Skala Upah
gadjian.com/blog/2017/10/20/ketahui-tentang-strukur-dan-skala-upah-permenaker-nomor-1-tahun-2017/
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 tahun 2017 tentang Struktur dan Skala
Upah mewajibkan para pemilik usaha yang belum memiliki struktur dan skala upah untuk
membuat strukur dan skala upah di perusahaan yang dikelolanya sebelum tanggal batas
pelaporan, yaitu tanggal 23 Oktober 2017. Dalam aturan ini ada 4 (empat) hal penting
yang wajib diketahui oleh pemilik usaha. Sebelum masuk ke pembahasan hal-hal penting
tersebut, mari pahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan struktur dan skala
upah serta tujuan dari dibentuknya Permenaker No.1 tahun 2017 ini.
Secara singkat, struktur dan skala upah adalah nominal upah dari yang terkecil
sampai dengan terbesar untuk setiap golongan jabatan. Pemerintah membuat
peraturan tentang struktur dan skala upah dengan tujuan agar dapat menciptakan upah
yang berkeadilan. Dengan demikian, kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi
dapat dikurangi, serta menjamin kepastian upah yang didapatkan oleh setiap pekerja.
Selain itu, peraturan ini juga bermanfaat dalam mendorong produktivitas pekerja karena
adanya kepastian kenaikan upah bagi pekerja yang telah bekerja lebih dari satu tahun.
1/4
Terlepas dari tujuan baik dari dibentuknya Permenaker No.1 tahun 2017, ada pro kontra
yang muncul dikalangan pengusaha. Salah satu kontra yang ada adalah pernyataan dari
Tutum Rahanta sebagai Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia
(Aprindo) yang mengajukan negosiasi terkait struktur dan skala upah. Beliau
mengatakan, jika perusahaan mengatur struktur dan skala upah secara tidak tepat, maka
dapat menjadi celah bagi oknum pekerja tertentu. Oleh sebabnya, beliau meminta
pemerintah juga mengatur standar minimum kinerja pekerja sebagai kewajiban yang
harus dipenuhi agar membuat rasa adil bagi pengusaha dan pekerja.
Ada pro maka ada kontra, pendapat yang pro dengan aturan struktur dan skala upah
dikatakan oleh Benni Sitanggang dalam status LinkedIn pribadinya. Beliau menjelaskan
bahwa Permenaker No.1 tahun 2017 tentang Struktur dan Skala Upah dapat dikatakan
sebagai peraturan pelaksana dari Peraturan Pemerintah No.78 tentang Pengupahan. Di
status tersebut beliau juga mengatakan kalau peraturan ini bukanlah hal baru, namun
semacam penegasan kembali kepada para pengusaha agar menggunakan satu standar
yang berkeadilan dan memberi kepastian. Peraturan ini juga membantu pengusaha untuk
membuat perencanaan keuangan di masa depan yang terukur.
Struktur Upah dan Skala Upah (SUSU) perusahaan wajib dilaporkan kepada Dinas
Ketenagakerjaan maksimal tanggal 23 Oktober 2017. SUSU yang telah dibuat oleh
perusahaan akan menjadi lampiran Peraturan Perusahaan (PP) untuk diperlihatkan
kepada Dinas Ketenagakerjaan setempat. Dinas atau Pengawas Ketenagakerjaan hanya
diharuskan memastikan bahwa perusahaan telah melakukan aturan Permenaker No. 1
tahun 2017, yaitu:
1. Struktur dan Skala Upah pada prinsipnya ada 2 unsur yaitu Struktur dan Skala
(Range). Maka dari itu, pemilik usaha dapat mengkomunikasikan struktur gaji dalam
bentuk struktur jabatan dan grade terkait (biasanya ini sudah berlaku di kebanyakan
perusahaan).
2/4
2. Pemberitahuan salary range tidak harus dengan format Min-Mid-Max (Minimum,
Medium, Maximum). Perusahaan bisa memberitahu posisi salary karyawan yang
bersangkutan misalnya berada pada posisi Q3 market.
Lantas, apa yang akan terjadi jika Perusahaan belum memiliki Struktur dan Skala Upah
dan belum memberitahukan kepada karyawannya? Jika merujuk pada Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomer 20 tahun 2016, sanksi jelas ada. Namun seperti apa sanksi
yang akan diterima perusahaan bila tidak mematuhi peraturan struktur dan skala upah
ini?
Perusahaan mulai per tanggal 24 Oktober 2017 harus telah memiliki struktur dan skala
upah serta telah memberitahukan kepada karyawannya. Jika sampai tenggat waktu 23
Oktober 2017 perusahaan belum memiliki struktur dan skala upah serta belum
memberitahukan kepada karyawan, maka dapat dikenakan sanksi administratif. Ada dua
jenis sanksi administratif, yakni:
Teguran tertulis dapat diberikan sebanyak 2x, masing-masing untuk jangka waktu selama
15 hari, terhitung sejak tanggal tidak dipenuhinya kewajiban.
Jika setelah diberikan Teguran Tertulis tetap tidak menjalankan kewajibannya, maka
perusahaan dapat direkomendasikan untuk diberikan sanksi Pembatasan Kegiatan
Usaha. Rekomendasi tersebut paling tidak didasarkan pada pertimbangan mengenai
alasan perusahaan tidak memenuhi kewajibannya dan kondisi keuangan perusahaan 2
tahun terakhir yang teraudit. Masa berlaku sanksi Pembatasan Kegiatan Usaha ini
berlaku hingga terpenuhinya kewajiban Perusahaan untuk memiliki struktur dan skala
upah serta memberitahukannya ke karyawan.
1. Menteri
2. Menteri Terkait
3. Gubernur
4. Walikota / Bupati
5. Pejabat yang ditunjuk sesuai dengan kewenangannya
3/4
pengawasan berada di tingkat kota/provinsi, maka kemungkinan akan diberikan sanksi di
cabang terkait, atau jika temuannya dibawa ketingkat kementerian, mungkin dapat
diberikan sanksi ke kantor pusat yang berlaku menyeluruh.
Dengan begitu, perusahaan tidak perlu khawatir akan fairness dari peraturan ini. Bagi
pengusaha yang memahami betul jenis-jenis kompensasi dapat dengan mudah membuat
struktur dan skala upah. Selain itu, perusahaan yang telah memiliki struktur dan skala
upah hanya tinggal mengkomunikasikannya ke karyawan. Sedangkan bagi perusahaan
yang belum mempunyai struktur dan skala upah masih ada waktu untuk membuatnya
dan melaporkannya ke Dinas Ketenagakerjaan.
Jika Anda merasa kerepotan dalam mengelola upah atau penggajian karyawan setiap
bulan. Kini Anda dapat memanfaatkan aplikasi payroll seperti Gadjian yang dapat
mengurus payroll perusahaan dengan lebih terstruktur. Hal ini akan memudahkan Anda
jika sewaktu-waktu pemerintah membuat aturan seperti Permenaker No.1 tahun 2017.
Tidak hanya mengelola payroll karyawan, dengan menggunakan Gadjian Anda juga
dapat mengelola komisi, bonus dan tunjangan yang termasuk dalam Paket Kompensasi
yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan.
4/4