Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FT.

PEDIATRI
FISIOTERAPI PADA TORTICOLIS

DISUSUN OLEH:
NURUL ANNISA K
(PO714241181058)
D.IV FISIOTERAPI TK. III B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


MAKASSAR
JURUSAN FISIOTERAPI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Fisioterapi Pada Torticolis” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah FT. Pediatri. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Torticolis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 29 Desember 2020

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
2.1 Definisi.....................................................................................................................3
2.2 Anatomi Otot Leher.................................................................................................3
2.3 Klasifikasi................................................................................................................6
2.4 Patologi....................................................................................................................7
2.5 Patofisiologi.............................................................................................................7
2.6 Etiologi.....................................................................................................................8
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA TORTICOLIS............................................9
3.1 Anamnesis................................................................................................................9
3.2 Inspeksi..................................................................................................................10
3.3 Pemeriksaan Fungsi................................................................................................10
3.4 Pemeriksaan Spesifik.............................................................................................11
3.5 Diagnosis Fisioterapi..............................................................................................11
3.6 Problematik Fisioterapi..........................................................................................11
3.7 Program Pelaksanaan Fisioterapi............................................................................11
3.8 Evaluasi..................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................................13
4.1 Kesimpulan............................................................................................................13
4.2 Saran......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tortikolis merupakan leher yang terputar atau keadaan dimana otot-otot leher
terkontraksi disertai perputaran leher. Tortikolis dapat terjadi sejak lahir,
congenital Muscular Torticollis (CMT), atau didapat saat dewasa, acquired
torticollis. Congenital muscular torticollis (CMT) merupakan kelainan
musculoskeletal kongenital terbanyak ketiga setelah dislokasi panggul dan
clubfoot. Kelainan kongenital ini ditandai dengan pemendekan otot
sternokleidomastoideus unilateral.
Insidensi CMT kurang dari 2% dan diyakini disebabkan oleh trauma lokal
pada jaringan lunak leher sebelum atau selama persalinan, khususnya pada
persalinan dengan presentasi bokong dan persalinan sulit yang dibantu dengan
forceps. Sedangkan, pada orang dewasa, setiap abnormalitas atau trauma tulang
servikal bisa menyebabkan tortikolis termasuk trauma minor
(tegangan/regangan), fraktur, dislokasi, dan subluxasi, sering menyebabkan
spasme dari otot leher.
Manifestasi klinis yang didapat dari pemeriksaan yaitu kepala miring ke arah
yang sakit (setelah menyingkirkan penyebab lain seperti anomali tulang, diskitis,
limfadenitis), leher menjadi tidak seimbang dan pendek pada bagian yang
fibrosis, di sisi yang fibrosis telinga mendekati bahu, garis mata dan garis bahu
membentuk sudut (normalnya sejajar), perkembangan muka dapat menjadi
asimetris, dan terdapat benjolan berbatas tegas yang melibatkan satu atau kedua
caput sternocledomastoideus.
Semakin muda usia pasien tortikolis, semakin baik prognosisnya. Pada usia
anak dibawah satu tahun, pengobatan secara konservatif menunjukkan hasil yang
memuaskan. Sedangkan, waktu yang optimal untuk operasi adalah antara 1-4
tahun. Mengingat pentingnya diagnosa sedini mungkin pada pasien dengan

1
tortikolis, maka penting bagi para calon dokter umum untuk mengetahui
mengenai penyakit ini lebih jauh. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas
mengenai tortikolis.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi Torticolis?
2. Bagaimana etiologi Torticolis?
3. Bagaimana patofisiologi Torticolis?
4. Bagiamana tanda dan gejala Torticolis?
5. Bagaimana gambaran klinis Torticolis?
6. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Torticolis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Torticolis
2. Untuk mengetahui etiologi Torticolis
3. Untuk mengetahui patofisiologi Torticolis
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala Torticolis
5. Untuk mengetahui gambaran klinis Torticolis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Torticolis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Torticolis adalah suatu keadaan dimana terjadi keterbatasan gerak pada leher
yang disebabkan oleh pemendekan otot sternokleidomastoideus pada salah satu
sisi dan mengakibatkan kepala dipertahankan pada sisi yang mengalami gangguan
yang menyebabkan kontralateral pada dagu. Pada kasus ini otot yang mengalami
masalah adalah otot sternokleidomastoideus yang fungsi utamanya untuk
memutar kepala ke arah berlawanan, fleksi kepala jika bergeraknya bersamaan
dan membantu mengangkat costa. Otot sternokleidomastoideus juga merupakan
otot stabilitator.

2.2 Anatomi Otot Leher


Otot leher ada yang melekat pada tulang hyoid dan ada yang tidak melekat
pada tulang hyoid. Otot yang tidak melekat pada tulang hyoid yaitu : (1)
Musculus Sternocleidomastoideus, origo di manubrium sterni dan clavicula (1/3
medial) serta insersio di processus mastoideus os temporalis. Adapun aksinya
yakni bilateral-flexi kepala, rotasi unilateral kepala, memalingkan wajah ke sisi
sebaliknya. Otot ini dipersarafi oleh nervus accessorius (N XI); (2) Musculus
scalenus anterior dan scalenus medius, origo di processus transverses vertebra
cervicalis bagian atas dan insersio di costa 1. Aksinya adalah fleksi leher dan
elevasi costa 1. Otot ini dipersarafi oleh ramus ventralis nervus cervicalis
(Gambar 2.1 dan Gambar 2.2).

3
Gambar 2.1 Otot leher ( Tampak lateral)

Gambar 2.2 Otot leher ( Tampak anterior)


Otot leher yang melekat pada hyoid terbagi menjadi dua yaitu suprahyoid dan
infrahyoid. Otot yang berada infrahyoid yaitu : (1) Musculus Omohyoid (otot
ini memiliki dua belly yang dihubungkan dengan tendon intermediet), origo
untuk inferior belly dari scapula-medial ke suprascapular notch (tendon
intermediet dihubungkan ke klavikula dan rib 1. Insersionya pada tulang

4
hyoid. Aksinya yaitu untuk menekan tulang hyoid. Omohyoid dipersarafi oleh
ansa cervicalis; (2) Musculus Sternohyoid , origonya berasal dari sternum-
manubrium klavikula dan insersionya di tulang hyoid. Aksinya untuk
mendepresi tulang hyoid. Sternohyoid dipersarafi ansa cervicalis; (3)
Musculus Sternothyroid, origonya dari sternum-manubrium dan insersionya di
kartilago tiroidea. Aksinya adalah untuk depresi kartilago tiroidea, depresi
tulang hyoid dan laring secara indirek. Sternothyroid dipersarafi oleh ansa
cervicalis; (4) Musculus Thyrohyoid, origo dari kartilago tiroidea dan insersio
di tulang hyoid. Aksinya untuk depresi tulang hyoid dan elevasi laring.
Thyrohyoid dipersarafi oleh C1 dan Nervus hipoglossus ( N X11) (Gambar
2.3 dan Gambar 2.4).

Gambar 2.3 Otot Infrahyoid dan suprahyoid

Otot leher yang berada suprahyoid yaitu : (1) Musculus Digastricus (memiliki dua
belly), origo posterior belly dari tulang temporal-mastoid notch (medial terhadap
processus mastoideus) sedangkan origo anterior belly dari bagian dalam mandibula.
Insersionya pada tulang hyoid melalui tendon intermediet. Aksinya untuk elevasi
tulang hyoid dan depresi mandibula. Posterior belly dipersarafi oleh nervus facialis

5
( N VII) dan anterior belly dipersarafi oleh nervus trigeminus (N V3); (2) Muculus
Stylohyoid, origo di tulang temporal-processus styloideus dan insersio di tulang
hyoid. Aksinya untuk elevasi tulang hyoid dan dipersarafi oleh nervus facialis (N
VII); (3) Musculus mylohyoid, origo dari mandibula-mylohyoid line dan insersio di
tulang hyoid. Aksinya untuk elevasi tulang hyoid serta mengangkat dasar mulut
selama menelan. Otot ini dipersarafi ileh nervus trigeminus (N V3); (4) Musculus
Geniohyoid, origonya dari bagian dalam mandibula dan insersio di tulang hyoid.
Aksinya untuk elevasi tulang hyoid dan membawa hyoid ke depan. Otot ini
dipersarafi oleh C1, nervus hypoglossus ( N XII) (Gambar 2.3 dan Gambar 2.4).

Gambar 2.4 Otot Infrahyoid dan Suprahyoid serta aksinya

2.3 Klasifikasi
Torticolis yang sering terjadi dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. Torticolis congenital
Pada torticolis congenital (bawaan) terjadi kontraktur/ kekakuan otot
sterncleidomastoideus pada satu sisi. Otot sternocleidomastoideus adalah
otot pada leher yang berfungsi untuk menolehkan kepala ke kiri dan ke

6
kanan. Kekakuan pada otot ini akan mengakibatkan terjadinya
keterbatasan pergerakan leher bayi karena pemendekan serabut-serabut
otot tersebut.
b. Acquired torticollis
Torticolis ini didapat setelah lahir. biasanya terjadi beberapa bulan
setelah kelahiran, ada faktor yang lebih jelas yang mendasarinya dan tidak
terjadi asymetri wajah.awal.

2.4 Patologi
Keadaan iskemik pada otot SCM akan mengakibatkan otot tersebut
mengalami fibrosis dan tidak akan berkembang seperti otot lainnya. Bila terjadi
pada salah satu sisi otot SCM saja, maka akan menimbulkan manifestasi yang
membuat kepala anak menjadi miring ke arah sisi yang terkena tersebut.

2.5 Patofisiologi
a. Congenital Torticolis
Torticolis kongenital jarang dijumpai dan diyakini disebabkan oleh
trauma lokal pada jaringan lunak leher sebelum atau selama persalinan.
Trauma otot sternokleidomastoideus saat proses persalinan menyebabkan
fibrosis atau malposisi intrauterine yang menyebabkan pemendekan otot
sternokleidomastoideus. Bisa juga terjadi hematom yang diikuti dengan
kontraktur otot. Biasanya anak-anak seperti ini lahir dengan persalinan
sungsang atau menggunakan forseps.
b. Acquired Torticolis
Spasme dari otot leher yang menyebabkan torticolis merupakan hasil
dari injury atau inflamasi dari otot cervical atau nervus cranialis dari proses
penyakit yang berbeda. (Dewi,2015)

7
2.6 Etiologi
Etiologi tortikolis terbagi menjadi etiologi lokal, etiologi kompensasi, dan
etiologi sentral. Masing-masing akan dijelaskan dibawah ini.
a. Etiologi lokal
Pada orang dewasa, setiap abnormalitas atau trauma tulang servikal
bisa menyebabkan tortikolis termasuk trauma minor (tegangan/regangan),
fraktur, dislokasi, dan subluxasi, sering menyebabkan spasme dari otot leher.
Penyebab lainnya yakni infeksi, spondylosis, tumor, jaringan parut. Selain itu,
infeksi saluran nafas bagian atas dan infeksi jaringan lunak di leher bisa
menyebabkan tortikolis sekunder terhadap kontraktur otot atau adenitis.
Pada anak usia 2-4 tahun biasanya tortikolis sering disebabkan oleh
abses retrofaringeal. Tortikolis juga bisa terjadi akibat infeksi yang mengikuti
trauma atau infeksi di sekitar jaringan atau struktur leher termasuk faringitis,
tonsillitis, epiglottitis, sinusitis, otitis media, mastoiditis, abses nasofaring, dan
pneumonia lobus atas.
b. Etiologi kompensasi
Tortikolis sering merupakan mekanisme kompensasi dari penyakit
atau symptom lain seperti strabismus dengan parese nervus IV, nistagmus
kongenital, dan tumor fossa posterior.
c. Etiologi sentral
Tortikolis sering juga disebabkan oleh reaksi distonia sekunder
terhadap obat-obatan seperti phenotiazin, metoclopramide, haloperidol,
carbamazepine, phenytoin, and terapi L-dopa. Pada wamita usia 30-60 tahun
idiopatik spasmodic tortikolis meningkat. Sedangkan, pada anak etiologinya
torsion dystonia, drug-induced dystonia, dan cerebral palsy.asi

BAB III
8
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA TORTICOLIS

3.1 Anamnesis
A. Anamnesis Umum
 Identitas Anak
a) Nama bayi : Dita Jelita
b) Umur bayi : 1 tahun
c) Jenis kelamin : Perempuan
d) Agama : Islam
e) Alamat : Daya Paccerakang
f) Tinggi Badan anak : 60 cm
g) Berat Badan : 7,5 kg
h) Lingkar Kepala : 46 cm
 Orang Tua
a) Nama orang tua :
b) Umur : 28 tahun
c) Pekerjaan : Kantoran
d) Agama : Islam
e) Alamat : Daya paccerakang.

B. Anamnesis Khusus
 Keluhan utama : Kepala anak tidak bisa lurus/tegak
 Kapan keluhan : Usia 5 bulan
 Riwayat perjalanan penyakit : Usia lahir sampai 5 bulan tidak ada
kelainan, setealah itu mulai tampak kepala miring sampai sekarang.
 Umur kehamilan ibu : 27 tahun
 Umur kelahiran anak : 9 bulan
 Kehamilan anak ke : pertama
 Riwayat persalinan : normal (sungsang)

9
 BB saat lahir : 2,5 kg
 TB saat lahir : 40 cm
 LK saat lahir : 34 cm

3.2 Inspeksi
 Tampak kepala anak miring /tidak simetris
 Terlihat satu sisi muskulus sternokledomasteoideus tegang seperti tertarik.

3.3 Pemeriksaan Fungsi


Pemeriksaan fungsi yang dilakukan pada umumnya di lakukan secara pasif
karena usia yang belum dapat leluasa diajak berkomunikasi,terutama bagi
penderita dengan usia 0 - 3 tahun. Khusus pemeriksaan fungsi dasar dapat di
lakukan pemeriksaan gerakan aktif dengan menggunakan sarana bermain yang di
lakukan pemeriksaan gerakan aktif dengan menggunakan sarana bermain yang di
sesuaikan dengan usia tumbuh kembang bayi atau anak.

10
3.4 Pemeriksaan Spesifik
 Palpasi : benjolan /pengerasan jaringan fibrosus pada m.
Sternocleidomastoideus.
 Tonus otot : reaksi postural beraktivitas (-)
 Tes panjang otot : m. Sternocleidomastoideus ( +)

3.5 Diagnosis Fisioterapi


 Pemendekan otot sternocleidomastoideus bagian kanan dan gangguan fungsi
leher akibat congenital torticolis

3.6 Problematik Fisioterapi


a. Functional Limitation
 Dalam kasus ini terdapat kesulitan menoleh kekanan saat tidur, bermain
maupun beraktivitas sehari-hari.
b. Impairment
 Spasme pada kedua otot trapezius dan sternocleidomastoideus sinistra.
 Pemendekan otot sternocleidomastoideus sinistra
 Keterbatasan LGS pada neck

c. Disability
 Adanya keterbatasan dalam beraktivitas yaitu pasien dapat bermain
dengan leluasa seperti teman sebayanya.

3.7 Program Pelaksanaan Fisioterapi


1. Tujuan :
Tujuan jangka pendek :
 Menghilangkan atau mengatasi kontraktur m. Sternocleidomastoideus
 Mengembalikan LGS cervical
 Mengkoreksi sikap dan posisi kepala kearah yang benar.

11
Tujuan jangka panjang :
 Mengembangkan fugsi T-K daerah leher / kepala badan semaksimal
mungkin.
2. Intervensi Fisioterapi :
 Pemberian stretching : terutama pada m. Sternocleidomastoideus, jika
kontraktur diketahui lebih awal , maka stretching harus dilakukan sedini
mungkin.
 Latihan ADL , dengan bantuan permainan yang melibatkan fungsi kepala
dan tangan.
 Massage
 Relax passive movemet .
 Jika memugkinkan dengan deformitas otot, tindakan operatif dilakukan,
kemudian difixir dengan : skul cup/ban leher procietelin

3.8 Evaluasi
 Evaluasi gerakan ada kontraksi atau tidak
 Evaluasi perubahan kontraktur ototnya

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tortikolis merupakan leher yang terputar atau keadaan dimana otot-otot leher
terkontraksi disertai perputaran leher. Tortikolis dapat terjadi sejak lahir,
congenital Muscular Torticollis (CMT), atau didapat saat dewasa, acquired
torticollis. Congenital muscular torticollis (CMT) merupakan kelainan
musculoskeletal kongenital terbanyak ketiga setelah dislokasi panggul dan
clubfoot. Kelainan kongenital ini ditandai dengan pemendekan otot
sternokleidomastoideus unilateral.

Insidensi CMT kurang dari 2% dan diyakini disebabkan oleh trauma lokal
pada jaringan lunak leher sebelum atau selama persalinan, khususnya pada
persalinan dengan presentasi bokong dan persalinan sulit yang dibantu dengan
forceps. Sedangkan, pada orang dewasa, setiap abnormalitas atau trauma tulang
servikal bisa menyebabkan tortikolis termasuk trauma minor
(tegangan/regangan), fraktur, dislokasi, dan subluxasi, sering menyebabkan
spasme dari otot leher.

Manifestasi klinis yang didapat dari pemeriksaan yaitu kepala miring ke arah
yang sakit (setelah menyingkirkan penyebab lain seperti anomali tulang, diskitis,
limfadenitis), leher menjadi tidak seimbang dan pendek pada bagian yang
fibrosis, di sisi yang fibrosis telinga mendekati bahu, garis mata dan garis bahu
membentuk sudut (normalnya sejajar), perkembangan muka dapat menjadi
asimetris, dan terdapat benjolan berbatas tegas yang melibatkan satu atau kedua
caput sternocledomastoideus.

4.2 Saran
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca dan untuk para mahasiswa bisa
dijadikan referensi untuk lebih menyempurnakan isi dari makalah ini. Saran
13
penulis kepada pembaca yaitu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Terima kasih.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Adhyani. 2015. “ Tortikolis”. rdadhyanidewi.blogspot.co.id.

14
Nurhayati. 2007. “Manfaat Back School Aktif Terhadap Pengurangan Nyeri
Pinggang Mekanis (Studi Komparatif Antara Pemberian Back School Aktif, SWD
dan US dengan Pemberian Back School Pasif, SWD dan US)”. Vol 7 No 1.

Sujatno, Heru purbo. Sumber Fisis. Buku pegangan kuliah diploma III Fisioterapi
Universitas Pekalongan

Tandiyo, Desy Kurniawati. 2012. Rehabilitasi Medik Pada Torticollis.


www.torticolis/rehabilitasi-medik-pada-tortikolis.html

15

Anda mungkin juga menyukai