Anda di halaman 1dari 15

ISSN : 2302-688X Sport and Fitness Journal

Volume 3, No.1 : 35-49, Januari 2015

CORE STABILITY EXERCISE LEBIH BAIK MENINGKATKAN


AKTIVITAS FUNGSIONAL DARI PADA WILLIAMS FLEXION
EXCERCISE PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH
MIOGENIK
Indah Pramita*, Alex Pangkahila**, Sugijanto***
*Program Studi Magister Fisiologi Olahraga, Universitas Udayana
** Program Studi Magister Fisiologi Olahraga, Universitas Udayana
***Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta

ABSTRAK
Nyeri punggung bawah miogenik merupakan nyeri di sekitar punggung bawah
yang disebabkan karena gangguan atau kelainan pada unsur otot dan tendon tanpa
disertai gangguan neurologis. NPB miogenik dapat mengakibatkan nyeri, spasme otot
dan imbalance muscle, sehingga stabilitas otot perut dan punggung bawah mengalami
penurunan, mobilitas lumbal terbatas, mengakibatkan penurunan aktivitas fungsional.
Latihan yang biasa diberikan di rumah sakit berupa SWD dikombinasi dengan williams
flexion exercise (WFE). Adanya metode baru core stability exercise (CSE) sangat
penting bagi pasien NPB miogenik. CSE berfungsi mengaktivasi gerakan yang
harmonis antara keempat group otot inti. Aktivasi keempat otot inti ini akan
memberikan satabilitas pada punggung bawah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
core stability exercise lebih baik meningkatkan aktivitas fungsional dari pada williams
flexion exercise pada pasien nyeri punggung bawah miogenik. Penelitian ini
mengunakan rancangan quasi eksperimental dengan pre-test and post-test control group
design. Penelitian dilaksanakan di klinik di daerah Denpasar. Subjek sebanyak 28
pasien yang memenuhi kriteria yang ditetapkan peneliti. Peningkatan aktivitas
fungsional diukur dengan oswestry disability index (ODI) sebelum dan sesudah
pelatihan. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan diberikan
SWD dan CSE tiga kali seminggu dan kelompok kontrol diberikan SWD dan WFE tiga
kali semingu. Hasil uji statistik didapatkan, terjadi penurunan skor ODI pada kelompok
I dengan nilai p=0,001 dan pada kelompok II dengan nilai p=0,001. Ini berarti
kelompok I dan kelompok II sama-sama dapat meningkatkan aktivitas fungsional secara
bermakna. Dari uji komparasi data dengan t-test menggunakan data selisih pada kedua
kelompok didapatkan nilai p=0,001, yang berarti secara bermakna. Nilai selisih rerata
ODI pada kelompok I sebesar 28,86% sedangkan selisih rerata ODI pada kelompok II
sebesar 15,14%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa core stability
exercise lebih meningkatkan aktivitas fungsional dari pada williams flexion exercise
pada pasien nyeri punggung bawah miogenik. Penelitian diharapkan bermanfaat pada
pasien nyeri punggung bawah miogenik dalam meningkatkan aktivitas fungsional.

Kata kunci : core stability exercise, williams flexion exercise, SWD, nyeri punggung
bawah miogenik, ODI

35
ISSN : 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 3, No.1 : 35-49, Januari 2015

CORE STABILITY EXERCISE IS BETTER THAN WILLIAM'S


FLEXION EXERCISE TO INCREASE THE FUNCTIONAL
ACTIVITY IN PATIENTS WITH MYOGENIC LOW BACK PAIN
Indah Pramita*, Alex Pangkahila**, Sugijanto***
* Magister of Sports Physiology, Udayana University
** Magister of Sports Physiology, Udayana University
***Faculty of Physiotherapy, Esa Unggul University, Jakarta
ABSTRACT
Myogenic low back pain is pain around of the lower back mucle caused by
disorder or abnormalities in the elements of muscles and tendons without neurological
disorders. Myogenic low back pain may result in pain, muscle spasm and muscle
imbalance, so that the stability of abdominal muscles and low back decreased, lumbar
mobility is limited, resulting in a decrease in functional activity. The exercise was
usually given in a hospital Short Wave Diathermy combined with William's Flexion
Exercise (WFE). The existence of a new method of core stability exercise (CSE) is very
important for patients with myogenic low back pain. CSE was function to activate the
harmonious movement between the four core muscle groups. The activation of these
four core muscles will given stability on the lower back. The purpose of this study to
determine core stability exercise is better than William's Flexion Exercise increases the
functional activity in patients with myogenic low back pain. This study uses a quasi
experimental design with pre-test and post-test control group design. The experiment
was conducted in a clinic in Denpasar. Subjects were 28 patients who fulfill the criteria
were established of the researchers. The increasing of functional activity was measured
with the Oswestry Disability Index (ODI) before and after training. Subjects were
divided into two groups, they are the treatment group was given SWD and CSE three
times a week and a control group given SWD and WFE three times a week. The results
of statistical test was obtained, occur of decreasing in ODI scores in the first group with
p = 0.001 and in the second group with p = 0.001. It means that the first group and the
second group alike can increase the functional activity significantly. From the
comparative test data by t-test using the difference data in the two groups was obtained
the value p=0.001, which means significantly. The difference mean value ODI in first
group as 28,86% although the difference ODI in the second group as 15,41%. From the
results of the research can be concluded that the core stability exercises is more increase
the functional activity than William's Flexion Exercise in patients with myogenic low
back pain. The study is expected to be beneficial in patients with myogenic low back
pain to improving functional activity.

Keywords: core stability exercise, William's Flexion Exercise, SWD, myogenic low
back pain, ODI

36
ISSN : 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 3, No.1 : 35-49, Januari 2015

PENDAHULUAN penderita kembali tidak bekerja atau


kurang produktif4. Berdasarkan data
Nyeri punggung bawah (NPB)
yang diperoleh dari poliklinik
adalah suatu sindroma klinik yang
Rehabilitasi Medik Rumah Sakit
banyak dijumpai di masyarakat,
Umum Pusat Sanglah Denpasar
dimana ditandai dengan nyeri di
jumlah pasien NPB yang menjalani
sekitar tulang punggung bagian
rawat jalan sebanyak 152 pasien,
bawah. Angka kejadian nyeri
tahun 2010 sebanyak 249 pasien.
punggung bawah hampir sama pada
Jumlah pasien NPB yang datang ke
semua populasi masyarakat di
tempat praktek perseorangan dua
seluruh dunia, baik di negara maju
maupun negara berkembang, tahun terakhir berjumlah 270 pasien.

diperkirakan 60% - 85% dari seluruh Tingginya angka kekambuhan ini

populasi masyarakat di dunia pernah secara implisit menunjukan


pengobatan dan penanganan NPB
merasakan nyeri punggung bawah
yang belum memuaskan.
semasa hidupnya1.
Permasalahan yang ditimbulkan
Setiap tahun prevalensi nyeri
NPB cukup besar, tetapi sebagian
punggung bawah selalu meningkat.
besar keluhan dapat hilang
Dilaporkan di Amerika Serikat
sendirinya tanpa adanya penanganan
sebesar 15% - 45% terjadi NPB
medis5. Pasien NPB yang tidak
setiap tahunnya dan angka kejadian
tersebut terbanyak didapatkan pada melakukan latihan secara khusus
memiliki resiko 12 kali untuk
usia 35 th - 55 th2. Berdasarkan
Copcord Indonesia menunjukan kambuh dalam jangka waktu tiga

prevalensi nyeri punggung bawah tahun6.

pada laki-laki lebih tinggi NPB miogenik dapat

dibandingkan dengan perempuan3. mengakibatkan spasme pada otot


yang mana dapat menimbulkan
Berdasarkan survei sekitar 11% -
12% pasien menjadi cacat akibat penderita merasakan nyeri. Spasme
otot yang berkepanjangan dapat
kasus ini dan kecenderungan untuk
menimbulkan vasokonstriksi
kambuh cukup tinggi yaitu sekitar
pembuluh darah yang mengakibatkan
26% - 37%, sehingga menyebabkan

37
ISSN : 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 3, No.1 : 35-49, Januari 2015

iskemia, sehingga penderita akan ekstensor lumbal, menguatkan otot


membatasi adanya gerakan yang abdominalis dan otot gluteal serta
dapat menimbulkan nyeri7. NPB meningkatkan mobilitas jaringan ikat
miogenik juga dapat menimbulkan bagian posterior lumbosakral joint.
atrofi otot dalam waktu yang lama. Latihan fleksi lumbal lebih sesuai
Otot yang mengalami atrofi dalam untuk mengurangi nyeri dan
jangka waktu lama maka akan terjadi peningkatan LGS lumbal pada kasus
penurunan kekuatan otot. Penurunan NPB 9.
kekuatan otot ini nantinya akan dapat Belakangan telah dikembangkan
menyebabkan penurunan stabilitas di suatu metode baru yang terkenal
daerah lumbal yang selanjutnya dengan latihan Core stability. Core
menimbulkan penurunan tingkat stabiliy exercise (CSE) adalah sebuah
aktivitas fungsional pasien8. latihan yang sedang trend diberikan
Modalitas fisioterapi yang pada pasien NPB di beberapa negara.
diberikan pada NPB biasanya hanya CSE merupakan aktifasi sinergis
bertujuan untuk mengurangi nyeri yang meliputi otot-otot bagian dalam
dan rileksasi pada pasien, sedangkan dari thrunk yakni otot core (inti).
untuk meningkatkan aktivitas Fungsi core yang utama adalah untuk
fungsional belum didapatkan memelihara postur tubuh10.
modalitas yang tepat. Penanganan Berdasarkan latar belakang masalah
yang umum dilakukan oleh seorang di atas, maka peneliti ingin meneliti
fisioterapis di klinik atau rumah sakit apakah pemberian Core Stability
adalah dengan pemberian short wave Exercise lebih baik dalam
diathermy (SWD) biasanya ditambah meningkatkan aktivitas fungsional
latihan Williams flexion exercise. dari pada Williams Flexion Exercise
Williams flexion exercise pada NPB miogenik.
(WFE ) adalah jenis latihan terdiri Rumusan masalah dalam
dari 6 bentuk gerakan yang penelitian ini ada 3 yaitu :(1) Apakah
dirancang membuka foramen penerapan Williams flexion exercise
intervertebralis dan sendi faset, pada terapi dasar dapat
mengulur otot fleksor hip dan meningkatkan aktivitas fungsional

38
ISSN : 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 3, No.1 : 35-49, Januari 2015

pada pasien nyeri punggung bawah menambah wawasan terhadap


miogenik?, (2)Apakah penerapan karakteristik latihan Core stability
Core stability exercise pada terapi exercise dan Williams flexion
dasar dapat meningkatkan aktivitas exercise dalam aplikasi kasus Nyeri
fungsional pada pasien nyeri Punggung Bawah, (2)Memberikan
punggung bawah miogenik?, pengetahuan sejauh mana pemberian
(3)Apakah Core stability exercise latihan core stability exercise dan
lebih baik dalam meningkatkan williams flexion exercise dapat
aktivitas fungsional pada terapi dasar meningkatkan kemampuan
dari pada Williams flexion exercise fungsional pada pasien nyeri
pada pasien nyeri punggung bawah punggung bawah miogenik.
miogenik?
MATERI DAN METODE
Penelitian ini bertujuan : (1)Untuk
mengetahui penerapan Williams A. Ruang Lingkup Penelitian

flexion exercise pada terapi dasar Penelitian dilaksanakan di klinik


dalam meningkatkan aktivitas fisioterapi di daerah Denpasar dari
fungsional pada pasien nyeri bulan April Juni 2014. Setiap
punggung bawah miogenik, (2)Untuk kelompok mendapatkan terapi
mengetahui penerapan Core stability dengan frekuensi 3 kali perminggu
exercise pada terapi dasar dalam selama 2 minggu.
meningkatkan aktivitas fungsional Adapun tujuan umum dari
pada pasien nyeri punggung bawah penelitian ini adalah untuk
miogenik, (3) Untuk mengetahui mengetahui peningkatan aktifitas
Core stability exercise lebih baik fungsional pada pasien nyeri
dalam meningkatkan aktivitas punggung bawah miogenik setelah
fungsional pada terapi dasar dari diberi pelatihan SWD dikombinasi
pada Williams flexion exercise pada dengan core stability exercise
pasien nyeri punggung bawah dibandingkan dengan SWD
miogenik. dikombinasi williams flexion
Manfaat yang diperoleh dari exercise. Penelitian ini menggunakan
penelitian ini adalah : (1)Untuk

39
ISSN : 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 3, No.1 : 35-49, Januari 2015

rancangan Randomized Pre and Post plank yang diberikan 3 kali


Test Control Droup Design. seminggu.

B. Populasi dan Sampel Kelompok Perlakuan II

Populasi penelitian ini adalah seluruh Kelompok II diberi pelatihan


penderita nyeri punggung bawah SWD dikombinasi dengan williams
miogenik yang datang ke tempat praktek flexion exercise selama 2 minggu.
fisioterapi di Denpasar pada bulan April
Jenis latihan yang diberikan adalah :
sampai Juni 2014. Jumlah sampel dalam
pelvic tilting, single knee to chest,
penelitian ini berjumlah 28 pasien
double knee to chest, partial sit up,
berusia 25-50 tahun, nyeri punggung
hamstring stretches, dan squat yang
bawah telah melewati masa akut,
diberikan 3 kali seminggu.
yaitu minimal lebih dari 10 hari,
jenis kelamin laki-laki dan penderita C. Cara Pengumpulan Data

wanita tidak sedang hamil, tidak Pengumpulan data dilakukan


adanya kelainan neurologis. Sampel sebelum diberikan pelatihan dan
dibagi menjadi 2 kelompok. setelah 2 minggu diberikan pelatihan.
Kelompok 1 berjumlah 24 pasien Pengukuran aktifitas fungsional
diberi latihan SWD dikombinasi menggunakan Oswestry Disability
dengan core stability exercise. Index
Kelompok 2 diberi latiihan SWD
dikombinasi dengan williams flexion
exercise.

Kelompok Perlakuan I

Kelompok I diberi pelatihan SWD


dikombinasi dengan core stability
exercise selama 2 minggu. Jenis
latihan yang diberikan adalah :
bridging, single leg bridging,
modified plank, fron plank, dan side

40
ISSN : 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 3, No.1 : 35-49, Januari 2015

D. Analisis Data 7. Uji beda selisih pada Kelompok I


dan selisih pada Kelompok II diuji
Data yang diperoleh akan
dengan Independent Sample Test ,
dianalisis dengan langkah-langkah
karena data berdistribusi
sebagai berikut:

1. Statistik diskriptif untuk HASIL PENELITIAN DAN


menggambarkan karakteristik PEMBAHASAN
fisik sampel yang meliputi umur,
Karakteristik Subjek Penelitian
jenis kelamin, aktivitas
Tabel 1
pekerjaan, dan skor ODI .
Karakteristik Subjek Penelitian
2. Uji normalitas Data dengan
Karakteristik Rentang Kel I Kel II
Shapiro-wilk test subjek (n=14) (n=14)
3. Uji homogenitas data dengan uji n N
Umur 21-30 4 3
Levenes test 31-40 4 2

4. Uji beda Kelompok 1 dengan 41-50 6 9


Jenis Laki-laki 10 9
menggunakan Paired sample T-
kelamin Perempuan 4 5
test, karena pada uji normalitas Aktivitas Duduk 9 6

sebelum dan sesudah perlakuan pekerjaan Berjalan 1 2


Berdiri 3 1
data berdistribusi normal
Membungkuk 0 1
5. Uji beda Kelompok 2 dengan Mengangkat 1 4

menggunakan Wilcoxon match


Data karakteristik subjek
pair test, karena pada uji
penelitian yang didapat adalah umur,
normalitas sebelum dan sesudah
jenis kelamin, aktivitas pekerjaan
perlakuan salah satu
dan data awal kemampuan aktivitas
berdistribusi tidak normal.
fungsional. Berdasarkan distribusi
6. Uji beda sebelum pelatihan pada
subjek menurut umur menunjukkan
Kelompok I dan sebelum
pada Kelompok I golongan umur 41-
pelatihan pada Kelompok II
50 tahun merupakan jumlah
dengan menggunakan
terbanyak yaitu sejumlah 9 orang
Independent Sample Test
(64,3%). Keadaan serupa terlihat
pada Kelompok II dimana golongan

41
ISSN : 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 3, No.1 : 35-49, Januari 2015

umur 41-50 tahun merupakan jumlah yang paling sering dilakukan adalah
terbanyak yaitu sejumlah 6 orang aktivitas duduk lama yaitu pada
(42,8%). Hasil persentase umur Kelompok II sebesar 42,9% dan pada
dalam penelitian ini sesuai dengan Kelompok I sebesar 64,3%.
beberapa pendapat. Angka kejadian Hasil di atas sesuai dengan
NPB terbanyak ditemukan di usia hasil penelitian yang melaporkan
35-55 tahun2. NPB dialami sejak saat bahwa NPB banyak terjadi pada
masa remaja atau saat dewasa, yaitu pekerja atau karyawan yang bekerja
pada umur 25 tahun dan 55 tahun11. dalam posisi duduk lama, berdiri
Karakteristik subjek menurut lama, dan pekerjaan berat lainnya
jenis kelamin pada kedua kelompok seperti pekerjaan yang banyak
menunjukkan bahwa subjek aktivitas membungkuk secara
terbanyak kelamin laki-laki yaitu berulang, atau mengangkat dan
pada Kelompok II sebanyak 9 orang menurunkan beban berat dengan cara
(64,3%) dibandingkan subjek yang salah8.
perempuan sebanyak 5 orang (35,7),
Distribusi Uji normalitas dan
sedangkan pada Kelompok I subjek
Homogenitas Skor ODI
laki-laki sebanyak 10 orang (71,4)
Tabel 2
dibandingkan subjek perempuan
Hasil Uji Normalitas Dan
sebanyak 4 orang (28,6%). Kondisi
Homogenitas Skor ODI
ini sesuai dengan penelitian yang
Skor ODI Saphiro Wilk test Levene
dilakukan oleh Copcord Indonesia (p) test
Kel I Kel II (p)
menunjukkan prevalensi NPB 18,2% Sebelum 0,194 0,159 0,189
pada laki-laki dan 13,6% pada perlakuan
Sesudah 0,001 0,161 0,914
3 perlakuan
perempuan .
Selisih 0,485 0,526 0,510
Karakteristik subjek penelitian
berdasarkan aktivitas pekerjaan juga Hasil uji normalitas, didapatkan

sangat mempengaruhi ada tidaknya skor penurunan ODI pada

peningkatan aktivitas fungsional. Kelompok I sebelum pelatihan

Dalam penelitian ini ditemukan pada didapatkan nilai p=0,194

kedua kelompok aktivitas pekerjaan (berdistribusi normal), dan setelah

42
ISSN : 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 3, No.1 : 35-49, Januari 2015

pelatihan didapatkan nilai p=0,001 Uji Perbedaan Penurunan Skor


(berdistribusi tidak normal) sehingga ODI Pada Kelompok II
pengujian selanjutnya dengan uji non
Tabel 3
parametrik. Sedangkan uji normalitas
Uji Hipotesis Penurunan Skor ODI
skor penurunan ODI pada Kelompok
Pada Kelompok II Sebelum Dan
II sebelum pelatihan p=0,159 dan
Sesudah Pelatihan
setelah pelatihan didapatkan nilai
N RerataSB Uji t
p=0,161 (berdistribusi normal) Kel II
berpasangan
sehingga pengujian selanjutnya
t p
dengan uji paramentrik. Hasil uji
Sebelum 14 37,4315,
normalitas selisih Kelompok I
pelatihan 989
didapat nilai p=0,489 dan selisih 7,421 0,001
Setelah 14 22,2912,
Kelompok II didapatkan nilai pelatihan 048
p=0,526 (berdistribusi normal)
Berdasarkan analisis data skor
sehingga uji selisih kedua kelompok
ODI sebelum dan setelah pelatihan
menggunakan uji parametrik.
pada Kelompok II dengan
Hasil uji homogenitas
menggunakan uji t berpasangan (dua
penurunan skor ODI sebelum dan
sampel berpasangan) tertera pada
setelah pelatihan didapatkan nilai
tabel 3, didapatkan rerata sebelum
p>0,05 (data homogen), dan pada
pelatihan 37,4315,989 dan setelah
sellisih kedua kelompok juga
pelatihan 22,2912,048 dengan nilai
didapatkan nilai p>0,05 yang berarti
p=0,001 (p<0,05), sehingga
data homogen.
Kelompok II terjadi penurunan skor
ODI
Penambahan SWD pada Williams
Flexion Exercise tidak berlawanan
dengan efek fisiologisnya, kombinasi
latihan ini justru akan meningkatkan
hasil yang lebih maksimal. Mekanisme
penurunan nyeri dan perbaikan aktifitas
fungsional ditinjau dari efek fisiologis,

43
ISSN : 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 3, No.1 : 35-49, Januari 2015

dimana perbedaan struktur jaringan dapat mengurangi nyeri dengan cara


tubuh menyebabkan efek yang mengurangi gaya kompresi pada
dihasilkan akan berbeda untuk tiap sendi facet dan meregangkan fleksor
jaringan. Jaringan ikat akan mengalami
hip dan ekstensor lumbal8.
peningkatan elastisitas akibat turunnya
Tabel 4
viskositas matriks jaringan karena
Uji Hipotesis Penurunan Skor ODI
homeostasis lokal sehingga jaringan
Pada Kelompok I Sebelum Dan
akan mudah digerakkan dan
kelenturannya bertambah, sehingga
Sesudah Pelatihan

waving efek akan mudah didaoatkan dan Kel I


N MedianSB wilcoxon rank
test
reseptor saraf A dan C yang terjebak z p
akibat tekanan jaringan fibrous akan
Sebelum 14 4212,34
terbebas sehingga nyeri berkurang12.
pelatihan
Williams Flexion Exercise -3,301 0,001
Setelah 14 812,269
adalah sebuah program latihan pelatihan

dengan tujuan untuk mengurangi


Berdasarkan analisis data skor
tekanan oleh beban tubuh pada sendi
ODI sebelum dan setelah pelatihan
facet dan meregangkan otot dan
pada Kelompok I dengan
fascia di daerah dorsolumbal, serta
menggunakan uji Wilcoxon match
bermanfaat mengkoreksi postur
pair test (dua sampel berpasangan)
tubuh yang salah. Latihan ini juga
tertera pada tabel 4, didapatkan data
dapat meningkatkan stabilitas lumbal
rerata sebelum pelatihan 4212,34
karena secara aktif melatih otot-otot
dan setelah pelatihan 812,269
abdominal, gluteus maksimus dan
dengan p=0,001 (p<0,05), sehingga
hamstring. Disamping itu WFE juga
kelompok perlakuan terjadi
dapat meningkatkan tekanan
penurunan skor ODI . Dengan hasil
abdominal yang mendorong kolumna
di atas dapat disimpulkan bahwa
vertebralis ke arah belakang, dengan
pemberian pelatihan Core Stability
demikian akan membantu
Exercise pada terapi dasar dapat
mengurangi hiperlordosis lumbal dan
meningkatkan aktivitas fungsional
mengurangi tekanan pada diskus
pada pasien NPB miogenik.
intervertebralis. Secara teoritis, WFE

44
ISSN : 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 3, No.1 : 35-49, Januari 2015

Pemberian SWD pada Core (imbalance muscle), yang terjadi


Stability Exercise tidak memiliki adalah rasa sakit di daerah punggung
efek fisiologis yang berlawanan, bawah. Dengan CSE keseimbangan
melainkan apabila dikombinasi otot abdominal dan paravertebrae
dengan CSE akan lebih akan membentuk suatu hubungan
meningkatkan hasil. Terapi dasar yang lebih baik karena terjadi
merupakan terapi thermal yang koaktivitas otot dalam dari trunk
efektif diberikan sebelum pelatihan. bawah sehingga dapat mengontrol
Mekanisme dari kedua efek tersebut selama terjadinya pergerakan
mengakibatkan jaringan ikat akan perpindahan berat badan, aktivitas
lebih mudah digerakkan dan fungsional dari ekstremitas seperti
kelenturannya bertambah12. Kondisi meraih dan melangkah13.
seperti itu sangat membantu program Terapi latihan berupa CSE ini
pelatihan Core Stability Exercise merupakan cara yang efektif untuk
yang diberikan. mengobati juga mencegah NPB dan
Core Stability Exercise cedera ekstremitas bawah terutama
mempunyai kemampuan untuk dalam peningkatan aktivitas
mengontrol posisi dan gerakan pada fungsional yang melibatkan otot inti
10
bagian pusat tubuh , karena target yaitu otot transversus abdominis,
utama latihan ini adalah otot yang otot multifidus, otot diafragma
letaknya dalam dari perut, yang thorak dan otot-otot dasar panggul14.
terkoneksi dengan tulang belakang, Otot-otot ini semua bekerja secara
panggul, dan bahu. CSE bermanfaat harmonis untuk memberikan
untuk memelihara kesehatan stabilisasi bagi tubuh (the neutral
punggung bawah, statik stabilisasi, zone).
dan dinamik trunk serta mencegah Core Stability Exercise Lebih
terjadinya cedera (pada punggung Meningkatkan Aktivitas
dan ekstremitas bawah) terutama Fungsional Dari Pada Williams
dalam meningkatkan aktivitas Flexion Exercise Pada Pasien
fungsional. Ketika otot inti lemah Nyeri Punggung Bawah Miogenik
atau tidak ada keseimbangan

45
ISSN : 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 3, No.1 : 35-49, Januari 2015

Untuk mengetahui perbedaan SWD yang dilanjutkan dengan


peningkatan aktivitas fungsional latihan Williams Flexion Exercise
pada Kelompok I dan Kelompok II menunjukkan peningkatan aktivitas
dapat dilihat melalui independent fungsional, hal ini sesuai dengan
sample t-test. penelitian yang menunjukkan bahwa
Tabel 5 Williams Flexion Exercise
Rerata Selisih Penurunan Skor meningkatkan mobilitas lumbal dan
ODI Pada Aktivitas Fungsional aktivitas fungsional pada pasien NPB
Sebelum Dan Setelah Pelatihan mekanik subakut dan kronis15.

Kel n RerataSB T p Williams Flexion Exercise memiliki


I 14 28,866,916 prinsip rileksasi otot paravertebra
4,981 0,001
II 14 15,147,635 yang merupakan global muscle yang
berfungsi sebagai penggerak fleksi
Berdasarkan hasil analisis uji t- dan ekstensi trunk8. Pada pasien NPB
test seperti Tabel 5 di atas, miogenik terjadi spasme pada otot
menunjukkan bahwa nilai selisih paravertebrae dengan latihan WFE
skor ODI pada Kelompok I dan otot tersebut menjadi rileks sehingga
Kelompok II didapatkan hasil nilai mobilitas fleksi dan ekstensi trunk
p=0,001 yang artinya terdapat meningkat, nyeri berkurang dan
perbedaan secara signifikan antara aktivitas fungsional meningkat.
Kelompok I dan Kelompok II dalam Kelompok I, dimana subjek
meningkatkan aktivitas fungsional mendapatkan terapi dasar berupa
pada pasien NPB miogenik. SWD yang dilanjutkan dengan
Disimpulkan bahwa pelatihan Core pemberian terapi latihan berupa
Stability Exercise lebih baik dalam pelatihan Core Stability Exercise
meningkatkan aktivitas fungsional menunjukkan peningkatan aktifitas
dari pada Williams flexion exercise fungsional yang lebih besar
pada terapi dasar pada psien NPB dibandingkan pada Kelompok II,
miogenik. yang mendapatkan terapi dasar
Kelompok II, dimana subjek berupa SWD dan dilanjutkan dengan
mendapatkan terapi dasar berupa pelatihan Williams Flexion Exercise.

46
ISSN : 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 3, No.1 : 35-49, Januari 2015

Hasil ini sesuai dengan hipotesis otot yang mengalami kelemahan


penelitian, bahwa latihan Core sekaligus dapat mengurangi rasa
Stability Exercise lebih nyeri dan meningkatkan aktivitas
meningkatkan aktivitas fungsional fungsional. Stabilitas yang baik lebih
dari pada Williams Flexion Exercise diperlukan pada pasien NPB
pada terapi dasar pada pasien NBP miogenik daripada mobilitas, karena
miogenik. permasalah pada NPB miogenik
Hasil analisis di atas sesuai adalah berkurangnya stabilitas pada
dengan teori bahwa prinsip latihan punggung bawah.
CSE adalah mengaktifkan kerja dari
SIMPULAN DAN SARAN
pada core muscle yang merupakan
Berdasarkan hasil analisis
deep muscle yang pada pasien NPB
penelitian ini didapatkan kesimpulan:
miogenik mengalami kelemahan.
1. Pelatihan Williams Flexion
Teraktifasinya core muscle ini akan
exercise dapat meningkatkan
meningkatkan stabilitas tulang
aktifitas fungsional pada pasien
belakang, karena core muscle yang
nyeri punggung bawah miogenk.
aktif akan meningkatkan tekanan
2. Pelatihan core stability exercise
intra abdominal dan hal tersebut
dapat meningkatkan aktifitas
akan membentuk abdominal brace
fungsional pada pasien nyeri
yang akan meningkatkan stabilitas
punggung bawah miogenk.
dari tulang belakang11. Peningkatan
3. Core stability exercise lebih
aktivitas dan co-aktivitas antagonis
meningkatkan aktivitas
otot trunk dapat meningkatkan
fungsional dibandingkan dengan
kontrol tulang belakang pada
williams flexion exercise pada
individu NPB hal tersebut
terapi dasar pada pasien nyeri
mendorong pemeliharaan dari posisi
punggung bawah miogenik
lumbopelvic agar tetap stabil14.
SARAN
Pemberian terapi latihan berupa core
stability exercise pada terapi dasar Metode latihan core stability
yang dilakukan dengan benar dapat exercise perlu ditambahkan pada
memberikan peningkatan kekuatan terapi dasar, mengingat bahwa

47
ISSN : 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 3, No.1 : 35-49, Januari 2015

peningkatan aktivitas fungsional 5 Kravitz. 2006. Low Back


pada pasien NPB miogenik lebih Stability Training. diakses
besar setelah diberikan latihan core tanggal 20 Januari 2014.
stability exercise dibandingkan Available from:
dengan pemberian williams flexion www.unm.edu/~lkravitz/pages.
exercise 6 Knudsen, H.A. 2003. Williams
Flexion versus Mc. Kenzie
DAFTAR PUSTAKA
Extension for LBP. PT Doctor
1 Tiger, White. Lapkas Low Back
Information products inc
Pain rehab medik unsrat,
[online], dari
Retrieved November,23, 2013.
http://homeexerciseprogram.
Available from: http://
com/Williams-Flexion-Versus-
www.whitetigermtc76.co.cc
Mckenzie-Extension-Exercises-
2 Tulder, M., Koes B.2001. Low
For-LowBack Pain. html.
back pain and Sciatica. Clinical
7 Meliala, L dan Pinzon, R. 2004.
evidence, Retrieved: December,
Patofisiologi dan
12, 2006, Available from:
Penatalaksanaan Nyeri
http://www.Emedicine.com, hal.
Pinggang Bawah. Dalam:
1-19.
Meliala L, Rusdi I, Gofir A,
3 Wirawan, R.B. 2004. Diagnosis
editor. Pain Symposium:
dan Manajemen Nyeri
Towards Mechanim Based
Pinggang. Jogjakarta: Dalam
Treatment, Jogjakarta, hal. 109-
Pain Simposium. Towards
116.
Mechanism Based Treatment. 5
8 Hills, E.C. 2006. Mechanical
Desember, hal. 36, 105 108
low back pain. Retrieved:
4 Marpaung, B., Sjah M. 2006.
10/12/2013, Available from:
Penatalaksanaan nyeri pinggang
http://www.emedicine.com
kronis. dalam, Setiyohadi,
9 Borestein and Wissel. 2004. Low
Kasjmir, editor. Temu Ilmiah
back pain Medical diagnosis and
Reumatologi 2006, Jakarta, hal.
comprehensive management.
14 -17.

48
ISSN : 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 3, No.1 : 35-49, Januari 2015

WB Saunders Company. 14 Hodges, P.W, and Richardson,


Philadelphia, hal. 147- 16 C.A. (1999). Altered trunk
10 Brandon dan Raphael. 2009. muscle recruitment in people
Core stability training and Core with low back pain with upper
stability program. [Cited 2014 limb movement at different
Jan, 11]. Available from: speeds. Archives of Physical
http://www.sportinjurybulletin.c medicine ang rehabilitation, hal
om/archive/core-stability.html. 1005-1012.
11 Andri. 2008. Program 15 Kurniawan, Hadi. 2004.
Fisioterapi untuk Nyeri Pengaruh Williams Flexion
Punggung Bawah. 13 Mei 2014. Exercise Terhadap Mobilitas
Available from: Home Made-in Lumbal Dan Aktivitas
Riko My friendster Free Blog Fungsional Pada Pasien-Pasien
Template Pakdenono.Com Al- Dengan Nyeri Punggung Bawah
Sofwah.Com. (NPB) Mekanik Subakut Dan
12 Sugijanto. 2006. Perbedaan Kronis, Program Studi
Pengaruh Pemberian Short Rehabilitasi Medik Fakultas
Wave Diathermy (SWD) dan Kedokteran Universitas
Contract Relax And Stretching Diponegoro. Semarang.
Dengan Short Wave Diathermy
dan Transvers Friction
Terhadap Pengurangan Nyeri
Pada Sindroma Nyeri Miofasial
Otot Levator Skapula.
Fisioterapi Indonesia, 6 (1). Hal.
46-66.
13 Panjabi, M.M. 2013. The
Stabilizing system of the Spine.
Part II. Neutral Zone and
Instability Hypothesis. Journal
of Spinal Disorder, hal 390-396

49

Anda mungkin juga menyukai