Anda di halaman 1dari 8

Nama : Siti Patimah,S.

E
Angkatan / Kelompok : 103 / 2
Tugas : Learning Journal Agenda 3 (Manajemen ASN dan Smart ASN)
Tanggal : 3 Mei 2023
Tutor / Widyaiswara : Nazarudin, S. Pd, M.A

I. MANAJEMEN ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang
Profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu Manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya
Aparatur Sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Tujuan pembelajaran materi ini yaitu, untuk membekali peserta dengan pengetahuan
tentang kedudukan dan peran ASN untuk mendukung terwujudnya smart governance
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan fungsi ASN.
Pegawai ASN memiliki 3 fungsi , yaitu :
a. Pelaksana kebijakan publik
b. Pelayan publik
c. Perekat dan pemersatu bangsa
Dengan fungsi ASN tersebut diharapkan mampu memberikan dukungan dalam mengelola
tantangan dan masalah dalam mendukung pelaksanaan tugas jabatannya.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
pegawai ASN terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK).
• Kedudukan dan Peran ASN
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.
Selain itu, pegawai ASN juga berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional,

1
bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
• Hak dan Kewajiban ASN
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik, akuntabel,
produktivitas meningkat dan kesejahteraan ASN terjamin, maka setiap ASN
diberikan hak dan kewajiban.
➢ Hak PNS
PNS berhak memperoleh :
1) Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
2) Cuti;
3) Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
4) Perlindungan; dan
5) Pengembangan kompetensi.
Berdasarkan PP nomor 17 Tahun 2020 Tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil, Pasal 203 :
(1) Pengembangan kompetensi merupakan upaya untuk pemenuhan
kebutuhan kompetensi PNS dengan standar kompetensi Jabatan
dan rencana pengembangan karir.
(2) Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pada tingkat: a. instansi; b. nasional.
(3) Setiap PNS memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk
diikutsertakan dalam pengembangan kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dengan memperhatikan hasil penilaian
kinerja dan penilaian kompetensi PNS yang bersangkutan.
(4) Pengembangan kompetensi bagi setiap PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilakukan paling sedikit 20 (dua puluh) jam pelajaran
dalam 1 (satu) tahun.
➢ Hak PPPK
PPPK berhak memperoleh :
1) Gaji dan tunjangan;
2) Cuti;
3) Perlindungan; dan

2
4) Pengembangan kompetensi.

➢ Kewajiban ASN
Pegawai ASN wajib :
1) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
pemerintah yang sah;
2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
6) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar
kedinasan;
7) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
• Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Kode etik dan kode perilaku ini bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN. Adapun yang dimaksud dengan kode etik dan kode perilaku tersebut berisi
pengaturan perilaku agar pegawai ASN :
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi;
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;

3
5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan;
6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
7) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien;
8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat
bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN; dan
12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
Pegawai ASN.

Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN


Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar tanpa membedakan latar belakang politik,
ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan dan umur. Penerapan
sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi serta memberikan dampak pada transparansi, akuntabilitas, objektivitas dan
keadilan. Manfaat sistem merit bagi organisasi, diantaranya yaitu mendukung penerapan
prinsip akuntabilitas, dapat mengarahkan SDM untuk mempertanggungjawabkan tugas
dan fungsinya, dan instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan
berintegritas untuk mencapai visi dan misi. Sedangkan manfaat sistem merit bagi pegawai
yaitu menjamin keadilan dan keterbukaan bagi perjalanan karir seorang pegawai dan
setiap pegawai memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas diri.
Penerapan sistem merit pada semua aspek pengelolaan ASN akan menciptakan lingkungan
yang kondusif. Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi.

4
Sedangkan di sisi lain, pegawai dengan kinerja rendah mengetahui kelemahannya dan
diberikan bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.

Mekanisme Pengelolaan ASN


Pengelolaan ASN pada dasarnya adalah kebijakan dan praktek dalam mengelola aspek
SDM dalam organisasi, termasuk dalam hal ini adalah pengadaan, penempatan, mutasi,
promosi, pengembangan, penilaian dan penghargaan. Manajemen ASN terdiri dari
Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. Perbedaan Manajemen PNS dan PPPK yakni pada
manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat
dan jabatan, pengembangan karir, pola karir, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan
hari tua dan perlindungan. Sedangkan manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan,
pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi,
pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja dan
perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya dilakukan secara
terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi,
kualifikasi, kepangkatan, pendidikan, rekam jejak jabatan dan integritas serta persyaratan
lain yang dibutuhkan sesuai peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin efisiensi,
efektivitas dan akurasi pengambilan keputusan dalam manajemen ASN diperlukan Sistem
Informasi ASN yang diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar-instansi
pemerintah.

II. SMART ASN


A. Literasi Digital
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan
SDM talenta digital, literasi digital berperan penting untuk meningkatkan kemampuan
kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas
mengoperasikan gawai. Secara umum, literasi digital memang sering dianggap sebagai
kecakapan menggunakan internet dan media digital. Tidak hanya itu literasi digital
bukan sekedar cara untuk membuat makna, tetapi juga cara berhubungan dengan
orang lain dan menunjukkan siapa kita, literasi juga terkait cara melakukan sesuatu di

5
dunia dan cara mengembangkan ide-ide baru serta menemukan solusi untuk masalah
yang dihadapi.
Literasi digital dibagi menjadi 4 kompetensi yaitu :
1. Kecakapan menggunakan media digital (digital skills)
2. Budaya menggunakan digital (digital culture)
3. Etis menggunakan media digital (digital ethics)
4. Aman menggunakan media digital (digital safety)

B. Pilar Literasi Digital


1. Etika Bermedia Digital
Media digital digunakan oleh siapa saja yang berbeda latar pendidikan dan tingkat
kompetensi. Karena itu, dibutuhkan panduan etis dan kontrol diri (self-controlling)
dalam menghadapi jarak perbedaan-perbedaan tersebut dalam menggunakan
media digital, yang disebut dengan Etika Digital. Empat prinsip etika tersebut
menjadi ujung tombak self-control setiap individu dalam mengakses, berinteraksi,
berpartisipasi, dan berkolaborasi di ruang digital, sehingga media digital benar-
benar bias dimanfaatkan secara kolektif untuk hal-hal positif.
2. Cakap Bermedia Digital
Kemampuan mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan
piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan data survei indeks literasi digital nasional 2020 (34 provinsi), akses
terhadap internet kian cepat, terjangkau, dan tersebar hingga ke pelosok (Kominfo,
2020). Dalam survei tersebut juga terungkap bahwa literasi digital masyarakat
Indonesia masih berada pada level sedang (Katadata Insight Center & Kominfo,
2020).
3. Aman Bermedia Digital
Kompetensi keamanan digital merupakan kecakapan individual yang bersifat
formal dan mau tidak mau bersentuhan dengan aspek hukum positif. Secara
individual, terdapat tiga area kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki oleh
pengguna media digital.

6
• Kognitif
Memahami berbagai konsep dan mekanisme proteksi baik terhadap
perangkat digital (lunak maupun keras) maupun terhadap identitas digital
dan data diri.
• Afektif
Empati agar pengguna media digital punya kesadaran bahwa keamanan
digital bukan sekadar tentang perlindungan perangkat digital sendiri dan
data diri sendiri, melainkan juga menjaga keamanan pengguna lain sehingga
tercipta sistem keamanan yang kuat.
• Konatif atau behavioural
Langkah-langkah praktis untuk melakukan perlindungan identitas digital
dan data diri.
4. Budaya Bermedia Digital
Budaya bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam membaca,
menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan,
nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.

C. Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya


Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai
fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari
informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari.
Tips untuk melindungi diri dari berita hoax:
1. Evaluasi, evaluasi, evaluasi
Sumber dievaluasi dengan kriteria keterbaruan informasi, relevansi, penulis,
akurasi, dan tujuan
2. Google it
Ditelusuri apakah:
Ada/tidaknya situs berita terkemuka lainnya melaporkan hal yang sama.
Ada/tidaknya web cek fakta telah membantah klaim tersebut.
Jika hanya oknum tertentu yang melaporkan klaim tersebut, maka dalam
kasus ini, mungkin diperlukan lebih banyak penggalian.

7
3. Dapatkan berita dari sumber berita
Salah satu cara termudah adalah membuka langsung situs web berita yang kredibel
mengenai berita tersebut.
4. Bedakan opini dengan fakta

Anda mungkin juga menyukai