Anda di halaman 1dari 198

MANAJEMEN

KEPEGAWAIAN
NEGARA
deskripsi

Pengadaan PNS :
 untuk mengisi formasi yang lowong

 memberi kesempatan kepada setiap WNI untuk


menjadi PNS

Dalam proses pengadaan diadakan proses seleksi, yaitu:


- Tes administratif
- Tes tertulis
 Setelah dinyatakan lulus maka diangkat sebagai CPNS dengan
golongan ruang sesuai ijazah yang dipakai untuk melamar.
- ijazah SD/SLTA : golru I
- ijazah SLTA – D III : golru II
- ijazah S1, D IV, S2, S3 : golru III

 Sebelum diangkat menjadi PNS, CPNS wajib mengikuti dan lulus


Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan.

 Untuk golru I & II disatukan (Kep LAN No. 1 Tahun 2003)

 Dalam Prajab diberi materi Manajemen Kepegawaian Negara.


(UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas UU Nomor 8
Tahun 1974 tentang Undang-Undang Pokok Kepegawaian)

keseluruhan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi,


efektivitas, dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas,
fungsi, dan kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan,
pengadaan, pengembangan ualitas, penempatan, promosi,
penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian.
Manajemen PNS
 Formasi PNS,

 Pengadaan PNS,

 Diklat PNS,

 Penilaian pelaksanaan pekerjaan dan pengujian kesehatan,

 Kenaikan pangkat PNS,

 Pengangkatan dalam jabatan PNS,

 Satya Lancana Karya Satya,

 Pemberhentian PNS,

 Pensiun janda/duda PNS,

 Asuransi sosial, dan

 Asuransi kesehatan
manajemen kepegawaian negara

 KB I : beberapa pengertian dalam UU Nomor 43 Tahun


1999.
 KB II : kedudukan, kewajiban-kewajiban dan hak-hak
PNS.
 KB III : manajemen PNS.
tujuan pembelajaran umum

Peserta Diklat Prajabatan golongan I dan II diharapkan


mampu memahami kedudukan kewajiban dan hak Pegawai
Negeri Sipil.
tujuan pembelajaran khusus

Peserta Diklat Prajabatan golongan I dan II diharapkan mampu


menjelaskan:
 Berbagai pengertian yang terkait dengan Pegawai Negeri
Sipil (PNS);
 Kedudukan PNS;

 Kewajiban-kewqjiban PNS, mengangkat sumpah/janji


PNS, sumpah/janji jabatan, disiplin PNS, izin pernikahan dan
perceraian PNS;
 Hak-hak PNS, gaji PNS, cuti PNS, perawatan, tunjangan cacad,
uang duka dan biaya pemakaman, dan pensiun;
 Pembinaan PNS;

 Formasi PNS;

 Pengadaan PNS;
 Pendidikan dan pelatihan PNS;
 Penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS;
 Pengujian kesehatan PNS;
 Kenaikan pangkat reguler, pilihan, anumerta, dan
pengabdian;
 Pengangkatan dalam jabatan PNS;
 Satya Lancana Karya Satya;
 Pemberhentian PNS;
 Persiun jada/duda PNS;
 Asuransi sosial dan pemeliharaan kesehatan
POKOK BAHASAN

Beberapa pengertian istilah dalam kepegawaian;


 Kedudukan PNS;
 Kewajiban dan Hak PNS;
 Pembinaan PNS;
 Formasi PNS (Perencanaan);
 Pengadaan PNS;
 Diklat PNS
 Penilaian PNS;
 Penghargaan PNS;
 Pemberhentian PNS:
 Pensiun PNS;
 Kesejahteraan.
PENGERTIAN ISTILAH KEPEGAWAIAN

 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 adalah undang-undang


tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian.

 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 sifatnya hanya perubahan


beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974,
maka dengan demikian beberapa ketentuan dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 sepanjang belum diubah masih
tetap berlaku.

 Undang-undang tersebut di atas disebut undang-undang tentang


Pokok-Pokok Kepegawaian karena dalam undang-undang
tersebut di atur pokok-pokok mengenai kedudukan kewajiban,
hak, dan pembinaan pegawai negeri.
1. Kepegawaian
Kepegawaian adalah segala hal-hal mengenai kedudukan,
kewajiban, hak, dan pembinaan pegawai negeri.
(penjelasan umum dalam UU Nomor 8 Tahun 1974)

2. Pegawai Negeri
 Pegawai Negeri adalah seseorang yang bekerja pada
instansi/lembaga pemerintah dan digaji dengan anggaran
pemerintah.
 Dalam UU Nomor 43 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas
dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara
lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
 Pegawai Negeri terdiri atas :
a. PNS;
b. AnggotaTNl;
c. Anggota POLRI;

Sedangkan PNS terdiri dari :


- PNS Pusat dan
- PNS Daerah.

 Dalam pengertian pegawai negeri terdapat unsur-unsur :


- warga negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat
yang ditentukan,
- diangkat oleh pejabat yang berwenang,
- diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, dan

- digaji menurut peraturan perundang-undangan yang


berlaku.
3. Pejabat yang Berwenang

 Yaitu pejabat yang berwenang mengangkat, memindahkan,


dan memberhentikan pegawai negeri berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

 Dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999


disebutkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
pegawai negeri sipil dilakukan oleh Presiden.
4. Pejabat Pembina Kepegawaian

 Yaitu pimpinan departemen/lembaga pemerintah non


departemen/kesekretariatan lembaga tinggi negara/daerah
provinsi/daerah kabupater/daerah kota yang diberi delegasi
sebagian wewenang Presiden untuk mengangkat,
memindahkan, dan memberhentikan pegawai negeri sipil di
lingkungannya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

 Dalam pangertian tersebut terdapat dua pejabat pembina


kepegawaian, yaitu :
 pejabat pembina kepegawaian pusat dan

 pejabat pembina kepegawaian daerah

Contoh Pejabat Pembina Kepegawaian: Menteri yang


memimpin Departemen (Menteri Keuangan dan sebagainya),
Kepala LAN, Pimpinan Kesekretariatan, dan Gubernur Kepala
Daerah Provinsi/ Bupati.
5. Pejabat yang Berwajib

Yaitu pejabat yang karena jabatan atau tugasnya berwenang


melakukan tindakan hukum berdasarkan peraturan perundang-
undanganyang berlaku.
Contoh: POLRI dan Jaksa
6. Pejabat Negara

Yaitu pimpinan dan anggota lembaga tinggi negara sebagaimana


dimaksud dalam UUD 1945 dan amandemennya dan pejabat
negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang.

Menurut pasal 11 UU Nomor 43 Tahun 1999, pejabat negara


terdiri atas:
a. Presiden dan Wakil Presiden;
b Ketua Wakil Ketua dan Anggota MPR;
c. Ketua Wakil Ketua dan Anggota DPR;
d. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Agung
padaMahkamah Agung serta Ketua dan Wakil Ketua dan
Hakim pada semua Badan Peradilan;
e. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPA;
f. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota BPK;
g. Menteri dan jabatan setingkat menteri;
h. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang
berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh;
i. Gubemur dan Wakil Gubemur;
j. Bupati dan Wakil Bupati;
k. Walikota dan Wakil Walikota;
I. Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh undang-
undang.
 Kedudukan, kewajiban, dan hak pejabat negara tidak sama
dengan pegawai negeri karena ketentuan perundang-undangan
yang mengaturnya berbeda.

Contoh: gaji pokok pejabat negara lebih besar dari gaji pokok
pegawai negeri, pensiun pokok pejabat negara besamya 1% per
bulan, sedangkan pegawai negeri 2,5% per tahun.
7. Jabatan Negeri

 Jabatan negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang


ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan,
termasuk di dalamnya jabatan dalam kesekretariatan lembaga
tertinggi atau tinggi negara dan kepaniteraan pengadilan.

 Jabatan dalam bidang eksekutif.


Contohnya : jabatan Menteri,
Gubemur/Bupati/Walikota,
jabatan-jabatan pada BUMN/BUMD,
pegawai desa, dan
jabatan-jabatan dalam pegawai negeri.
8. Jabatan Karier

Yaitu jabatan struktural dan jabatan-jabatan fungsional yang hanya


dapat diduduki pegawai negeri sipil.
Contoh : Sekretaris Jenderal,
Direktur Jenderal,
Sekretaris Ditjen,
Kepala Kantor Wilayah,
Kepala Bidang,
Kepala Kantor,
Kepala Subbidang,
Kepala Subbagian Umum,
Pemeriksa Pajak,
Penilai PBB,
Widyaiswara,
Arsiparis,
Pustakawan, dan Iain-Iain
9. Jabatan Organik
Yaitu jabatan negeri yang menjadi tugas pokok pada suatu satuan
organisasi pemerintah.

10.Manajemen Pegawai Negeri Sipil


Yaitu keseluruhan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi,
efektivitas, dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas,
fungsi, dan kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan,
pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi,
penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian.
11.Pegawai Negeri Sipil Pusat (PNS Pusat)

Yang dimaksud dengan PNS Pusat adalah PNS yang gajinya


dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
bekerja pada Departemen/Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Instansi
Vertikal di daerah provinsi/kabupaten/kota, Kepaniteraan
Pengadilan, atau dipekerjakan untuk tugas negara lainnya.

Contoh :
PNS Departemen Keuangan yang tersebar dari daerah Sabang
sampai Merauke tetap disebut PNS Pusat.
12.PNS Daerah

Yang dimaksud dengan PNS Daerah adalah PNS yang gajinya


dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan
bekerja pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota.

Contoh : PNS Pemda DKI Jakarta


 PNS Diperbantukan di Luar Instansi Induk
yaitu PNS yang bekerja di instansi lain karena diperbantukan
dan gajinya dibebankan pada instansi yang menerima
Perbantuan, sedangkan pembinaan kepegawaiannya
dilakukan oleh instansi PNS berasal.

 PNS yang dipekerjakan di Luar Instansi Induk


yaitu PNS yang bekerja di instansi lain karena dipekerjakan
dan penggajiannya serta pembinaan kepegawaiannya
dilakukan oleh instansi PNS berasal.
RANGKUMAN

 Pegawai negeri sipil (PNS) adalah salah satu pekerjaan di


lingkungan Pemerintah. Seorang yang telah memilih berkarier
sebagai PNS perlu mengetahui beberapa pengertian istilah
dalam kepegawaian karena informasi tersebut berguna untuk
kariemya.

 Oleh karena itu dalam Kegiatan Belajar I diuraikan empat belas


pengertian dalam kepegawaian yaitu Kepegawaian, Pegawai
Negeri, Pejabat yang Berwenang, Pejabat Pembina Kepegawaian,
Pejabat yang Berwajib, Pejabat Negara, Jabatan Negeri, Jabatan
Karier, Jabatan Organik, Manajemen Pegawai Negeri Sipil, PNS
Pusat, PNS Daerah, PNS Diperbantukan di Luar Instansi Induk,
dan PNS Dipekerjakan di Luar Intansi Induk.
latihan 1

Jawablah B bila pernyataan Benar dan A bila pernyataan Salah.

1. Yang dimaksud dengan kepegawaian adalah kewajiban, hak,


dan pembinaan pegawai negeri. (B - A)

2. Bupati dan Wakil Bupati Kepala Daerah Kabupaten adalah


termasuk salah satu pejabat negara (B - A)

3. Pejabat yang karena jabatan dan tugasnya berwenang


melakukan tindakan hukum berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku disebut Pejabat yang Berwajib. (B - A)

4. Widyaiswara adalah salah satu dari jabatan karier. (B - A)

5. PNS Pemda DKI Jakarta yang diperbantukan pada Sekretariat


DPB kepegawaiannya disebut PNS Pusat (B - A)
KEDUDUKAN, KEWAJIBAN,
DAN HAK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

KEDUDUKAN PEGAWAI NEGERI (PN)/PNS

 Kedudukan PN adalah sebagai unsur aparatur negara yang


bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas
negara dan pembangunan.

 Karena kedudukan dan tugas PN yang sangat vital, maka PN


harus bebas dari pengaruh semua golongan dan partai politik
serta tidak diskriminatif/tidak membedakan berdasar "SARA"
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena
itu PN dilarang menjadi anggota dan atau pengurus partai politik.

 PNS sebagai bagian dari PN dengan sendirinya taat pada


ketentuan tersebut di atas, sehingga apabila PNS menjadi
anggota/pengurus partai politik akan diberhentikan sebagai PNS.
KEWAJIBAN PN/PNS

PN/PNS mempunyai kedudukan dan tugas yang sangat vital. Oleh


karena itu PN/PNS mempunyai kewajiban-kewajiban yang
berhubungan dengan kedudukannya tersebut.

a. Kewajiban-kewajiban PN/PNS menurut pasal 4,5,dan 6


UU Nomor 43 Tahun 1999:
1. Wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,
UUD1945, Negara, dan pemerintah serta wajib menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
2. Wajib mentaati segala peraturan perundarg-undangan
yang berlaku dan melaksanakan ugas kedinasan yang
dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian,
kesadaran, dan tanggung jawab;
3. Wajib menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat
mengemukakan rahasia jabatan kepada dan atas perintah
pejabat yang berwajib atas kuasa undang-undang.
Adapun pengertian tersebut kurang lebihnya adalah:

1. Karena kesetiaan dan ketaatan itu timbul dari pengetahuan dan


pemahaman, oleh karena itu setiap PN/PNS mempelajari dan memahami
Pancasila, UUD 1945, dan haluan negara. Sedangkan kesetiaan dan
ketaatan kepada pemerintah mengandung pengertian bahwa PN/PNS
sepenuhnya di bawah pimpinan pemerintah untuk menjamin kesatuan
pimpinan dan garis pimpinanyang jelas dan tegas.

2. PN/PNS pelaksana peraturan perundang-undangan dan menghendaki


agar masyarakat wajib mentaatinya. Berhubung dengan itu setiap
PN/PNS wajib memberi contoh yang baik dalam mentaati dan
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Demikian juga tugas kedinasan harus dilaksanakan dengan sebaik-


baiknya karena tugas kedinasan diberikan oleh dan atas kepercayaan
atasan berwenang kepada bawahannya.

4. Rahasia jabatan adalah rahasia mengenai atau yang ada hubunganya


dengan jabatan. Pada umumnya rahasia jabatan dapat berupa dokumen
tertulis seperti surat, notulen rapat, peta, dan dapat pula berupa
rekaman suara, perintah atau keputusan lisan dari atasan. Hal tersebut
dapat menimbulkan kerugian yang besar atau dapat menimbulkan
bahaya apabila diberitahukan kepada atau diketahui oleh orang yang
tidak berhak.
b. Wajib mengangkat sumpah/janji
(Pasal 26 UU Nomor 43 Tahun 1999)

Setiap Calon PNS pada saat pengangkatannya menjadi


PNS wajib mengucapkan sumpah/janji.
c. Wajib mengangkat sumpah/janji jabatan negeri (Pasal 27 UU
Nomor 8 Tahun 1974)
Setiap PNS yang diangkat untuk memangku sesuatu jabatan
tertentu wajib mengangkat sumpah/janji jabatan negeri. Tata
cara pengambilan sumpah tersebut di atas hampir sama, yaitu:
 dilakukan dalam suatu upacara yang hikmat,

 ada pejabat yang mengambil sumpah

 ada pegawai yang disumpah,

 ada dua orang saksi yang pangkat dan jabatannya tidak boleh
lebih rendah dari PNS yang disumpah,
 didampingi rohaniwan sesuai dengan agamanya, dan

 dibuatkan berita acara sumpah dan yang tanda tangan dalam


berita acara sumpah yaitu pejabat yang mengambil sumpah,
PNS yang mengangkat sumpah, dan saksi-saksi.
d. Wajib mematuhi Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Amanat tentang Peraturan Disiplin PNS tertulis dalam pasal 29


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 dan penjelasannya. Atas
dasar hal tersebut pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil. Setiap PNS wajib mentaati kewajiban yang harus ditaati
(Pasal 3 PP Nomor 53 Tahun 2010 ) dan menghindari larangan
yarg tidak boleh dilanggar (Pasal 4 PP Nomor 53 Tahun 2010 ).
Setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak mentaati
kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan dalam Pasal 3
dan 4 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 baik yg
dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja adalah pelanggaran
disiplin.
KEWAJIBAN DAN LARANGAN PNS

KEWAJIBAN

LARANGAN

PP 53/2010
e. Wajib mematuhi ketentuan Izin Perkawinan dan Perceraian Pegawai
Negeri Sipil

Ketentuan-ketentuan perkawinan bagi warga negara Indonesia diatur


dengan :
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.
 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin
Perkawinan dan Perceraian Pegawai Negeri Sipil.
 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 diatur juga pegawai
yang dipersamakan PNS.
Adapun pegawai yang dipersamakan dengan PNS, yaitu :
- Pegawai bulanan disamping pensiun;
- Pegawai Bank Milik Negara
- Pegawai Badan Usaha Milik Negara;
- Pegawai Bank Milik Daerah;
- Pegawai Badan Usaha Milik Daerah;
- Kepala Desa, Perangkat Desa, dan Petugas yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan desa.
 Adapun yang dimaksud dengan Pejabat adalah : Menteri, Panglima
TNI, Jaksa Agung, Pimpinan Ksekretariatan Lembaga Tinggi Negara,
Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Gubernur Kepala
Daerah Provinsi, Pimpinan BUMN/BUMD, Pimpinar Bank Milik
Negara/Bank Milik Daerah, dan Pejabat lain (serendah-rendahnya
Pejabat eselon IV) yang diberikan delegasi wewenang oleh Pejabat.
Hal-hal yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983
jo Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 adalah:
1) Laporan Perkawinan

Setiap PNS yang telah melangsungkan perkawinannya yang


pertama harus melaporkan kepada Pejabat melalui saluran
hierarkhi selambat-lambatnya setahun terhitung mulai tanggal
perkawinan dilaksanakan, hal ini juga berlaku bagi PNS yang
telah menjadi janda/duda dan melangsungkan perkawinan lagi
atau PNS pria yang melakukan perkawinan lebih seorang setelah
mendapat izin tertulis dari Pejabat.

 2) Izin beristeri lebih dari seorang


Apabila seorang PNS pria akan melangsungkan perkawinan
lebih dari seorang isteri harus terlebih dahulu mendapat izin
tertulis dari pejabat. Izin tertulis untuk beristeri lebih dari
seorang diberikan oleh pejabat apabila sekurang-kurangnya
memenuhi salah satu syarat alternatif dan semua syarat
kumulatif.
a) Adapun syarat alternatif tersebut adalah:
1. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri, karena mendapat
penyakit yang sukar disembuhkan; atau
2. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit lain yang tidak dapat
disembuhkan; atau
3. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan setelah menikah sekurang-kurangnya
sepuluh tahun.
Hal-hal tersebut harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter

b) Sedangkan syarat kumulatif adalah :


1. Ada persetujuan tertulis yang dibuat secara ikhlas oleh isteri/isteri-isteri PNS
yang bersangkutan. Surat persetujuan itu disahkan oleh atasan PNS yang
bersangkutan serendah-rendahnya eselon IV,
2. PNS pria yang bersangkutan mempunyai panghasilan yarg cukup untuk
membiayai lebih dari seorang isteri dan anak-anaknya yang dibuktikan
dengan Pajak Penghasilan, dan
3. Ada jaminan tertulis dari PNS yang bersangkutan bahwa ia akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya.
 Surat izin beristeri lebih dari seorarg disetujui atau ditolak oleh
Pejabat selambat-lambatnya tiga bulan terhitung mulai tanggal
menerima permintaan izin tersebut
 Permintaan izin beristeri lebih seorang dapat disetujui apabila tidak
bertentangan dengan ajaran agama, memenuhi salah satu syarat
alternatif dan semua syarat kumulatif, tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, alasan yang
dikemukakan tidak bertentangan dengan akal sehat dan tidak ada
kemungkinan mengganggu pelaksanaan tugas. Sedangkan permintaan
izin tersebut ditolak apabila alasan-alasan yang dikemukakan
bertentangan dengan alasan-alasan pada permintaan izin tersebut
disetujui.
3) Izin perceraian
 Seorang PNS pria/wanita yang akan menceraikan isterinya/suaminya terlebih
dahulu wajib memperoleh izin tertulis dari Pejabat. Untuk dapat melakukan
perceraian harus ada alasan yang sah, yaitu salah satu atau lebih alasan-alasan
sebagai berikut:
1. Salah satu pihak berzinah,
2. Salah satu pihak menjadi pemabuk, pemadat, penjudi yang sukar
disembuhkan.
3. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang jelas atau karena hak lain di luar
kemampuan/kemauannya
4. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun atau hukuman yang
lebih berat secara terus-menerus setelah perkawinan berlangsung,
5. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain, dan
6. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah
tangga
 Surat izin bercerai dapat disetujui atau ditolak oleh Pejabat selambat-
lambatnya tiga bulan terhitung mulai tanggal menerima permintaan
izin tersebut.
 Permintaan izin bercerai disetujui apabila tidak bertentangan dengan
ajaran agamanya, ada alasan yang sah untuk melakukan perceraian,
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan atau alasan yang dikemukakan untuk peceraian tidak
bertentangan dengan akal sehat. Sedangkan permintaan izin tersebut
ditolak apabila alasan-alasan yang dikemukakan bertentangan
dengan alasan-alasan pada permintaan izin tersebut disetujui.
 Perlu ditambahkan bahwa jika PNS akan diceraikan oleh
suaminya/isterinya yang bukan PNS, maka tidak ada kewajiban bagi
PNS tersebut untuk meminta izin perceraian kepada pejabat, tetapi
cukup memberitahukan kepada pejabat secara hierarkhi. PNS
tersebut di atas yang telah melakukan perceraian wajib melaporkan
perceraian itu selambat-lambatnya setahun dari tanggal perceraian.
4) Pembagian gaji setelah perceraian
Perlu dijelaskan di sini bahwa yang dimaksud dengan penghasilan PNS
menurut perduran perundang-undangan yang berlaku yang terdiri atas:
 Gaji pokok
 Tunjangan keluarga,
 Tunjangan jabatan (kalau ada), dan
 Tunjangan-tunjangan lainnya yang berlaku bagi PNS
Apabila perceraian tersebut atas kehendak PNS pria, maka ia wajib
menyerahkan sebagian gajinya untuk penghidupan anak-anaknya dan bekas
isterinya dengan perincian sebagai berikut : sepertiga gaji untuk PNS yang
bersangkutan, sepertiga gaji untuk bekas isteri, dan sepertiga gaji untuk anak-
anaknya. Apabila semua anak mengikuti PNS pria (suami) yang
bersangkutan, maka pembagian gaji ditetapkan:
 Dua pertiga gaji untuk PNS pria dan anak/anak-anak;

 Sepertiga gaji untuk bekas isteri.


Apabila semua anak mengikuti bekas isteri, maka pembagian gaji
ditetapkan:
 Sepertiga gaji untuk PNS pria yang bersangkutan;
 Dua pertiga gaji untuk bekas isteri dan anak/anak-anak.

Apabila sebagian anak mengikuti PNS pria yang bersangkutan dan


sebagian lagi mengikuti bekas isteri, maka pembagian gaji ditetapkan:
a) Sepertiga gaji untuk PNS pria yang bersangkutan;
b) Sepertiga gaji untuk bekas isteri;
c) Sepertiga gaji dibagi secara proporsional menurut jumlah anak dan
ditambahkan kepada PNS pria yang bersangkutan dan bekas isteri.

Apabila perkawinan tidak melahirkan anak, maka gaji dibagi dua


yaitu setengah gaji untuk PNS pria yang bersangkutan dan setengah
gaji untuk bekas isteri.
Apabila perceraian atas kehendak isteri, maka pembagian gaji ditetapkan:
 Dua pertiga gaji untuk PNS pria yang bersangkutan,
 Sepertiga gaji untuk anak/anak-anak,
 Bekas isteri tidak mendapat apa-apa,

dan jika semua anak tersebut mengikuti bekas isteri, maka sepertiga gaji
bagian anak diberikan kepada bekas isteri, demikian juga apabila semua anak
mengikuti PNS pria yang bersangkutan, maka sepertiga gaji bagian anak
diberikan kepada PNS yang bersangkutan.
Jika sebagian anak mengikuti PNS pria yang bersangkutan dari sebagian yang
lain mengikuti bekas isteri, maka sepertiga gaji bagian anak dibagi secara
proporsional dan diberikan kepada PNS yang bersangkutan dan bekas isteri.
 Apabila perceraian atas kehendak isteri karena dimadu, maka kepada
bekas isteri tetap diberikan hak sepertiga gaji PNS yang bersangkutan,
sedangkan hal-hal lain seperti terurai di atas.
 Apabila bekas isteri kawin lagi, maka hak sepertiga gaji dikembalikan

kepada PNS yang bersangkutan pada bulan berikutnya terjadinya


perkawinan.
 Apabila anak sudah dewasa (telah berusia 21 tahun/25 tahun atau
telah mempunyai penghasilan sendiri atau telah kawin), maka hak gaji
bagian anak diberikan kepada PNS yang bersangkutan.
5) PNS wanita dilarang menjadi isteri kedua/ketiga/keempat dari pria bukan
PNS atau pria PNS.
6) PNS dilarang hidup bersama di luar ikatan perkawinan.
7) Sanksi
PNS kecuali pegawai bulanan disamping pensiun dijatuhi hukuman disiplin
pemberhentian dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil tidak atas
permintaan sendiri, apabila:
a) menceraikan isterinya/suaminya tanpa mernperoleh izin terlebih
dahulu dari Pejabat;
b) Beristeri lebih dari seorang tanpa mernperoleh izin terlebih dahulu
dari Pejabat;
c) Menjadi isteri kedua/ketiga/keempat dari pria bukan PNS/pria PNS;
d) Melakukan hidup bersama dengan pria/wanita di luar ikatan
perkawinan yang sah.

Ketentuan-ketentuan dalam izin perkawinan dan perceraian PNS berlaku juga


bagi calon PNS dan pegawai bulanan disamping pensiun
3. HAK PNS

 Hak-hak PNS telah diatur dalam pasal 7,8,9,10 Undang-Undang Nomor 8


Tahun 1974 jo Undang-UndangNomor 43 Tahun 1999.
Adapun hak-hak PNS adalah :
a) Hak atas Gaji (Pasal 7)
Setiap PNS berhak atas gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban
pekerjaan dan tanggung jawabnya. Gaji yang diterima oleh PNS harus
mampu memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraannya. Gaji PNS
dibayar atas dasar gaji pokok sesuai pangkat dan masa kerja golongannya.
Pangkat dan gaji PNS diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7
Tahun 1977 jo Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2011 (Perubahan
ketigabelas). Dalam penggajian PNS terdapat tiga sistem penggajian, yaitu :
- Sistem Skala Tunggal,
- Sistem Skala Ganda, dan
- Sistem Skala Gabungan
Adapun yang dimaksud dengan :

 Sistem Skala Tunggal adalah sistem penggajian yang memberikan gaji yang
sama kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang
memperhatikan sifat pekerjaan yarg dilakukan dan beratnya tanggungjawab
yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.
 Sistem Skala Ganda adalah sistem penggajian yang menentukan besarnya gaji
bukan saja didasarkan pada pangkat tetapi juga pada sifat pekerjaan dan
beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu.
 Sistem Skala Gabungan adalah sistem penggajian yang memberikan gaji yang
sama kepada PNS yang mempunyai pangkat dan masa kerja yang sama,
sedangkan kepada PNS yang melakukan pekerjaan tertentu yang sifatnya
memerlukan pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga secara terus-
menerus ditambah dengan pemberian tunjangan (contoh : Tunjangan
Jabatan, Tunjangan Fungsional, Tunjangan Pengamat Gunung Berapi, dan
sebagainya).
 Gaji yang diterima PNS terdiri dari gaji pokok, ditambah tunjangan pangan
dan tunjangan keluarga (bagi PNS yang telah berkeluarga). Besarnya
tunjangan pangan adalah sepuluh kilogram beras tiap orang. Tunjangan
keluarga terdiri atas tunjangan isteri/suami sebesar 10% dari gaji pokok dan
tunjangan anak 2% dari gaji pokok untuk setiap anak dan sebanyak-
banyaknya dua anak. Tunjangan pangan bagi PNS yang telah berkeluarga
sebanyak-banyaknya hanya 40 kg beras yang terdiri dari 10 kg untuk
dirinya,10 kg untuk isteri/suami dan 20 kg untuk dua orang anak.
 Sedangkan bagi PNS yang menduduki jabatan Struktural/Fungsional gajinya
ditambah tunjangan Struktural/Fungsional. Gaji PNS dibayar setiap tanggal 1
bulan yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas dari tanggal 1 sampai
dengan akhir bulan yang bersangkutan atau dengan kata lain PNS dibayar
dulu baru bekerja.
 Gaji pokok untuk calon PNS adalah sebesar 80% dari gaji pokok yang
diperuntukkan untuk PNS. Sedangkan bagi Calon PNS yang telah berkeluarga
berlaku ketentuan tersebut di atas. Gaji Calon PNS dibayarkan pada bulan
secara nyata calon PNS tersebut melaksanakan tugasnya dibuktikan dengan
surat pernyataan dari atasannya yang berwenang
b). Hak atas Cuti (Pasal 8)

Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka tertentu.
Ketentuan-ketentuan mengenai pelaksanaan cuti diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976.
Tujuan cuti adalah dalam rangka usaha menjamin kesegaran jasmani dan
rohari PNS setelah bekerja selama jangka waktu tertentu.
Jenis cuti PNS terdiri dari:
 Cuti Tahunan;
 Cuti Besar;
 Cuti Sakit;
 Cuti Bersalin;
 Cuti Karena Alasan Penting;
 Cuti di Luar Tanggungan Negara
Cuti adalah hak PNS, oleh sebab itu pelaksanaan cuti hanya dapat ditunda
dalam jangka waktu tertentu apabila kepentlngan dinas mendesak.
Jenis cuti yang menjadi hak PNS adalah cuti tahunan, cuti besar, cuti sakit,
cuti bersalin, dan cuti karena alasan penting, sedangkan jenis cuti di luar
tanggungan negara bukan hak PNS.
1) Cuti Tahunan
 Calon PNS/PNS yang telah bekerja secara terus-menerus selama satu
tahun berhak atas cuti tahunan. Lamanya cuti tahunan bagi calon
PNS/PNS adalah dua belas hari kerja dan dapat dipecah-pecah sekurang-
kurangnya tiga hari kerja.
 Cuti tahunan yang tidak diambil dalam tahun yang bersangkutan, dapat

diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas)


hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan.
 Cuti tahunan yang tidak diambil 2 (dua) tahun berturut-turut atau lebih,
dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh
empat) hari kerja termasuk cuti tahunan tahun yang sedang berjalan.
 Cuti tahunan yang tidak diambil secara penuh dalam tahun yang

bersangkutan, dapat diambil dalam tahun berikutrya untuk paling lama


18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan tahun yang sedang
berjalan.
 Cuti tahunan yang tidak diambil secara penuh dalam beberapa tahun,
dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh
empat) hari kerja termasuk cuti tahunan tahun yang sedang berjalan.
 Cuti tahunan yang akan dijalankan di tempat yang sulit
perhubungannya, jangka waktu cuti tahunan ditambah 14 (empat belas)
hari termasuk hari libur. Ketentuan ini tidak berlaku bagi cuti tahunan
yang diambil kurang dari 12 (dua belas) hari kerja.
 Cuti tahunan hanya dapat ditunda selama-lamanya satu tahun.

Cuti tahunan yang ditunda pelaksanaannya oleh pejabat yang


berwenang memberikan cuti dapat diambil selama-lamanya 24 (dua
puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan tahun yang sedang
berjalan.
 Jika dalam waktu bersamaan PNS mengambil cuti tahunan, maka hanya
diperkenankan 5% dari pegawai yang ada boleh cuti, agar pekerjaan
tidak terganggu.
PNS yang akan menjalankan cuti (dari enam jenis cuti), harus mengajukan
permintaan secara tertulis kepada pejabat yarg berwenang memberikan cuti
secara hierarkhi. Cuti diberikan oleh pejabat yang berwenang memberikan
cuti secara tertulis dan dicatat dalam kartu cuti.
2) Cuti Besar
 Cuti besar hanya diberikan kepada PNS yang sekurang-kurangnya

telah bekerja 6 (enam) tahun terus-menerus. Lamanya cuti besar


adalah 3 (tiga) bulan termasuk cuti tahunan dalam tahun yarg
bersangkutan.
 Jika telah mengambil cuti tahunan, maka lamanya cuti besar dikurangi

lamanya cuti tahunan.


 Selama cuti besar berhak atas gaji secara penuh, kecuali tunjangan

jabatan.
 Cuti besar dapat ditangguhkan untuk selama-lamanya 2 (dua) tahun dan
masa penangguhan dihitung penuh untuk perhitungan hak atas cuti besar
tahun berikutnya.
 PNS yang mengambil cuti besar kurang dari 3 (tiga) bulan, maka sisa cuti

besar yang menjadi haknya hapus.


 Cuti besar dapat digunakan oleh PNS yang bersangkutan untuk

memenuhi kewajiban agama, misalnya menunaikan ibadah haji.


 Jangka waktu cuti besar tidak dapat disambung dengan jangka waktu
cuti tahunan yang tidak diambil dalam tahun yang bersangkutan/
pelaksanaannya ditangguhkan oleh pejabat yang berwenang
3) Cuti Sakit
 Kepada PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.

 PNS yang menderita sakit satu hari atau dua hari harus memberitahukan

kepada atasannya baik secara tertulis maupun lisan/telepon/perantara


orang lain.
 PNS yang sakit lebih dari dua hari sampai dengan 14 (empat belas) hari

harus mengajukan cuti sakit secara tertulis kepada pejabat yang


berwenang memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan
dokter pemerintah maupun dokter swasta.
 PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari harus
mengajukan cuti sakit dengan dilampiri surat keterangan dokter
pemerintah atau swasta yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
 Cuti Sakit diberikan untuk paling lama selama satu tahun dan apabila

belum sembuh berdasar surat keterengan dokter Pemerintah atau dokter


swasta yang ditunjuk Menteri Kesehatan dapat diperpanjang selama-
lamanya 6 (enam) bulan.
 PNS yang telah menjalani cuti sakit selama I (satu) tahun 6 (enam) bulan
dan belum sembuh dari penyakitnya harus diuji kembali oleh Tim
Penguji Kesehatan.
Apabila dari hasil pengujian kesehatan tesebut yang bersangkutan:
1. belum sembuh dari penyakitnya tetapi ada harapan untuk bekerja kembali

sebagai PNS, maka yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari


jabatannya dengan hak uang tunggu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. belum sembuh dari penyakitnya dan tidak ada harapan untuk dapat
bekerja kembali sebagai PNS, maka yang bersangkutan diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS dengan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai
dengar ketentuan yang berlaku.
 PNS wanita yang mengalami gugur kandung berhak atas cuti sakit

untuk paling lama selama 1 1/2 (satu setengah) bulan


 PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas
kewaiibannya (kecelakaan dinas) yang mengakibatkan PNS tersebut perlu
mendapat perawatan, berhak atas cuti sampai sembuh dari penyakitnya.

Kepada PNS yang menjalani cuti sakit berhak atas gaji penuh dan bagi PNS
yang menduduki jabatan, tunjangan jabatan tetap dibayarkan selama
belum ada keputusan pemberhentian dari jabatannya.
4) Cuti Bersalin
 Kepada PNS wanita yang akan melakukan persalinan berhak atas cuti

bersalin.
 Hak cuti bersalin tersebut adalah untuk persalinan pertama, persalinan

kedua, dan persalinan ketiga. Persalinan pertama tersebut dihitung sejak


yang bersangkutan menjadi PNS.
 Lamanya cuti bersalin adalah 3 (tiga) bulan, yaitu 1 (satu) bulan sebelum

persalinan dan 2 (dua) bulan setelah persalinan.


 Selama menjalankan cuti bersalin berhak atas gaji penuh termasuk

tunjangan jabatan (bagi PNS wanita yang menduduki jabatan).


 Selama menjalankan cuti bersalin, hak cuti tahunan tidak hapus.

 Untuk persalinan keempat dan seterusnya dapat menggunakan cuti besar


apabila masih berhak atas cuti besar dan apabila tidak ada hak cuti besar
dapat mempergunakan cuti di luar tanggungan negara untuk persalinan
dan lamanya cuti adalah 3 (tiga) bulan.
 Calon PNS belum berhak atas cuti bersalin, akan tetapi apabila yang

bersangkutan akan melakukan persalinan tidak boleh ditolak dan agar


difasilitasi.
Perbedaan dan persamaan penggunaan cuti besar dan cuti di luar
tanggungan negara untuk persalinan keempat dan seterusnya adalah:
CUTI DI LUAR
UNSUR-UNSUR CUTI BESAR UNTUK TANGGUNGAN
NEGARA UNTUK
PERSALINAN KE-4, PERSALINAN
KE-4 DST
DST
1. Gaji 1. Berhak atas gaji 1. Tidak berhak atas gaji
2. Tunjangan jabatan 2. Tidak berhak 2. Tidak berhak

3. Masa kerja 3. Diperhitungkan untuk 3. Tidak diperhitungkan


untuk
kenaikan pangkat/gaji dan
kenaikan pangkat/ gaji dan
masa kerja pensiun masa
kerja pensiun
4. Izin BKN 4. Tidak perlu izin BKN 4. Tidak perlu izin BKN
5. Pemberhentian dari 5. Tidak diberhentikan dari 5. Tidak diberhentikan dari
Pekerjaannya pekerjaannya dan formasi pekerjaannya dan Formasi
yang bersangkutan selama yang bersangkutan selama
cuti tidak boleh diisi orang cuti tidak boleh diisi orang
lain.
lain.
6. Lamanya cuti 6. 3 (tiga) bulan 6.3 (tiga) bulan
5) Cuti Karena Alasan Penting
 PNS berhak atas cuti karena alasan penting untuk paling lama 2 (dua)
bulan.
 Cuti karena alasan penting dapat diberikan bila :
 Ibu, bapak, isteri/suami, anak, kakak, adik, mertua atau menantu sakit

keras atau meningal dunia;


 PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota
keluarganya yang meninggal dunia;
 Melangsungkan perkawinan yang pertama.

 Selama menjalankan cuti karena alasan penting PNS yang bersangkutan

menerima gaji penuh.


6) Cuti di Luar Tanggungan Negara
 Kepada PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara
terus-menerus karena alasan pribadi yang penting dan mendesak dapat
diberikan cuti di luar tanggungan negara, misalnya PNS wanita yang
mengikuti suaminya yang tugas belajar di luar negeri.
 Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan untuk paling lama 3 (tiga)
tahun.
 Jangka waktu cuti di luar tanggungan negara dapat diperpanjang selama 1
(satu) tahun apabila ada alasan-alasan yang penting untuk
memperpanjangnya.
 Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara PNS yang bersangkutan
dibebaskan dari jabatannya dan jabatan yang lowong tersebut dengan segera
dapat diisi.
 Cuti di luar tanggungan negara hanya dapar diberikan dengan surat
keputusan pimpinan instansi (Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan LPND,
Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara) setelah mendapat
persetujuan Kepala BKN demikian juga perpanjangan cuti tersebut melalui
proses yang sama.
 Selama cuti di luar tanggungan negara PNS yang bersangkutan tidak berhak
menerima penghasilan dari negara dan masa selama cuti tersebut tidak
diperhitungkan sebagai masa kerja untuk kenaikan gaji/pangkat dan masa
kerja persiun.
 PNS yang telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungun negara wajib
melaporkan diri secara tertulis kepada pimpinan instansi melalui saluran
hierarkhi.
 Pimpinan instansi yang telah menerima laporan tersebut
berkewajiban:
a) Menempatkan dan mempekerjakan kembali apabila ada lowongan

b) Apabila tidak ada lowongan, maka pimpinan instansi melaporkan


kepada Kepala BKN untuk kemungkinan ditempatkan di instansi lain.
c) Apabila penempatan di instansi lain tidak mungkin, maka PNS yang

bersangkutan diberhentikan dari jabatannya karena kelebihan tenaga


dengan diberi hak uang tunggu berdasar peraturan yang berlaku.
 Penempatan kembali PNS yang selesai menjalankan cuti di luar tanggungan
negara dilakukan dengan keputusan pejabat yang berwenang memberikan
cuti di luar tanggungan negara setelah mendapat persetujuan Kepala BKN.
 PNS yang tidak melaporkan diri kembali kepada pimpinan instansi setelah
habis menjalankan cuti di luar tanggungan negara diberhentikan dengan
hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

 PNS yang sedang menjalankan cuti tahunan, cuti karena alasan penting, dan
cuti besar, dapat dipanggil kembali bekerja apabila kepentingan dinas
mendesak, dan sisa cuti yang belum dijalankan itu tetap manjadi hak PNS
yang bersangkutan (dapat dijalankan di lain waktu).
 Segala macam cuti yang akan dijalankan di luar negeri hanya dapat diberikan
oleh pimpinan instansi (Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan LPND, Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, dan sebagainya).
c. Hak Memperoleh Perawatan (PP Nomor 12 Tahun 1981)

PNS yang mengalami kecelakaan karena dinas atau menderita sakit karena
dinas berhak memperoleh pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi atas
biaya negara. Berikut disampaikan pengertian kecelakaan karena dinas, sakit
karena dinas, dan cacad karena dinas.
1) Kecelakaan karena dinas adalah kecelakaan yang terjadi:
 Dalam dan karena menjalankan tugas kewajiban;

 Dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas, sehingga


kecelakaan itu disamakan dengan kecelakaan yang terjadi dalam dan
karena menjalankan tugas kewajibarnya;
 Karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab atau sebagai

akibat tindakan terhadap anasir itu;


2) Sakit karena dinas adalah sakit yang diderita akibat langsung dari
kecelakaaan karena dinas;
3) Cacad adalah kelainan jasmani atau rohani karena kecelakaan yang sifatnya
sedemikian rupa sehingga kelainan tersebut menimbulkan gangguan
untuk melakukan pekerjaan;
4) Cacad karena dinas adalah cacad yang disebabkan oleh kecelakaan karena
dinas atau sakit karena dinas.
 PNS yang mengalami kecelakaan karena dinas atau sakit karena dinas
mendapat pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi secara hierarkhi yaitu dari
Puskesmas yang memiliki peralatan untuk pengobatan, perawatan, dan
rehabilitasi. Jika Puskesmas tersebut tidak punya, diobati di Rumah Sakit
Pemerintah yang terdekat (jika tidak ada), Rumah Sakit Swasta (jika tidak
ada) dibawa ke Rumah Sakit Pemerintah/Swasta dalam wilayah Negara Rl
yang memiliki peralatan untuk pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi.
Biaya perjalanan PNS yang sakit tersebut ditanggung oleh negara sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
 Pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi bagi PNS yang mengalami
kecelakaan karena dinas/sakit karena dinas dengan biaya negara ditetapkan
dengan keputusan pejabat yang berwenang.
Dasar bagi pejabat yang berwenang mengeluarkan keputusan tersebut adalah:
 Surat keterangan dari yang berwajib (polisi) tentang terjadinya kecelakaan
yang dialami PNS yang bersangkutan,
 Surat pernyataan dari pejabat atasannya serendatr-rendahnya eselon IV yang
menyatakan bahwa kecelakaan yang dialami PNS itu terJadi ketika ia
menjalankan dinas, dan
 Surat keterangan dari dokter pemerintah jika tidak bisa dokter swasta, yang
memuat pertimbangan bahwa sakit yang diderita PNS itu perlu mendapat
pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi.
Jika pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi bagi PNS yang
kecelakaan/sakit karena dinas memerlukan pengobatan di luar negeri, maka
terlebih dahulu PNS yang bersangkutan diajukan/diperiksa oleh Tim Khusus
Penguji Kesehatan. Berdasarkan keterangan/pertimbangan dari Tim Khusus
Penguji Kesehatan bahwa PNS memerlukan pengobatan di luar negeri, maka
Menteri Kesehatan menetapkan keputusan pengobatan, perawatan, dan atau
rehabilitasi bagi PNS tersebut di luar negeri. Kepada PNS tersebut di samping
diberikan biaya pengobatan juga diberikan biaya perjalanan sesuai ketentuan
yang berlaku.
d. Hak Tunjangan Cacad (PP Nomor 12 Tahun 1981)
 Kepada PNS yang menderita cacad karena dinas, yang mengakibatkan PNS
tersebut tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri berdasarkan
surat keterangan Tim Penguji Kesehatan, diberikan tunjangan cacad di atas
pensiun yang berhak diterimanya.
 Tunjangan cacad ditetapkan oleh pejabat yang berwenang (Menteri, Jaksa
Agung, Pimpinan LPND, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara,
dan sebagainya) bagi PNS berpangkat Pembina Tk. l (Gol. IV/b) ke bawah
setelah mendapat persetujuan Kepala BKN.
 Tunjangan cacad ditetapkan oleh Presiden bagi PNS berpangkat Pembina
Utama Muda (Gol. IV/c) ke atas setelah mendapat pertimbangan dari Kepala
BKN.
 Besamya tunjangan cacad tiap-tiap bulan adalah:
1) 70% (tujuh puluh persen) dari gaji pokok apabila kehilangan fungsi:
 penglihatan pada kedua belah mata, atau
 pendengaran pada kedua belah telinga, atau
 kedua kaki dari pangkal paha atau dari lutut ke bawah.
2) 50% (lima puluh persen) dari gaji pokok, apabila kehilangan fungsi:
 lengan dari sendi bahu ke bawah, atau
 kedua belah kaki dari mata kaki ke bawah.
3) 40% (empat puluh persen) dari gaji pokok, apabilakehilangan fungsi:
 lengan dari siku atau dari atas siku ke bawah, atau
 sebelah kaki dari pangkal paha.
4) 30% (tiga puluh persen) dari gaji pokok, apabila kehilangan fungsi:
 penglihatan sebelah mata, atau
 pendengaran sebelah telinga, atau
 tangan dari pergelangan atau dari atas pergelangan ke bawah, atau
 sebelah kaki dari mata kaki ke bawah.
5) 30% (tiga puluh persen) sampai 70% (tujuh puluh persen) dari gaji
pokok adalah berdasar pertimbangan Tim Penguji Kesehatan dan hal-hal
lain yang dapat dipersamakan dengan keadaan yang tersebut pada
angka 1) sampai dengan angka 4).
6) Dalam hal terjadi beberapa jenis cacad atas PNS, maka besarnya
tunjangan cacad dengan jumlah prosentase setiap cacad, dengan
ketentuan sebanyak-banyaknya adalah 100% (seratus persen) dari gaji
pokok PNS yang bersangkutan
e. Hak atas uang Duka dan Biaya Pemakaman
(PP Nomor 12 Tahun 1981)

1) Uang duka tewas


a) Kepada isteri atau suami PNS yang tewas diberikan uang duka tewas 6 (enam) kali
penghasilan bersih, dengan ketentuan serendah-rendahnya Rp500.000,00 (lima
ratus ribu rupiah).
Penghasilan terdiri dari:
 Gaji pokok;
 Tunjangan keluarga;
 Tunjangan jabatan (kalau ada);
 Tunjangan lain yang berhak diterimanya berdasar peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
b) Apabila PNS yang tewas tidak meninggalkan :
 isteri/suami, uang duka tewas diberikan kepada anaknya;
 isteri/suami dan anak, uang duka tewas diberikan kepada orang tuanya;
 isteri/suami, anak dan orang tua, uang duka tewas diberikan kepada ahli
warisnya;
 keluarga maupun ahli warisnya, uang duka tewas diberikan kepada yang
menyelenggarakan upacara pemakaman almarhum/ almarhumah.
c) Uang duka diberikan dengan Keputusan Menteri, Jaksa Agung,
Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND), dan sebagainya bagi semua
pangkat dan golongan PNS di instansi masing-masing setelah
mendapat persetujuan Kepala BKN.
d) uang duka tewas didasarkan atas penghasilan menurut pangkat anumerta.
2) Biaya pemakaman

a) PNS yang tewas, biaya pemakamannya ditanggung oleh negara.


b) Biaya pemakaman meliputi:
 Perawatan jenazah,
 Pemandian jenazah dan perlangkapanya,
 Tanah pemakaman dan biaya di tempat pemakaman,
c) Angkutan jenazah dari tempat meninggal dunia ke tempat
kediaman dan atau tempat pemakaman serta biaya persiapan
pemakaman, dan
d) Angkutan dan penginapan bagi isteri/suami dan semua anak yang sah.
e) Biaya penginapan diberikan untuk paling lama 10 (sepuluh) hari
3) Uang Duka Wafat

 Kepada isteri atau suami PNS yang wafat diberikan uang duka wafat sebesar
3 (tiga) kali penghasilan sebulan dengan ketentuan serendah-rendahnya
RplOO.000,00 (seratus ribu rupiah).
 Ketentuan pada butir e 1) b) berlaku juga pada PNS yang wafat.
 Uang duka wafat diberikan tanpa keputusan pejabat yang berwenang,
melainkan cukup Bendaharawan Gaji mengajukan uang duka dengan
melampirkan surat kematian.
f. Hak atas Pensiun

Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap PNS
yangtelah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada negara. Berdasar
pasal 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974, setiap pegawai negeri yang
telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan berhak atas pensiun.

g. Tunjangan Tambahan Penghasitan (PP Nomor 49 Tahun 1980)


Kepada janda/duda PNS atau janda/duda pensiunan PNS diberikan
tunjangan tambahan penghasilan sebesar selisih antara pensiun janda/duda
yang akan diterimanya menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dengan penghasilan terakhir almarhum/almarhumah PNS/Pensiunan
PNS, selama 4 (empat) bulan. Dengan demikian penghasilan berupa pensiun
janda/duda baru diberikan mulai bulan kelima.
4. PEMBINAAN PNS

 Sebagaimana disebut di atas bahwa PNS berkedudukan sebagai unsur


aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat
secara profesional, jujur, adil, dam merata dalam melaksanakan tugas
pemerintahan dan pembangunan, tidak boleh menjadi anggota dan atau
pengurus partai politik, mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan dan
setelah itu diberikan hak-haknya. Oleh karena itu PNS harus dibina dengan
sistem prestasi kerja dan sistem karier dengan menitikberatkan pada sistem
prestasi kerja.
 Sistem karier adalah sistem kepegawaian di mana untuk pengangkatan
pertama sebagai PNS didasarkan atas kecakapan, sedangkan pengembangan
lebih lanjut loyalitas, pengabdian, disiplin, dan masa kerja turut menentukan.
 Sistem karier ada sistem karier terbuka dan sistem karier tertutup.
Sistem karier tertutup ada tiga arti, yaitu karier tertutup dalam arti
Departemen, dalam arti Provinsi, dan dalam arti Negara. Yang dianut adalah
sistem karier tertutup dalam arti Negara, yang maksudnya adalah apabila
terdapat lowongan jabatan negeri di suatu organisasi negara, maka PNS yang
ada dalam organisasi negara tersebut dapat mengisi lowongan jabatan.
Dalam arti PNS diperbolehkan pindah antarinstansi/departemen,
antardaerah, antardepartemen dengan daerah dan sebaliknya.
 Sistem prestasi kerja adalah sistem kepegawaian di mana untuk pengangkatan
dalam jabatan didasarkan atas kecakapan dan prestasi yang bersangkutan.
MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Manajemen PNS adalah keseluruhan upaya-upaya untuk


meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan derajat
profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi, dan
kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan,
pengadaan, pengembangan kualitas, penempaatan,
promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian
(menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999).
1. FORMASI PEGAWAI NEGERI SIPIL
(PP 97 Th 2000 jo PP 53 Th 2003)

 Formasi PNS adalah jumlah dan susunan pangkat PNS yang diperlukan
oleh suatu satuan organisasi negara untuk mampu melaksanakan tugas
pokok dalam jangka waktu tertentu.
 Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan, oleh sebab itu organisasi
harus selalu disesuaikan dengan perkembangan tugas pokok. Demikian
juga jumlah PNS yang diperlukan dalam organisasi tersebut harus
disesuaikan dengan perkembangan tugas pokok.
a. Dasar Penyusunan Formasi PNS

 Dasar penyusunan formasi masing-masing satuan organisasi negara adalah


berdasar pada analisis kebutuhan dan penyediaan pegawai sesuai dengan
jabatan yang tersedia dengan memperhatikan informasi jabatan.

Sedangkan analisis kebutuhan dilakukan berdasarkan analisis terhadap:


 Jenis pekerjaan;
 Sifat pekerjaan;
 Beban kerja dan perkiraan kapasitas PNS;
 Prinsip pelaksanaan pekerjaan;

 Peralatan yang tersedia;


 Kemampuan keuangan negara atau daerah.
b. Jenis Formasi PNS

o Adapun jenis formasi PNS terdiri dari:


o Formasi PNS Pusat;
o Formasi PNS Daerah yang terdiri dari:
o Formasi PNS Daerah provinsi;
o Formasi PNS Daerah Kabupaten;
o Formasi PNS Daerah Kota
c. Penetapan Formasi PNS

1. Formasi PNS Pusat untuk masing-masing satuan organisasi pemerintah


pusat setiap tahun anggaran ditetapkan oleh Menteri yang
bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara
berdasar usul dari pejabat pembina kepegawaian pusat (Menteri,
Jaksa Agung pimpinan kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara
Lembaga pemerintatr Non Departemen, dan sebagainya), setelah
mandapat pertimbangar Kepala BKN yang terlebih dahulu
dikonsultasikan dengan Menteri Keuangan. Penetapan formasi PNS di
luar negeri harus memperhatikan pertimbangan Menteri Luar Negeri.
2. Formasi PNS Daerah Setiap tahun anggaran formasi PNS Daerah
ditetapkan oleh :
• Gubemur urtuk Formasi PNS Daerah Provinsi;
• Bupati untuk Formasi PNS Daerah Kabupaten;
• Walikota untuk Formasi PNS Daerah Kota dengan terlebih dahulu
mendapat pertimbangan Kepala BKN.
2. PENGADAAN PNS
(PP NOMOR 98 TAHUN 2000 jo PP NOMOR 11TAHUN 2002)

Pengadaan PNS adalah proses kegiatan untuk mengisi formasi yang lowong.
Formasi yang lowong tersebut disebabkan oleh dua hal yaitu adanya PNS yang
berhenti sebagai PNS dan perluasan organisasi.

a. Pengumuman
Setiap pengadaan PNS harus diumumkan seluas-luasnya melalui media massa
yang tersedia dan/atau bentuk lainnya yang digunakan, sehingga pengadaan
PNS diketahui oleh umum.
Pengumuman tersebut harus dilakukan paling lambat 15 (lima belas) hari
sebelum tanggal penerimaan.
Dalam pengumuman tersebut harus dicantumkan:
 jumlah dan jenis jabatan yang lowong,

syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar,

alamat dan tempat lamaran ditujukan,

batas waktu pengajuan lamaran, dan

lain-Iain yang dipandang perlu.


b. Persyaratan

Syarat-syarat yang harus dipenuhi setiap pelamar adalah sebagai berikut:


1) Warga Negara Indonesia;
2) Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan setinggi-
tingginya 35 (tiga puluh lima ) tahun;
3) Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap,
karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan;
4) Tidak pemah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri, atau
diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;
5) Tidak berkedudukan sebagai Calon/Pegawai Negeri;
6) Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian, dan keterampilan yang
diperlukan;
7) Berkelakuan baik;
8) Sehat jasmani dan rohani;
9) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia
atau negara lain yang ditentukan oleh Pemerintah;
10. Bersedia metepaskan dari jabatan pengurus dan/atau anggota partai
politik pada saat dinyatakan lulus ujian penyaringan, apabila yang
bersangkutan pada saat melamar menjadi pengurus dan/atau anggota
partai politik;
11. Syarat lain yarg ditentukan dalam persyaratan jabatan, termasuk
syarat khusus yarg ditentukan instansi yang bersangkutan

c. Pelamaran
1. Setiap pelamar harus mengdukan surat lamaran yang ditulis dengan
tulisan tangan sendiri ditujukan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
Instansi yang bersangkutan.
2. Dalam surat lamaran tersebut harus dilampirkan :
 Fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar/ljazah yang disahkan oleh pejabat yang
berwenang;
 Kartu tanda pencari kerja dari Departemen/Dinas Tenaga Kerja
 Pas foto menurut ukuran dan jumlah yang ditentukan.
d. Penyaringan

1. Pemeriksaan Administratif
Setiap surat lamaran yang diterima diperiksa dengan teliti oleh pejabat yang
diserahi tugas urusan kepegawaian. Surat lamaran yang tidak memenuhi
syarat dikembalikan kepada pelamar disertai alasannya dan surat lamaran
yang memenuhi syarat disusun dan didaftar secara tertib.

2. Panitia Ujian
Pejabat Pembina Kepegawaian membentuk Panitia Ujian untuk
melaksanakan ujian saringan.
Panitia ujian sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang, yaitu : seorang
Ketua merangkap anggota, seorang sekretaris merangkap anggota, dan
seorang anggota. Jika panitia lebih dari tiga orang maka jumlahnya harus
bilangan ganjil.
3. Tugas Panitia Ujian
Panitia Ujian bertugas:
 menyiapkan dan mengumpulkan bahan ujian,
 menentukan pedoman pemeriksaan dan penilaian ujian,
 menentukan tempat dan jadwal ujian,
 menyelenggarakan ujian, dan
 memeriksa dan menentukan hasil ujian.

4. Materi Ujian
Materi ujian hendaknya dibuat sedemikian baiknya sehingga pelamar
yang akan diterima benar-benar mempunyai kecakapan, keahlian, dan
keterampilan yang diperlukan.
Materi ujian tersebut meliputi:
a. Test Kompetensi, yang materinya disesuaikan dengan
kebutuhanpersyaratan jabatan, yang antara lain meliputi
Pengetahuan Umum, Bahasa Indonesia Kebijaksanaan Pemerintah,
Pengetahuan Teknis, dan Pengetahuan lainnya;
b. Psikotes, yang penyelenggaraannya disesuaikan dengan kebutuhan
persyaratan jabatan dan kemampuan instansi masing-masing.
5. Ujian
Pelamar yang memenuhi syarat dapat mengikuti ujian penyaringan
dengan menunjukkan Tanda Peserta Ujian yang sah. Dalam rangka usaha
menjamin objektivitas penyelenggaraan ujian penyaringan penerimaan
pegawai, maka ujian dilaksanakan secara tertulis dan apabila dipandang
perlu diadakan ujian lisan berupa wawancara atau ujian keterampilan.

6. Pengumuman pelamar yang diterima


 Pejabat Pembina Kepegawaian (Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Tinggl Negara, dan Iain-Iain) setelah menerima
daftar nama peserta ujian yang dinyatakan lulus, menetapkan jumlah
pelamar yang akan diterima berdasar formasi yarg lowong menurut ranking
hasil ujian.
 Pengumuman dimuat dalam media cetak dan diberitahukan secara tertulis
kepada peserta. Pengumuman hasil ujian hendaknya memuat kapan, di
mana, kepada pejabat mana, dan waktu selambat-lambatnya harus
melapor. Batas waktu melapor sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari
kerja terhitung mulai tanggal dikirimkan surat pemberitahuan tersebut.
e. Pengangkatan

1. Pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil


a. Pelamar yang ditetapkan diterima wajib melengkapi dan menyerahkan
kelengkapan administrasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian atau yang
ditunjuk olehnya, yaitu :
1. Fotokopi Ijazah/STTB yang disahkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
Keputusan Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendidikan nasional;
2. Daftar Riwayat Hidup;
3. Pasfoto ukurar 3x4 sebanyak 6 (enam) lembar;
4. Surat keterangan berkelakuan baik dari POLRI;
5. Surat keterangan Sehat Jasmani dan Rohani dari Dokter;
6. Asli Kartu Pencari Kerja dari Kantor Departemen/Dinas Tenaga Kerja;
7. Fotokopi sah surat keputusan tentang pengalaman bagi yang telah mempunyai
pengalaman bekerja (apabila ada).
8. Surat pernyataan tentang :
1. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan
yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak
pidana kejahatan;
2. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak
dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau diberhentikan tidak dengan
hormat sebagai pegawai swasta;
3. Tidak berkedudukan sebagai Calon/Pegawai Negen;
4. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Republik Indonesia atau negara lain yang
ditentukan oleh Pernerintah;
5. tidak menjadi pengurus dan/atau anggota partai politik.
b. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat/Daerah menyampaikan daftar pelamar yang
dinyatakan lulus ujian penyaringan dan ditetapkan diterima untuk diangkat
sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara
untuk mendapat Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil.
c. Berdasarkan Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil, maka Pejabat Pembina
Kepegawaian menetapkan keputusan pengangkatan yang bersangkutan menjadi
Calon Pegawai Negeri Sipil dalam masa percobaan dalam tahun anggaran
berjalan. Penetapan berlakunya pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil
ditetapkan terhitung mulai tanggal I (satu) bulan berikutrya setelah pemberian
Nomor Identitas Pegawai (NIP)
d. Surat keputusan pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil ditetapkan
selambat-lambatrya 1 (satu) tahun setelah tanggal pemberian NIP dan
apabila telah lebih dari I (satu) tahun belum ditetapkan keputusan
pengangkatannya, maka NIP tersebut dinyatakan tidak berlaku.
e. Surat Keputusan Pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil harus
disampaikan langsung kepada yang bersangkutan yang dilakukan dengan surat
pemanggilan ke alamat yang bersangkutan disertai dengan bukti tanda terima
yang bersangkutan.
f. Selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan sejak diterimanya surat keputusan
pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil, yang bersangkutan wajib melaksanakan
tugas pada unit kerja yang telah ditentukan.
2) Golongan Ruang

Golongan ruang yang ditetapkan untuk pengangkatan sebagai Calon


Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai berikut:
a. Golongan ruang l/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya
memiliki dan menggunakan surat Tanda Tamat Belajar/ljazah Sekolah
Dasar atau yang setingkat;
b. Golongan ruang l/c bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya
memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/ljazah Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau yang setingkat;
c. Golongan ruang II/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya
memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/ljazah Sekolah
anjutan Tingkat Atas, Diploma I atau yang setingkat;
d. Golongan ruang ll/b bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya
memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/ljazah Sekolah
Guru Pendidikan Luar Biasa atau Diploma II;
e. Golongan ruang ll/c bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya
memiliki dan menggunakan Ijazah Sarjana Muda, Akademi, atau Diploma III;
f. Golongan ruang Ill/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya
memiliki dan menggunakan Ijazah Sarjana (SI), atau Diploma IV;
g. Golongn ruang lll/b bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya
memiliki dan menggunakan Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker, dan Ijazah lain
yang setara, Magister (S2);
h. Golongan ruang I ll/c bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya
memiliki dan menggunakan Ijazah Doktor (S3).
3) Penghasilan

a) Hak atas gaji bagi calon Pegawai Negeri sipil adalah 80%
(delapan puluh persen) dari gaji pokok Pegawai Negeri Sipil,
mulai berlaku pada tanggal yang bersangkutan secara
nyatamelaksanakan tugasnya yang dinyatakan dengan surat
pernyataan oleh Kepala Kantor atau satuan organisasi yang
bersangkutan.
b) Calon Pegawai Negeri Sipil yang penempatannya jauh dari
tempat tinggalnya, sudah dianggap nyata melaksanakan
tugas sejak ia berangkat menuju ke tempat tugasnya yang
dibuktikan dengan surat perintah perjalanan/penugasan dari
pejabat yang berwenang menugaskan.
c) Pada saat pengangkatan pertama Calon Pegawai Negeri Sipil
adakalanya yang bersangkutan telah mempunyai masa kerja
yang dapat diperhitungkan untuk penetapan gaji pokok.
Masa kerja yang dapat diperhitungkan penuh untuk penetapan gaji
pokok dalam pengangkatan pertama adalah :
 Masa selama menjadi calon/Pegawai Negeri Sipil, kecuali masa
selama menjalankan cuti di luartanggungan negara.
 Masa selama menjadi Pejabat Negara

Umpamanya: Masa selama menjadi anggota DPR-RI,


Gubernur, dan lain sebagainya

Masa selama menjalankan tugas pemerintahan, yang antara


lain masa penugasan sebagai:
 Lokal staf pada Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri;
 Pegawai tidak tetap. Umpamanya masa bakti Dokter selama
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
 Masa selama menjalankan kewajiban untuk membela negara, antara
lain masa selama menjadi Prajurit Wajib dan Sukarelawan.
 Masa selama menjadi pegawai/karyawan perusahaan milik Pemerintah,
seperti Badan usaha Milik Negara dan Badan usaha Milik Daerah.
 Masa selama menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia/ Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
 Masa kerja yang diperhitungkan 1/2 (setengah) adalah masa kerja
sebagai pegawai/karyawan dari perusahaan yarg berbadan hukum di
luar lingkungan badan-badan pemerintah (termasuk perusahaan swasta
asing yang berbadan hukum) yang tiap-tiap kali tidak kurang dari 1
(satu) tahun dan tidak terputus-putus, dengan ketentuan bahwa masa
kerja tersebut diperhitungkan sebaryak-banyaknya 8 (delapan) tahun.
 Masa selama menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil merupakan masa
percobaan yang lamanya sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan paling
lama 2 (dua) tahun terhitung diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri
Sipil.
4) Pengangkatan sebagai Pegawai Negeri Sipil
a) Calon Pegawai Negeri Sipil yang telah menjalankan masa percobaan
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dapat diangkat sebagai Pegawai
Negeri Sipil dalam jabatan dan pangkat tertentu.
b) Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil menjadi Pegawai Negeri
Sipil ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian yang ditunjuk
apabila telah memenuhi syarat:
 setiap unsur penilaian prestasi kerja/daftar penilaian pelaksanaan
pekerjaan (DP-3) sekurang-kurangnya bemilai "Baik",
 telah memenuhi syarat kesehatan jasmani dan rohani untuk
diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, dan
 telah lulus Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan.

c) Tanggal mulai berlakunya keputusan pengangkatan menjadi Pegawai


Negeri Sipil tidak boleh berlaku surut.
d) Calon Pegawai Negeri Sipil yang telah menjalankan masa percobaan
lebih dari 2 (dua) tahun dan telah memenuhi syarat untuk diangkat
menjadi Pegawai Negeri Sipil, tetapi karena sesuatu sebab belum
diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, maka hanya dapat diangkat
menjadi Pegawai Negeri Sipil apabila alasannya bukan karena
kesalahan yang besangkutan.
e) Pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil Pusat bagi Calon
Pegawai Negeri Sipil Pusat yang menjalani masa percobaan lebih dari
2 (dua) tahun ditetapkan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara

f) Calon Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat untuk diangkat


menjadi Pegawai Negeri Sipil diberikan pangkat sebagai berikut:
• Juru Muda bagi yang telah diangkat dalam golongan ruang l/a;
• Juru bagi yang telah diangkat dalan golongan ruang l/c;
• Pengatur Muda bagi yang telah diangkat dalam golongan ruang II/a;
• Pengatur Muda Tingkat I bagi yang telah diangkat dalam golongan
ruang II/b;
• Pengatur bagi yang telah diangkat dalam golongan ruang ll/c;
• Penata Muda bagi yang telah diangkat dalam golongan ruang Ill/a;
• Penata Muda Tingkat I bagi yang telah diangkat dalam golongan
ruang lll/b;
• Penata bagi yang telah diangkat dalam golongan ruang lll/c.
g) Calon Pegawai Negeri Sipil yarg tewas diangkat menjadi Pegawai
Negeri Sipil, terhitung awal bulan yang bersangkutan dinyatakan
tewas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
h) Calon Pegawai Negeri Sipil yang cacad karena dinas yang oleh
Tim Penguji Kesehatan dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam
semua jabatan negeri diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, terhitung
mulai tanggal 1 bulan yang bersangkutan dinyatakan cacad karena dinas
dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri.

Pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil bagi Calon Pegawai Negeri Sipil
yang tewas atau cacad karena dinas ditetapkan dengan keputusan:
(1) Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional
Badan Kepegawaian Negara bagi Calon Pegawai Negeri Sipil Pusat
(2) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
bagi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah setelah mendapat pertimbangan
teknis dari Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara.
5) Pemberhentian Calon Pegawai Negeri Sipil

a) Calon Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat apabila:


(1) mengajukan permohonan berhenti;
(2) tidak memenuhi syarat kesehatan;
(3) tidak lulus Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan;
(4) tidak menunjukkan kecakapan dalam melaksanakan tugas;
(5) menunjukkan sikap dan budi pekerti yang tidak baik yang dapat
mengganggu lingkungan pekerjaan; atau
(6) dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang.

b) Calon Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat


apabila
(1) pada waktu melamar dengan sengaja memberikan keterangan
atau bukti yang tidak benar;
(2) dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan
pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap karena dengan sengaja melakukan sesuatu tindak pidana
kejahatan atau melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan
yang ada hubungannya dengan jabatan tugasnya
(3) dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat
(4) menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik

c) Pemberhentian sebagaimana tersebut di atas ditetapkan dengan


Keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan.
3. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PNS (PP NOMOR 101 TAHUN 2000)

Pendidikan dan Pelatihan PNS (Diklat) adalah proses penyelenggaraan


belaiar mengajar dalam rangka meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap PNS. Diklat PNS diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000. Dalam peraturan tersebut
ditentukan tentang tujuan dan sasaran diklat, jenis diklat, dan
ketentuan peralihan
a. Tujuan Diklat
Tujuan diklat secara umum adalah :
1) meningkatkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan sikap untuk dapat
melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian
dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi;
2) menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pernbaharu dan
perekat persatuan dan kesatuan bangsa;
3) memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi kepada
pelayanan pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat;
4) menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas
pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang
baik
b. Sasaran Diklat
 terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan b

persyaratan jabatan masing-masing.

 Sasaran Diklat Prajabatan golongan I dan II adalah terwujudnya PNS yang


memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan pengangkatan untuk
menjadi PNS golongan I dan II.
 Sedangkan kompetensi jabatan PNS adalah kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang PNS berupa pengetahuan ketrampilan, sikap dan
perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya.
 Sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawab PNS dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan maka standar
kompetensi yang perlu dimiliki oleh PNS golongan I dan II adalah
kemampuan dalam:
1) menunjukkan komitmen dan integritas moral serta tanggung jawab
profesi sebagai PNS;
2) mewujudkan disiplin dan etos kerja;
3) menjelaskan pokok-pokok sistem penyelenggaraan pemerintahan
NKRI;
4) menjelaskan posisi, peran, tugas, fungsi, dan kewenangan instansi asal
peserta dan organisasi publik pada umumnya
5) menjelaskan masalah penyelenggaraan pemerintahan Negara Republik
Indonesia;
6) menjelaskan ketentuan-ketentuan kepegawaian berkaitan dengan hak
dan kewajiban PNS;
7) menjelaskan masalah wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI;
8) menerapkan prinsip-prinsip budaya organisasi pemerintah;
9) mengaplikasikan teknik manajemen perkantoran modern di unit
kerjanya;
10) menerapkan prinsip-prinsip pelayanan prima sesuai dengan bidang
tugasnya;
1l) bekerja sama dalam kelompok melalui komunikasi yang saling
menghargai.
c. Jenis Diklat

1) Diklat Prajabatan
Diklat Prajabatan merupakan syarat pengangkatan Calon PNS menjadi
PNS.
Diklat Prajabatan terdiri dari:
 Diklat Prajabatan golongan I diperuntukkan bagi
pengangkatan Calon PNS menjadi PNS golongan I;
 Diklat Prajabatan golongan II dipenuntukkan bagi pengangkatan
Calon PNS menjadi PNS golongan II;
 Diklat Prajabatan golongan III diperuntukkan bagi pengangkatan
Calon PNS menjadi PNS golongan III.
2) Diklat dalam Jabatan
Diklat dalam jabatan diperuntukkan bagi mereka yang telah berstatus
sebagai PNS.
Diklat dalam jabatan terdiri dari:
a) Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) yang terdiri dari:

1) Diklatpim Tingkat IV diperuntukkan bagi PNS yang akan atau telah


menduduki jabatan struktural eselon IV;
2) Diklatpim Tingkat III diperuntukkan bagi PNS yang akan atau telah
menduduki jabatan struktural eselon III;
3) Diklatpim Tingkat II diperuntukkan bagi PNS yang akan atau telah
menduduki jabatan struktural eselon II;
4) Diklatpim Tingkat I diperuntukkan bagi PNS yang akan atau telah
menduduki jabatan struktural eselon I.
b) Diklat Teknis diperuntukkan kepada PNS yang membutuhkan
peningkatan kompetensi teknis dalam pelaksanaan tugasnya. Contoh: Diklat
Teknis Substansi Dasar Pemeriksa Pajak.
c) Diklat Fungsional diperuntukkan kepada PNS yang akan atau telah
menduduki jabatan fungsional tetentu.
Contoh: Diklat Fungsional Ketrampilan Dasar Pemeriksan Pajak
4. PENILAIAN PNS
a. PENIILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
(PP NOMOR 10TAHUN 1979 DAN SE BKN NOMOR 02/SE/1980)

Penilaian pelaksanaan pekerjaan mutlak diperlukan untuk mengetahui prestasi


setiap pegawai. Penilaian pelaksanaan pekerjaan adalah salah satu bahan
objektif untuk memberikan kenaikan pangkat dan promosi jabatan.

1) Pihak-pihak yang terlibat dalam penilaian adalah atasan pejabat penilai,


pejabat penilai, dan pegawai yang dinilai
a) Atasan pejabat penilai
Atasan pejabat penilai adalah atasan langsung dari pejabat penilai.
b) Pejabat penilai
Pejabat penilai adalah atasan langsung dari pegawai yang dinilai.
c) Pegawai yang dinilai
Pegawai yang dinilai adalah bawahan langsung dari pejabat penilai.
d) Pejabat penilai yang merangkap sebagai atasan pejabat penilai adalah
Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, dan lain-Iain.
Contah :

No. Atasan Pejabat Penilai Pejabat Penilai Pegawai yang Dinilai


1. Menteri Menteri Pejabat eselon 1
2. Menteri Pejabat eselon 1 Pejabat eselon II
3. Pejabat eselon 1 Pejabat eselon II Pejabat eselon III
4. Pejabat eselon II Pejabat eselon III Pejabat eselon IV
5. Pejabat eselon III Pejabat eselon IV Pejabat eselon V
6. Pejabat eselon IV Pejabat eselon V Pegawai Pelaksana
2) Masa Penilaian
a) Masa penilaian dalam jangka waktu satu tahun dari bulan Januari
sampai dengan Desember
b) Unsur yang dinilai adalah kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab,
ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan kepemimpinan
c) Nilai pelaksanaan pekerjaan dinyatakan dengan angka dan sebutan
sebagai berikut:

ANGKA SEBUTAN
91-100 Amat Baik
76- 90 Baik
61- 75 Cukup
51- 60 Sedang
50 ke Kurang
bawah
3) Masa Penilaian

a) Atasan langsung sebagai pejabat penilai wajib menilai pelaksanaan


pekerjaan bawahan langsungnya. Penilaian dilakukan pada akhir
bulan Desember. Pejabat penilai baru menilai bawahan langsungnya
apabila telah enam bulan membawahi pegawai yang akan dinilai.
Apabila penilaian itu diperlukan untuk mutasi kepegawaian, maka
pejabat penilai tersebut dapat memberikan penilaian kepada
bawahan langsungnya dengan menggunakan bahan-bahan yang
ditinggalkan pejabat lama. Bahan-bahan penilaian tersebut dapat
dilihat pada Buku Catatan Penilaian dari masing-masing pegawai
yang akan dinilai. Nilai-nilai dalam Buku Catatan Penilaian
dituangkan dalam suatu Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-
3). Khusus bagi calon Pegawai Negeri Sipil yang akan diangkat
menjadi Pegawai Negeri Sipil, penilaiannya dilakukan setelah Calon
PNS tersebut sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun menjadi Calon PNS
terhitung sejak yang bersangkutan secara nyata melaksanakan
tugasnya menjadi Calon PNS.
b) Penyampaian DP-3
DP-3 yang telah dibuat dan ditandatangani oleh pejabat penilai
disampaikan kepada pegawai yang dinilai. Pegawai yang dinilai wajib
mencantumkan tanggal penerimaan DP-3 yang diberikan oleh pejabat
penilai.
DP-3 yang diterima dari pejabat penilai kemudian ditandatangani (tidak
ada keberatan unsur penilaian atau ada keberatan terhadap
sebagian/semua unsur penilaian), disampaikan kembali kepada pejabat
penilai selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak tanggal
penerimaan DP-3, yang kemudian oleh pejabat penilai disampaikan
kepada atasan pejabat penilai untuk ditandatangani. DP-3 berlaku sah
setelah mendapat tanda tangan atasan pejabat penilai.

c) Keberatan
(1) Pegawai yang merasa keberatan atas penilaian sebagian atau
seluruh unsur yang dinilai, dapat mengajukan keberatan secara
tertulis pada kolom catatan dan DP-3 tersebut harus
ditandatangani.
Pengajuan keberatan diajukan selambat-lambatnya 14 (empat belas)
hari sejak menerima DP-3 dari pejabat penilai. Pengajuan keberatan
lebih dari waktu tersebut tidak diterima/kadaluarsa.
(2) Keberatan tersebut mendapat tanggapan tertulis dari pejabat
penilai dan kemudian disampaikan kepada atasan pejabat penilai
dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak
menerima keberatan dari pegawai yang dinilai.
(3) Atasan pejabat penilai memeriksa dengan seksama setiap akan
menandatangani DP-3 (yang ada keberatan/yang tidak ada keberatan)
yang diajukan oleh pejabat penilai. Jika alasan dari pejabat penilai
terhadap keberatan penilaian yang diajukan pegawai yang dinilai
masuk akal/wajar dan sesuai dengan data yang ada pada atasan
pejabat penilai, maka nilai tidak diubah dan kemudian ditandatangani.
Apabila keberatan yang diajukan tersebut ternyata benar kurang
adil/kurang wajar dan atasan pejabat penilai ada cukup data untuk
pertimbangan perbaikan, maka DP-3 tersebut diperbaiki dengan
mencoret nilai yarg lama dengan mengganti dengan nilai yang baru
dan diberi paraf, kemuian DP-3 tersebut ditandatangani dan DP-3
berlaku sah.
b. PENGUJIAN KESEHATAN PNS (PP NOMOR 26 TAHUN 1977)

Kedudukan PNS sebagai unsur aparatur negara yang bertugas


memberikan pelayanan kepada masyarakat secaxa profesional, jujur,
adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan,
dan pembangunan sangat membutuhkan kesehatan jasmani dar rohani
yang baik Untuk itulah diperlukan pemeliharaan kesehatan dan
pengujian kesehatan bagi PNS tertentu dan calon PNS untuk menjadi
PNS.
1) Permintaan pengujian kesehatan
Permintaan pengujian kesehatan dilakukan oleh Menteri, Jaksa Agung,
Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non De parte men, Gubernur Kepala Daerah Provinsi,
Bupati/Walikota Pejabat tersebut di atas dengan suatu surat keputusan
dapat menunjuk pejabat di bawahnya serendah-rendahnya Kepala
Kantor untuk mengajukan permintaan pengujian kesehatan.
2) Yang berwenang menguji kesehatan PNS
Yang berwenang menguji kesehatan PNS adalah :
Dokter Penguji Tersendiri;
Team Penguji Kesehaan;
Team Khusus Penguji Kesehatan.
a) Dokter Penguji Tersendiri
Dokter Penguji Tersendiri melakukan pengujian kesehatan terhadap:
 Calon PNS golongan ll/d ke bawah yang akan diangkat menjadi PNS;
 Pelajar atau mahasiswa yang akan menuntut pelajaran dalam ikatan dinas dengan
Pemerintah.
b) Team Penguji Kesehatan
Team Penguji Kesehatan bertugas melakukan pengujian kesehatan terhadap:
 Calon PNS golongan Ill/a ke atas yang akan diangkat menjadi PNS;

 PNS yang:

(a) menurut pendapat pejabat yang berwenang tidak dapat


melanjutkan pekerjaannya karena kesehatannya;
(b) oleh pejabat yang berwenang dianggap memperlihatkan

tanda-tanda suatu penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi


dirinya sendiri atau lingkungan kerjanya;
(c) setelah berakhimya cuti sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku, belum
mampu bekerja kembali;
(d) akan melakukan tugas tertentu di luar negeri;

(e) akar mengikuti pendidikan/latihan tertentu;

(f) akan diangkat dalam jabatan tertentu.


c) Team Khusus Penguji Kesehatan bertugas :
(1) Menguji kesehatan PNS dan tenaga-tenaga lainnya yang bekerja pada
Negara Rl untuk keperluan tertentu yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan;
(2) Memeriksa dan menilai keberatan yang diajukan oleh PNS atau pejabat
yang berwenang atas hasil pengujian kesehatan yang dilakukan oleh
Dokter Penguji Tersendiri atau Tim Penguji Kesehatan;
(3) Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.

3) Hasil pengujian kesehatan


Sebutan hasil pengujian kesehatan dapat berupa :
a) memenuhi syarat untuk semua jenis pekerjaan pada umumnya;
b) memenuhi syarat untuk pekerjaan tertentu;
c) memenuhi syarat untuk jenis pekerjaan sebagai dimaksud dalam angka
I) dan 2);
d) untuk sementara belum memenuhi syarat kesehatan dan memerlukan
pengobatan/perawatan atau ditolak sementara;
e) tidak memenuhi syarat untuk menjalankan tugas sebagai PNS atau
ditolak.
4) Pengajuan keberatan
Keberatan pengujian kesehatan diajukan kepada Menteri Kesehatan
dalam waktu selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hah terhitung mulai
tanggal yang bersangkutan menerima pemberitahuan tertulis hasil
pengujian kesehatan.

5) Jangka waktu berlakunya hasil pengujian kesehatan


Hasil pengujian kesehatan calon PNS/PNS berlaku selama satu tahun
terhitung mulai tanggal dikeluarkannya surat keterangan hasil pengujian
tersebut oleh Dokter Penguji Tersendiri/Tim Khusus Penguji Kesehatan.
5. PENGHARGAAN
PNS YANG TELAH MEMENUHI KEWAJIIBANNYA SEBAGAI
PNS DAN TELAH MEMENUHI SYARAT DITENTUKAN DAPAT
DIBERI PENGHARGAAN/KEPERCAYAAN BERUPA :

* KENAIKAN PANGKAT;
*PENGANGKATAN DALAM JABATAN
STRUKTURAL/FUNGSIONAL;
*SATYA LANCANA KARYA SATYA.
Kenaikan Pangkat
(PP Nomor 99 Tahun 2000 jo. PP Nomor 12 Tahun 2002)

Kenaikan pangkat adalah panghargaan yang diberikan kepada PNS


atas prestasi kerja dan pengabdiannya kepada negara. Jenis kenaikan
pangkat PNS terdiri dari:
1) Kenaikan pangkat reguler

Kenaikan pangkat reguler adalah penghargaan yang diberikan kepada PNS yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan tanpa terikat pada jabatan. Kenaikan pangkat
reguler dapat diberikan setingkat lebih tinggi apabila:
a) sekurang-kurangrrya telah empat tahun dalam pangkat terakhir;
b) setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bemilai "Baik" dalam
dua tahun terakhir;
c) masa kenaikan pangkat adalah 1 April atau 1 Oktober. Untuk PNS yang
pertama kali naik pangkat, masa kerja empat tahun dalam pangkat terakhir
dihitung mulai tanggal yang bersangkutan diangkat menjadi calon PNS.
Kenaikan pangkat reguler diberikan sampai dengan pangkat tertinggi sesuai dengan
ijazah yang dimiliki (Pasal 18 ayat (1) PP Nomor 99 Tahun 2000) sebagai berikut: PNS
yang memiliki:
NO. Ijazah/STTB NO. Kenaikan PangkatTertinggi
1. SD 1. PengaturMuda (Gol. Il/a)
2. SLTP 2. Pengatur (Gol. Il/c)
3. SLTP Kejuruan Tingkat Pertama 3. PengaturTk.l(ll/d)
4. SUA, Sekolah Lanjutan Kejuruan 4. Penata Muda Tk.l (Gol. Ill/b)
Tingkat Atas 3 th/4 th, Diploma l/ll
5. SGPLB, Diploma III, Sarjana Muda, 5. Penata (Gol.lll/c)
Akademi/Bakaloreat
6. Sarjana/Diploma IV 6. Penata Tk.l (Gol. Ill/d)
7. Dokter, Apoteker, dan Magister (S2) 7. Pembina (Gol. IV/a)
atau ijazah lain yang setara
8. Doktor (S3) 8. Pembina Tk.l (Gol. IV/b)
2) Kenaikan Pangkat Pilihan
Kenaikan pangkat pilihan adalah kepercayaan dan penghargaan yang
diberikan kepada PNS atas prestasi kerjanya yang tinggi.
Masa kenaikan pangkatnya adalah 1 April dan 1 Oktober.
Kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada PNS yang:
a) menduduki jabafan struktural atau fungsional tertentu;
b) menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan
dengan Keputusan Presiden;
c) menunjukkan prestasi kerja yang luar biasa baiknya;
d) menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara;
e) diangkat menjadi pejabat negara;
f) memperoleh surat tanda tamat belajar/ijazah;
g) melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan struktural
atau jabatan fungsional;
h) telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar;
i) dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induknya
yang diangkat dalam jabatan pimpinan atau jabatan fungsional tertentu.
a) Kenaikan pangkat pilihan bagi PNS yang menduduki jabatan
struktural/fungsional
Dalam jabatan struktural ditentukan pangkat terendah dan pangkat
tertinggi untuk jabatan tersebut. Pangkat PNS yang menduduki
jabatan tersebut sekurang-kurangnya satu tingkat di bawah
pangkat terendah yang disebut Pejabat (Pj.). Untuk jelasnya dapatdilihat
pada kolom di bawah ini:
No. Ese Satu Tingkat di Bawah No. Pangkat/Golongan No. Pangkat/Golongan
Ion Pangkat/Gol. Terendah Terendah Tertinggi
1. l.a Pembina Utama Muda (Gol.lV/c) 1. Pembina Utama Madya (Gol.IV/d) 1. Pembina Utama (Gol. IV/e) Pembina
2. l.b Pembina Tk.l (Gol. IV/b) Pembina 2. Pembina Utama Muda (Gol. IV/c) 2. Utama (Gol. IV/e) Pembina Utama
3. ll.a Tk.l (Gol. IV/b) Pembina (Gol. IV/a) 3. Pembina Utama Muda (Gol. IV/c) 3. Madya (Gol.IV/d) Pembina Utama
4. ll.b 4. Pembina Tk.l (Gol. IV/b) 4. Muda (Gol. IV/c)
5. III.a Penata Tk.l (Gol. Ill/d) 5. Pembina (Gol. IV/a) 5. Pembina Tk.l (Gol. IV/b)
6. lll.b Penata (Gol. Ill/c) 6. Penata Tk.l (Gol. Ill/d) 6. Pembina (Gol. IV/a)
7. IV.a Penata Muda Tk.l (Gol. Ill/b) 7. Penata (Gol. Ill/c) 7. Penata Tk.l (Gol. Ill/d)
8. IV.b Penata Muda (Gol. Ill/a) 8. Penata Muda Tk.l (Gol. Ill/b) 8. Penata (Gol. Ill/c)
9. V.a Pengatur Tk.l (Gol. Il/d) 9. Penata Muda (Gol. Ill/a) 9. Penata Muda Tk.l (Gol. Ill/b)
(1) Kenaikan pangkat bagi PNS yang diangkat dalam jabatan struktural
yang pangkatnya masih satu tingkat di bawah pangkat terendah
dapat diberikan apabila:
 telah satu tahun dalam pangkat dan sekurang-kurangnya satu
tahun dalam jabatan;
 nilai pelaksanaan pekerjaan setiap unsur "Baik" dalam dua tahun
terakhir.
(2) Kenaikan pangkat tertinggi bagi PNS yang menduduki jabatan
struktural diberikan apabila :
- telah empat tahun dalam pangkat terakhir;

- nilai pelaksanaan pekerjaan setiap unsur "Baik" dalam dua tahun


terakhir.
(3) Kenaikan pangkat bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional
diberikan apabila:
∏ telah mencapai angka kredit yang ditentukan;

∏ nilai pelaksanaan pekerjaan setiap unsur "Baik" dalam dua


tahun terakhir.
b) Kenaikan pangkat pilihan bagi PNS yg menunjukkan prestasi kerja yang
luar biasa baiknya
Pernyataan prestasi kerja yang luar biasa baiknya harus dinyatakan oleh
Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi
Negara, dan Iain-Iain sehingga mereka menjadi teladan bagi pegawai
lainnya. Yang dimaksud dengan prestasi yarg luar biasa baiknya adalah
prestasi yang menonjol dan secara nyata diakui oleh lingkungan
kerjanya
PNS yarg rnenunjukkan prestasi kerja yang luar biasa baiknya selama
satu tahun terakhir, dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi tanpa
terikat pada jenjang pangkat apabila:
 sekurang-kurangrrya telah satu tahun dalam pangkat terakhir
 setiap unsur penilaian prestasi kerja/pelaksanaan pekerjaan "Baik" dalam satu
tahun terakhir.
c) Kenaikan pangkat pilihan bagi PNS menemukan penemuan baru
yang bermanfaat bagi negara.

PNS yang menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara


dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi tanpa terikat jenjang
pangkat apabila:
 sekurang-kurangnya telah satu tahun dalam pangkat terakhir;

 setiap unsur penilaian prestasi kerja/pelaksanaan pekerjaan "Baik"


dalam satu tahun terakhir.

Keterangan/pernyataan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara


diberikan oleh pejabat terkait yaitu Lembaga llmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) berdasar ketentuan yang diatur dalam Keputusan
Presiden.
d) Kenaikan pangkat pilihan bagi PNS yang msnperoleh surat tanda tamat
belajar/ijazah.
Dalam ketentuan tersebut diatur mengenai PNS yang memperoleh :
No. STTB/lajzah No. Pangkat/Golongan No. Dapat Dinaikkan Menjadi
Pangkat/Golongan
1. SLTP atau yang setingkat 1. Juru Muda (l/a) 1. Juru (l/c)
2. SLTA, DI atau yang setingkat 2. Juru Tk.l (ll/d ke bawah) 2. Pengatur Muda (ll/a)
3. SGPLBatauDII 3. Pengatur Muda (ll/a) 3. Pengatur Muda Tk.l (ll/b)
4. Sarmud, Akademi atau DIM 4. Pengatur Muda Tk.l (ll/b) ke bawah 4. Pengatur (ll/c)
5. Sarjana /DIV 5. Pengatur Tk.l (ll/d ke bawah) 5. Penata Muda (Ill/a)
6. Dokter, Apoteker, dan Magister 6. Penata Muda (Ill/a) ke bawah 6. Penata Muda Tk.l (lll/b)
(S2) setingkat
7. 7. Penata Muda Tk.l (lll/b) ke bawah 7. Penata (lll/c)

Kenaikan pangkat tersebut diberikan apabila:


- Diangkat dalam jabatan/diberi tugas yang memerlukan
pengetahuan/keahlian yang sesuai dengan ijazah yang diperoleh;
- setiap unsur penilaian pelaksanaan/prestasi kerja bernilai "Baik"
dalam satu tahun terakhir;
- memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan bagi yang
menduduki jabatan fungsional tertentu;
- sekurang-kurangnya telah satu tahun dalam pangkat terakhir.
e) Kenaikan pangkat bagi PNS yang mengikuti dan lulus tugas
belajar
KP dapat diberikan apabila :
 sekurang-kurangnya telah 1 tahun dalam pangkat terakhir;
 setiap unsur DP3 bernilai baik dalam 1 tahun terakhir

Untuk jelasnya lihat Tabel di bawah ini:

No. STTB/ljazah No. Pangkat/Golongan


yang Lama No. Penyesuaian
Diperoleh
1. SPGLB/DII 1. Pengatur Muda (ll/a ke bawah 1. Pengatur Muda Tk.l (ll/b)
2. Sarmud, Akademi atau Dill 2. Pengatur Muda Tk.l (ll/b) ke bawah 2. Pengatur (ll/c) Penata
3. Sarjana (S1)/DIV 3. Pengatur Tk.l (ll/d) ke bawah Penata 3. Muda (Ill/a) Penata Muda
4. Dokter, Apoteker, Magister (S2) 4. Muda (Ill/a) ke bawah Penata Muda 4. Tk.l (lll/b) Penata (lll/c)
5. Doktor (S3) 5. Tk.l (lll/b) ke bawah 5.
3) Kenaikan pangkat anumerta
Kenaikan pangkat anumerta setingkat lebih tinggi diberikan kepada PNS
yang tewas pada tanggal yang bersangkutan dinyatakan tewas. Calon PNS
yang tewas, diangkat sebagai PNS pada awal bulan yang bersangkutan
dinyatakan tewas dan diberikan kenaikan pangkat anumerta setingkat lebih
tinggi pada tanggal yang bersangkutan dinyatakan tewas.

4) Kenaikan pangkat pengabdian


Kenaikan pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi diberikan kepada PNS
yang meninggal dunia atau akan diberhentikan dengan hormat dengan hak
pensiun karena mencapai batas usia pensiun, apabila :
a) memiliki masa kerja sebagai PNS selama:
(1) sekurang-kurangnya 30 tahun secara terus-menerus dan sekurang-kurangnya
telah satu bulan dalam pangkat terakhir;
(2) sekurang-kurangnya 20 tahun secara terus-menerus dan sekurang-kurangnya
telah satu tahun dalam pangkat terakhir;
(3) sekurang-kurangnya 10 tahun secara terus-menerus dan sekurang-kurangnya
telah dua tahun dalam pangkat terakhir;
b) setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan/prestasi
kerja sekurang-kurangnya bemilai "Baik" dalam satu
tahun terakhir;
 tanggal PNS yarg bersangkutan meninggal dunia;
 tanggal satu pada bulan PNS yarg bersangkutan
diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun
atau pada tanggal 1 bulan lahir PNS yang
bersangkutan.
Kenaikan pangkat pengabdian diberikan juga kepada PNS yang cacad
karena dinas dan tidak dapat bekerja kembali dalam semua jabatan negeri
berdasar Keputusan Team Penguji Kesehatan. Kenaikan pangkat pengabdian
diberikan pada tanggal yang bersangkutan dinyatakan cacad karena dinas
dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri.
Demikian juga kepada calon PNS yang cacad karena dinas dan tidak dapat
bekerja kembali dalam semua jabatan negeri berdasar Keputusan Team
Penguji Kesehatan berhak atas kenaikan pangkat pengabdian. Proses
kenaikan pangkat pengabdiannya adalah pada tanggal satu bulan calon PNS
dinyatakan cacad karena dinas diangkat sebagai PNS dan pada tanggal yang
bersangkutan dinyatakan cacad karena dinas dan tidak dapat bekerja
kembali dalam semua jabatan negeri diberikan kenaikan pangkat
pengabdian.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemberian kenaikan pangkat


pengabdian bagi PNS yang meninggal dunia atau akan diberhentikan dengan
hormat dengan hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun tidak berlaku
bagi PNS yang akan diberikan kenaikan pangkat pengabdian karena
menderita cacad karena dinas dan tidak dapat bekerja kembali dalam semua
jabatan negeri.
UJIAN DINAS
Ujian Dinas Tingkat I
Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat Pengatur Tkl (Gol.ll/d) yang akan
naik pangkat menjadi Penata Muda (Gol.III/a) harus mengikuti Ujian Dinas
Tk.l

Ujian Dinas Tingkat II


Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat Penata Tk. l (III/d) yg akan
naik pangkat menjadi Pembina (Gol. IV/a) harus mengikuti Ujian
DinasTk. II.
Pembebasan dari Ujian Dinas
Kepada Pegawai Negeri Sipil tersebut di bawah ini dibebaskan dari
Ujian Dinas karena:
o akan diberikan kenaikan pangkat karena telah menunjukkan prestasi yang
luar biasa baiknya
o akan diberikan kenaikan pangkat karena menemukan penemuan baru yang
bermanfaat bagi negara
o akan diberikan kenaikan pangkat pengabdian;
o telah memperoleh Ijazah Sarjana (SI) atau Diploma IV (DIV) untuk Ujian
Dinas Tk.l;
o telah memperoleh Ijazah Magister (S2), Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker untuk
Ujian Dinas Tk.ll.
Pengangkatan dalam jabatan struktural
(PP Nomor 101 Tahun 2000/O PP Nomor 13 Tahun 2002)

Setiap PNS yang telah memenuhi syarat pangkat, pendidikaan, penilaian


pelaksanaan pekerjaan/prestasi kerja, kompetensi jabatan, dan sehat
jasmani dan rohani dapat diangkat dalam jabatan struktural.
Adapun jabatan struktural adalah suatu kedudukan yarg menunjukkan
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang PNS dalam
memimpin suatu satuan organisasi negara.
Sedang jabatan struktural itu bertingkat/berjenjang yang disebut Eselon.
Contoh:

Eselon l.a Eselon ll.a Eselon lll.a Eselon IV.a


1. SekretarisJenderal 1. Kepala Biro 1. Kepala Bagian 1. Kepala Subbagian
2. DirekturJenderal 2. Kepala Pusat 2. Kepala Bidang 2. Kepala Subbidang
3. Kepala/Ketua Badan 3. Direktur 3. Kepala Subdirektorat 3. Kepala Seksi
4. InspekturJenderal 4. Kepala Kanwil 4. Kepala Kantor
Pelayanan
5. Sekretaris Ditjen/ 5. Kepala Balai Diklat
Itjen/Badan
Jabatan Fungsional (Diatur dalam PP Nomor 16 Tahun 1994)

Yang dimaksud dengan jabatan fungsional adalah kedudukan yang


menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang PNS
dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya
didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat
mandiri.
Jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional keahlian dan jabatan
fungsional keterampilan.
• jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional kualifikasi profesional
yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang keahliannya.
• jabatan fungsional ketrampilan adalah jabatan fungsional kualifikasi teknisi
atau penunjang profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya
mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis di satu bidang ilmu
pengetahuan atau lebih
Tanda Kehormatan Satya Lancana Karya Satya

 Tanda kehormatan Satya Lancana Karya Satya diadakan dengan


tujuan untuk memberi penghargaan kepada PNS yang dalam waktu
yang lama sekali setia terhadap Pancasila UUD 1945, Negara dan
Pemerintah serta pengabdian, kejujuran, kecakapan, dan disiplin
sehingga dapat dijadikan teladan bagi pegawai lainnya Hal tersebut
sejiwa dengan kewajiban pertama seorang PNS menurut Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 tertang Pokok-pokok Kepegawain yang
berbunyi "Pegawai Negeri wajib setia dan taat kepada Parcasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah serta wajib
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia"'.

 Tanda Kehormatan Satya Lancana Karya Satya diatur dalam


Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1994 dan
penganugerahannya tidak didasarkan atas tinggi-rendahnya
pangkat/golongan PNS tetapi didasarkan atas lamanya masa kerja
sebagai pegawai pada Pemerintah Republik Indonesia.
1) Macam dan wama SATYA LANCANA KARYA SATYA
SATYA LANCANA KARYA SATYA sepuluh tahun berwarna perunggu.
SATYA LANCANA KARYA SATYA dua puluh tahun berwarna perak.
SATYA LANCANA KARYA SATYA tiga puluh tahun berwarna emas.
2) Penganugerahan SATYA LANCANA KARYA SATYA kepada PNS
ditetapkan dengan Keputusan Presiden setelah mendapat
pertimbangan dari Dewan Tanda-tanda Kehormatan Republik
Indonesia. Penganugerahan tersebut disertai dengan pernberian
Piagam Tanda Kehormatan yang ditandatangani Presiden.
3) Syarat-syarat untuk mendapat SATYA LANCANA KARYA SATYA
kepada PNS yang diusulkan untuk mendapat tanda kehormatan
SATYA LANCANA KARYA SATYA harus memenuhi syarat-syarat:
 Dalam melaksanakan tugasnya telah menunjukkan kesetiaan pengabdian,
kecakapan, kejujuran, disiplin, dan dapat dijadikan teladan bagi pegawai
lainnya;
 Selama bekerja pada point a) tersebut di atas tidak pernah dijatuhi tingkat
hukuman disiplin sedang atau tingkat hukuman disiplin berat;
 Telah bekerja secara terus-menerus pada Pemerintah Republik Indonesia;
(1) Sekurang-kurangnya sepuluh tahun untuk diberikan SATYA LANCANA KARYA
SATYA sepuluh tahun;
(2) Sekurang-kurangnya dua puluh tahun untuk diberikan SATYA LANCANA KARYA
SATYA dua puluh tahun.
(3) Sekurang-kurangnya tiga puluh tahun untuk diberikan SATYA LANCANA KARYA
SATYA tiga puluh tahun.
4) Pencabutan hak memakai SATYA LANCANA KARYA SATYA
 Kepada PNS yang dianugerahkan SATYA LANCANA KARYA SATYA ternyata
di kemudian hari karena sesuatu dan lain hal dijatuhi tingkat hukuman
disiplin berat jenis pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai
negeri sipil dicabut hak memakai SATYA LANCANA KARYA SATYA yarg
telah dianugerahkan kepada yang bersangkutan.
 Pencabutan tersebut di atas ditetapkan dengan Keputusan Presiden setelah
mendapat pertimbangan dari Dewan Tanda-tanda Kehormatan Republik
Indonesia alas usul dari pimpinan instansi yang bersangkutan.
6. PEMBERHENTIAN PNS
Pemberhentian dalam lingkup PNS menurut ketentuan yang berlaku terdiri dari:
a. Pemberhentian sebagai pegawai negeri sipil;
b. Pemberhentian dari jabatan negeri;
c. Pemberhentian sementara.

a. Pemberhentian sebagai pegawai negeri sipil


Pemberhentian sebagai pegawai negeri sipil mengakibatkan hilangnya status
pegawai negeri sipil.
Pemberhentian PNS diatur dalam pasal 23 Undang-Undang Nomor 43 Tahun
1999 sebagai berikut:
1} PNS diberhentikan dengan hormat karena meninggai dunia.
2) PNS dapat diberhentikan dengan hormat karena:
- atas permintaan sendiri;
- mencapai batas usia pensiun;
- perampingan organisasi pemerintah; atau
- tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan
kewajiban sebagai PNS.
3) PNS dapat diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
atau tidak dengan hormat karena :
 dihukum penjara berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan
yang ancaman hukumannya 4 (empat) tahun atau lebih; atau
 melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.

4) PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:


 melanggar sumpah/janji PNS dan sumpah/janji jabatan karena tidak setia
kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah;
 melakukan penyelewengan terhadap ideologi Negara, Pancasila, UUD
1945 atau terhbat dalam kegiatan yang menentang Negara dan
Pemerintah; atau
5) PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan karena:
 melanggar sumpah/janji PNS dan sumpah/janji jabatan selain
pelanggaran sumpah/janji PNS dan sumpah/janji jabatan karena tidak
setia kepada Pancasila, UUD 1 945, Negara dan Pemerintah; atau
 dihukum penjara atau kurungan berdasarkar putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak
pidana kejahatan yang ancaman hukumannya kurang dari 4 (empat)
tahun.
 Predikat pemberhentian PNS seperti tersebut di atas ada dengan sebutan
"dengan hormat" ada juga dengan sebutan "tidak dengan hormat".
 Apabila PNS tersebut diberhentikan dengan sebutan "dengan hormat", maka
kepada yang bersangkutan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Contoh : jika memenuhi syarat usia dan masa kerja yang ditentukan
untuk pensiun yang bersangkutan diberikan pensiun, atau jika saat
pemberhentiannya masih muda, dapat melamar menjadi pegawai negeri
di instansi yang lain.
 Akan tetapi jika PNS diberhentikan dengan sebutan "tidak dengan hormat",
maka hak-hak kepegawaian tersebut di atas tidak diberikan, bahkan untuk
melamar pekerjaan di kantor swasta akan sulit diterima. Pembahasan PNS
yang diberhentikan sebagai tersebut pada butir 1) s.d. 5) akan diuraikan
sekaligus dengan pensiun pegawai, pensiun janda/duda
b. Pemberhentian dari jabatan negeri
 PNS yarg diberhentikan dari jabatan negeri (jabatan dalam bidang eksekutif),
status pegawai negeri sipil yang bersangkutan tidak hilang. Contoh : PNS
diberhentikan dengan hormat dari jabatan negeri dengan hak uang tunggu karena
kelebihan tenaga di instansi yang bersangkutan. Kemudian karena tersedia formasi
dan tenaganya masih dibutuhkan di instansinya, maka yang bersangkutan
diangkat kembali dalam iabatan negeri di instansinya.

c. Pemberhentian sementara
 PNS yang dikenakan tahanan oleh pejabat yang berwajib karena disangka telah
melakukan tindak pidana kejahatan sampai mendapat putusan porgadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dikenakan pemberhentian
sementara. Pemberhentian sementara tersebut adalah pemberhentian
sementara dari jabatan negeri, bukan pemberhentian sementara sebagai PNS.
 Menurut PP Nomor 4 Tahun 1966, kepada PNS yang dikenakan pemberhentian
sementara besarnya bagian gaji yang diberikan adatah : 50% (lima puluh persen)
dari gaji pokok apabila bukti-bukti pelanggaran yang didakwakan cukup
menyakinkan, diberikan 75% (tujuh puluh lima persen) apabila bukti-bukti yang
didakwakan belum cukup meyakinkan.
 Apabila pemeriksaan yang berwajib telah selesai atau telah ada
keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap
dan ternyata bahwa PNS yang bersangkutan tidak bersalah, maka
PNS tersebut harus direhabilitasi dan kekurangan gaji selama
diberhentikan sementara segera dimintakan pembayarannya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Jika ternyata bersalah, maka yarg
bersangkutan diberhentikan sebagai PNS dengan sebutan "dengan
horrnat" atau "tidak dengan horrnat" menurut pertimbangan
kesalahan yang bersangkutan dan gaji yang telah dibayarkan tidak
dipungut kembali.
7. PEMBAHASAN PEMBERHENTIAN PNS, PENSIUN
PEGAWAI, DAN PENSIUN JANDA/DUDA

a. PEMBERHENTIAN PNS (PP NOMOR 32 TAHUN 1979)

 PNS diberhentikan dengan horrnat sebagai PNS karena meninggal dunia.


Jika PNS tersebut telah beristeri/bersuami, maka kepada isterinya diberikan
pensiun janda dan kepada suami diberikan pensiun duda.

 PNS diberhentikan dengan homat karena:


a) Atas permintaan sendiri
 PNS yang meminta berhenti sebagai PNS diberhentikan dengan horrnat
sebagai PNS terhitung mulai akhir bulan dari yag bersangkutan meminta
berhenti. Permohonan berhenti dapat ditunda untuk paling lama satu tahun.
Permohonan berhenti ditolak, apabila masih terikat dalam perjanjian ikatan
dinas. PNS yang meminta berhenti dan memenuhi syarat usia sekurang-
kurangnya 50 tahun dan masa kerja sekurang-kurangnya 20 tahun
diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun.
b) Mencapai batas usia pensiun
 Pada dasamya batas usia pensiun PNS adalah 56 tahun, kecuali bagi PNS
yang menduduki jabatan tertentu, batas usia pensiun tersebut dapat
diperpanjang. Kepada PNS yang mencapai batas usia pensiun dan memenuhi
syarat usia 56 tahun dan masa kerja sekurang-kurangnya 10 tahun,
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun.
c) Perampingan organisasi pemerintah
 Perampingan organisasi pemerintah/penyederhanaan organisasi pemerintah
akan mengakibatkan kelebihan tenaga di organisasi pemerintah. Bagi PNS
yang termasuk/terkena dalam perampingan organisasi pemerintah dianggap
sebagai tenaga kelebihan dan yang bersangkutan diberhentikan dengan
hormat dari jabatan negeri dengan ketentuan:
 Jika telah berusia sekurang-kurangnya 50 tahun dan masa kerja 10 tahun
langsung diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun.
 Jika belum berusia kurang dari 50 tahun dan memiliki masa kerja 10 tahun
diberhentikan dengan hormat dari jabatan negeri dengan hak uang tunggu
selama-lamanya 5 tahun dan diberikan pensiun pada saat yang bersangkutan
berusia 50 tahun.
 Jika belum berusia 50 tahun dan memiliki masa kerja kurarg dari 10 tahun
diberhentikan dengan hormat dari jabatan negeri dengan hak uang tunggu
selama-lamanya 5 tahun dan diberikan
 pensiun pada saat yang bersangkutan berusia 50 tahun dan memiliki masa
kerja 10 tahun. (4) Jika telah diberikan uang tunggu selama-lammya 5 tahun
dan jumlah masa kerjanya temyata kurang dari 10 tahun diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS tanpa hak pensiun. Besarnya uang tunggu tahun
pertama adalah 80% x gaji pokok terakhir dan untuk tahun kedua sampai
dengan kelima adalah 75% x gaji pokok terakhir. Uang tunggu tersebut
masih ditambah tunjangan pangan dan tunjangan keluarga serta yang
bersangkutan masih berhak atas kenaikan gaji berkala karena statusnya masih
PNS. Jika tersedia formasi bagi PNS yang menerima uang tunggu dapat
dipekerjakan kembali dalam jabatan negeri dan yang menolak dipekerjakan
kembali diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.
d) Tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan
kewajiban sebagai PNS.
 Kecelakaan setiap saat dapat menimpa manusia, tidak terkecuali Calon
PNS/PNS. Bagi Calon PNS/PNS yang mendapat kecelakaan karena dinas, dan
yang bersangkutan oleh Team Penguji Kesehatan dinyatakan tidak cakap
jasmani atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai
PNS diperlakukan sebagai berikut:
 Bagi Calon PNS diangkat sebagai PNS pada tanggal satu bulan Calon PNS
dinyatakan cacad karena dinas. Kemudian diberikan kenaikan pangkat
pengabdian pada tanggal yang bersangkutan dinyatakan cacad dan akhir
bulan yang bersangkutan dinyatakan cacad diberhentikan dengan hormat
dengan hak pensiun. Di samping pensiun yang bersangkutan berhak atas
tunjangan cacad.
 Bagi PNS diberikan kenaikan pangkat pengabdian pada tanggal yang
bersangkutan dinyatakan cacad dan akhir bulan yang bersangkutan
dinyatakan cacad diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun. Oi
samping pensiun, yang bersangkutan berhak atas tunjangan cacad.
 Bagi Calon PNS/PNS yang mendapat kecelakaan tidak karena dinas dan yang
bersangkutan oleh Team Penguji Kesehatan dinyatakan tidak cakap jasmani
atau rohani sehingga tidak dapat menjaiankan kewajiban sebagai PNS
diperlakukan sebagai berikut:
 Bagi Calon PNS diberhentikan dengan hormat sebagai Calon PNS pada akhir
bulan yang bersangkutan dinyatakan cacad.
 Bagi PNS diberhentikan dengan hormat sebagai PNS pada akhir bulan yang
bersangkutan dinyatakan cacad dengan diberi hak pensiun apabila telah
memiliki masa kerja 4 tahun.
 Apabila belum mempunyai masa kerja 4 tahun, diberhentikan dengan
hormat dari jabatan negeri dengan hak uang tunggu pada akhir bulan yang
bersangkutan dinyatakan cacad. Lamanya uang tunggu adalah kurang dari 4
tahun (4 tahun dikurangi masa kerja yang telah dimiliki yang bersangkutan).
e) Pemberhentian dengan hormat sebagai PNS dan pemberhentian
tidak dengan hormat sebagai PNS karena melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

(1) Pemberhentian dengan hormat sebagai PNS karena melanggar


peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Apabila PNS melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, kemudian
diberhentikan dengan hormat, maka kepada yang bersangkutan diberikan hak-hak
kepegawaian, di antaranya pensiun apabila memenuhi syarat usia sekurang-
kurangnya 50 tahun dan masa kerja sekurang-kurangnya 20 tahun.
(2) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS
 Kepada PNS yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS tidak diberikan
hak-hak kepegawaian, diantaranya pensiun.
f) Pemberhentian karena meninggalkan tugas

 PNS yang meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu 2 bulan
terus-menerus diberhentikan pembayaran gajinya mulai bulan ketiga.
 Apabila meninggalkan tugasnya secara tidak sah lebih dari 2 bulan tetapi
kurang dari 6 bulan melaporkan diri kepada pimpinan instansinya, maka ia
dapat ditugaskan kembali jika ada alasan-alasan yang dapat diterima. Kalau
ketidakhadirannya itu adalah kelalaiannya sendiri, dan menurut pendapat
pejabat yang berwenang akan mengganggu suasana kerja kalau ia ditugaskan
kembali, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai PNS. PNS yang
meninggalkm tugas secara tidak sah terus-menerus selama 6 bulan
diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS.
g) Pemberhentian karena hilang

 PNS yang hilang dianggap telah meninggal dunia pada akhir bulan ke-12
sejak yang bersangkutan hilang. Berdasarkan berita acara atau surat
keterangan dari pejabat yang berwajib, maka pejabat yang berwenang
membuat surat pemyataan hilang. Surat pernyataan hilang itu dibuat
selambat-lambatnya akhir bulan ke-2 sejak yang bersangkutan hilang.
 Pejabat yang membuat adalah Menteri yang memimpin departemen atau
pejabat yang ditunjuk olehnya.
 PNS yang telah dinyatakan hilang yang sebelum melewati masa 12 bulan
ditemukan kembali, masih hidup dan sehat, dipekerjakan kembali sebagai
PNS.
PNS yarg telah dinyatakan hilang ymg belum melewati masa 12 bulan
ditemukan kembali dan dinyatakan cacad, diperlakukan sebagai
berikut:
 diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun apabila
telah memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun;
 apabila hilangnya dan cacadnya itu disebabkan dalam dan oleh karena
ia menjalankan kewajiban jabatannya, maka ia diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun tanpa memandang masa
kerja.

PNS yang telah dinyatakan hilang ditemukan kembali setelah melewati


masa 12 bulan diperlakukan sebagai berikut:
 apabila ia masih sehat, dipekerjakan kembali;
 apabila tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri berdasarkan
surat keterangan Team Penguji Kesehatan, diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS dengan mendapat hak-hak kepegawaian sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
h) Pemberhentian karena sebab-sebab lain
 PNS yang tidak melaporkan diri kembali kepada instansi induknya setelah
habis menjalankan cuti di luar tanggungan negara, diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS. PNS yang terlambat melaporkan diri kembali kepada
instansi induknya setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan negara,
diperlakukan hal-hal sebagai berikut:
 Apabila keterlambatan melaporkan diri itu kurang dari 6 bulan, maka
PNS yang bersangkutan dapat dipekerjakan kembali apabila alasan-alasan
tentang keterlambatan melaporkan diri itu dapat diterima oleh pejabat
yang berwenang.
 Apabila keterlambatan melaporkan diri itu kurang dari 6 bulan, tetapi
alasan-alasan tentang keterlambatan melaporkan diri itu tidak dapat
diterima oleh pejabat yang berwenang, maka PNS yang bersangkutan
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.
 Apabila keterlambatan melaporkan diri itu lebih dari 6 bulan, maka PNS
yang bersangkutan harus diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.
b. PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA/DUDA
PEGAWAI (UU NOMOR 11TAHUN 1969)

 Pensiun pegawai dan pensiun janda/duda menurut Undang-Undang Nomor


11 Tahun 1969 diberikan sebagai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan
atas jasa-jasa pegawai negeri selama bertahun-tahun bekerja dalam dinas
Pemerintah. Oleh karena itu pemberhentian sebagai PNS harus dengan
sebutan "dengan hormat" dan untuk dapat diberikan pensiun harus
memenuhi syarat usia dan masa kerja.

1) PENSIUN PEGAWAI
a) Pensiun pegawai secara normal harus memenuhi 3 (tiga) syarat, yaitu
 berusia sekurang-kurangnya 50 tahun, memiliki masa kerja pensiun
sekurang-kurangnya 20 tahun, dan telah diberhentikan dengan hormat
sebagai pegawai negeri.
 Besarya pensiun pokok pegawai sebulan adalah 2 Vi % dari dasar
pensiun/gaji pokok untuk tiap-tiap tahun masa kerja. Pensiun pokok
pegawai sebulan adalah sebanyak-banyaknya 75% dan sekurang-
kurangnya 40% dari dasar pensiun. Pensiun pokok pegawai sebulan
tidak boleh kurang dari gaji pokok terendah menurut peraturan
pemerintah tentang gaji dan pangkat yang berlaku bagi pegawai negeri
yang bersangkutan
 Pensiun karena mencapai batas usia pensiun syarat usia 56 tahun dan masa
kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun. Dalam hal ini pensiun
pokok yang bersangkutan adalah 40% dari dasar pensiun/gaji pokok
terakhir.
 Pensiun karena tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankan kewajiban sebagai PNS.
 PNS yang tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankan kewajiban sebagai PNS dapat terjadi dalam keadaan:
(I) sedang dalam menjalankan tugas kewajiban sebagai PNS yang disebut
kecelakaan karena dinas. Pensiun kepada yang bersangkutan tidak
mensyaratkan usia dan masa kerja. Besamya pensiun pokok pegawai
tersebut adalah 75% dari dasar pensiun/gaji pokok terakhir.
(2) tidak dalam menjalankan tugas kewajiban sebagai PNS yang disebut
kecelakaan tidak karena dinas. Pensiun kepada yang bersangkutan
mensyaratkan masa kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 4 tahun dan
tidak mensyaratkan usia. Besamya pensiun pokok pegawai tersebut
adalah 40% dari dasar pensiun/gaji pokok terakhir.
 Di samping diberikan pansiun pokok, kepada pensiun pegawai diberikan
pula tunjangan keluarga dan tunjangan pangan serta tunjangan lain yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
d) Mulai berlakunya pensiun pegawai negeri sipil
 Pensiun pegawai mulai berlaku bulan berikutnya pegawai yang bersangkutan
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS. Bagi PNS yang diberhentikan
dengan hormat dari jabatan negeri dengan hak uang tunggu selama-lamanya
5 tahun dan pada akhir uang tunggu belum berusia 50 tahun, maka
pensiunnya diberikan pada bulan berikutnya dari saat yang bersangkutan
berusia 50 tahun.

e) Berakhimya pensiun pegawai negeri sipil


 Pensiun pegawai berakhir pada akhir bulan penerima pensiun pegawai
tersebut meninggal dunia.
2) PENSIUN JANDA/DUDA

a) Hak atas Pensiun Janda/Duda

 Apabila PNS atau penerima pensiun pegawai meninggal dunia, maka isteri
(isteri-isteri)nya untuk PNS pria atau suaminya untuk PNS wanita, yang
sebelumnya telah terdaftar pada Badan Kepegawaian Negara berhak
menerima pensiun janda atau pensiun duda.
 Apabila PNS/pensiunan PNS pria beristeri lebih dari seorang dan belum
pernah mendaftarkan isteri (isteri-isteri)-nya yang berhak menerima pensiun
janda/bagian janda, maka pensiun janda diberikan kepada isteri yang terlama
dinikahinya dan tidak pemah terputus-putus dinikahinya.
 Apabila PNS atau penerima pensiun pegawai meninggal dunia, sedangkan
ia tidak mempurryai isteri/suami lagi yang berhak untuk menerima pensiun
janda/duda atau bagian pensiun janda, maka:
 pensiun janda diberikan kepada anak/anak-anaknya, apabila hanya
terdapat satu golongan anak yang seayah-seibu.
 satu bagian pensiun janda diberikan kepada masing-masing golongan
anak yang seayah-seibu.
 pensiun duda diberikan kepada anak/anak-anaknya.

 Kepada anak (anak-anak) yang ayah dan ibunya berkedudukan sebagai


PNS dan kedua-duanya meninggal dunia, diberikan satu pensiun janda,
bagian pensiun janda atau pensiun duda atas dasar yang lebih
menguntungkan.
 Anak (anak-anak) yang berhak menerima pensiun janda atau bagian
pensiun janda menurut ketentuan-ketentuan tersebut di atas ialah anak
(anak-anak) yang pada waktu PNS atau penerima pensiun PNS meninggal
dunia:
 belum mencapai usia 25 tahun; atau

 tidak mempunyai penghasilan sendiri; atau


 belum nikah atau belum pemah menikah.

 Anak yang dilahirkan dalam batas waktu 300 hari setelah PNS atau
penerima pensiun PNS meninggal dunia berhak atas pensiun
janda/bagian pensiun janda dan diberikan mulai bulan berikutnya tanggal
kelahiran anak itu.
 (7) Apabila PNS tewas dan tidak meninggalkan isteri/suami ataupun anak,
rnaka 20% (dua puluh persen) dari pensiun janda/duda diberikan kepada
orang tua. Jika kedua orang tua telah bercerai, maka kepada masing-
masing diberikan separuh dari 20% tersebut di atas.
b) Berlakunya pensiun janda/duda/bagian pensiun janda
Pensiun janda/duda atau bagian pensiun janda diberikan mulai bulan
berikutnya PNS atau pensiun PNS meninggal dunia.

c) Besarnya pensiun janda/duda


(1) Janda/duda wafat
 Besarnya pensiun janda/duda PNS yang wafat adalah 36% (tiga puluh enam
persen) dari dasar pensiun/gaji pokok terakhir. Apabila PNS pria semasa
hidup mempunyai lebih dari seorang isteri yang berhak menerima pensiun
janda, maka 36% dibagi rata antara isteri-isteri itu.
 Jumlah 36% dari gaji pokok terakhir tidak boleh kurang dari 75% dari gaji
pokok terendah menurut peraturan pemerintah tentang gaji dan pangkat
PNS yang berlaku bagi almarhum suami/isterinya.
(2) Janda/duda tewas
 Besarnya pensiun janda/duda PNS yang tewas adalah 72% (tujuh puluh dua
persen) dari gaji pokok terakhir. Apabila PNS pria semasa hidup mempunyai
lebih dari seorang isteri yang berhak menerima pensiun janda, maka 72%
dibagi rata antara isteri-isteri itu.
 Jumlah 72% dari gaji pokok terakhir tidak boleh kurang dan gaji pokok
terendah menurut peraturan pemerintah tentang gaji dan pangkat PNS yang
berlaku bagi almarhum suami/isterinya.

d) Berakhirnya hak pensiun janda/duda


(1) Pemberian pensiun janda/duda atau bagian pensiun janda
berakhir pada akhir bulan:
 janda/duda yang bersangkutan meninggal dunia;
 tidak terdapat lagi anak yang memenuhi syarat-syarat untuk menerimanya.
 Apabila penerima pensiun janda/duda atau bagian pensiun janda yang tidak
mempunyai anak menikah lagi, maka pensiunnya dibatalkan terhitung dari bulan
berikutnya perkawinan itu dilangsungkan. Jika penerima pensiun janda/duda atau
bagian pensiun janda yang mempunyai anak nikah lagi, maka pensiunnya
diberikan kepada anak.
 Khusus terhadap janda (janda-janda) penerima pensiun janda/ bagian pensiun
janda yang menikah lagi dan kemudian terputus/bercerai kernbali, maka pensiun
janda/bagian pensiun janda yang dibatalkan, diberikan lagi terhitung mulai bulan
berikutnya dari saat perkawinan itu terputus.
e) Hapusnya pensiun pegawai/pensiun janda/duda

Hak untuk menerima pensiun pegawai atau pensiun janda/duda


hapus:
1. Jika penerima pensiun pegawai tidak seizin pemerintah menjadi
anggota tentara atau pegawai negeri suatu negara asing.
2. Jika penerima pensiun pegawai/pensiun janda/duda/bagian
pensiun janda menurut keputusan pejabat/badan Negara yang
berwenang dinyatakan salah melakukan tindakan atau telibat
dalam suatu gerakan yang bertentangan dengan kesetiaan terhadap
Negara dan haluan negara yang berdasarkan Pancasila.
3. Jika ternyata keterangan-keterangan yarg diajukan sebagai bahan
untuk penetapan pemberian pensiun pegawai/pensiun
janda/duda/bagian pensiun janda tidak benar dan bekas PNS atau
janda/duda/anak yang bersangkutan sebenarnya tidak berhak
diberikan pensiun.
 Dalam hal terjadi seperti angka (I) dan (2), maka surat keputusan
pemberian pensiunnya dibatalkan, sedang jika terjadi pada angka (3),
maka surat keputusan pemberian pensiunnya dicabut.
8. ASURANSI SOSIAL DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
POTONGAN GAJI

 Untuk membiayai usaha-usaha dalam bidang kesejahteraan, maka


setiap pegawai negeri dan pejabat negara dipungut iuran 10% dari
penghasilannya setiap bulan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dengan perincian sebagai berikut:
 4 % % untuk iuran dana pensiun;
 2% untuk iuran pemeliharaan kesehatan;
 3% untuk iuran tabungan hari tua.

 (Keppres Nomor 56 Tahun 1974)


b. ASURANSI SOSIAL PNS (PP NOMOR 25 TAHUN 1981)
1) Pengertian
 Dalam peraturan pemerintah tersebut ditulis beberapa pengertian sebagai
berikut:
 Asuransi sosial adalah Asuransi Sosial PNS termasuk dana pensiun dan
tabungan hari tua.
 Tabungan hari tua adalah suatu program asuransi, terdiri dari asuransi
dwiguna yang dikaitkan dengan usia pensiun ditambah dengan asuransi
kematian.
2) Peserta
 Semua PNS, kecuali PNS di lingkungan Departemen Pertahanan
Keamanan adalah peserta dari Asuransi Sosial. Saat menjadi peserta
Asuransi Sosial dimulai pada tanggal pengangkatannya sebagai Calon
PNS, PNS, dan berakhir pada saat peserta meninggal dunia tidak lagi
menjadi peserta karena alasan-alasan lain berdasarkan peraturan
perundang-undangan yarg berlaku.
 Peserta wajib membayar iuran setiap bulan sebesar 8% dan
penghasilan sebulan tanpa tunjangan pangan.
 Kewajiban membayar iuran tersebut dimulai pada bulan peserta
menerima penghasilan dan berakhir pada akhir bulan yang
bersangkutan berhenti sebagai peserta.
3) Hak Peserta

 Hak peserta terdiri atas pensiun dan tabungan hari tua.


 Yang berhak mendapat pensiun adalah peserta, atau janda/duda dari
peserta, dan janda/duda dari penerima pensiun atau yatim piatu dari
peserta, dan yatim piatu dari penerima pensiun, atau orang tua dari
peserta yang tewas yang tidak meninggalkan janda/duda/anak yatim
piatu yarg berhak menerima pensiun.
 Yang berhak mendapat tabungan hari tua adalah peserta dalam hal
yang bersangkutan berhenti dengan hak pensiun atau berhenti
sebelum saat pensiun, isteri/suami, anak atau ahli wris peserta yang
sah dalam hal peserta meninggal dunia.
 Kepada peserta yang berhenti tanpa hak pensiun, baik yang berhenti
dengan hormat maupun tidak dengan hormat dibayarkan kembali
nilai tunai iuran asuransi sosialnya.
c. PEMELIHARAAN KESEHATAN PNS DAN PENERIMA
PENSIUN BESERTA AN6G0TA KELUARGANYA
(PP NOMOR 22 TAHUN 1984)
I) Pengertian
 Dalam peraturan pemerintah ini antara lain disebut yang dimaksud dengan:
 Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang kesehatan.
 Peserta adalah PNS dan penerima pensiun yang penghasilannya dipotong untuk
pemeliharaan kesehatan.
 PNS adalah Calon PNS, PNS, dan Pejabat Negara sebagaimana yang dimaksud
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.
 Penerima pensiun adalah:
 PNS yang berhenti dengan hak pensiun.
 Anggota ABRI dan PNS di lingkungm Dephankam yang berhenti dengan hak
pensiun.
 Pejabat negara yang berhenti dengan hak pensiun.
 Keluarga adalah:
 Isteri atau suami yang sah dari PNS atau penerima pensiun.
 Anak yang sah dan/atau seorang anak angkat yang mendapat tunjangan
keluarga sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
 Janda atau duda dan/atau anak yatim piatu dari peserta.
2) Peserta
 Setiap PNS dan penerima pensiun wajib menjadi peserta dari
 penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan.
 Saat menjadi peserta bagi PNS iaiah sejak tanggal pengangkatannya
 sebagai Calon PNS dan/atau PNS.
 Saat menjadi peserta bagi Pejabat Negara ialah sejak tanggal
 pengangkatannya menjadi Pejabat Negara
 Saat menjadi peserta bagi Penerima Pensiun ialah sejak tanggal
 pemberian pensiunnya.
3) Kewajiban
 Peserta wajib membayar iuran setiap bulan yang besarya serta tata cara
 pemungutannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
 Iuran wajib tersebut pemotongannya dilakukan oleh Menteri Keuangan.
4) Hak Peserta
a) Setiap Peserta dan anggota keluarganya mempunyai hak dan kesempatan yang
sama dalam pemeliharaan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis.
b) Peserta dan anggota keluarganya berhak memperoleh pemeliharaan
kesehatan dan/atau penggantian biaya untuk pemeliharaan
kesehatan yang meliputi:
• pengobatan/perawatan/imunisasi: dokter/dokter gigi/dokter spesialis; balai
pengobatan, puskesmas atau rumah sakit;
• pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lainnya untuk
menegakkan diagnose;
• tindakan gawat darurat dan tindakan lain untuk penyembuhan;
• pertolongan/perawatan persalinan;
• obat-obatan;
• alat-alat perawatan yang mempunyai khasiat memulihkan
kesehatan menurut saran dokter;
• pembelian kacamata yang sangat perlu digunakan demi kesehatan menurut resep
dokter;
• prothese gigi dan prothese lainnya;
• keluarga berencana, kesegaran jasmani, dan kegiatan lain untuk penyembuhan.
 Besamya penggantian guna pembiayaan-pembiayaan sebagaimana
tersebut di atas ialah sebesar jumlah uang yang diperlukan untuk
membayar biaya menurut harga/tarif yang ditetapkan oleh Menteri.
 Biaya pemeliharaan kesehatan sebagaimana tersebut di atas dibayar sesuai
dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh Menteri. Semua biaya
yang melebihi standar yang ditetapkan oleh Menteri, menjadi beban dan
tanggung jawab Peserta.

Perawatan penyakit kronis


 Untuk perawatan penyakit kronis berlaku ketentuan sebagai berikut:

 6 (enam) bulan pertama dibayar penuh;

 6 (enam) bulan kedua dibayar 60% (enam puluh persen);

 6 (enam) bulan ketiga dan seterusnya dibayar 30% (tiga puluh persen);
e) Persalinan

Untuk persalinan berlaku ketentuan sebagai berikut:


 persalinan kesatu dan kedua diganti 100% (seratus persen) sesuai standar
yang berlaku;
 persalinan ketiga diganti 50% (lima puluh persen) sesuai standar yang
berlaku;
 persalinan keempat dan seterusnya tidak mendapat penggantian.

 Peserta berhak memperoleh penjelasan tentang penyelenggaraan


pemeliharaan kesehatan bagi dirinya dan anggota keluarganya. Badan
penyelenggara pemeliharaan kesehastan peserta dan anggota
keluarganya adalah Perum Husada Bhakti.
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai