NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi
emenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
Sri Suyanti
NIM. ST14059
PROGRAM STUDI S
S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
PENGARUH TRIPOD POSITION TERHADAP FREKUENSI
PERNAFASAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI RSUD dr.. SOEDIRAN
MANGUN SUMARSO
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi
emenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
Sri Suyanti
NIM. ST14059
1)
Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2)
Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit paru yang ditandai
oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel.
Penyakit ini merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas yang kronik di dunia.
Setiap tahun banyak orang yang menderita dan meninggal dunia karena penyakit ini
maupun karena komplikasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Tripod Position terhadap frekuensi pernafasan pada pasien dengan Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK).
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian one-
group pre-post test design. Sampel pada penetian ini menggunakan 20 Responden yang
menderita PPOK. Analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel dengan skala nominal dan ordinal yaitu variabel Tripod
Position dan frekuensi pernafasan.
Hasil analisis bivariat menggunakan uji wilcoxon didapatkan nilai p value =
0,008 maka p value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada Pengaruh
Tripod Position Terhadap Pernafasan pada Pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK). Posisi tubuh klien Tripod Position akan mempengaruhi kekuatan otot
inspirasi dan dapat mengurangi dyspnea karena posisi tersebut membantu peningkatan
fungsi paru. Posisi Orthopniec (Tripod Position) menyebabkan organ-organ abdominal
tidak menekan diafragma dan posisi ini dapat membantu menekan bagian bawah dada
kepada ujung meja sehingga membantu pengeluaran nafas untuk menjadi lebih mudah.
Proses ventilasi yang meningkat pada pasien PPOK yang diposisikan tripod position akan
meningkatkan pengeluaran CO2 dan meningkatkan asupan oksigen kedalam
intraalveolus.
Kesimpulan penelitian ini adalah adanya pengaruh tripod position terhadap
frekuensi pernafasan pada pasien PPOK.
1
The Contribution of Tripod Position to Respiratory Rates of Patients with Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD) of dr. Soediran Mangun Sumarso
Regional Public Hospital
ABSTRACT
2
A. PENDAHULUAN Sesak nafas atau dyspnoea merupakan
Penyakit paru obstruktif kronik gejala yang umum dijumpai pada penderita
(PPOK) merupakan penyakit paru yang PPOK (Ambrosino & Serradori, 2006).
ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap Penyebab sesak nafas tersebut bukan hanya
aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel karena obstruksi pada bronkus atau
(David et al, 2010). Penyakit ini merupakan bronkhospasme saja tapi lebih disebabkan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas karena adanya hiperinflansi. Keadaan
yang kronik di dunia. Setiap tahun banyak tersebut berdampak kepada menurunnya
orang yang menderita dan meninggal dunia saturasi oksigen (SaO2). Serangkaian
karena penyakit ini maupun karena penelitian tentang PLB (Pursed Lips
komplikasinya. Breathing) yang telah dilakukan, seperti
WHO menyatakan bahwa PPOK dilakukan oleh Bianchi (2004), Ambrosino &
merupakan penyebab kematian ke-4 di duna Serradori (2006), Ramos et al (2009), dan
dengan prevalensi mencapai 340 juta pada Kim, et al (2012) menunjukan bahwa PLB
tahun 2009 (Davey, 2011). Kasus PPOK juga (Pursed Lips Breathing) dapat meningkatkan
menempati urutan ke-4 sebagai penyakit kondisi pernafasan pasien PPOK, yaitu
yang menyebabkan kematian tersering di meningkatkan SaO2.
Amerika pada tahun 2000 (Asih & Effendy, Penelitian lain menyebutkan bahwa
2004). Angka kematian akibat PPOK di posisi prone sangat mempengaruhi perbaikan
Eropa bervariasi pada setiap negara. WHO saturasi oksigen, pengembangan paru,
menyatakan jumlah kasus PPOK di Asia tiga pengembangan dinding dada dan penurunan
kali lipat lebih banyak dibanding dengan insiden apnea pada bayi prematur (Wilawan
bagian dunia lainnya. Word Health Patcharee & Chavee, 2009). Pada peneliti ini
Organisation (WHO) memperkirakan bahwa menganalisis sekumpulan penelitian, 35
pada tahun 2020 prevalensi PPOK akan terus diantaranya menyimpulkan bahwa posisi
meningkat dari peringkat ke-6 menjadi prone mempunyai banyak keuntungan karena
peringkat ke-3 di dunia dan dari peringkat ke- posisi ini dapat mengurangi pengeluaran
6 menjadi peringkat ke-3 penyebab kematian energi, mempercepat pengosongan isi
tersering di dunia (Depkes RI, 2008). lambung, meningkatkan respirasi,
Menurut WHO pada tahun 2010 PPOK menurunkan frekuensi nafas, meningkatkan
adalah masalah kesehatan utama yang kemampuan bernafas dan meningkatkan
menjadi penyebab kematian no 4 di saturasi oksigen (Bayuningnish, 2011).
Indonesia (PDPI, 2006). Tindakan keperawatan lain yang dapat
dilakukan untuk membantu meningkatkan
3
kondisi pernafasan pasien PPOK adalah pemantauan ini dapat dilihat dilayar monitor
memberikan Tripod Position. Tripod (Asih, 2003).
Position meningkatkan tekanan Hasil studi pendahuluan yang
intraabdominal dan menurunkan penekanan dilakukan di RSUD dr.Mangun Sumarso
diafragma kebagian rongga abdomen selama Wonogiri ditemukan terdapat 20 pasien
inspirasi (Bhatt, et al, 2009). Pada penelitian PPOK dalam waktu sebulan.
yang dilakukan oleh Kim, et al (2012) Tripod Penatalaksanaan PPOK masih memerlukan
Position dapat membantu meningkatkan penggunaan alat bantu nafas yang
kondisi pernafasan. Hasil penelitian memerlukan biaya mahal untuk itu penulis
Khasanah (2013), menunjukan posisi Tripod tertarik melakukan penelitian untuk
Position dan PLB yang dilakukan secara meningkatkan frekuensi pernafasan dan nadi
bersama-sama dan hanya dilakukan satu kali dengan judul Pengaruh Tripod Position
tindakan didapatkan hasil bahwa tindakan Terhadap Frekuensi Pernafasan pada Pasien
tersebut efektif untuk meningkatkan SaO2 dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Peningkatan tanda-tanda vital terutama (PPOK).
frekuensi nadi dan nafas sering diikuti .
dengan peningkatan saturasi oksigen. B. METODOLOGI
Penurunan kondisi ditandai dengan Jenis penelitian ini adalah penelitian
penurunan saturasi oksigen, frekwensi nadi, kuantitatif dengan rancangan penelitian one-
dan nafas. Dengan meningkatnya saturasi, group pre-post test design yaitu penelitian
nadi dan nafas, maka proses weaning bisa yang menilai hasil sebelum dan sesudah
dilakukan sehingga lama kelamaan ventilator dilakukan intervensi atau tindakan yang
bisa dilepas dan pasien bisa bernafas spontan dinilai dalam satu kelompok saja. Pada
(Kozier & Erb, 2009). penelitian ini peneliti menilai frekuensi
Pemantauan saturasi oksigen, frekuensi pernafasan sebelum dan sesudah
nafas, frekuensi nadi pada bayi dan neonatus dilakukannya Tripod Position pada pasien
merupakan tindakan rutin yang dilakukan dengan penyakit paru obstruktif kronis
untuk melihat kondisi dan penampilan klinis (Nursalam, 2014). Populasi dalam penelitian
bayi yang menggunakan ventilator. Kegiatan ini adalah semua pasien yang menderita
rutin yang utama dalam pemantauan status penyakit paru obstruktif kronis di RSUD DR.
oksigenasi bayi yang menggunakan ventilator Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Hasil
adalah memonitor saturasi oksigen. Saturasi studi pendahuluan yang dilakukan didapatkan
oksigen diukur dengan alat sensor (prone) data bahwa dalam 1 bulan diperkirakan
yang disebut oksimetri. Hasil dari terdapat 20 pasien yang menderita PPOK.
4
Pada penelitian ini menggunakan Position Terhadap Pernafasan pada Pasien
teknik pengambilan sampel purposive dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
sampling yaitu responden dipilih berdasarkan (PPOK). Apabila p value < 0,05 maka Ho
atas kriteria yang ditetapkan oleh peneliti ditolak dan H1 terima artinya ada
( Nursalam, 2014). Pengaruh Tripod Position Terhadap
Kriteria-kriteria sampel pada penelitian Pernafasan pada Pasien dengan Penyakit
ini adalah : Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Kriteria Inklusi :
1. Pasien yang menderita PPOK C. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Pasien yang composmentis atau sadar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan
3. Mendapat obat bronkodilator 4 jam Jenis Kelamin
yang lalu Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
4. Tidak pakai oksigen
Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
5. Pasien yang mau menjadi responden Laki-laki 13 65
dan menandatangani informed consent Perempuan 7 35
Total 20 100
Kriteria Eksklusi :
1. Pasien yang emergency Karakteristik responden
menderita PPOK. Penelitian ini dilakukan jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 orang
Analisis bivariat menggunakan uji berat banyak diderita oleh laki-laki karena
5
Tabel 4.2 Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur Distribusi respirasi rate sebelum
Klasifikasi Frekuensi Persen diberikan tripod position yang paling
Umur (%)
banyak sesuai dengan tabel 4.4 adalah
26-35 Tahun 3 15
36-45 Tahun 2 10 normal sebanyak 11 orang (45%).
46-55 Tahun 1 5 Hasil penelitian Fajrin,Yovi &
56-65 Tahun 5 25
>65 Tahun 9 45 Burhanuddin (2015) menunjukkan Fungsi
Total 20 100 paru penderita PPOK stabil di Poli Paru
RSUD Arifin Achmad berdasarkan derajat
Karakteristik responden
keparahan didapatkan sebanyak 21
berdasarkan umur yang paling banyak
(48,8%) orang dengan fungsi paru berat.
sesuai dengan tabel 4.2 adalah umur > 65
Fungsi paru yang berat mengakibatkan
tahun sebanyak 9 orang (45%).
peningkatan frekuensi nafas dalam upaya
Hasil ini kemungkinan karena pada
memenuhi kebutuhan seluruh tubuh.
pasien usia lanjut sistem kardio respirasi
4. Distribusi Respirasi rate Setelah
mengalami penurunan daya tahan serta
Diberikan Tripod Position
penurunan fungsi. Terjadinya perubahan
Tabel 4.5 Distribusi Respirasi rate Setelah
pada dinding dada menyebabkan
Diberikan Tripod Position
compliance dinding dada berkurang dan
Respirasi Rate Frekuensi Persen (%)
terdapat penurunan elastisitas parenkim Bradipnea 0 0
paru, bertambahnya kelenjar mukus dan Normal 18 90
Takypnea 2 10
penebalan pada mukosa bronkus. Terjadi
Total 20 100
peningkatan tahanan saluran napas dan
penurunan faal paru seperti kapasitas vital Distribusi respirasi rate setelah
paksa / Force Vital Capacity (FVC) dan diberikan tripod position yang paling
volume ekspirasi paksa detik pertama / banyak sesuai dengan tabel 4.5 adalah
Force Expiration Volume 1 (FEV1) ( normal sebanyak 18 orang (90%).
Khairani, 2010). Pada Tripod Position organ-
3. Distribusi Respirasi rate Sebelum organ abdominal tidak menekan
Diberikan Tripod Position
Tabel 4.4 Distribusi Respirasi rate diafragma dan pada posisi ini dapat
Sebelum Diberikan Tripod Position
membantu menekan bagian bawah
Respirasi Rate Frekuensi Persen (%)
Bradipnea 0 0 dada kepada ujung meja sehingga
Normal 11 55
Takypnea 9 45 membantu pengeluaran nafas untuk
Total 20 100 menjadi lebih mudah (Kozier dalam
6
Ritianingsih, Irawaty & Handiyani, dengan menambah panjang vertikalnya.
2011). Begitu juga dengan otot interkosta
Tabel 4.6 Pengaruh Tripod Position iga terangkat keluar sehingga semakin
7
DAFTAR PUSTAKA Khairani R.2010.Pola distribusiPenyakit Paru
Obstruktif Kronik Berdasarkan Usia,
Jenis Kelamin dan Perilaku Merokok di
Ambrosino, N. Serradori, M. 2006.
RSU dr Soedarso Pontianak Periode
Comprehensive Treatment of Dyspnoea
Februari Juni 2009. Pontianak:
in ChronicObstructive Pulmonary
Universitas Tanjungpura
Disease Patients. University Hospital of
Pisa: Long TermhealthCare
Kim et al. 2012. Effects of breathing maneuver
and sitting posture on muscle activity
Asih, Niluh Gede Yamin & Effendy,
ininspiratory accessory muscles in
Cristianti.2004.Keperawatan Medikal
patients with chronic obstructive
Bedah Klien dengan Gangguan Sistem
pulmonary disease.Multidisciplinary
Pernafasan.Jakarta : Erlangga
Respiratory Medicine. 7:9. diakses 13
Bayuningsih Ratih. 2011. Efektifitas Juni 2015 dari http:// www.
PenggunaanNesting dan Posisi Prone mrmjournal.com/content/7/1/9
Terhadap Saturasi Oksigen dan
Nursalam.2014.Metodologi Penelitian Ilmu
Frekuensi Nadi pada Bayi Prematur di
Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kota Bekasi. Tesis. Fakultas Ilmu
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003.
Keperawatan Program Magister Ilmu
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Keperawatan. Depok
PedomanDiagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta:
Bhatt, S.P., Guleria, R., Luqman-Arafath, T.K.,
Depkes RI
Gupta, A.K., Mohan, A., Nanda, S., &
Stoltzfus, J.C. 2009. Effect of tripod
Rahmatika A.2009.Karakteristik penderita
position on objective parameters of
penyakit paru obstruktif kronik yang
respiratory function in stable chronic
dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang
obstructive pulmonary disease. Indian J
tahun 2007-2008.Medan: Universitas
Chest Dis Allied Sci.51:8385
SumatraUtara.
Davey, Patrick.2011. At A Glance
Ramos, et al. 2009. Influence of pursed-lip
Medicine,Jakarta : Erlangga
breathing on heart rate variability
andcardiorespiratory parameters in
David et al.2010.Kedokteran Klinis.Jakarta :
subjects with chronic obstructive
Erlanggga
pulmonary disease(COPD). Rev Bras
Fajrin, Ofisa, Yovi, Indra & Burhanuddin, Fisioter, So Carlos. v. 13, n. 4, p. 288-
Laode.2015.Gambaran Status Gizi Dan 93
Fungsi Paru Pada Pasien Penyakit Paru
Ritianingsih,Nieniek, Irawaty,Dewi &
Obstruktif Kronik Stabil Di Poli Paru
Handayani, Hanny.2011.Peningkatan
RSUD Arifin Achmad. Jom FK Volume
Fungsi Ventilasi Paru Pada Klien
2 No. 2
Penyakit Paru Obstruksi Kronis Dengan
Kementrian kesehatan RI.2012.Data dan Posisi High Fowler dan
informasi penyakittidak menular. p: 301 Orthopneic.Jurnal Keperawatan
Indonesia.Vol.14 No.1 Hal 31-36.