Anda di halaman 1dari 19

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

PADA KARSINOMA BRONKOGENIK

Dosen Pembimbing
dr. Lydia Purba, Sp.Rad

Disusun Oleh
Michael Alexander Dhira Damanik
1061050011

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI


PERIODE 23SEPTEMBER 2013 19 OKTOBER 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas karunia dan rahmat yang
diberikan, sehingga penulisan referat yang berjudul Pemeriksaan Radiologis Pada
Bronkogenik Karsinoma dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik Radiologi
sebagai syarat kelulusan dapat terselesaikan tanpa hambatan dan rintangan yang berarti.
Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas
dari bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga atas bantuan dan
pengertiannya selama penulisan karya tulis ini serta yang terhormat:
1.

dr. Lidya Purba,Sp. Rad sebagai pembimbing

2. Staff dan pengajar kepaniteraan klinik Radiologi


3. Orang tua yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
4. Rekan-rekan kepaniteraan Radiologi, atas bantuan, dukungan, dan kerjasamanya
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam pengembangan
informasi ilmiah baik bagi penulis, mahasiswa, institusi dan masyarakat.

Jakarta, 08 Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Kata pengantar .. .2
Daftar isi ......3
Bab 1. PENDAHULUAN ...................................................................................................4
Bab 2. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................6
2.1 Anatomi Normal ...............................................................................................6
2.2 Definisi karsinoma bronkogenik ......................................................................7
2.3 Etiologi karsinoma bronkogenik ......................................................................8
2.4 Mekanisme terjadinya karsinoma bronkogenik ...............................................8
2.5Diagnosa karsinoma bronkogenik........10
2.6 Gambaran Radiologis .....................................................................................10
2.7 Diagnosa Banding ..14
Bab 3. KESIMPULAN .15
Daftar Pustaka...................................................................................................................16

BAB 1
PENDAHULUAN
Lebih dari 90% tumor paru-paru merupakan tumor ganas, dan sekitar 95% tumor
ganas ini termasuk karsinoma bronkogenik.Karsinoma bronkogenik adalah tumor malignan
yang timbul dari epithelium bronkial.Karsinoma sel bronkiolar/alveolar berasal dari kantung
udara (alveoli) di paru-paru.Kanker ini bisa merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi sering
kali menyerang lebih dari satu daerah di paru-paru. .

Data statistik WHO 1974 memperkirakan terdapat 83.000 kasus baru karsinoma
1
bronkogenik per tahun dan mengakibatkan 754.000 kematian .

Data dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya untuk kurun waktu 1974-1978 menunjukkan
bahwa karsinoma bronkogenik menduduki urutan kelima dari seluruh kasus kanker yang
dirawat, bahkan pada penderita pria kanker menduduki peringkat kedua setelah kanker hati.
Namun ada laporan tengah tahunan catatan medis RSUD Dr. Soetomo kurun waktu Juni
sampai dengan Desember 1984, didapatkan karsinoma bronkogenik telah menduduki
peringkat pertama untuk kasus kanker pada pria, dengan 23% daripada seluruh kasus kanker
1

pada pria .

Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru sebagai
salah satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan lainnya. Peningkatan
angka kesakitan penyakit keganasan, seperti penyakit kanker dapat dilihat dari hasil Survai
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang pada 1972 memperlihatkan angka kematian karena
2
kanker masih sekitar 1,01 % menjadi 4,5 % pada 1990 .

Di USA tahun 2000 dilaporkan 164.100 kasus, dimana hanya 1% pasien kanker paru
berusia < 30 tahun, 10% berusia > 70 tahun, rata-rata usia terbanyak pada usia 60 tahun. Di
Inggris ditemukan 40.000 kasus, Sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker
terbanyak.Di RS kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3
sesudah kanker payudara dan leher rahim.Di negara berkembang lain dilaporkan insidensinya
naik dengan cepat, antara lain karena konsumsi rokok berlebihan seperti di Cina yang
mengkonsumsi 30% rokok dunia. Sebagian kanker paru mengenai pria (65%), life time risk
3
1:13 dan pada wanita 1:20. .

Karsinoma bronkogenik merupakan salah satu penyebab utama kematian.Menurut


data WHO 1 juta dari 6 juta orang meninggal di seluruh dunia karena penyakit ini. Pria lebih
banyak terkena daripada wanita dengan 5 years survival rate < 15%.Insidens tertinggi terjadi
pada usia antara 55-65 tahun peningkatan ini dipercaya ada hubungannya dengan makin
3
tingginya kebiasaan merokok sigaret .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Anatomi normal

Bronkus merupakan saluran nafas yang terbentuk dari belahan dua trakea
pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa
4
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama .

Bronkus berjalan ke arah bawah dan samping menuju paru dan bercabang
menjadi dua, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus kanan mempunyai
7

diameter lumen lebih lebar, ukuran lebih pendek dan posisi lebih vertikal. Letak
sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis serta mengeluarkan sebuah cabang
4

utama yang melintas di bawah arteri, yang disebut bronkus kanan lobus bawah .
Sedangkan bronkus kiri memiliki ukuran lebih panjang, diameter

lumennya lebih sempit dibandingkan bronkus kanan dan melintas di bawah arteri
pulmonalis sebelum di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas
4
dan bawah .

Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus
lobaris, kernudian menjadi lobus segmentalis. Bronkus lobaris ini bercabang terus
menjadi bronkus yang lebih kecil, dengan ujung cabangnya yang disebut
bronkiolus. Setiap bronkiolus memasuki lobulus paru, dan bercabang-cabang
4
menjadi 5-7 bronkiolus terminalis .

Bronkiolus terminalis adalah saluran udara terkecil yang tidak


mengandung alveoli (kantong udara). Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah
kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi
dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran
udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar
udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat
5
pertukaran gas paru-paru .

2.2.Definisi Kanker bronkogenik


Kanker Paru (Karsinoma Bronkogenik) adalah tumor malignan yang timbul dari
Bronkus.Tumor seperti ini adalah epidermoid, biasanya terletak dalam bronki yang
8

besar. Atau mungkin adenokarsinoma, yang timbul jauh di luar paru .

Lebih dari 90% kanker paru-paru berawal dari bronkus (saluran udara besar
yang masuk ke paru-paru), kanker ini disebut karsinoma bronkogenik, yang terdiri
dari: Karsinoma sel skuamosa, Karsinoma sel kecil atau karsinoma sel gandum,
1
Karsinoma sel besar Adenokarsinoma .

Karsinoma sel alveolar berasal dari kantong udara (alveoli) di paru-paru.Kanker


ini bisa merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu
1
daerah di paru-paru. .

1,8,9

2.3 Etiologi Kanker Bronkogenik .

Pajanan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik, seperti:
rokok, asbestos, radiasi ion, radon, arsen, kromium, nikel dan lain-lain.

Polusi udara. Pasien Karsinoma bronkogenik lebih banyak di daera urban yang
banyak polusi udaranya dibandingkan yang tinggal di daerah rural

Genetik. Terdapat perubahan/mutasi beberapa grn yang berperan dalam kanker paru,
yakni : proto oncogen, tumor supressor gene, gene encoding enzyme.

2.4 Mekanisme terjadinya kanker pada paru


Kanker adalah sel yang telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak teratur.Kanker bisa terjdi
dari berbagaijaringan dalam berbagai organ. Sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakannya, selsel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas
yang menyusup ke jaringan didekatnya dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh
tubuh.Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
7

disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi .

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas.Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh
suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi
(penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama
terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen.bahkan gangguan
fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu
7
keganasan .

Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh
promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan
7
dari sel yang peka dan suatu karsinogen) .

Dalam suatu proses dimana sebuah sel normal menjadi sebuah sel ganas, pada
akhirnya DNA dari sel tersebut akan mengalami perubahan. Perubahan dalam bahan
genetik sel sering sulit ditemukan, tetapi terjadinya kanker kadang dapat diketahui dari
7
adanya suatu perubahan dalam ukuran atau bentuk dari satu kromosom tertentu .

Selanjutnya perubahan yang ringan dalam DNA mempermudah terbentuknya


adenoma (tumor jinak). Gen lainnya (onkogen ras) menyebabkan adenoma tumbuh
lebih aktif. Hilangnya gen penekan pada kromosom 18 selanjutnya akan merangsang
adenoma dan pada akhirnya hilangnya gen pada kromosom 17 akan merubah adenoma
yang jinak menjadi kanker. Perubahan tambahan lainnya bisa menyebabkan kanker
7
menyebar luas ke seluruh tubuh (metastase) .

Pada saat sebuah sel menjadi ganas, sistem kekebalan sering dapat merusaknya
sebelum sel ganas tersebut berlipatganda dan menjadi suatu kanker.Kanker cenderung
terjadi jika sistem kekebalan tidak berfungsi secara normal, seperti yang terjadi pada
penderita .Aids, orang-orang yang menggunakan obat penekan kekebalan dan pada
penyakit autoimun tertentu. Tetapi sistem kekebalan tidak selalu efektif, kanker dapat

10

menembus perlindungan ini meskipun sistem kekebalan berfungsi secara normal .

Terjadinya kanker paru didasari dari tampilnya gen supresor tumor dalam genom
(oncogen). Adanya

inisiator

mengubah

gen

supresor tumor

dengan

cara

menghilangkan atau penyisipan sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen


erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati
secara alamiah/progammed cell death. Perubahan tampilan gen pada kasus Ca
Bronkogenik meyebabkan sel sasaran berubah menjadi sel kanker dengan sifat
7
pertumbuhan yang otonom .

1,8,9,10
2.5 Diagnosa karsinoma bronkogenik .

Anamnesa : lemah, sesak, nyeri dada. Terjadi perubahan pola kebutuhan dasar, yaitu :
-

Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan terjadi kesulitan
menelan (disfagia), sehingga makin lama terjadi penurunan berat badan.

Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)

Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.

Aktivitas : keletihan, kelemahan.

Pemeriksaan fisik :
-

Sistem pernafasan

Sesak nafas, nyeri dada

11

Batuk produktif tak efektif

Suara nafas : mengi pada inspirasi

Serak, paralysis pita suara

Sistem kardiovaskuler

Tachycardia, disritmia

Menunjukkan efusi (gesekan pericardial)

Sistem gstrointestinal

Sistem urinarius

Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun.

Peningkatan frekuensi atau jumlah urin.

Sistem neurologis

Perasaan takut

Gelisah

2.6 Gambaran Radiologis


-

Foto thorax
Bila didapatkan sebuah gambaran radiopoak pada parenkim paru kita dapat
mencurigai

bahwa itu merupakan massa ataupun cairan, untuk menentukan

melalui radiologi kita harus melihat ciri ciri lainnya. Bila gambaran radioopak
tersebut berada di lapangan paru bawah, mengikuti bentuk rongga paru, homogen
dan memiliki tepi yang datar maka dapat kita simpulkan sementara bahwa hal
tersebut merupakan cairan. Bila gambaran radioopak tersebut tidak berada di basal
paru, memiliki bentuk bulat atau tidak teratur, homogen dan tepi terlihat jelas
maka dapat kita simpulkan secara sementara bahwa hal tersebut adalah massa.
Tumor paru dapat kita curigai bila kita mendapatkan gambaran radioopak berupa
12

nodul soliter. Gambaran ini kemudian dapat kita bedakan menjadi tumor maligna
atau benigna dengan melihat ciri-ciri lainnya dari gambaran nodul tesebut yaitu11 :
Tabel 1. Karakteristik benigna dan maligna tumor
Characteristic
Roentgenologic findings :
Size

Favor Benign Lesion

Favors Malignant Lesion

Less than 1 cm

More than 4 cm

Shape

Regular

Irregular

Margin
Calsification
Popcorn type

Smooth and round

Notched or indefinite

Hamartoma probable

Absent

Laminated type

Granuloma probable

Absent

Central type

Granuloma probable

Absent

Marginal flaky type


Cavitation
Sooth internally

May be granuloma

May be malignancy

Benign abscess or cyst

Usually absent

Rough internally

Less likely to be benign

Usually present

gambaran

single

pulmonary

nodule.5

Selain gambaran radioopak berupa nodul kita juga bisa mendapatkan


gambaran lain selain gambaran tersebut dari hasil foto thorax. Hal ini dikarenakan
efek atau perparahan dari tumor tersebut menyebabkan gangguan lain pada paru,
seperti : kita dapat melihat gambaran atelektasis, pneumonia, efusi pleura.
Gambaran gambaran ini dapat membantu kita menentukan letak dari tumor
tersebut.11

13

Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa gejala dari tumor paru yang muncul
ini sesuai dengan keadaan tumor, yaitu lokasi, ukuran, dan jenis tumor tersebut,
maka gambaran yang muncul di foto thoraxpun akan sesuai dengan keadaan
tumor tersebut. Maksudnya bila didapati terdapat gambaran avaskuler pada lobus
atas kanan dengan gambaran radioopak pada bagian medialnya, maka dapat kita
simpulkan sementara bahwa letak tumor tersebut di bagian sentral yang
menyebabkan terjadinya obstruksi saluran napas dan menyebabkan atelektasis
lobus atas.11
Gambaran gambaran lain yang muncul akibat adanya tumor paru antara lain :
Obstruksi saluran nafas atau penyempitan bronkus akibat pertumbuhan tumor
pada akhirnya dapat menyebabkan kolapsnya paru yang berada pada distal dari
tumor tersebut. Sebelum terjadi kolaps dapat menimbulkan infeksi yang akan
menggambarkan adanya gambaran konsolidasi, sehingga dapat terlihat gambaran
atelektasis dan pneumonia; Perbesaran hillus merupakan gambaran radiologis
yang sering didapatkan, hal ini akibat tumor itu sendiri maupun kelenjar getah
bening yang membesar. Bila tumor primer ini merupakan tumor sentral, maka ini
mempresentasikan tumor itu sendiri. Bila tumor merupakan perifer, maka ini
menunjukan metastasis ke kelenjar limfe bronkopulmonar dan tumor primer yang
ada dapat terlihat dapat juga tidak terlihat; Perbesaran mediastinum disebabkan
oleh kelenjar getah bening yang membesar; gambaran kavitas; Pleural involment
yaitu adanya efusi pleura (biasanya merupakan hemoragik) yang mungkin
disebabkan langsung oleh penyebaran tumor tapi mungkin juga merupakan hasil
dari obstruksi limfatik.11,12

14

Struktur internal homogen,


batas tidak teratur

CT Scan
CT Scan Thorax ini memiliki beberapa manfaat, antara lain : memastikan apa
yang membentuk gambaran noduler yang tampak pada rotgent thorax sebelumnya,
menentukan apakah tumor benigna atau maligna, dan menentukan staging.13
Salah satu keunggulan ct scan adalah dapat menentukan densitas suatu benda,
sehingga dari sinilah dapat diketahui apa yang membentuk massa tersebut. Ukuran
densitas ini adalah Hounsfield units (HU) dengan nilai air adalah 0 HU, udara
-1000 HU, metal/logam +4000 HU.14,15,16,17

Tabel interpretasi nilai densitas

15

Menentukan apakah tumor tersebut jinak atau ganas dilakukan dengan melakukan
CT Scan dengan kontras. Bila terjadi peningkatan atau enhancement sebesar 20 HU
atau lebih maka tumor tersebut merupakan tumor ganas.16,17

15
2.7 Diagnosa banding ( Radiologi ) .

Ditemukanva massa pada apex paru, dapat merupakan gambaran dari :

Aspergiloma
16

Paling sering menimbulkan hemomtisis. Gambaran rontgen: Ditemukan


cavitas pada lobos atas paru, solid dan dikelilingi oleh penebalan tipis pada
dindingnya.

TBC Paru
Kelainan dapat ditemuka pada seluruh lapangan paru, pada beberapa kasus
Tuberkulosis aktif sering ditemukan (rontgen thorax) konsolidasi dan kavitasi yang
sering terjadi di apex paru. Proses kalsifikasi serta penebalan pleura pasca infeksi
tuberculosis juga dapat memberi gambaran radio opac pada apex.

Abses Paru
Tidak hanya mengenai lobus atas paru, tetapi juga lobus lainnya. Lesi dapat
berkurang dengan pemberian antibiotic, dapat menyebabkan emphysema khususnya
pada anak-anak.
.
BAB III
KESIMPULAN
Karsinoma brongkogenik adalah tumor malignant yang timbul dari
epithelium bronchial Kanker ini merupakan kanker yang sering terjadi
terbukti adanya peningkatan kasus yang progresif.
Seperti kanker kebanyakan etiogi dari karsinoma bronkogenik pun
belum diketahui pasti namun diperkirakan inhalasi jangka panjang bahanbahan karsinogen.
Karakteristik kanker paru secara umum ada 4 yaitu karsinoma sel
epidermoid, karsinoma sel kecil, karsinoma kelenjar, karsinoma sel besar,
karsinoma kelenjar skuamus dan tumor karsinoid.
Untuk

mendiagnosa

karsinoma

bronkogenik,

perlu

dilakukan

anamnesis yang baik dengan penggalian data yang akurat terhadap


pasien, pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang yang penting dilakukan dan menjadi salah satu dasar
penegakkan diagnosa terhadap karsinoma bronkogenik adalah foto x-ray
dan CT-Scan. Diagnosa dengan pemeriksaan penunjang perlu dilakukan
untuk

lebih

memastikan

karsinoma

bronkogenik

tersebut

dan

menyingkirkan diagnosa banding lainnya.


17

DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. dr. Hood Alsagaff & dr. H. Abdul Mukty, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, edisi
7, 2010, Surabaya : Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair
2. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) tahun 1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995
3. Kabat GC, Aspects of the epidemiology of lung cancer in smokers and non-smokers
in the United Stated, 1996
4. Putz, R. & R. Pabst. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 22. Jakarta. EGC
5. Guyton & Hall,et al, Fisiologi Kedokteran, edisi 2, 2008, Jakarta, EGC
6. PAPDI. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5. Jakarta: Departemen IPD FK
UI
7. Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Proses Penyakit: Gangguan Cairan dan Elektrolit. Jakarta: EGC.

18

8. Irshad, Abid MD , Lung Cancer, Small Cell dalam http:/


http://emedicine.medscape.com/article/358274-overview. diunduh pada Januari 16,
2015Asdamskfamskfma
9. Amin, Zulkifli dan Suwondo, Aryanto, 1990. Tumor Paru dalam DR.dr Soeparman
(Editor) Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta 745 752
10. Robbins and Kumar 1995. Buku Ajar Patologi II, Edisi IV, EGC, Jakarta.
11. Drury, Andrea Education : Early Detection & Diagnostic Imaging dalam
http:/www.alcase.org/index.html,2003. Diunduh pada Januari 13, 2015
12. Jusuf, Anwar 2002 Pengobatan Kanker Paru Menurut Konsensus Bali 2001 dalam
Prof.DR dr Benjamin P Margono (Editor) Pertemuan Ilmiah Paru Millenium 2002,
Surabaya 11 12
13. Nealon, Thomas F. 1936. The Lung, The Trachea and The Pleura dalam Management
of The Patient with Cancer. Edisi 3. W. B. Saunders Company. Philadelpia 211-231.
14. Samhudi, Rivai M. 1991. Perkembangan Baru dalam Terapi Kanker Paru. Cermin No.
69. Jakarta 12-17.
15. Minna D., John. 1986. Neoplasma Paru dalam Harisons Principles of Internal
Medicine Edisi 10. Sari Ilmu Penyakit dalam Kelainan-kelainan Sistem Pernapasan.
EGC. Jakarta 129-139.
16. Rasad Sjahriar. 2005. Tumor paru, Dalam ; Buku ajar Radiologi Diagnostik. Edisi II.
Jakarta, 145-163
17. Tjahjono, 1999. Deteksi Dini Kanker; Peran Pemeriksaan Sitologik dan Antisipasi era
Pasca Genom. Majalah kedokteran Indon, Volume 49, nomor 7, Juli. Jakarta 278-290

19

Anda mungkin juga menyukai