Anda di halaman 1dari 4

Dasar Perhitungan BPJS

Ketenagakerjaan Karyawan
Baru dan Resign

Ketika memilih software payroll, seringkali kita menemui fitur-fitur yang berhubungan dengan BPJS
Ketenagakerjaan. Apakah BPJS Ketenagakerjaan itu? Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua atau yang saat ini dikenal dengan
BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya
arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang
hilang, akibat risiko sosial.

Kini dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju, program BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya
memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga memberikan kontribusi penting
bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Bagaimana dengan penerapan di
lapangan ?
Pendaftaran kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan ini bisa dilakukan dikantor BPJS terdekat atau bisa juga
dengan pendaftaran online di www.bpjsketenagakerjaan.go.id. Selanjutnya untuk mendapatkan manfaat,
maka perusahaan wajib membayar iuran BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan program BPJS yang
diikuti dan juga disepakati oleh karyawan. Nominal besaran iuran yang harus dibayarkan oleh
perusahaan disesuaikan dengan upah karyawan, yaitu jumlah gaji pokok dan tunjangan tetap
( berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2015 Pasal 17) dan untuk detail perhitungannya, dapat dilihat di sini.
Kemudian perusahaan akan membayarkan iuran setiap bulannya paling lambat pada tanggal 15 pada
bulan berikutnya dengan melampirkan data kepesertaan dan data pendukung lainnya. Dan jika tanggal
15 jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya.
Lalu bagaimana dengan iuran karyawan baru atau karyawan resign yang masuk kerja dan resign pada
pertengahan bulan yang tidak menerima upah secara penuh?

Tentu dalam kesehariannya pasti akan terjadi perihal di atas dan dalam peraturan memang tidak
dijelaskan secara rinci mengenai hal ini, maka nantinya untuk pemotongan karyawan baru dan karyawan
resign dapat disesuaikan dengan PKB yang telah disepakati antara perusahaan dan juga karyawan.   

CONTOH KASUSNYA SEPERTI INI UNTUK


YANG DASAR PERHITUNGAN
MENGGUNAKAN UPAH PRORATA:
 

DETAIL KARYAWAN A

DETAIL KARYAWAN B
 

Maka saat ini jika terjadi hal demikian, misalkan untuk karyawan yang masuk bulan pertama dan dasar
perhitungan menggunakan upah prorate, maka bulan berikutnya sudah menggunakan upah penuh untuk
dasar perhitungan BPJSnya. Dan perusahaan wajib melaporkan perubahan data secara lengkap dan
benar untuk peserta / karyawan tersebut sesuai dengan peraturan PP Nomor 46 Tahun 2015 Pasal 10.
Namun kembali ke kebijakan perusahaan dan PKB yang sudah disepakati, apakah dihitung dengan dasar
perhitungan prorate atau upah penuh. Jika memang menggunakan pemotongan BPJS dengan upah
penuh maka bagian hrd tidak perlu lagi melaporkan adanya perubahan upah. Kembali kepada bagaimana
PKB yang telah disepakati bersama.

Kemudian jika karyawan resign dan ingin mencairkan JHTnya maka bisa dicek juga disini. Dan untuk
mempermudah perhitungan BPJS Ketenagakerjaan, Anda dapat menggunakan Sigma HRIS yang
merupakan salah satu produk software payroll Indonesia sehingga pembayaran BPJS Ketenagakerjaan
bisa terhitung secara otomatis.
Sumber :

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua

Anda mungkin juga menyukai