adalah area kecakapan yang bertumpu pada empati agar pengguna media digital
punya kesadaran bahwa keamanan digital bukan hanya sekedar tentang
perlindungan perangkat digital sendiri melainkan juga menjaga keamanan
pengguna lain.
3. Kecakapan digital bersifat konatif atau behavioral
Kecakapan digital berupa langkah-langkah praktis untuk melakukan perlindungan
identitas digital dan data diri contohnya menggunakan sandi yang kuat dan
memperbaharuinya secara berkala
Malware atau malicious software adalah perangkat lunak yang dirancang untuk
mengontrol perangkat secara diam-diam bisa mencari informasi pribadi milik kita
atau orang lain dari pemilik perangkat.
Untuk menjaga keamanan identitas digital menggunakan:
1. PIN (Personal Identification Number)
2. 2FA (2 Factors Authentication)
3. OTP (One Time Password) Adalah sandi yang dimiliki oleh pengguna
platform digital.
Jenis penipuan di dunia digital:
1. Scam yaitu penipuan dengan memanfaatkan empati dan kelemahan pengguna
2. Spam Yaitu informasi yang mengganggu tidak penting dan menggiring penerima
untuk mengklik tautan atau URL (Unique Related Location)
3. Phishing Yaitu penipuan dengan menduplikat situs web atau aplikasi bank atau
provider
4. Hacking
Berikut ini adalah karakteristik media sosial:
1. Terbuka, maksudnya siapapun dapat memiliki
2. Memiliki halaman profil pengguna
3. User-generated content atau ada fitur bagi setiap pengguna untuk dapat membuat
konten
4. Tanda waktu di setiap unggahan
5. Interaksi dengan pengguna lain
Dua sisi jejak digital:
1. Positif yaitu para penegak hukum mencari riwayat login jejak SMS atau telepon
2. Negatif yaitu penyalahgunaan jejak digital untuk penindasan pelecehan
manipulasi dan pemerasan
8 prinsip praktek digital:
1. Menyediakan pelayanan inklusif dan responsif yang mendorong pekerjaan digital
maupun aktivitas pembelajaran
2. Menyertakan aspek kesejahteraan digital dalam kebijakan yang sudah ada atau
kebijakan aksesibilitas dan inklusi
3. Menyediakan lingkungan fisik dan daring yang aman
4. mematuhi petugas yang bertanggung jawab mengenai aktivitas digital
5. Penuhi tanggung jawab etik dan hukum yang berhubungan dengan aksesibilitas
kesehatan kesetaraan dan inklusi
6. menyediakan pelatihan kesempatan belajar pendampingan dan bantuan
partisipasi dalam kegiatan digital
7. memahami potensi dampak positif dan negatif dari aktivitas digital pada
kesejahteraan individu
8. menyediakan sistem perlengkapan dan konten digital yang inklusif dan mudah
diakses

Hak dan kewajiban dalam dunia digital:


1. Akses dan tidak diskriminatif
2. kebebasan berekspresi dan mendapatkan informasi
3. kebebasan berkumpul, berkelompok, dan berpartisipasi
4. perlindungan privasi dan data
5. pendidikan dan literasi
6. perlindungan terhadap anak
7. hak mendapat pertolongan terhadap pelanggaran hak asasi

Dalam materi “smart ASN” mempelajari tentang; literasi digital smart ASN,
Menjelaskan kerangka kerja pemanfaatan kecakapan digital dasar dalam organisasi,
contoh penerapan kecakapan digital dasar dalam pelaksanaan tugas dalam organisasi,
dan analisis penerapan kecakapan digital dasar.
Adanya tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital :
1. Penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia. Bukan hanya jumlah dan aksesnya yang bertambah, durasi
penggunaannya pun meningkat drastis
2. Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke
media digital. Karakter media digital yang serba cepat dan serba instan,
menyediakan kesempatan tak terbatas dan big data, telah mengubah perilaku
masyarakat dalam segala hal, mulai dari belajar, bekerja, bertransaksi, hingga
berkolaborasi.
3. Intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi. Situasi pandemi
COVID-19 yang menyebabkan intensitas orang berinteraksi dengan gawai
semakin tinggi, sehingga memunculkan berbagai isu dan gesekan. Semua ini tak
lepas dari situasi ketika semua orang berkumpul di media guna melaksanakan
segala aktivitasnya, tanpa batas.
Pada perkembangan teknologi yang sangat pesat seperti sekarang ini,
ASN dituntut untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi dengan
menggunakannya secara bijak. Adanya dampak negative dari perkembangan
teknologi, seperti berita palsu (hoax), cyber bullying, peretasan / hacker, malware dan
lain sebagainya,ASN harus bisa menyaring dan menjaga privasi yang berkaitan
dengan data diri dan rahasia pemerintah Ketika sedang berselancar di dunia maya.
Bijak dalam memilih dan memilah aplikasi yang berkaitan dengan media sosial
adalah bentuk preventif seorang ASN untuk menghindari kebocoran data diri /
perusahaan / negara yang sifatnya sangat rahasia.

Informasi Hoax, Ujaran Kebencian, Pornografi, Perundungan, dan Konten


Negatif Lainnya
Konten negatif yang membarengi perkembangan dunia digital tentu menyasar
para pengguna internet, termasuk di Indonesia. Konten negatif atau konten ilegal di
dalam UU Nomor 19/2016 tentang Perubahan Atas UU Nomor 11/2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik dijelaskan sebagai informasi dan/atau dokumen
elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan
atau pencemaran nama baik, pemerasan dan/atau pengancaman, penyebaran berita
bohong dan menyesatkan sehingga mengakibatkan kerugian pengguna. Selain itu,
konten negatif juga diartikan sebagai substansi yang mengarah pada penyebaran
kebencian atau permusuhan berdasarkan suku, agama, ras, dan golongan.

Etika Berinternet (Nettiquette)


Internet hadir bagai pisau bermata dua yaitu dapat memberikan manfaat positif
sekaligus memberikan dampak negatif sehingga diperlukan pengetahuan serta
kedewasaan. Demikian pula ragam informasi yang didapatkan juga semakin terbuka
baik konten positif maupun konten negatif. Sehingga kita butuh tahu dan terapkan
netiket. Di dunia digital kita juga mengenal etika berinternet atau yang lebih dikenal
dengan Netiquette (Network Etiquette) yaitu tata krama dalam menggunakan
Internet. Hal paling mendasar dari netiket adalah kita harus selalu menyadari bahwa
kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan
deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia
sesungguhnya (Pane, 2016, dalam Firda dan Astuti 2021). Sedang tujuan dari
memahami netiket adalah sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai