RANGKUMAN
A. MANAJEMEN ASN
1. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN
Kedudukan ASN:
Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
intervensi semua golongan dan partai politik.
Peran ASN:
Tugas ASN:
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil (PNS);
dan b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap
ASN diberikan hak. Sesuai dengan asas proposionalitas, ASN yang telah memperoleh
hak tentu harus menjalankan kewajibannya sesuai dengan tugas dan tanggungjawab.
Sebagai profesi, ASN bekerja dengan berlandaskan pada kode etik dan kode
perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan
bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah dan bertujuan untuk
menjaga martabat dan kehormatan ASN.
Kode etik dan kode perilaku bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN. Antara lain:
a. Sebagai pedoman, panduan birokrasi publik/aparatur sipil negara dalam menjalankan
tugas dan kewenangan agar tindakannya dinilai baik;
b. Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi publik/aparatur sipil
negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya; dan
c. Etika birokrasi penting sebagai panduan norma bagi aparat birokrasi dalam
menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat dan menempatkan kepentingan publik
di atas kepentingan pribadi, kelompok dan organisasinya.
c. Berbasis kinerja
B. PELAYANAN PUBLIK
1. KONSEP DAN PRINSIP PELANYANAN PUBLIK
a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik menyatakan
bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
b. Tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu pertama, organisasi penyelenggara
pelayanan publik, kedua, penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau
organisasi yang berkepentingan, dan ketiga, kepuasan yang diberikan dan atau
diterima oleh penerima layanan (pelanggan).
c. Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry (rivalitas) dan
excludability (ekskludabilitas) yang rendah. Barang/jasa publik yang murni yang
memiliki ciri-ciri: tidak dapat diproduksi oleh sektor swasta karena adanya free rider
problem, non-rivalry, dan non-excludable, serta cara mengkonsumsinya dapat
dilakukan secara kolektif.
d. Perkembangan paradigma pelayanan: Old Public Administration (OPA), New Public
Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public Service (NPS).
e. Definisi pelayanan publik dalam UU No. 25 Tahun 2009 sangat sempit, karena ruang
lingkup pelayanan yang disebut sebagai pelayanan publik sangat terbatas, dan bentuk
kegiatan pelayanan publik sebagaimana diatur dalam pasal 5 ayat 3 dan 4 juga sangat
sempit karena pelayanan kebutuhan barang publik bagi masyarakat hanya diartikan
sebagai pengadaan barang/jasa di instansi pemerintah.
f. Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima
adalah: Partisipatif, Transparan, Responsif, Non Diskriminatif, Mudah dan Murah,
Efektif dan Efisien, Aksesibel, Akuntabel, dan Berkeadilan.
2. POLA PIKIR ASN SEBAGAI PELAYAN PUBLIK
a. Hal-hal fundamental dalam pelayanan publik, antara lain: Pelayanan publik
merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi, Pelayanan Publik
diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh warga Negara, Pelayanan publik
diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal yang strategis bagi kemajuan
bangsa di masa yang akan datang, Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia, akan tetapi
juga berfungsi sebagai proteksi bagi warga negara.
b. Bentuk-bentuk patologi birokrasi antara lain: Penggelembungan Organisasi,
Duplikasi Tugas dan Fungsi, Red Tape, Konflik Kewenangan, Korupsi Kolusi dan
Nepotisme, dan Enggan Berubah.
c. Budaya birokrasi yang melayani masyarakat dapat dioperasionalisasikan dengan cara:
memiliki kode etik untuk mengatur hal-hal apa saja yang secara etis boleh dan tidak
boleh dilakukan, menjadikan prinsip melayani sebagai suatu kebanggaan, memiliki
code of conduct atau SOP yang jelas dalam memberikan pelayanan, memiliki etika
profesionalisme sebagai seorang birokrat.
d. Prinsip-pinsip pelayanan prima antara lain: Responsif terhadap pelanggan/memahami
pelanggan, Membangun visi dan misi pelayanan, Menetapkan standar pelayanan dan
ukuran kinerja pelayanan, Pemberian pelatihan dan pengembangan pegawai terkait
bagaimana memberikan pelayanan yang baik, Memberikan apresiasi kepada pegawai.
e. Tujuh Sikap pelayanan, antara lain: Passionate, Progressive, Proactive, Promt,
Patience, Proporsional, Puctional.
3. PRAKTIK ETIKET PELAYANAN PUBLIK
Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi norma bagi
perilku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak
boleh dilakukan. Etiket pelayanan yang perlu diperhatikan oleh ASN terhadap pengguna
jasa pada umumnya adalah sebagai berikut: Sikap/ perilaku, Ekspresi wajah, Penampilan,
Cara berpakaian, Cara berbicara, Cara mendengarkan, Cara bertanya.
Beberapa etiket dasar yang seharusnya dilakukan oleh ASN antara lain: Politeness,
Respectful, Attentive, Cooperatif, Tolerance, Informality, Self-Control.
Beberapa manfaat dari etiket antara lain: Communicative, Attractive, Respectable, dan
Self
Confidence.
Beberapa praktik etiket dalam pelayanan: Etiket dalam menyampaikan salam, Etiket
dalam berjabat tangan, Etiket dalam menerima tamu, Etiket dalam bertamu/menerima
tamu, dan Etiket dalam menangani keluhan pelanggan.
4) Koalisi sosial
b. Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di tataran praktek antara lain
adalah:
1) Kapasitas SDM dan institusi Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat
dalam WoG tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi kendala serius
ketika pendekatan WoG, misalnya, mendorong terjadinya merger atau akuisisi
kelembagaan, di mana terjadi penggabungan SDM dengan kualifikasi yang
berbeda.
2) Nilai dan budaya organisasi Seperti halnya kapasitas SDM dan institusi, nilai dan
budaya organisasi pun menjadi kendala manakala terjadi upaya kolaborasi sampai
dengan penyatuan kelembagaan
d. Adapun berdasarkan polanya, pelayanan publik dapat dibedakan juga dalam 5 (lima)
macam pola pelayanan yang masing-masing diuaraikan sebagaimana berikut ini.
1) Pola Pelayanan Teknis Fungsional
2) Pola Pelayanan Satu Atap
3) Pola Pelayanan Satu Pintu
4) Pola Pelayanan Terpusat
c. E-government
Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi
hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan
amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bahwa
membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan
penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring
dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang
peningkatan pelayanan publik.
d. WoG dalam Lingkup Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta antar
Daerah
Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta antar Daerah sangat terkait erat
dengan prinsip-prinsip dan tujuan pemberian Otonomi Daerah, baik kepada Daerah
Provinsi maupun kepada Daerah Kabupaten dan Kota, berdasarkan asas
desentralisasi.
1) Asas Legalitas
2) Asas Pelindungan terhadap Hak Asasi Manusia
3) Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB). AUPB terdiri atas :
a) kepastian hukum;
b) kemanfaatan;
c) ketidakberpihakan;
d) kecermatan;
e) tidak menyalahgunakan kewenangan;
f) keterbukaan;
g) kepentingan umum; dan
h) pelayanan yang baik.
Pelayanan Publik
1. Indentifikasi isu dikaitakan dengan materi Pelayanan Publik
Jawaban
- Belum optimalnya KTR di puskesmas, sekolah-sekolah, pondok pesantren dan tempat
pelayanan publik lainnya.
- Kurangnya konseling bahaya merokok
- Kurangnya promosi kesehatan dalam gedung
- Kurangnya media informasi puskesmas khususnya promosi kesehatan
2. Coba saudara identifikasi kegiatan pemerintah yang dibiayai APBN/APBD yang termasuk
sebagai pelayanan public
Jawaban:
Berdasarkan Permenkes 12 Tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi
Khusus Non Fisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2021 Kegiatan Kesehatan Masyarakat
tingkat Puskesmas yang data dilakukan antara lain:
1) Penurunan AKI, AKB
a) Penyeliaan fasilitatif
b) Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
terintegrasi desa siaga
c) Orientasi kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, fasilitator/tenaga pendamping desa
d) Pengawasan minum TTD dan Pelaksanaan UKS (pemeriksaan Kesehatan,
TTD rematri, edukasi gizi seimbang, edukasi Kesehatan reproduksi,
lingkungan sehat)
e) Pendataan & pemutakhiran sasaran program kesehatan (KIA, Gizi, kasus penyakit,
Triple eliminasi HIV-AIDS/TB/Malaria pada ibu hamil)
f) Pelacakan dan pendampingan kasus ibu dan bayi dengan faktor risiko dan komplikasi
melalui Pemantauan Wilayah Setempat/PWS KIA dan PIS PK
g) Penemuan kasus kematian Wanita Usia Subur/WUS, ibu dan bayi serta
pelaksanaan autopsy verbal
h) Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan slide/sedian darah malaria
i) Pelaksanaan kegiatan KIA di Kelas Ibu (termasuk senam ibu hamil), Posyandu, Pos
UKK, Poskesdes, calon pengantin di KUA
2) Penanggulangan Stunting
a) Penimbangan rutin balita; Pemantauan tumbuh kembang balita di Posyandu, PAUD,
TK; Pelaksanaan bulan penimbangan, bulan vitamin A, pemberian TTD pada rematri
dan ibu hamil
b) Pemberdayaan masyarakat, kader, guru, toma, toga, di level kecamatan
c) Inspeksi Kesling, pemicuan STBM, perilaku kesehatan, Stop BAB Sembarangan
d) Pendataan & pemutakhiran sasaran program kes (KIA, Gizi, kasus penyakit)
e) Pelacakan dan pendampingan penduduk dengan risiko masalah KIA Gizi (pendekatan
PIS PK)
f) Edukasi, konseling Pemberian Makan Bayi Anak, ASI Eksklusif, dan Gizi seimbang
g) Pemberian Makanan Tambahan bumil KEK dan balita kurus berbahan baku lokal,
Vitamin A, TTD ibu hamil dan Rematri, pengawasan minum TTD
h) Peningkatan cakupan pelayanan melalui kunjungan rumah, sweeping balita yang
tidak datang ke Posyandu
i) Pembinaan Posyandu, Poskestren, Posyandu Remaja, Posbindu, Pos UKK,
Poskestren, UKBM lainnya.
3) Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
a) Pemeriksaan kebugaran jasmani tingkat kecamatan
b) Senam bumil, lansia dan kelompok komorbid
c) Pemeriksaan kesehatan berkala, pengukuran obesitas, melalui UKBM (Posbindu,
Posyandu lansia/remaja,Dasa Wisma, Karang Taruna, Pos UKK, dll)
d) Konseling /edukasi gizi seimbang
e) Penggerakan masyarakat tentang GERMAS (tokoh masyarakat, tokoh agama, kader,
fasilitator desa, dll), antara lain penggerakan aktivitas fisik masyarakat, makan buah
sayur, pemeriksaan kesehatan berkala, dll
f) Penyebarluasan informasi melalui media spesifik lokal/tradisional
4) Upaya deteksi dini, preventif, dan respon penyakit
a) Surveilans dan Respons Kejadian Luar Biasa (KLB)
b) Deteksi Dini & Penemuan Kasus
c) Pencegahan Penyakit dan Pengendalian Faktor Risiko
d) Pengendalian Penyakit
e) Pemberdayaan Masyarakat; Orientasi/pembekalan/peningkatan kapasitas SDM bagi
kader kesehatan untuk peningkatan P2P.
5) Pemicuan STBM desa/kelurahan prioritas
6) Penyediaan Tenaga dengan Perjanjian Kerja
7) Penyelenggaraan Fungsi Manajemen Puskesmas
Penyelenggaraan fungsi manajemen Puskesmas yang meliputi perencanaan (P1),
penggerakan pelaksanaan (P2) melalui lokakarya mini Puskesmas, pengawasan
pengendalian dan penilaian (P3) kinerja Puskesmas serta kegiatan koordinasi lintas sektor
lainnya.
Whole of Government
1. Indentifikasi isu dikaitkan dengan materi WOG
Jawaban
- Belum optimalnya posyandu terintegrasi
- Tidak aktifnya forum peduli puskesmas
- Kurangnya peran lintas program dan lintas sektor dalam kegiatan vaksinasi covid-19
- Tidak adanya analisis IKS Puskesmas kegiatan PIS-PK dengan lintas program dan lintas
sektor
2. Observasi permasalahan Pelayanan Publik ditempat tugas dan memerlukan pemecahan
dengan menggunakan konsep WOG.
Jawaban:
- Belum optimalnya Upaya Kesehatan Masyarakat disetiap program dan kegiatan.
Disebabkan karena kordinasi dengan lintas program dan lintas sektor hanya pada kegiatan
tertentu saja,
- Belum optimalnya Upaya Kesehatan Perorangan disetiap pelayanan. advokasi lintas
sektor terkait kurang sehinga kegiatan menjadi monoton setiap tahunnya dan tidak adanya
monitoring evaluasi setiap kegiatan dan rencana tindak lanjut menjadi tidak jelas.
- Kurangnya keterlibatan promkes dalam setiap kegiatan puskesmas.
- Alur pelayanan belum terintegrasi satu sama lain.
3. Video WOG (kelompok)