Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muthi’ah Finisyaputri

NPM : B1A115027
ANALISIS BUKU HUKUM KEPEGAWAIAN

BAB V TENTANG KEDUDUKAN APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)


BAB II TENTANG PENYELENGGARAAN APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

A. KEKURANGAN BAB V TENTANG KEDUDUKAN APARATUR SIPIL


NEGARA (ASN)

Pada bab V tepatnya halaman 143, disana berbicara mengenai Hak

dan kewajiban Aparatur Sipil Negara yang terdapat didalam BAB VI UU No 5

Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. hak pegawai negeri sipil pada

huruf (b) berhak memperoleh cuti, pada huruf (b) ini hanya menjelaskan

bahwa pns berhak mendapatkan fasilitas untuk pengembangan kompetensi

dan cuti serta biaya perawatan pada saat sakit. Tidak dijelaskan secara rinci

mengenai cuti, seharusnya dapat dijelaskan Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS)

memuat aturan tentang cuti bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Bunyi Pasal 309

ayat (3) PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil

(PNS) “Cuti bagi PNS yang ditugaskan pada lembaga yang bukan bagian dari

kementerian atau lembaga diberikan oleh pimpinan lembaga yang

bersangkutan kecuali cuti di luar tanggungan Negara”. Dalam PP ini

disebutkan, cuti terdiri atas: a. Cuti tahunan; b. Cuti besar; c. Cuti sakit; d.

Cuti melahirkan; e. Cuti karena alasan penting; f. Cuti bersama; dan g. Cuti di

luar tanggungan negara.


1. Cuti Tahunan

PNS dan calon PNS yang telah bekerja paling kurang 1 (satu) tahun

secara terus menerus berhak atas cuti tahunan. Lamanya hak atas cuti

tahunan sebagaimana dimaksud adalah 12 (dua belas) hari kerja.

2. Cuti Besar

PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) secara terus menerus,

menurut PP ini. berhak lama 3 (tiga) bulan. Ketentuan paling singkat 5

(lima) tahun secara terus menerus dikecualikan bagi PNS yang masa

kerjanya belum 5 (lima) tahun, untuk kepentingan agama. PNS yang

menggunakan hak atas cuti besar, menurut PP ini,  tidak berhak atas

cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan.

3. Cuti Sakit

Setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit. PNS yang sakit

lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari, menurut

PP ini, berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan PNS yang

bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada

PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenangng untuk

memberikan hak atas cuti sakit dengan melampirkan surat keterangan

dokter.

4. Cuti Melahirkan

Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga

pada saat menjadi PNS, berhak atas cuti melahirkan. Untuk kelahiran

anak keempat dan seterusnya, kepada PNS diberikan cuti besar.

Lamanya cuti melahirkan sebagaimana dimaksud adalah 3 (tiga) bulan.


5. Cuti Karena Alasan Penting

PNS berhak atas cuti karena alasan penting, apabila: a. ibu, bapak,

isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu salit keras

atau meninggal dunia; b. salah seorang anggota keluarga yang

dimaksud pada huruf a meninggal dunia, dan menurut peraturan

perundang-undangan PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-

hak dari anggota keluarganya yang meninggal dunia; atau c.

Melangsungkan perkawinan.

6. Cuti Bersama

Presiden dapat menetapkan cuti bersama. Cuti bersama sebagaimana

dimaksud tidak mengurangi hak cuti tahunan. PNS yang karena

Jabatannya tidak diberikan hak atas cuti bersama, menurut PP ini, hak

cuti tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah cuti bersama yang

tidak diberikan. Cuti bersama sebagaimana dimaksud ditetapkan

dengan Keputusan Presiden.

7. Cuti di Luar Tanggungan Negara

PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus-

menerus karena alasan pribadi dan mendesak dapat diberikan cuti di

luar tanggungan negara. Cuti di luar tanggungan negara itu dapat

diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun.

Pada halaman 144, telah dijelaskan mengenai kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh PNS namun dalam menjabarkan kewajiban dari PNS


tersebut tidak ada dasar hukumnya dan salah dalam penulisan , seharusnya

ditulis:

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, Kewajiban ASN

terdapat didalam Pasal 23, yang berisi:

1. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan

pemerintah yang sah.

2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang

berwenang.

4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,

kesadaran, dan tanggung jawab.

6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan

dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar

kedinasan.

7. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia

jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik.

B. KEKURANGAN BAB II TENTANG PENYELENGGARAAN APARATUR

SIPIL NEGARA
Bab II ini membahas mengenai penyelenggaraan aparatur sipil negara,
namun sub bab pada bab ini ada membahas tentang kedudukan aparatur sipil
negara, yang mana kedudukan aparatur sipil negara sudah di bahas pada bab
V, jadi tidak perlu lagi dibahas pada bab ini. Pada halaman 48 mengenai
pelayanan public, tidak ada penjelasan mengenai pengertian pelayanan public
serta dasar hukumnya. Seharusnya dapat ditulis:

Pengertian pelayanan public pada Pasal 1 ayat (1) UU No. 25 Tahun


2009 Tentang pelayanan public yaitu “Pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan public”.

Pada halaman 49, ada penjabaran mengenai tujuan penyelenggaraan


public, tapi tidak ada dituliskan pasal yang mengatur tujuan penyelenggaraan
public pada UU No 25 Tahun 2009. Seharusnya ditulis :

Tujuan dari penyelengaraan pelayanan publik menurut UU No 25 Tahun 2009


Pasal 3 tentang pelayanan publik:

1. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, kewajiban,


tanggungjawab dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan
penyelengaraan pelayan publik.
2. Terwujudnya sistem penyelengaraan pelayanan publik yang layak sesuai
dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik.
3. Terpenuhinya penyelengaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
4. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
penyelengaraan pelayanan publik.

Anda mungkin juga menyukai