Anda di halaman 1dari 10

pISSN: 2086-0722 eISSN: 2549-6603

STUDI KOMPARATIF POSISI CONDONG KEDEPAN, PURSED LIPS BREATHING


(PLB) DAN POSISI CONDONG KEDEPAN DIPADUKAN DENGAN PURSED
LIPS BREATHING (PLB) TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU (VC) DAN
SATURASI OKSIGEN (SaO2) PADA PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF
KRONIK (PPOK)

Comparative Study Of Forward Position, Pursed Lips Breathing (PLB) And Forward Position
Combined With Pursed Lips Breathing (PLB) On Vital Lung Capacity (VC) And Oxygen
Saturation (SaO2) In Patients With Chronic Obstructive Lung Disease (COPD)

Edi Ruhmadi1*, Agus Nurdi2


1,2
Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Kampus Cirebon
*edi.ruhmadi@gmail.com/ 0895-3842-03730

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui adanya pengaruh latihan napas Pursed Lips
Breathing (PLB), posisi condong kedepan dan paduan antara latihan napas pursed lips breathing
dan posisi condong kedepan terhadap kapsitas vital paru (VC) dan saturasi oksigen (SaO2) pada
pasien PPOK di Satuan Pelayanan (SATPEL) RSP Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini adalah
penelitian eksperimental dengan pendekatan pretest-postest intervention. Subjek penelitian
terdiri dari 9 responden yang terbagi menjadi tiga kelompok intervensi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis program komputer, didapatkan hasil Pvalue VC
(0,109) dan SaO2 (0,180) artinya tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna untuk nilai VC
dan SaO2 sebelum dan setelah dilakukan intervensi dengan dilakukan pemberian posisi condong
kedepan yang dipadukan dengan latihan napas Pursed Lips Breathing (PLB) pada penderita
PPOK dengan nilai p<0,05, akan tetapi secara substansial tindakan CKD yang dipadukan
dengan PLB dapat meningkatkan VC dan SaO2

Kata kunci: CKD, PLB, CKD dan PLB, Pasien PPOK

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of Pursed Lips Breathing (PLB) breathing exercises, forward
leaning position and a combination of pursed lips breathing and forward leaning breathing exercises on
vital lung capacity (VC) and oxygen saturation (SaO2) in COPD patients in the Service Unit. (SATPEL)
RSP West Java Province. This research is an experimental study with a pretest-posttest intervention
approach. The research subjects consisted of 9 respondents who were divided into three intervention
groups. The results showed that based on the results of the analysis of the computer program, Pvalue VC
(0.109) and SaO2 (0.180) were obtained, meaning that they did not show a significant difference for the
VC and SaO2 values before and after the intervention by giving a forward leaning position combined
with Pursed breathing exercises. Lips Breathing (PLB) in COPD patients with p value <0.05, but
substantially CKD combined with PLB can increase VC and SaO2 values.

Keywords: CKD, PLB, CKD and PLB, COPD patients

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Volume 15, Nomor 1, Maret 2022 58


PENDAHULUAN (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) PPOK merupakan salah satu dari kelompok
merupakan penyakit dalam kategori terminal penyakit tidak menular yang telah menjadi
illness akibat sekunder dari penyakit yang terjadi masalah kesehatan masyarakat dunia saat ini,
pada sistem pernafasan manusia yang tidak hanya bagi negara maju namun juga bagi
disebabkan oleh terjadinya infeksi, restriksi dan negara berkembang seperti Indonesia
obstruksi pada saluran nafas. (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
merupakan salah satu dari kelompok penyakit merupakan penyebab utama peningkatan
tidak menular yang telah menjadi masalah morbiditas dan mortalitas di dunia. Peningkatan
kesehatan masyarakat di Indonesia. Kejadian ini berbanding lurus dengan semakin tingginya
PPOK akan semakin meningkat seiring dengan prevalensi merokok di ber bagai negara, polusi
meningkatnya jumlah perokok, polusi udara dari udara dan bahan bakar biomasa lainnya yang
industri dan asap kendaraan yang menjadi faktor menjadi faktor risiko utama PPOK. Berdasarkan
risiko penyakit tersebut. hasil survei Global Adult Tobacco Survey
Sesak nafas atau dyspnoea merupakan gejala (GATS) 2011 (Aditama, 2006) di Indonesia dan
yang umum dijumpai pada penderita PPOK diluncurkan Kementerian Kesehatan, menunjuk
(Ambrosino & Serradori, 2006). Penyebab sesak kan 61,4 juta orang dewasa di Indonesia
nafas tersebut bukan hanya karena obstruksi merokok, dua pertiganya laki-laki dan sisanya
pada bronkus atau bronkhospasme saja tapi lebih perempuan. Menurut data Survei Sosial
disebabkan karena adanya hiperinflansi. Ekonomi Nasional (Susenas) 2011 menunjukkan
Keadaan tersebut berdampak kepada sebanyak 67,4% pria dewasa di Indonesia
menurunnya saturasi oksigen (SaO2) dan Vital merupakan perokok aktif. Persentase orang
Capacity (VC) dari paru-paru. dewasa yang terpapar asap rokok di tempat
Penyakit paru obstruksi kronik merupakan umum, atau perokok pasif, mencapai 85,4%, di
penyakit kronik yang ditandai dengan rumah 78,4% dan di tempat kerja 51,3%.
keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas Word Health Organisation (WHO)
yang tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan memperkirakan bahwa pada tahun 2020
yang bersifat progresif ini disebabkan karena prevalensi PPOK akan terus meningkat dari
terjadinya inflamasi kronik akibat pajanan peringkat ke-6 menjadi peringkat ke-3 di dunia
partikel atau gas beracun yang terjadi dalam dan dari peringkat ke-6 menjadi peringkat ke-3
kurun waktu yang cukup lama dengan gejala penyebab kematian tersering di dunia
utama sesak nafas, batuk dan produksi sputum

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Volume 15, Nomor 1, Maret 2022 59


(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Posisi condong ke depan menigkatkan
2008). tekanan intraabdominal dan menurunkan
Menurut WHO pada tahun 2010 PPOK penekanan diafragma kebagian rongga abdomen
adalah masalah kesehatan utama yang menjadi selama inspirasi (Bhatt et al., 2009). Pada
penyebab kematian no 4 di Indonesia penelitian yang dilakukan oleh (Kim et al.,
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003). 2012) posisi condong ke depan (CKD) dapat
Sedangkan berdasarkan data Badan kesehatan membantu meningkatkan kondisi pernafasan.
Dunia (WHO) tahun 2010 menyatakan Hasil penelitian (Khasanah & Maryoto,
Indonesia merupakan negara konsumsi rokok 2015), menunjukan posisi CKD dan PLB yang
ketiga setelah Tiongkok dan India. Setiap 4 dilakukan secara bersama-sama dan hanya
orang Indonesia terdapat seorang perokok, dilakukan satu kali tindakan didapatkan hasil
angka persentase ini jauh lebih besar dari- pada bahwa tindakan tersebut efektif untuk
Amerika saat ini yakni hanya sekitar 19%. meningkatkan SaO2. Kemudian dilanjutkan
Sesak nafas atau dyspnoea merupakan hasil penelitian (Khasanah & Maryoto, 2014),
gejala yang umum dijumpai pada penderita Posisi CKD dan PLB yang dilakukan bersama-
PPOK (Ambrosino & Serradori, 2006). sama dengan lama waktu setiap latihan 5 menit
Penyebab sesak nafas tersebut bukan hanya sebanyak 3 kali dengan durasi istirahat 5 menit
karena obstruksi pada bronkus atau yang dilakukan selama tiga hari efektif untuk
bronkhospasme saja tapi lebih disebabkan meningkatkan SaO2 pada pasien PPOK, Posisi
karena adanya hiperinflansi. Keadaan tersebut CKD dan PLB yang dilakukan selama tiga hari
berdampak kepada menurunnya saturasi oksigen lebih efektif untuk meningkatkan SaO2 dari pada
(SaO2). posisi CKD dan natural breathing.
Serangkaian penelitian tentang Pursed Lips Penelitian (Hartono, 2015), Berdasarkan
Breathing PLB yang telah dilakukan, seperti hasil uji statistik diperoleh nilai p adalah 0,02
dilakukan oleh (Bianchi et al., 2004), sehingga Ho ditolak dan artinya ada pengaruh
Ambrosino dan Serradori (2006), (Ramos et al., latihan pernafasan pursed lips terhadap
2009), dan (Kim et al., 2012) menunjukan peningkatan kapasitas vital paru. Oleh karena
bahwa PLB dapat meningkatkan kondisi itu, pelatihan pernafasan harus diberikan pada
pernafasan pasien PPOK, yaitu meningkatkan pasien-pasien yang mengalami gangguan
SaO2. Tindakan keperawatan lain yang dapat kelainan paru.
dilakukan untuk membantu meningkatkan Praduga peneliti bila tindakan tersebut
kondisi pernafasan pasien PPOK adalah dilakukan lebih dari satu kali dan dilakukan
memposisikan pasien. secara kontinyu tentunya akan berdampak
kepada SaO2 yang lebih baik lagi. Oleh karena

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Volume 15, Nomor 1, Maret 2022 60


itu berdasarkan uraian tersebut di atas penelitian X3 = Perlakuan pemberian PLB dipadukan
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh posisi dengan pemberian posisi condong kedepan.
CKD, latihan napas PLB dan perpaduan antara Dalam penelitian ini target populasinya
posisi condong kedepan dan latihan napas PLB adalah seluruh penderita PPOK yang berobat
selama 6 minggu, dilakukan sebanyak 3 kali Satuan Pelayanan Balai Kesehatan Paru
dalam seminggu dan dua klai setiap harinya, Masyarakat Kota Cirebon.
dengan waktu satu kali kegiatan adalah 15 menit Berdasarkan hasil survey awal setiap
terhadap peningkatan SaO2 dan kapasitas vital bulannya rata-rata pasien PPOK yang berobat di
paru (VC) pasien PPOK. Satuan Pelayanan Balai Kesehatan Paru
Masyarakat Kota Cirebon rata-rata sejumlah 32
orang, sehingga peneliti mengambil sampel
METODE
pasien PPOK yang dibagi menjadi tiga
Penelitian ini adalah penelitian
kelompok subjek penelitian (responden) dengan
eksperimental dengan pendekatan pretest-postest
cara random sederhana (simple random),
intervention (Notoatmodjo, 2010; Suharsimi,
2006). Dalam rancangan ini sampel dibagi dilakukan dengan memilih setiap individu
menjadi 3 kelompok. Kelompok I diberikan yang menjadi sampel secara random dan
perlakuan dengan PLB, kelompok II diberikan dilakukan dengan cara diundi.
perlakuan posisi condong kedepan, dan Teknik sampling menggunakan sampel
kelompok III diberikan perlakuan paduan antara acak sederhana, dari 9 (sembilan) subjek
PLBdan posisi condong kedepan. penelitian dibagi menjadi tiga kelompok
Tabel 1. Desain Penelitian intervensi dengan cara di lakukan pengundian,
Kelompok I 01 X1 02
terdiri dari :
Kelompok II 01 X2 02 Kelompok-1 terdiri dari tiga subjek
Kelompok III 01 X3 02 penelitian yang diberikan posisi condong
Keterangan : kedepan, kelompok-2 terdiri dari tiga orang
01 = Pemeriksaan pemeriksaan kapasitas vital subjek penelitian yang diberikan latihan nafas
paru (VC) dan saturasi oksigen sebelum PLB, kelompok 3 terdiri dari tiga orang subjek
perlakuan, penelitian yang diberikan posisi condong
02 = Pemeriksaan pemeriksaan kapasitas vital kedepan dan latihan nafas PLB
paru (VC) dan saturasi oksigen setelah Instrumen penelitian yang digunakan dalam
perlakuan, penelitian ini adalah :
X1 = Perlakukan pemberian PLB, 1. Satu set alat Spirometri, untuk mengukur
X2 = Perlakukan pemberian posisi condong kapasitas vital paru pasien PPOK,
kedepan,

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Volume 15, Nomor 1, Maret 2022 61


2. Satu set alat Puls Oksimetri, untuk 5 69 tahun 1 11,1
mengukur saturasi oksigen dalam darah 6 76 tahun 2 22,2

pada pasein PPOK, 7 78 tahun 1 11,1

3. Lembar observasi, untuk menuliskan hasil Total 9 100


pengukuran dari nilai hasil ukur spirometri
Hasil penelitian didapatkan data jumlah
dan puls oksimetri
responden paling banyak yaitu pada usia 65
Alat yang digunakan adalah Spirometer dan
tahun (22,2%) dan 76 tahun (22,2%).
Puls oxymeter. Peneliti melakukan manipulasi
Karakterisitik responden berdasarkan jenis
tindakan, sementara untuk pengukuran kapasitas
kelamin
vital paru dan saturasi oksigen (SaO2) dilakukan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden
oleh asisten peneliti. Kelompok intervensi/ klp 1 Berdasarkan Jenis Kelamin
diberikan posisi latihan napas pursed lips No Jenis Kelamin F Persentase
1 Laki – laki 6 66.7
breathing, kelompok intervensi-2 di berikan 2 Perempuan 3 33,3
posisi condong kedepan, dan kelompok 3 Total 9 100%

intervensi-2 di berikan latihan napas pursed lips


breathing di kombinasikan dengan posisi Hasil penelitian didapatkan data jumlah
condong kedepan, dilakukan secara bersama- responden paling banyak yaitu dengan jenis
sama selama 4 minggu berturut- turut sebanyak kelamin laki-laki sebanyak 6 orang (66,7%).
3 kali dalam setiap minggunya, dimana waktu Karakterisitik responden berdasarkan
setiap kali dilakukan tindakan tersebut adalah pendidikan
selama 15 menit dua kali setiap harinya Analisis Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pendidikan
inferensial yang digunakan untuk mengetahui
perbedaan Kapasitas vital paru dan SaO2 pada No Pendidikan F Persentase
antar kelompok menggunakan uji Kruskall 1 SD 5 55,6
2 SMP 2 22,2
Wallis.
3 SMA 1 11,1
HASIL 4 PT 1 11,1
Total 9 100
Analisis Univariat
Karakteristik responden berdasarkan usia Hasil penelitian didapatkan data jumlah
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden responden paling banyak berpendidikan Sekolah
Berdasarkan Usia
No Usia F Persentase Dasar (SD) sejumlah 5 orang (55,6%).
1 48 tahun 1 11,1
2 54 tahun 1 11,1
3 61 tahun 1 11,1
4 65 tahun 2 22,2

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Volume 15, Nomor 1, Maret 2022 62


Karakterisitik responden berdasarkan 3 Naik 5 55,6
riwayat merokok Total 9 100

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden


Hasil penelitian didapatkan data jumlah
Berdasarkan Riwayat Merokok
responden paling banyak mengalami kenaikan
No Riwayat F Persentase
dari nilai kapasitas vital paru setelah dilakukan
Merokok
1 Ada Riwayat 5 55,6 pengukuran yaitu sejumlah 5 responden
2 Tidak Ada 4 44,4 (55,6%).
Riwayat
3 Total 9 100% Distribusi frekuensi responden berdasarkan
hasil pengukuran Saturasi Oksigen (SaO2).
Hasil penelitian didapatkan data jumlah Tabel 8 Distribusi Frekuensi Responden
responden paling banyak mempunyai latar Berdasarkan SaO2
belakang kebiasaan merokok yaitu sejumlah 5
No Saturasi Oksigen F Persentase
orang (55,6%). 1 Turun 0 0
Karakterisitik responden berdasarkan 2 Tetap 7 77,8
3 Naik 2 22,2
riwayat penyakit
Total 9 100
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Riwayat Penyakit Hasil penelitian didapatkan data jumlah
No Riwayat F Persentase
Penyakit responden paling banyak dengan nilai Saturasi
1 Asma 5 55,6 Oksigen (SaO2) tetap setelah dilakukan
Bronchiale
2 Bronchitis 4 44,4 pengukuran yaitu sejumlah 7 responden
Kronis (77,8%), dan yang mengalami kenaikan nilai
3 Emphysema 0 0
Paru SaO2 sejumlah 2 responden (22,2%).
Total 9 100 Hasil Analisis Bivariat
analisis untuk mencari perbedaan hasil ukur
Hasil penelitian didapatkan data jumlah
antara Cavasitas Vital Paru (VC) dan Saturasi
responden paling banyak berlatar belakang
Oksigen (SaO2) pada Penderita PPOK sebelum
menderita Asma Bronchiale yaitu sebanyak 5
dan setelah dilakukan intervensi, yang terlebih
orang (55,6%)
dahulu dilakukan uji normalitas data, dan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan
hasilnya uji normalitas didapatkan data tidak
hasil pengukuran Kapasitas Vital paru (VC).
berdistribusi normal sehingga analisis yang
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan VC dilkukan adalah dengan uji non parametrik
No Riwayat F Persentase Kruskal Wallis, dengan menggunakan progam
Penyakit
1 Turun 0 0 komputer, dengan hasil sebagai berikut :
2 Tetap 4 44,4

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Volume 15, Nomor 1, Maret 2022 63


1. Perbedaan Kapasitas Vital Paru (VC) dan Tabel 10 Perbedaan Kapasitas Vital Paru (VC)
dan Saturasi Oksigen (SaO2) Sebelum dan
Saturasi Oksigen (SaO2) Sebelum dan
Setelah Intervensi Pada Kelompok Intervensi
Setelah Intervensi Pada Kelompok Pursed Lips Breathing (PLB).
Intervensi Posisi Condong Kedepan (CKD).
No Variabel Nilai P Value
Pengujian hipotesis pertama mengenai Kapasitas Vital Paru
1. 0.180
perbedaan kapasitas vital paru dan saturasi (VC)
2. Saturasi Oksigen (SaO2) 1.000
oksigen sebelum dan setelah intervensi pada
kelompok intervensi posisi condong kedepan. Berdasarkan hasil analisis di atas,

Hasilnya sebagai berikut: didapatkan hasil bahwa tidak menunjukkan


perbedaan yang bermakna untuk nilai VC dan
Tabel 9 Perbedaan Kapasitas Vital Paru (VC)
dan Saturasi Oksigen (SaO2) Sebelum dan SaO2 sebelum dan setelah dilakukan intervensi
Setelah Intervensi Pada Kelompok Intervensi
Posisi Condong Kedepan (CKD). dengan dilakukan pemberian latihan napas
No Variabel Nilai P Value Pursed Lips Breathing (PLB) pada penderita
Kapasitas Vital Paru
1. 1.000 PPOK dengan nilai p<0,05.
(VC)
2. Saturasi Oksigen (SaO2) 1.000 3. Perbedaan Kapasitas Vital Paru (VC) dan
Saturasi Oksigen (SaO2) Sebelum dan
Berdasarkan hasil analisis di atas,
Setelah Intervensi Pada Kelompok
didapatkan hasil bahwa tidak menunjukkan
Intervensi Posisi Condong Kedepan (CKD)
perbedaan yang bermakna untuk nilai VC dan
Dipadukan dengan Pursed Lips Breathing
SaO2 sebelum dan setelah dilakukan intervensi
(PLB).
dengan dilakukan pemberian posisi condong
kedepan pada penderita PPOK dengan nilai
Pengujian hipotesis selanjutnya adalah
p<0,05.
mengenai perbedaan kapasitas vital paru dan
2. Perbedaan Kapasitas Vital Paru (VC) dan
saturasi oksigen sebelum dan setelah intervensi
Saturasi Oksigen (SaO2) Sebelum dan
pada kelompok CKD dengan PLB. Hasilnya
Setelah Intervensi Pada Kelompok
sebagai berikut:
Intervensi Pursed Lips Breathing (PLB).

Pengujian hipotesis kedua mengenai Tabel 11 Perbedaan Kapasitas Vital Paru (VC)
dan Saturasi Oksigen (SaO2) Sebelum dan
mengenai perbedaan kapasitas vital paru dan Setelah Intervensi Pada Kelompok Intervensi
saturasi oksigen sebelum dan setelah intervensi Posisi Condong Kedepan (CKD) dipadukan
dengan Latihan Napas Pursed LIPs Breathing
pada kelompok intervensi PLB. Hasilnya (PLB).
sebagai berikut: No Variabel Nilai P Value
Kapasitas Vital Paru
1. 0.109
(VC)
2. Saturasi Oksigen (SaO2) 0.180

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Volume 15, Nomor 1, Maret 2022 64


Berdasarkan hasil analisis di atas, dilakukan pemberian posisi condong kedepan,
didapatkan hasil bahwa tidak menunjukkan latihan napas Pursed Lips Breathing (PLB) dan
perbedaan yang bermakna untuk nilai VC dan paduan antara posisi condong kedepan dan
SaO2 sebelum dan setelah dilakukan intervensi latihan napas Pursed Lips Breathing (PLB) pada
dengan dilakukan pemberian posisi condong penderita PPOK dengan nilai p<0,05.
kedepan yang dipadukan dengan latihan napas
Pursed Lips Breathing (PLB) pada penderita PEMBAHASAN
PPOK dengan nilai p<0,05. Berdasarkan pada hasil analisis program
4. Perbedaan Kapasitas Vital Paru (VC) dan komputer pada penelitian yang dilakukan
Saturasi Oksigen (SaO2) Setelah dilakukan didapatkan hasil Pvalue VC (1,000) dan SaO2
Intervensi Posisi Condong Kedepan, Pursed (1,000) artinya bahwa tidak menunjukkan
Lips Breathing dan Paduan antara Posisi perbedaan yang bermakna untuk nilai VC dan
Condong Kedepan (CKD) dengan Pursed SaO2 sebelum dan setelah dilakukan intervensi
Lips Breathing (PLB). dengan dilakukan pemberian posisi condong
kedepan pada penderita PPOK dengan nilai
Pengujian hipotesis selanjutnya adalah p<0,05. Posisi condong ke depan menigkatkan
mengenai perbedaan kapasitas vital paru dan tekanan intraabdominal dan menurunkan
saturasi oksigen sebelum dan setelah intervensi penekanan diafragma kebagian rongga abdomen
pada kelompok PLB dan paduan antara CKD selama inspirasi (Bhatt, et al, 2009). Pada
dengan latihan PLB. Hasilnya sebagai berikut: penelitian yang dilakukan oleh Kim, et al (2012)
posisi condong ke depan (CKD) dapat
Tabel 12 Perbedaan Kapasitas Vital Paru (VC) membantu meningkatkan kondisi pernafasan,
dan Saturasi Oksigen (SaO2) Setelah dilakukan
Intervensi Posisi Condong Kedepan, Pursed Lips tetapi tidak dapat meningkatkan VC dan SaO2,
Breathing (PLB) dan Paduan antara Condong karena CKD adalah sebuah tindakan yang
Kedepan (CKD) dengan Latihan Napas Pursed
LIPs Breathing (PLB). betujuan untuk relaksasi pada otot pernapasan
(diafragma) agar tidak mendesak parenkim paru-
No Variabel Nilai P Value
paru ke atas.
Post Kapasitas Vital Paru
1. 0.193
(VC) Berdasarkan hasil analisis program
Post Saturasi Oksigen
2. 0.368 komputer, didapatkan hasil Pvalue VC (0,180) dan
(SaO2)
SaO2 (1,000) artinya tidak menunjukkan
Berdasarkan hasil analisis di atas,
perbedaan yang bermakna untuk nilai VC dan
didapatkan hasil bahwa tidak menunjukkan
SaO2 sebelum dan setelah dilakukan intervensi
perbedaan yang bermakna untuk nilai VC dan
dengan dilakukan pemberian latihan napas
SaO2 setelah dilakukan intervensi dengan
Pursed Lips Breathing (PLB) pada penderita

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Volume 15, Nomor 1, Maret 2022 65


PPOK dengan nilai p<0,05, akan tetapi secara klinis yang dirasakan oleh responden bahwa
substansial tindakan PLB dapat meningkatkan intervensi yang dipadukan antara CKD dan PLB
nilai VC tetapi tidak dapat meningkatkan nilai dapat meringankan beban sesak napasnya dan
SaO2. Karena pada dasarnya tindakan PLB efek terhadap kualitas tidurpun semakin baik
adalah suatu tindakan yang diberikan untuk dan tidur menjadi nyenyak, karena CKD adalah
menurunkan beban sesak napas pada penderita suatu tindakan keperawatan yang bertujuan
PPOK dengan cara melakukan inflasi pada paru untuk relaksasi pada otot pernapasan
dan memberikan tahanan kepada alveoli ketika (diafragma) agar tidak mendesak parenkim paru-
inspirasi yang bertujuan untuk melatih elastisitas paru ke atas, yang didukung dengan tindakan
dari alveoli agar dapat meningkatkan PLB yang merupakan suatu tindakan
kemampuan alveoli untuk mengembang keperawatan yang diberikan untuk menurunkan
(complience), sehingga nlai CV paru danaO2 beban sesak napas pada penderita PPOK dengan
pun akan meningkat, akan tetapi dari hasil cara melakukan inflasi pada paru dan
proses penelitian yang dilakukan hanya CV yang memberikan tahanan kepada alveoli ketika
meningkat tetapi nilai peningkatannya pun kecil inspirasi yang bertujuan untuk melatih elastisitas
dan kurang signifikans hanya rata-rata dari alveoli agar dapat meningkatkan
peningkatannya sekitar 0,40% saja. Hal ini tidak kemampuan alveoli untuk mengembang
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (complience), sehingga nilai CV paru dan SaO2
oleh (Bianchi et al., 2004; Kim et al., 2012; akan meningkat.
Ramos et al., 2009) menunjukan bahwa PLB
dapat meningkatkan kondisi pernafasan pasien KESIMPULAN
PPOK, yaitu meningkatkan SaO2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil analisis program berdasarkan hasil analisis program komputer,
komputer, didapatkan hasil Pvalue VC (0,109) dan didapatkan hasil Pvalue VC (0,109) dan SaO2
SaO2 (0,180) artinya tidak menunjukkan (0,180) artinya tidak menunjukkan perbedaan
perbedaan yang bermakna untuk nilai VC dan yang bermakna untuk nilai VC dan SaO2
SaO2 sebelum dan setelah dilakukan intervensi sebelum dan setelah dilakukan intervensi dengan
dengan dilakukan pemberian posisi condong dilakukan pemberian posisi condong kedepan
kedepan yang dipadukan dengan latihan napas yang dipadukan dengan latihan napas Pursed
Pursed Lips Breathing (PLB) pada penderita Lips Breathing (PLB) pada penderita PPOK
PPOK dengan nilai p<0,05, akan tetapi secara dengan nilai p<0,05,
substansial tindakan CKD yang dipadukan
dengan PLB dapat meningkatkan nilai VC dan
SaO2, yang didukung pula dengan manifestasi

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Volume 15, Nomor 1, Maret 2022 66


UCAPAN TERIMA KASIH Pursed Lips. Interest: Jurnal Ilmu
Kesehatan, 4(1).
Ucapan terimakasih Direktur Poltekkes
Khasanah, S., & Maryoto, M. (2014).
Kemenkes Tasikmalaya yang telah memberikan Efektifitas Posisi Condong Ke Depan
motivasi dan dorongan baik moril dan materil (Ckd) Dan Pursed Lips Breathing (Plb)
Terhadap Peningkatan Saturasi
dalam pelaksanaan penelitian ini.
Oksigen Pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK). Prosiding
Seminar Nasional \& Internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Khasanah, S., & Maryoto, M. (2015).
Aditama, T. Y. (2006). Tuberkulosis, Pengaruh posisi condong ke depan
Rokok, dan Perempuan. FKUI, (CKD) dengan pursed lips breathing
Jakarta. (PLB) terhadap peningkatan kondisi
Ambrosino, N., & Serradori, M. (2006). pernafasan pasien Penyakit Paru
Comprehensive Treatment of Dyspnoea Obstruktif Kronik (PPOK). Jurnal Viva
in Chronic Obstructive Pulmonary Medika STIKES Harapan Bangsa
Disease Patients. University Hospital of Purwokerto, 8(14), 53–67.
Pisa: Long Termhealth Care. Kim, K., Byun, M., Lee, W., Cynn, H.,
Bhatt, D. L., Lincoff, A. M., Gibson, C. M., Kwon, O., & Yi, C. (2012). Effects of
Stone, G. W., McNulty, S., breathing maneuver and sitting posture
Montalescot, G., Kleiman, N. S., on muscle activity in inspiratory
Goodman, S. G., White, H. D., accessory muscles in patients with
Mahaffey, K. W., & others. (2009). chronic obstructive pulmonary disease.
Intravenous platelet blockade with Multidisciplinary Respiratory
cangrelor during PCI. New England Medicine, 7(1), 1–6.
Journal of Medicine, 361(24), 2330– Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian
2341. Kesehatan Edisi 2. PT Rineka Cipta.
Bianchi, R., Gigliotti, F., Romagnoli, I., Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003).
Lanini, B., Castellani, C., Grazzini, M., Penyakit Paru Obstruktif Kronik
& Scano, G. (2004). Chest wall Pedoman Diagnosis dan
kinematics and breathlessness during Penatalaksanaan di Indonesia. Depkes
pursed-lip breathing in patients with RI.
COPD. Chest, 125(2), 459–465. Ramos, E. M. C., Vanderlei, L. C. M.,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ramos, D., Teixeira, L. M., Pitta, F., &
(2008). Keputusan Menteri Kesehatan Veloso, M. (2009). Influence of
Republik Indonesia No.1022/ Menkes/ pursed-lip breathing on heart rate
SK /XI /2008. Jakarta: Depkes RI. variability and cardiorespiratory
Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman parameters in subjects with chronic
Pengendalian Penyakit paru Obstruktif obstructive pulmonary disease
Kronik. Jakarta: Direktorat Jendral (COPD). Brazilian Journal of Physical
Pengendalian penyakit dan Therapy, 13, 288–293.
Lingkungan, Direktorat Pengendalian Suharsimi, A. (2006). Prosedur penelitian
Penyakit Tidak Menular. suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Hartono, H. (2015). Peningkatan Kapasitas Rineka Cipta, 120–123.
Vital Paru Pada Pasien Ppok
Menggunakan Metode Pernapasan

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Volume 15, Nomor 1, Maret 2022 67

Anda mungkin juga menyukai