PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, oleh karena itu, setiap kegiatan dan
pembangunan nasional.
Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak
fasilitas pelayanan umum yang layak. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas
pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat
dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan
1
pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus
diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu,
Rumah Sakit saat ini masih pada tingkat Peraturan Menteri yang sudah tidak
bagi pengelolaan Rumah Sakit diperlukan suatu perangkat hukum yang mengatur
RS)1 undang-undang tersebut merupakan aturan hukum yang baru tentang rumah
hubungan antara tenaga kesehatan (paramedis), rumah sakit dan pasien tersebar
hal ini bisa terkait dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Sosial, namun demikian, akibat begitu banyak peraturan yang terkait dengan hal
ini, seringkali justru terjadi benturan antara satu peraturan dengan peraturan yang
efektif.
1
Penjelasan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Bagian I (Umum).
2
2. Rumusan Masalah
medis?
perdata?
administrasi?
pidana?
3
BAB II
PEMBAHASAN
kepada pasien dapat dibagi dalam tanggung jawab pidana dan tanggung jawab
(bab dua puluh) tentang Ketentuan Pidana, pada Pasal 190 Ayat (1) yaitu
Ayat (2) atau Pasal 85Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah), kemudian dalam Ayat (2) menyatakan dalam hal
4
85 Ayat (2) menegaskan bahwa “fasilitas pelayanan kesehatan dalam
pada Ayat (1) dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka
terlebih dahulu”. Pemberatan dari pasal tersebut, terdapat dalam Pasal 201
Ayat (1) yang menyatakan bahwa “dalam hal tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 190 Ayat (1) dilakukan oleh korporasi, selain
pemberatan tiga (3) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 190 Ayat (1). Kemudian pada Ayat (2) menyatakan bahwa “selain
5
sakit, wajib bertanggung jawab atas pelanggaran pelayanan paramedis
yang tidak sesuai standar dan prosedur yang terjadi di dalam rumah sakit
tersebut. Rumah sakit tersebut dapat dikenakan sanksi yang diatur dalam
penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1
(satu) tahun, penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah
dalam Pasal 25 ayat (1), Pasal 28 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 29 ayat (1)
dan ayat (2) dan atas perbuatan tersebut mengakibatkan timbulnya luka,
cacat tetap, atau hilangnya nyawa bagi pihak lain dikenai sanksi pidana
membayar ganti rugi bagi korban. Besaran ganti rugi bagi korban
(1) dan ayat (4), dan atas perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian
6
negara dikenai denda. Besaran denda ditetapkan berdasarkan putusan
dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 56 dikenakan kepada
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 56 dapat
dengan pelaku usaha akan timbul hak dan kewajiban tertentu antara satu
dengan yang lainnya. Hak dan kewajiban mereka di atur dalam UU PK.
7
usaha timbul dari hubungan , namun timbal balik di antara mereka dalam
berjalan dengan baik, sebagai contoh dalam hubungan timbal balik antara
pasien sebagai konsumen dan rumah sakit sebagai pelaku usaha, sering
memberikan ganti kerugian terhadap pasien dan bahkan pasien tetap harus
dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16,
dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana penjara paling lama 2
sakit berat, cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang
8
f. Pencabutan izin usaha. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di
liability.
dengan kewajiban atau persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh rumah
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan) yang menentukan antara lain
kewajiban untuk memiliki kualifikasi minimum dan memiliki izin dari pemerintah
menentukan bahwa tenaga kesehatan harus memenuhi kode etik, standar profesi,
9
Pertanggungjawaban dari aspek hukum pidana terjadi jika kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga medis di rumah sakit
memenuhi tiga unsur. Ketiga unsur tersebut adalah adanya kesalahan dan
perbuatan melawan hukum serta unsur lainya yang tercantum dalam ketentuan
pidana yang bersangkutan. Perlu dikemukakan bahwa dalam sistem hukum pidana
kita, dalam hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi, maka pengurusnya dapat
dikenakan pidana penjara dan denda, untuk korporasi, dapat dijatuhi pidana denda
dengan pemberatan.
Kerugian yang dapat dituntut atas dasar wanprestasi menurut Adami Chazawi
uang. Sementara itu kerugian yang dapat dituntut dengan alasan perbuatan
melawan hukum selain kerugian kebendaan juga kerugian idiil (immaterial) yang
10
untuk menentukan adanya kerugian sebagai dasar untuk menuntut ganti kerugian
kepada pihak yang bertanggung jawab, dalam hukum pidana hubungan kausal
terhadap pengantar pasien yang melontarkan keluhan. Adanya sifat yang sangat
khas pada layanan kesehatan yaitu adanya asimetri informasi dimana informasi
yang dimiliki oleh provider baik dari RS atau dokter tidak seimbang dengan yang
kesalahpahaman. Selain itu kondisi masyarakat yang semakin cerdas dan semakin
semakin meningkat.
termasuk mutu tenaga medis dan paramedis yang juga menjadi tanggung jawab
organisasi profesi. Pelatihan tentang pelayanan prima atau service excellent dari
tingkat top manajemen sampai dengan level terdepan yaitu office boy, kasir,
bagian loket serta bagian informasi, maupun paramedis tanpa kecuali, walaupun
11
dapat dipahami bahwa adanya keterbatasan manusia memprediksi secara akurat
apa yang terjadi. Paramedis juga seorang manusia yang bersifat ephemeral
esensi dari mutu adalah sebuah ‘upaya pencegahan’ ke arah yang buruk. Untuk
procedure (SOP) menjadi sebuah keniscayaan. Dan hal inilah kelemahan yang
sangat mendasar pada layanan kesehatan kita. SOP pada layanan kesehatan
seringkali tidak/belum ada. Atau bila SOP mungkin ada, namun kepatuhan
tempatnya. Dalam hal ini Sistem Manajemen Mutu (SMM) bisa jadi menjadi
sangat penting bukan sekedar pada ketersediaan dokter saja atau alat yang lengkap
saja namun adalah sebagai gabungan sistem manajemen yang mengatur semua
sumber daya yang ada untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien
hukum tersebut tetap tidak akan lepas dari pelaksanaan pelayanan kesehatan
2
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Edisi Kedua, Penerbit
Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm 12.
12
1365 KUHPerdata, yakni adanya kerugian nyata yang diderita sebagai akibat
KUHPerdata.
berikut :
liability atau let’s the master answer maupun the captain of ship melalui
bagian dari tim maupun orang yang bekerja di bawah perintah dokter atau
mewakili urusan orang lain, dengan atau tanpa setahu orang itu, maka ia
13
yang termasuk urusan itu. Ia juga harus menjalankan segala kewajiban
tersebut.
14
yaitu: Tidak mengerjakan kewajibannya sama sekali; mengerjakan
dilakukan;
fault) dan atas dasar resiko atau tanpa kesalahan (lilability without fault)
sebagai risiko dari usahanya. risiko dalam hal ini selalu dihubungkan
15
yaitu merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa dan
KUHPerdata yaitu4:
kausal.
tentang persyaratan bagi asisten perawat untuk menjalankan tugasnya (surat izin
kerja, surat izin praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga kesehatan.
4
Moegni Djojodihardjo, Perbuatan Melawan Hukum, Cetakan I, 1979, h.22.
16
telah dijelaskan diatas bahwa pelanggaran administrasi adalah apabila asisten
administrasi tersebut antara lain seperti asisten perawat tidak mempunyai surat ijin
kerja, surat ijin praktek, atau melangar batas kewenangan asisten perawat. Aspek
praktik dipersyaratkan untuk memiliki ijin. Ijin menjalankan praktik memiliki dua
makna, yaitu5:
bevoegdheid) ;
bevoegdheid).
5
Rudi Yulianto, Analisa Terhadap Tindakan Perawat Dalam Melakukan Tindakan Khitan, Tesis,
Surabaya, 2017, h. 106.
6
Ibid., h. 107
17
d. Memberikan perlindungan terhadap warga masyarakat terhadap
tertentu.
Hukum pidana termasuk dalam hukum yang berlaku umum, dimana setiap
orang harus tunduk kepada peraturan dan pelaksanaan aturan ini dapat
taat, juga termasuk orang asing yang berada dalam wilayah yurisdiksi Negara
Republik Indonesia. Menurut ketentuan yang diatur dalam hukum pidana, bentuk-
18
a. Kesengajaan (Dolus) : dalam KUHP dicantumkan kesengajaan adalah
b. Kealpaan (Culpa), pada umumnya kealpaan itu terdiri dari dua bagian,
dilakukan dengan hati-hati masih mungkin juga terjadi kealpaan jika yang
berbuat itu telah mengetahui bahwa dari perbuatan itu mungkin akan
sengaja yang sifatnya melanggar, berarti unsur kesengajaan dan kelalaian di sini
telah melakukan perbuatan melawan hukum, akibat dari pelanggaran hukum itu
harus membawa kerugian bagi pihak lain. Dalam arti sempit, perbuatan melawan
hukum diartikan bahwa orang yang berbuat pelanggaran terhadap orang lain atau
tindakan medis selalu mengandung resiko, sekecil apapun tindakan medis, dapat
kerugian. Dalam hal terjadi resiko baik yang dapat diprediksi maupun tidak dapat
pidana (dengan kata lain sebagai kriminalitas dalam bidang medik) yang tercatat
19
dalam literatur-literatur sebenarnya tidak banyak. Meskipun demikian, perlu
kelalaian yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Dalam hal ini
dapat terjadi karena tenaga kesehatan melakukan sesuatu yang seharusnya tidak
tentang ada tidaknya kelalaian dalam pelaksanaan tindakan asisten perawat, harus
dilihat secara komprehensif yakni ada tidaknya kompetensi dan kewenangan yang
dan tindakan asisten perawat dalam situasi dan kondisi. Penentuan tingkat
kesalahan tentang ada atau tidaknya kelalaian asisten perawat harus dibedakan
7
antara lain :
pelayanan kesehatan ;
7
Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Yogyakarta, 1994, h. 128.
20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
21
2. Tindakan Hukum dari segi administratif jika rumah sakit tidak
oleh tenaga medis di rumah sakit memenuhi tiga unsur. Ketiga unsur
340 KUHP, atau karena kealpaan (culpa) yang dimana terdapat pada
22
4. Aspek pertanggungjawaban secara hukum perdata, seorang tenga
surat tanda registrasi, surat izin kerja, surat izin praktik dan melanggar
batas kewenangannya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
1994.
Peraturan Perundang-undangan:
24