Anda di halaman 1dari 13

MAMPU MEMAHAMI HUKUM KESEHATAN DAN

KEPERAWATAN

DIBIMBING OLEH :
Eny Astuti,S.KM.,M.Kes

Di susun oleh
Kelompok IV:

Ira monika hong (2018.01.009)


Jamila amir (2018.01.010)
Krispinus G.ngana (2018.01.013)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu TUHAN yang maha esa.

penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama dengan
judul “HUKUM KESEHATAN DAN KEPERAWATAN”.

penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang …………………………………..………………………………...……..

1.2. Rumusan Masalah ……………………………..…………………………………………

1.3. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………..……..

1.4. Fungsi hukum keperawatan …………………………………..………………………….

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian hukum kesehatan dan keperawatan…………..………………………………

2.2. Tujuan pengaturan hukum keperawatan dan kesehatan…………….……………………

2.3. peraturan, kebijakan dan perundangan-undang yang berkaitan dalam praktik


keperawatan ………………….……………………………………………………….……

BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan …………………………………………………………………………………

3.2. Saran ……………………………………………………...………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin
meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional. Kemajuan dalam
bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan
perhatian terhadap etik.
Standard perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi
keperawatan internasional, nasional, dan negera bagian atau provinsi. Perawat harus mampu
menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari
klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat.
Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai
advokat klien.
Keperawatan sebagai suatu profesi harus memiliki suatu landasan dan lindungan yang
jelas. Para perawat harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan praktik
keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan
profesional yang mereka lakukan.Secara umum terdapat dua alasan terhadap pentingnya para
perawat tahu tentang hukum yang mengatur praktiknya. Alasan pertama untuk memberikan
kepastian bahwa keputusan dan tindakan perawat yang dilakukan konsisten dengan prinsip-
prinsip hukum. Kedua, untuk melindungi perawat dari liabilitas.Untuk itu, dalam makalah ini
akan dibahas tentang etik dan hukum dalam keperawatan.

1.2. Rumusan masalah

1. Apa saja Undang-undang kesehatan?


2. Apa yang dimaksudnya dengan hukum kesehatan?
3. Apa itu regulasi keperawatan?
4. Apa saja pengaturan hukum keperawatan?
5. Apakah undang-undang sudah diterapkan di dalam keperawatan?

1.3. Tujuan

Setelah membaca makalah ini, diharapkan mampu memahami :

1. Pengertian hukum kesehatan dan keperawatan


2. Tujuan hukum kesehatan dan keperawatan
3. Hukum Keperawatan
4. Fungsi Hukum dalam Keperawatan
5. Undang-Undang Praktek Keperawatan
6. Undang-undang perlindungan konsumen
7. Undang-undang tenaga kesehatan

1.4. Fungsi hukum keperawatan

Hukum mempunyai beberapa fungsi bagi keperawatan :

1. Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang


sesuai dengan hukum.
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi yang lain.
3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
4. Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan
posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum (Kozier, Erb, 1990)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan


perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan kewajiban individu, kelompok
atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak dan kewajiban
tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan di pihak lain
yang mengikat masing-masing pihak dalam sebuah perjanjian terapeutik dan ketentuan-
ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan lainnya yang
berlaku secara lokal, regional, nasional dan internasional.
Hukum dalam keperawatan Yaitu juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan
profesional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan
dapat memegang teguh etika profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan,
lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak
(masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang,
optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan, universal, keadilan, serta kesetaraan
dan kesesuaian interprofesional.

2.2. Tujuan pengaturan hukum kesehatan dan keperawatan

Adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban baik dari tenaga kesehatan

dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu dan masyarakat yang menerima

upaya kesehatan tersebut dalam segala aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta

organisasi dan sarana.Pengaturan keperawatan bertujuan :

1) Meningkatkan mutu perawat


2) Meningkatkan mutu pelayananan keperawatan
3) Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat dan klien
4) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
2.3. Peraturan dan perundang-undangan dalam kesehatan dan keperawatan
a. Undang-undang kesehatan
1, UU kesehatan No. 23 tahun 1992
Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik
keperawatan professional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak pasien,
kewenangan, maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan. Beberapa
pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan UU praaktik
keperawatan adalah :
a.Pasal 32 ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan,
hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
b.Pasal 53 ayat I
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesui dengan
profesinya.
c.Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien.

b. Undang undang keperawatan


UU Tentang praktik keperawatan pada bab 1 pasal 1 yang ke-3 berbunyi :
“ Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan baik langsung
atau tidak langsung diberikan kepada sistem klien disarana dan tatanan kesehatan lainnya, dengan
menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik dan standar pratik keperawatan.
Dan pasal 2 berbunyi :
“ Praktik keperawatan dilaksanakan berdasarkan pancasila dan berdasarkan pada nilai ilmiah, etika dan
etiket, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan serta keselamatan penerima
dan pemberi pelayanan keperawatan.

c. Undang undang tenaga kesehatan


UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehataN Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara
lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan
hukum.
UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun
1960. UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter,
doter gigi dan apoteker.
Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan
pendidikan rendah, termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah
pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidik rendah
dapat diberikaqn kewenangan terbats untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.
UU ini boleh dikatakan sudah using karena hanya mengklaripikasikan tenaga kesehatan secara dikotomis
(tenaga sarjana dan bukan sarjana). UU ini juga tidak mengatur landasan hukum bagi tenaga kesehatan
dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam UU ini juga belum tercantum berbagai jenis tenaga sarjana
keperawatan seperti sekarang ini dan perawat ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak
mempunyai tanggung jawab mandiri karena harus tergantung pada tenaga kesehatan lainnya.

d. Peraturan menteri kesehatan tentang regulasi keperawatan


1). Yang Mendasari Pentingnya Regulasi
Agar melindungi masyarakat dari praktik perawat yang tidak kompeten, karena Konsil
Keperawatan Indonesia yang kelak ditetapkan dalam UU praktik keperawatan akan menjalankan
fungsinya. Konsil Keperawatan melalui uji kompetensi akan membatasi pemberian kewenangan
melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi perawat yan mempunyai pengetahuan yang
dipersyaratkan untuk praktik. Sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi ini akan meyakinkan
masyarakat bahwa perawat yang melakukan praktik keperawatan mempunyai pengetahuan yang
diperlukan untuk bekerja sesuai standar. Masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan yang
bermutu sebagai bagian integrar dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastianhukum
kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan keperawatan.
2). Tujuan regulasi
Adapun tujuan dari regulasi adalah sebagai berikut :
Agar perawat semakin profesional dan proporsional sesuai dengan tanggung jawab yang harus
dipenuhi.
Diharapkan tidak terjadi adanya overlap.
Menghindari terjadi malpraktik yang kemungkinan dapat terjadi.
Meningkatkan mutu pelayanan profesinya dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang.
3). komponen regulasi
Pertama, keperawatan sebagai profesi memiliki karakteristik yaitu adanya kelompok
pengetahuan (body of Knowledge) yang melandasi keperampilan untuk menyelesaikan masalahg
dalam tatanan praktik keperawatan; pendidikan yang memenuhi standard an diselenggarakan
diperguruan tinggi; pengendalian terhadap stndar praktik; bertanggung jawab dan bertangguang
gugat terhadap tindakan yang dilakukan; memilih profesi keperawatan sebagai karir seumur
hidup; dan memperoleh pengakuan masyarakat karena fungsi mandiri dan kewenangan penuh
untuk melakukan pelayanan dan asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan system
klien (individu, keluarga, kelompok dan komunitas).

Kedua, kewenangan penuh untuk bekerja sesuai dengan keilmuan keperawatan yang
dipelajari dalam suatu system pendidikan keperawatan yang formal dan terstandar menurut
perawat untuk akuntabel terhadap keputusan dan tindakan yang dilakukannya. Kewenangan yang
dimiliki berimplikasi terhadap kesediaan untuk digugat, apabila perawat tidak bekerja sesuai
standar dan kode etik. Oleh karena itu, perlu diatur system registarasi, lisensi dan sertifikasi yang
ditetapkan denga nperaturan dan perundang-undangan. Sistem ini akan melindungi masyarakat
dari praktik perawat yang tidak kompeten, karena konsil keperawatan Indonesia yang kelak
ditetapkan dalam UU praktik keperawatan akan menjalankan fungsinya. Konsil Keperawatan
melalui uji kompetensi akan membatasi pemberian kewenagan melaksanakan praktik
keperawatan hanya bagi perawat yang mempunyai pengetahuan yang dipersyaratakan untuk
praktik. Sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi ini akan meyakinkan masyarakat bahwa perawat
yang melakukan praktik keperawatan mempunyai pengetahuan yang diperlukan untuk bekerja
sesuai standar.

Ketiga, perawat telah memberikan konstibusi besar dalam meningkatkan derajat


kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari layanan
pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi
pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan pemberioan perlindungan
hukum, bahkan cendrung menjadi objek hukum. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan,
sikap rasional, etis dan professional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif,
terampil, berbudi luhur, dan dapat memegang teguh etika profesi. Disamping itu, UU ini
memiliki tujuan lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai
pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang,
optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan, universal, keadilan, serta kesetaraan
dan kesesuaian interprofesioan (WHO, 2002).

Keempat, kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan


keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya pergeseran paradigm dalam pemberian
pelayanan kesehatan, dari model medical yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis
penyakit dan pengobatan, ke paradigm sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit dan gejala
sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen, 1996). Disamping itu, masyarakat
membutuhkan pelayanan keperawatan yang mudah dijangkau, pelayanan keperaweatan yang
bermutu sebagai bagian yang integrar dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastian
hukum kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan keperawatan.

e. Undang undang perlindungan konsumen


1). Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang dinyatakan dalam
pasal 4 ayat 1 yaitu hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa. dan pasal 8 ayat (1).
2). Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang dijelaskan pada pasal 5 ayat (1),
(2) dan (3).
3). Undang Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, sesungguhnya ditegaskan bahwa
Pemerintah berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap semua kegiatan
yang berkaitan dengan upaya penyelenggaraan kesehatan.
4). Peraturan Presiden Republik Indonesia No.12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
5). Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesiaa No. 634 Tahun 2002
bagian keempat mengatur tentang Penarikan Barang.
6). Menteri Kesehatan RI pernah melontarkan suatu kritikan yang sangat tajam terhadap iklan
obat-obatan yang beredar di masyarakat, khususnya yang ditayangkan di televisi. menurutnya,
semua iklan itu menyesatkan. Untuk melakukan pengawasan demikian, khususnya yang
berkaitan dengan periklanan diterbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan
Menteri Penerangan (No. 252/Menkes/SKB/VIII/80 dan No. 122/Kep/Menpen/1980) tentang
pengendalian dan pengawasan Iklan Obat, Makanan, Minuman, Kosmetika, dan Alat Kesehatan
(OMKA).
BAB III

PENUTUP

1.3. Kesimpulan

Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan


perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan kewajiban individu, kelompok
atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak dan kewajiban
tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan di pihak lain
yang mengikat masing-masing pihak dalam sebuah perjanjian terapeutik dan ketentuan-
ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan lainnya yang
berlaku secara lokal, regional, nasional dan internasional.

Hukum keperawatan Yaitu juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan
profesional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan
dapat memegang teguh etika profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan,
lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak
(masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang,
optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan, universal, keadilan, serta kesetaraan
dan kesesuaian interprofesional.

1.4. Saran

Jika seorang dokter, Perawat atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana
kejahatan dilakukan. Apapun yang perawat lakukan harus sesuai dengan prosedurnya, jika
perawat melakukantindakan kesalahan pada pasien yang menyebabkan keadaan pasien tambah
parah maka itu akan terkena pada undang undang yang sudah di buat.
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, anwar dadi SH. 2017. ETIKA KEBIDANAN & HUKUM KESEHATAN: Jakarta. EGC

Scudder, john bishop anne.2006. ETIKA KPERAWATAN: Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai