Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PPOK/PPOM adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang

mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis,empisema dan asma. PPOM

merupakan kondisi irifersibel yang berkaitan dengan dipsnea saat aktifitas

dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.Obstruksi jalan

napas yang menyebabkan reduksi aliran udara beragam tergantung pada

penyakit. Pada bronkitis kronik dan bronkiolitis,penumpukan lendir dan

sekresi yang sangat banyak menyumbat jalan napas.Pada empisema,

obstruksi pada pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi akibat

kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh overekstensi ruang udara

dalam paru.PPOM dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan

interaksi genetik dan lingkungan. Merokok, polusi udara dan pemajanan

ditempat kerja (terhadap batu bara, kapas, padi-padian) merupakan faktor

resiko penting yang menunjang pada terjadinya penyakit ini.Proses dapat

terjadi dalam rentang lebih dari 20 sampai 30 tahunan.(Brunner &

Suddarths, 2015).

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan suatu istilah

yang digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama

dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai

gambaran patofisiologi utamanya.Bronkitis kronik empisema paru dan

asma bronkial membentuk kesatuan yang disebut COPD/ PPOK. Pada

hubungan etiologi dan sekuensial antara bronkitis kronik dan empisema,


2

tetapi tampaknya tak ada hubungan antara kedua penyakit itu dengan

asma.Hubungan ini nyata sekali sehubungan dengan etiologi, patogenesis

dan pengobatan. (Sylvia A & Lorain M, 2006).

Resiko terjadinya PPOK sendiri karena terpapar suatu alergen,

khususnya pada perokok aktif yang lama-kelamaan akan mengakibatkan

edema pada bronkiolus. Akibat penumpukan sekret maka terjadi sesak

nafas pada pasien. PPOK apabila tidak segera ditangani akan menambah

jumlah kematian penderitanya.Pada asuhan keperawatan pasien dengan

diagnosa penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) akan muncul salah satu

masalah yaitu gangguan pertukaran gas, jalan nafas tidak efektif,

perubahan pola nafas, intoleransi aktifitas, kekurangan nutrsi, dan perasaan

takut. Dengan berbagai permasalahan tersebut kualitas hidup pasien PPOK

akan menurun (NANDA, 2015).

Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan sejumlah

gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar paru –

paru. gangguan yang penting adalah bronchitis obstruktif, emfisema,dan

asma bronkhial.(Arif muttaqin, 2014).

World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 600 juta

orang menderita ppok di dunia dengan 65 juta orang menderita PPOK

derajat sedang hingga berat. Pada tahun 2002 ppok adalah peyebab utama

kematian kelima didunia dan diperkirakan menjadi penyebab utama ketiga

kematian diseluruh dunia tahun 2030. Lebih dari 3 juta orang meninggal

karena PPOK tahun 2005, yang setara dengan 5% dari semua kematian

secara global (Who, 2015).


3

Prevalensi kejadian PPOK didunia rata-rata berkisar 3-11%

(GOLD,2015). Pada tahun 2013, diamerika serikat PPOK adalah

penyebab utama kematian ketiga, dan lebih dari 11 juta orang telah

didiagnosis dengan PPOK (Amerikan Lung Asosiation, 2015). Menurut

data penelitian dari regional COPD Working Group yang dilakukan di 12

negara di asia pasifik rata-rata pervalensi PPOK sebesar 6,3% dengan yang

terendah 3,5% dihongkong dan singapura, dan tertinggi di vietnam

sebanyak 6,7%. Indonesia menunjukkan prevalensi sebanyak 5,6% atau

4,8 juta kasus untuk PPOK derajat sedang sampai berat (Regional COPD

Working Group, 2003).

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Penatalaksanaan untuk

penderita yang utama adalah mempertahankan fungsi paru dan

meningkatkan kualitas hidup penderita dengan penanganan berhenti

merokok. Lakukan pencegahan terjadinya serangan akut, stabilisasi

kondisi untuk mempertahankan fungsi paru sebaik mungkin atau seoptimal

mungkin, mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup sehingga

tetap produktif dan tidak membebani orang lain. Intervensi mandiri yang

dilakukan untuk mengatasi masalah ini antara lain : atur posisi tidur semi

fowler, monitor frekuensi pernapasan, dan kedalaman pernapasan

( Smeltzer & Bare dala, 2008 ).

Berdasarkan Riset kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2013

mencakup informasi prevalensi asma dan penyakit paru obstruksi

kronis(PPOK), Di indonesia tahun 2013 masins-masing 4,5 persen,3,7

persen prevalensi asma tertinggi terdapat di sulawesi Tengah(7,8%),diikuti


4

Nusa Tenggara Timur (7,3%),DIY (6,9%),dan sulawesi selatan(6,7%).

Prevalensi PPOK tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur(10,0%).

Diikuti Sulawesi Tengah(8,0%),Sulawesi Barat,dan Sulawesi Selatan

masing-masing 6,7%. Provinsi Sumatra Barat pada urutan ke 23

berdasarkan jumlah penderita penyakit paru obstruksi kronis(PPOK)

diSumatra Barat adalah(3,0%).

Prevalensi juga meningkat pada usia diatas 40 tahun dari pada

mereka yang berusia dibawah 40 tahun, dan lebih tinggi pada laki-laki

dibandingkan dengan perempuan. (GOLD, 2013). Prevalensi penyakit

paru obstruksi kronis (PPOK) diperkirakan akan meningkat sehubungan

dengan peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia, pergeseran pola

dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif serta meningkatnya

kebiasaan merokok dan polusi udara. Kunjungan pasien rawat jalan

dengan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) di RS Aisyiah Pariaman

2017 sebanyak 174 orang sedangkan tahun 2018 sebanyak 221 kunjungan.

Asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah Penyakit Paru

Obstruksi Kronis (PPOK) ditemukan tanda dan gejala yang timbul

diantaranya dispnea, batuk kronik, meningkatnya produksi sputum

(GOLD, 2015).

Berdasarkan uraian diatas,meningkatnya prevalensi Penyakit Paru

Obstruksi Kronis ( PPOK ),Sehubungan dengan Peningkatan usia harapan

hidup dunia,pergeseran pola dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif

serta meningkatnya kebiasaan merokok dan polusi udara,semakin

meningkatnya angka kesakitan dan kematian pada penderita Penyakit Paru


5

Obstruksi Kronik ( PPOK ),terjadi peningkatan kunjungan kasus Penyakit

Paru Obstruksi Kronik di Rs Aisyiah Pariaman dan perlu pengobatan serta

pentingnya perawatan pemantauan terapi yang optimal,Maka peneliti

melakukan Studi kasus mengenai “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) di Rs.Aisyiah Pariaman Tahun

2019.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian adalah “Bagaimana Penerapan

Asuhan Keperawatan pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis

(PPOK ) diRS Aisyiah Pariaman Tahun 2019”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan proses Asuhan Keperawatan pada Pasien

dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) di RS Aisyiah

Pariaman Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Penyakit Paru

Obstruksi Kronis (PPOK) di RS Aisyiah Pariaman Tahun 2019.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Pasien dengan

Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) di RS Aisyiah Pariaman

Tahun 2019.

c. Mampu melakukan intervensi pada Pasien dengan Penyakit Paru

Obstruksi Kronis (PPOK) di RS Aisyiah Pariaman Tahun 2019.


6

d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada Pasien dengan

Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) di RS Aisyiah Pariaman

Tahun 2019.

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Pasien dengan

Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) di RS Aisyiah Pariaman

Tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Aplikatif

a. Bagi Lahan/ Rumah Sakit

Laporan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan pikiran bagi perawat dalam meningkatkan

kualitas pelayanan terhadap “Asuhan Keperawatan pada pasien

Penyakit Paru Obstruksi Kronis(PPOK) di RS Aisyiah Pariaman

Tahun 2019”.

b. Bagi Peneliti

Kegiatan penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk

menambah pengetahuan dan wawasan dalam melakukan Asuhan

Keperawatan pada pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis(PPOK)

serta dalam menulis karya tulis ilmiah.

2. Pengembangan Keilmuan

a. Bagi Institusi

Data dan hasil yang diperoleh dari laporan karya tulis

ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan

pembelajaran di jurusan Keperawatan solok dan khususnya


7

mengenai penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien Penyakit

Paru Obstruksi Kronis(PPOK).

c. Bagi Penelitian

Hasil penelitian laporan karya tulis ilmiah ini dapat

memberikan masukan bagi penelitian berikutnya untuk menambah

pengetahuan dan data dasar dalam penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai