Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan pendiri bangsa Indonesia yaitu mewujudkan kesejahteraan

rakyat, hal ini tertuang dalam alinea ke-empat Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi “melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”. Dalam hal

ini merupakan upaya pemerintah dalam menyejahterakan rakyatnya yaitu dengan

memberikan pekerjaan dengan layak.

Mengenai ketentuan yang mengatur pekerjaan yang layak untuk masyarakat

terdapat dalam Pasal 27 ayat (1) dan (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945, yang berbunyi “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam

hukum dan pemerintahan yang wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu

dengan tidak ada kecualinya”. Sedangkan pada Pasal 27 ayat (2) juga ditegaskan

bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan”. Salah satu pekerjaan yang layak untuk warga negara Indonesia

yaitu menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pada hakikatnya PNS merupakan bagian

dari Aparatur Sipil Negara (ASN).


ASN menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil

Negara Pasal 1 ayat (2) Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat

sebagai pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan

perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas

dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji

berdasarkan peraturan perundang-undangan. Seperti yang dijelaskan pada UU No. 5

Tahun 2014 Pasal 1 yang merupakan bagian dari ASN adalah PNS dan pegawai

pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah.

PNS menurut Pasal 1 ayat (3) UU No.5 Tahun 2014 adalah Pegawai Negeri

Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi

syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Pelaksanaan fungsi

pemerintah ini sejalan juga fungsi-fungsi pemerintahan sebagaimana dikemukakan

oleh Ryas Rasyid bahwa yang diselenggarakan dalam pemerintahan terdapat empat

hal pokok yaitu: pelayanan (public service), pembangunan (development),

pemberdayaan (empowering), dan pengaturan (regulation)1. Sesuai dengan aturan

yang sudah dijelaskan pada UU No.5 Tahun 2014 dimana bagian ASN adalah PNS

dan PPPK.

Dalam ketentuan UU No. 5 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (4) Pegawai Pemerintah

dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK adalah warga negara

1
Ryaas Rasyid. 1998. Desentralisasi dalam menunjang pembangunan daerah dalam
pembangunan administrasi di Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES.
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja

untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. PPPK

atau yang sebelumnya dikenal dengan PTT (Pegawai Tidak Tetap) tidak

berkedudukan sebagai pegawai tetap tapi lama kerjanya dibatasi oleh perjanjian kerja.

Pada dasarnya PNS memiliki lebih banyak jenis hak dari pada PPPK, hal ini terdapat

di dalam Pasal 21 UU ASN tentang Hak PNS yaitu gaji, tunjangan, dan fasilitas, cuti,

jaminan pensiun dan jaminan hari tua, perlindungan, dan pengembangan kompetensi.

Sedangkan di dalam Pasal 22 UU ASN PPPK memiliki hak yang sama dengan PNS

namun memiliki perbedaan dimana PPPK tidak mendapatkan fasilitas dan jaminan

pensiun.

Disamping telah diberikan hak terhadap ASN yang telah diatur berdasarkan

peraturan Perundang-Undangan, maka menurut pendapat yang dikemukakan oleh

Poerwoto-Soediro untuk mencapai tujuan pembangunan nasional sangat ditentukan

oleh kehandalan Pegawai Negeri Sipil.2 Dalam memenuhi hak nya maka PNS juga

dibebani atas kewajiban-kewajiban. Adapun kewajiban-kewajiban PNS diatur dalam

UU No. 5 Tahun 2014 serta Perarutan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 Pasal 1 ayat

(1) yaitu “Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil

untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak

ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin”. Peraturan Disiplin PNS adalah

peraturan yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi, apabila kewajiban-

2
Darminto.2007. Aspek Budaya dan Kinerja Aparatur Pemerintah. www.Gerbang
Jabar.go.id, Pada tangga15 Maret 2020, 21:42 WIB.
kewajiban tidak ditaati atau dilanggar oleh PNS maka akan dijatuhi hukuman

disiplin3.

Setiap PNS wajib melaksanakan segala bentuk kewajiban dan menjalankan

perintah sesuai dengan aturan yang berlaku. Apabila selama dalam menjalankan

kewajibannya PNS yang melakukan pelanggaran terhadap kewajiban yang telah

ditetapkan oleh Undang-Undang maka akan dikenakan sanksi disiplin PNS. Upaya

untuk mendidik dan membina Pegawai Negeri Sipil, bagi mereka yang melakukan

pelanggaran atas kewajiban dan larangan dikenakan sanksi berupa hukuman disiplin 4.

Pegawai yang tidak mematuhi disiplin akan mendapatkan sanksi sesuai dengan

tindakan indisipliner yang dilakukan pegawai, mulai dengan teguran secara lisan,

peringatan tertulis sampai dengan pemberhentian.

Pemberhentian adalah suatu tindakan yang menyebabkan yang bersangkutan

tidak lagi berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pemberhentian menurut

Susilo Martoyo pemutusan hubungan kerja bersifat negatif apabila proses dan

pelaksanaan pemberhentian tersebut menyimpang dari ketentuan-ketentuan tersebut

atau secara tidak wajar, seperti: pemecatan, diberhentikan secara tidak hormat dan

sebagainya. Menurut Pasal 87 ayat (4) UU ASN No. 5 Tahun 2014 menyatkan bahwa

PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena melakukan penyelewengan terhadap

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

selanjutnya karena dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan

3
Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian.
4
Acacio Frenandes Vassalo, Penegakan Hukum Disiplin Pegawai Negeri Sipil Dalam
Mewujudkan Good Governance Di Timor Leste, MMH, Jilid 43 No. 3 Juli 2014.
yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan

jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau

pidana umum. Selanjutnya menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik, terkahir

dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan

hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2

(dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan berencana.

Menurut para ahli yakni R. Subekti Sanksi adalah alat pemaksa, dimana

sanksi memaksa menegakkan hukum atau memaksa mengindahkan norma-norma

hukum. Sanksi sebagai alat penegak hukum bisa juga terdiri atas kebatalan perbuatan

yang merupakan pelanggaran hukum. Baik batal demi hukum maupun batal setelah

ini dinyatakan oleh hakim5. Dalam hal nya sanksi biasanya diterapkan dalam

menerapkan aturan kedisiplinan PNS yaitu sanksi admnistratif. Berdasarkan

pengamatan dari berbagai peraturan perundang-undangan dan literatur ada beberapa

macam sanksi administratif, yaitu: Peringatan/teguran lisan, Peringatan/teguran

tertulis tindakan paksa pemerintahan (bestuursdwang/politie dwang), penarikan

kembali keputusan yang menguntungkan, denda administratif, pengenaan uang paksa

(dwangsom).6 Hal diatas menjelaskan bahwa sanksi merupakan alat penunjang agar

PNS mentaati aturan hukum yang berlaku.

5
R. Subekti dan Tjitrosoedibyo, 2005, Kamus Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita. Hal. 98
6
Wicipto Setiadi, 2009, Sanksi Administrsii Sebagai Salah Satu Instrumen Penegakan

Hukum Dalam Peraturan Perundang Undangan, Jurnal legislasi Indonesia Vol.6 no.4.
Di Kota Solok sebagai salah satu kota yang terdapat pada Provinsi Sumatera

Barat, juga menerapkan dan melaksanakan aturan yang telah diberlakukan sesuai

dengan ketentuan Perundang-Undangan. Namun kenyataannya masih ada

pelanggaran yang terjadi. Salah satunya terdapat sebuah kasus pemberhentian PNS

yang melakukan pelanggaran disiplin berat di Dinas Perhubungan Kota Solok yakni

melakukan tindak pidana korupsi dengan inisial (IR). IR yang dijatuhi sanksi disiplin

berat ini diberhentikan secara tidak hormat terkait dengan aksinya yang melakukan

kegiatan pungutan liar. Dari hasil putusan pengadilan telah diputuskan bahwa IR

terbukti melakukan tindak pidana korupsi yang melanggar ketentuan berkenaan

dengan Pasal 12 huruf e Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang berbunyi:

“Suatu perbuatan yang dilakukan pegawai negeri atau penyelenggara yang


dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri”.

Berdasarkan Pasal 87 ayat (4) huruf b Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara menyebutkan bahwa:

”PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena: dihukum penjara atau


kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak
pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana
umum”

Menurut PP No. 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Daerah pasal

36 ayat (14) menyebutkan bahwa:


“Sanksi pcmberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (13) dijatuhkan
oleh Presiden kepada gubernur dan/atau wakil gubernur atas usulan Menteri
serta oleh Mentcri kepada bupati/walikota dan/atau wakil bupati/ wakil
walikota.”

Menurut Peraturan Walikota Solok (PERWALI) No. 5 Tahun 2017 tentang

Berakhirnya Pemberian Tambahan Penghasilan Berdasarkan Disiplin Kerja Pasal 10

huruf e menyebutkan bahwa:

“Pemberian Tambahan Penghasilan berdasarkan disiplin kerja bagi ASN,


dihentikan pembayarannya apabila; Dikenakan hukuman penjara karena
melakukan kejahatan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, terhitung
tanggal ditetapkan sampai dengan berakhirnya masa hukuman yang
bersangkutan.”

Berkaitan dengan Fenomena tersebut menggambarkan adanya upaya

dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah untuk meningkatkan

kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur pemerintahan dan abdi

masyarakat. Tindak pidana yang dilakukan oleh IR yang memenuhi unsur untuk

dijatuhkan hukuman disiplin berat berupa diberhentikan dengan tidak hormat.

Berdasarkan PP No. 53 Tahun 2010 Pasal 15 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

pejabat yang berwenang melakukan penjatuhkan hukuman disiplin berat adalah

Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dalam hal ini adalah Walikota Solok. Dengan

demikian maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pemberhentian Pegawai

Negeri Sipil Yang Melakukan Pelanggaran Disiplin Berat pada Dinas

Perhubungan Kota Solok”.


B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas penulis meumuskan permasalahan yang akan menjadi

batasan dalam penelitian ini. Rumusan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan penjatuhan sanksi pemberhentian terhadap PNS yang

melakukan pelanggaran disiplin berat di Dinas Perhubungan Kota Solok?

2. Bagaimana kendala dalam menerapkan sanksi disiplin dan bagaimana upaya

Dinas Perhubungan Kota Solok dalam meningkatkan disiplin PNS?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tentang Pemberhentian PNS Yang Melakukan Pelanggaran

Disiplin Di Dinas Perhubungan Kota Solok adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan atau mekanisme pemberhentian terhadap PNS

yang melakukan pelanggaran disiplin berat di Dinas Perhubungan Kota Solok

2. Untuk mengetahui penerapan sanksi disiplin berat dan upaya Dinas

Perhubungan Kota Solok dalam meningkatkan disiplin PNS

D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis

a. Untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan.

b. Memperluas wawasan penulis dalam pembuatan karya ilmiah khususnya

mengenai pemberhentian PNS yang melakukan pelanggaran disiplin berat

sehingga diberhentikan tidak dengan hormat.


c. Menambah literature mengenai hukum administrasi Negara, khususnya

tentang penjatuhan sanksi pemberhentian tidak dengan hormat terhadap

pelanggaran disiplin berat sebagai pegawai negeri sipil.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Masalah

Dalam Peneltian ini pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan

yuridis sosiologis ataupun empiris yang maksudnya adalah hukum di konsepkan

sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan dengan variable-variabel sosial

yang lain.7 Pendekatan yuridis sosiologis adalah mengidentifikasi dan

mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional dalam

sistem kehidupan yang nyata.8 Penenelitan hukum empiris sosiologis adalah

penelitian hukum yang memperoleh datanya dari data primer atau data yang

diperoleh langsung dari masyarakat.9 Penelitian sosial empiris didasarkan

langsung pada kenyataan melalui observasi (pengamatan).

7
Amirudin dan Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo
Persada Jakarta, hal. 133.
8
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia Press, hal. .51.
9
Yulianto Achamd dan Mukti Fajar, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris. Yogyakarta Pustaka Pelajar, hal.154.
2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif

analitis. Deskriptif analitis merupakan metode yang dipakai untuk

menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang terjadi atau sedang

berlangsung yang tujuannya agar dapat memberikan data seteliti mungkin

mengenai objek penelitian sehingga mampu menggali hal-hal yang ideal,

kemudian dianalisis berdasarkan teori hukum atau peraturan perundang-

undangan yang berlaku.10 Dalam penulisan ini hal tersebut dilakukan dengan

menguraikan hal-hal tentang penjatuhan sanksi pemberhentian yang ditujukan

kepada PNS yang melakukan pelanggaran sanksi berat di Dinas Perhubungan

Kota Solok.

3. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui penelitian lapangan

yang menggunakan metode wawancara (Interview) yang bersifat bebas

dengan metode semi terstruktur. Untuk tahap analisis, yang dilakukan oleh

peneliti adalah membuat daftar pertanyaan untuk wawancara,

pengumpulan data, dan analisis data yang dilakukan sendiri oleh peneliti.

10
Zainudin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 105.
informasi yang diberikan oleh informan penelitian, peneliti menggunakan

beberapa tahap:

1. Menyusun draf pertanyaan wawancara berdasarkan unsur unsur

pembahsan yang akan ditanyakan pada narasumber atau informan.

2. Melakukan wawancara dengan Kabid BKPSDM dan Kasubag

Dishub untuk menjelaskan secara umum mengenai sanksi

pemberhentian PNS pada Dinas Perhubungan Kota Solok.

3. Melakukan dokumentasi langsung dilapangan untuk melengkapi

data-data yang berhubungan dengan penelitian

4. Memindahkan data penelitian yang berbentuk daftar dari semua

pertanyaan yang diajukan kepada narasumber atau informan.

5. Menganalisis hasil data wawancara yang telah dilakukan.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui beban kepustakaan, literaatur-

literatur, peraturan Perundang-undangan, dan karya ilmiah yang

bersangkutan melalui studi dokumen. Secara umum, maka di dalam

penelitian biasanya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung

dari masyarakat (mengenai perilaku-nya data empiris) dan dari bahan


pustaka11. Penelitian kepustakaan dilakukan terhadap bahan hukum

berupa:

1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan

terdiri dari :

a) Undang-Undang Dasar 1945

b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014

Tentang Aparatur Sipil Negara

c) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil

d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017

Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil

e) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan

dan Pengawasan Daerah

f) Peraturan Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor

23 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Pemberian, Pemotongan, Dan

Penghentian Pembayaran Tunjangan Kinerja Pegawai Di

Lingkungan Badan Kepegawaian Negara

g) Peraturan Walikota Solok Nomor 5 Tahun 2017 Tentang

Pemberian Tambahan Perbaikan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri

Sipil di Lingkungan Pemerintah Solok.

11
Op. Cit., hal. 51.
2. Bahan Hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer, misalnya buku-buku ataupun

literatur dan hasil penelitian.

3. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan skunder.

4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan bersumbMetode pengumpulan data digunakan

dengan Teknik studi pustaka dan studi lapangan:

a. Studi Pustaka, adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti

untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau

masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat

diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan

ilmiah, serta peraturan-peraturan baik itu sumber tertulis baik itu

tercetak maupun sumber elektronik lainnya.

b. Data secara langsung di lapangan penelitian guna memperoleh data

yang dibutuhkan. Studi lapangan dapat menggunakan Teknik

penggunaan data sebagai berikut :

1) Observasi
Mengadakan pengamatan terhadap objek yang diteliti.

Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang

kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan

observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang

kehidupan social, yang sukar diperoleh dengan metode lain.

Observasi ini dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai

orang luar atau pengamat, dengan tujuan untuk lebih memahami

dan mendalami masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan

sosial dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan proses

penelitian. Observasi Penulis lakukan dengan cara mengamati

setiap perkembangan berita menegenai pelaksanaan penjatuhan

sanksi pemberhentian terhadap PNS yang melakukan

pelanggaran disiplin berat di Dinas Perhubungan Kota Solok.

2) Wawancara

Wawancara adalah Teknik penelitian yang paling sosiologis

karena bentuknya yang berasal dari interaksi verbal antara peneliti

dan responden dan juga cara yang paling baik untuk menentukan

kenapa seseorang bertingkah laku, dengan menanyakan secara

langsung. Penulis melakukan wawancara terhadadap beberapa

informan yakni Ibu Yanita, Kepala Bidang Badan

Kepegawaian dan Sumber Daya Manusia Kota Solok dan Ibu

Nurjasmi selaku Ketua Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas


Perhubungan Kota Solok untuk mendapatkan tambahan informasi

mengenai Pelaksanaan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil

Yang Melakukan Pelanggaran Disiplin Berat Pada Dinas

Perhubungan Kota Solok.

5. Metode Analisis Data

Proses analisi merupakan bagian substansi tahapan kegiatan penelitian

yang dilakukan terhadap data, antara mengumpulkan data dan analisis menjadi

suatu kegiatan12. Perumusan data dalam bentuk kalimat dengan cara deskriptif

berdasarkan peraturan perundang-undangan dan data yang didapat di lapangan

sehingga dapat menarik kesimpulan dalam penelitian ini.

6. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data menjelaskan prosedur pengolahan dan analisis data

sesuai dengan pendekatan yang dilakukan. Bahan hukum dikumpulkan melalui

prosedur inventarisasi dan identifikasi peraturan perundang-undangan, serta

klarifikasi dan sistemasi bahan hukum yang berkaitan dengan Pelaksanaan

pemberhentian PNS yang melakukan pelanggaran disiplin berat pada Dishub

Kota Solok. Metode pengolahan data dilakukan dengan menguraikan data dalam

bentuk kalimat teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif sehingga

memudahkan pemahaman dan interpretasi data.

12
Sabian Ustman, 2014, Metode Penelitian Hukum Progresif: Pengembangan Permasalahan
Penelitian Hukum (Aplikasi Mudah Membuat Proposal Penelitian Hukum, Yogyakarta: Pusta Pelajar,
hlm. 112.

Anda mungkin juga menyukai