PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
rakyat, hal ini tertuang dalam alinea ke-empat Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi “melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”. Dalam hal
terdapat dalam Pasal 27 ayat (1) dan (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
hukum dan pemerintahan yang wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya”. Sedangkan pada Pasal 27 ayat (2) juga ditegaskan
bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan”. Salah satu pekerjaan yang layak untuk warga negara Indonesia
yaitu menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pada hakikatnya PNS merupakan bagian
Negara Pasal 1 ayat (2) Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat
sebagai pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas
dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
Tahun 2014 Pasal 1 yang merupakan bagian dari ASN adalah PNS dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah.
PNS menurut Pasal 1 ayat (3) UU No.5 Tahun 2014 adalah Pegawai Negeri
Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh Pejabat Pembina
oleh Ryas Rasyid bahwa yang diselenggarakan dalam pemerintahan terdapat empat
yang sudah dijelaskan pada UU No.5 Tahun 2014 dimana bagian ASN adalah PNS
dan PPPK.
Dalam ketentuan UU No. 5 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (4) Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK adalah warga negara
1
Ryaas Rasyid. 1998. Desentralisasi dalam menunjang pembangunan daerah dalam
pembangunan administrasi di Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES.
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja
untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. PPPK
atau yang sebelumnya dikenal dengan PTT (Pegawai Tidak Tetap) tidak
berkedudukan sebagai pegawai tetap tapi lama kerjanya dibatasi oleh perjanjian kerja.
Pada dasarnya PNS memiliki lebih banyak jenis hak dari pada PPPK, hal ini terdapat
di dalam Pasal 21 UU ASN tentang Hak PNS yaitu gaji, tunjangan, dan fasilitas, cuti,
jaminan pensiun dan jaminan hari tua, perlindungan, dan pengembangan kompetensi.
Sedangkan di dalam Pasal 22 UU ASN PPPK memiliki hak yang sama dengan PNS
namun memiliki perbedaan dimana PPPK tidak mendapatkan fasilitas dan jaminan
pensiun.
Disamping telah diberikan hak terhadap ASN yang telah diatur berdasarkan
oleh kehandalan Pegawai Negeri Sipil.2 Dalam memenuhi hak nya maka PNS juga
UU No. 5 Tahun 2014 serta Perarutan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 Pasal 1 ayat
(1) yaitu “Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil
ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin”. Peraturan Disiplin PNS adalah
2
Darminto.2007. Aspek Budaya dan Kinerja Aparatur Pemerintah. www.Gerbang
Jabar.go.id, Pada tangga15 Maret 2020, 21:42 WIB.
kewajiban tidak ditaati atau dilanggar oleh PNS maka akan dijatuhi hukuman
disiplin3.
perintah sesuai dengan aturan yang berlaku. Apabila selama dalam menjalankan
ditetapkan oleh Undang-Undang maka akan dikenakan sanksi disiplin PNS. Upaya
untuk mendidik dan membina Pegawai Negeri Sipil, bagi mereka yang melakukan
pelanggaran atas kewajiban dan larangan dikenakan sanksi berupa hukuman disiplin 4.
Pegawai yang tidak mematuhi disiplin akan mendapatkan sanksi sesuai dengan
tindakan indisipliner yang dilakukan pegawai, mulai dengan teguran secara lisan,
Susilo Martoyo pemutusan hubungan kerja bersifat negatif apabila proses dan
atau secara tidak wajar, seperti: pemecatan, diberhentikan secara tidak hormat dan
sebagainya. Menurut Pasal 87 ayat (4) UU ASN No. 5 Tahun 2014 menyatkan bahwa
3
Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian.
4
Acacio Frenandes Vassalo, Penegakan Hukum Disiplin Pegawai Negeri Sipil Dalam
Mewujudkan Good Governance Di Timor Leste, MMH, Jilid 43 No. 3 Juli 2014.
yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan
jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau
pidana umum. Selanjutnya menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik, terkahir
hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2
Menurut para ahli yakni R. Subekti Sanksi adalah alat pemaksa, dimana
hukum. Sanksi sebagai alat penegak hukum bisa juga terdiri atas kebatalan perbuatan
yang merupakan pelanggaran hukum. Baik batal demi hukum maupun batal setelah
ini dinyatakan oleh hakim5. Dalam hal nya sanksi biasanya diterapkan dalam
(dwangsom).6 Hal diatas menjelaskan bahwa sanksi merupakan alat penunjang agar
5
R. Subekti dan Tjitrosoedibyo, 2005, Kamus Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita. Hal. 98
6
Wicipto Setiadi, 2009, Sanksi Administrsii Sebagai Salah Satu Instrumen Penegakan
Hukum Dalam Peraturan Perundang Undangan, Jurnal legislasi Indonesia Vol.6 no.4.
Di Kota Solok sebagai salah satu kota yang terdapat pada Provinsi Sumatera
Barat, juga menerapkan dan melaksanakan aturan yang telah diberlakukan sesuai
pelanggaran yang terjadi. Salah satunya terdapat sebuah kasus pemberhentian PNS
yang melakukan pelanggaran disiplin berat di Dinas Perhubungan Kota Solok yakni
melakukan tindak pidana korupsi dengan inisial (IR). IR yang dijatuhi sanksi disiplin
berat ini diberhentikan secara tidak hormat terkait dengan aksinya yang melakukan
kegiatan pungutan liar. Dari hasil putusan pengadilan telah diputuskan bahwa IR
Berdasarkan Pasal 87 ayat (4) huruf b Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang
Menurut PP No. 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Daerah pasal
masyarakat. Tindak pidana yang dilakukan oleh IR yang memenuhi unsur untuk
Berdasarkan PP No. 53 Tahun 2010 Pasal 15 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dalam hal ini adalah Walikota Solok. Dengan
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Masalah
sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan dengan variable-variabel sosial
mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional dalam
penelitian hukum yang memperoleh datanya dari data primer atau data yang
7
Amirudin dan Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo
Persada Jakarta, hal. 133.
8
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia Press, hal. .51.
9
Yulianto Achamd dan Mukti Fajar, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris. Yogyakarta Pustaka Pelajar, hal.154.
2. Sifat Penelitian
undangan yang berlaku.10 Dalam penulisan ini hal tersebut dilakukan dengan
Kota Solok.
3. Jenis Data
a. Data Primer
dengan metode semi terstruktur. Untuk tahap analisis, yang dilakukan oleh
pengumpulan data, dan analisis data yang dilakukan sendiri oleh peneliti.
10
Zainudin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 105.
informasi yang diberikan oleh informan penelitian, peneliti menggunakan
beberapa tahap:
b. Data Sekunder
berupa:
terdiri dari :
11
Op. Cit., hal. 51.
2. Bahan Hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan
1) Observasi
Mengadakan pengamatan terhadap objek yang diteliti.
2) Wawancara
dan responden dan juga cara yang paling baik untuk menentukan
yang dilakukan terhadap data, antara mengumpulkan data dan analisis menjadi
suatu kegiatan12. Perumusan data dalam bentuk kalimat dengan cara deskriptif
Kota Solok. Metode pengolahan data dilakukan dengan menguraikan data dalam
bentuk kalimat teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif sehingga
12
Sabian Ustman, 2014, Metode Penelitian Hukum Progresif: Pengembangan Permasalahan
Penelitian Hukum (Aplikasi Mudah Membuat Proposal Penelitian Hukum, Yogyakarta: Pusta Pelajar,
hlm. 112.