Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KOMBINASI CLAPPING DAN BATUK EFEKTIF

TERHADAP PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN


DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUANG
INTERNE 2 RSUD dr. R. SOEDARSONO PASURUAN

Ika Ayu Rahmawati1), Sulastyawati2), Marsaid3)


Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Lawang
Poltekkes Kemenkes Malang
Ikaayu190@gmail.com

THE EFFECT OF COMBINATION OF CLAPPING AND EFFECTIVE COUGH TO


CHANGE OXYGEN SATURATION IN PATIENTS WITH CRONIC OBSTRUCTIVE
PULMONARY DISEASE

ABSTRAK
Pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) memiliki karakteristik hipersekresi
mukus yang disebabkan karena proses inflamasi. Mukus yang berlebih menyebabkan jalan
nafas tidak paten, sehingga pertukaran gas tidak efektif. Dengan ketidakefektifan pertukaran
gas menyebabkan oksigen yang masuk ke paru-paru tidak adekuat. Sehingga proses
pengikatan oksigen oleh darah berkurang. Sehingga dengan demikian saturasi oksigen pada
pasien PPOK berada pada kisaran di bawah normal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kombinasi clapping dan batuk efektif terhadap perubahan saturasi
oksigen pada pasien dengan PPOK. Metode pada penelitian ini menggunakan Pre
Eksperimental dengan rancangan one group pre and post test design dengan melibatkan 30
responden yang diambil secara accidental. Pada penelitian ini hanya terdapat 1 kelompok
intervensi, yang diberikan kombinasi clapping dan batuk efektif selama 30 menit dalam 3
sesi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai saturasi oksigen dengan kombinasi
clapping dan batuk efektif didapatkan angka signifikansi (0,000 <  = 0,05) dengan rerata
pre post (87,96%) dan rerata post test (90,30%). Dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh kombinasi clapping dan batuk efektif terhadap perubahan saturasi oksigen pada
pasien dengan PPOK. Berdasarkan hasil temuan ini, direkomendasikan agar memberikan
kombinasi clapping dan batuk efektif pada pasien PPOK untuk meningkatkan kepatenan
jalan nafas sehingga mampu meningkatkan saturasi oksigen.
Kata Kunci: Clapping, batuk efektif, saturasi oksigen (SpO2), Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK)
ABSTRACT
Patients with Obstruction in Cronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) has the
characteristics of hypersecretion of mucus due to the inflammatory process. The mucus
which exess lead to the airway is not patent, causing the gas exchange is not effective. With
the ineffectiveness of gas exchange causes oxygen entering the lungs is not adequate, so the
prosess of binding of oxygen by the blood is reduced. Thus oxygen saturation in patients with
COPD is in the range below normal. This study aims to determine the effect of the
combination of clapping and cough effectively to change in oxygen saturation in patient with
COPD. Method in this study using Pre Eksperimental with the draft one group pre and post
test design involving 30 respondents taken for accidental. In this study, there is only 1 group
intervention, provided the intervention the combination of clapping and effective coughing
for 30 minutes in 3 sessions. The result of tis study show that the value of oxygen saturation
with interventions the combination of clapping and effective cough obtained the number of
significance (0,000 <  = 0,05) with the average pre post (87,96%) and the average post test
(90,30%). It can be concluded that there is influence of the combination of clapping and
cough effectively to change in oxygen saturation in patients with COPD. Based on the result
of these findings, it is recommended to give combination of clapping and cough effectively to
change in oxygen saturation in patients with COPD. The improve patent airway so as to
increase the oxygen saturation.
Keywords: Clapping, Effective Cough, Oxigen Saturation, Cronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD).
PENDAHULUAN PPOK di Indonesia rata-rata sebesar 3,7%
(Riskesdas, 2013). Dari hasil studi
PPOK merupakan salah satu pendahuluan di RSUD dr. R Soedarsono
masalah kesehatan yang terjadi di Pasuruan di Ruang Interne 2 yang
masyarakat dengan angka kejadian yang dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2017
cukup tinggi hal tersebut didukung karena didapatkan hasil penderita PPOK pada
kebiasaan yang kurang sehat pada tahun 2016 berjumlah 187 pasien,
masyarakat, polusi udara yang kian hari sedangkan pada tiga bulan terakhir yaitu
kian parah serta dapat juga disebabkan Bulan Juni hingga Agustus didapatkan 54
karena faktor lingkungan kerja. pasien. Menurut wawancara dengan
Karakteristik dari PPOK merupakan perawat ruangan, penatalaksanaan PPOK
penurunan saturasi oksigen yang hanya diberikan bronkodilator dan
disebabkan sekret yang menumpuk pada pengajaran batuk efektif, sedangkan
jalan nafas. Untuk menangani tindakan clapping sebenarnya juga
penumpukan sekret pada PPOK pihak merupakan tindakan intervensi di
rumah sakit hanya mengandalkan ruangan, namun pada kenyataannya
pengobatan, sedangkan tindakan clapping tindakan tersebut sangat jarang dilakukan.
dan batuk efektif merupakan tindakan Padahal dengan tindakan claaping sendiri
keperawatan. Namun pada kenyataannya sangat membantu untuk meluruhkan
clapping jarang sekali dilakukan di rumah sekret dan akan sangat efektif apabila
sakit (Supraba, 2016). dipadukan dengan batuk efektif.
PPOK bukanlah penyakit yang PPOK merupakan penyakit paru
menular, namun saat ini telah menjadi yang ditandai dengan obstruksi kronis
masalah kesehatan masyarakat dunia, pada jalan nafas yang mengganggu
tidak hanya bagi negara berkembang pernapasan normal dan tidak sepenuhnya
seperti Indonesia, namun juga negara reversible (Priadi, 2016). Pada kondisi
maju. Prevalensi kajadian PPOK di dunia lebih lanjut PPOK dapat mengakibatkan
rata-rata berkisar 3-11%. WHO intoleran aktivitas, nafsu makan menurun,
menunjukkan data penderita PPOK di mudah kelelahan, pola tidur terganggu,
dunia sekitar 600 juta orang dengan 65 penurunan berat badan serta dapat terjadi
juta penderita PPOK dengan derajat penurunan SPO2 sehingga pasien
sedang hingga derajat berat. Pada tahun mengalami hipoksia yang apabila tidak
2002 PPOK merupakan penyebab utama segera ditangani pasien akan mengalami
kematian ke 5 di dunia. Pada tahun 2013, kematian (Priadi, 2016). Lebih dari 3 juta
di Amerika Serikat PPOK merupakan angka kematian di dunia yang disebabkan
penyebab utama kematian ketiga. oleh PPOK (WHO, 2015). Dampak yang
Indonesia menunjukkan prevalensi terjadi pada apabila tidak segera ditangani
sebanyak 5,6% atau 4,8 juta kasus PPOK adalah hipoksia. Hipoksia merupakan
mulai derajat sedang hingga derajat berat kondisi penurunan SPO2 dalam darah
(Azhita, 2013). Hasil survey penyakit yang dapat mempengaruhi oksigenasi
tidak menular oleh Direktorat Jenderal tubuh secara keseluruhan (Silvia, 2009).
PPM & PL di rumah sakit provinsi di Hal tersebut disebabkan ventilasi yang
Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, tidak maksimal serta adanya air trapping
Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera atau adanya CO2 yang terperangkap pada
Selatan) pada tahun 2004, menunjukkn alveolus, dengan terperangkapnya CO2
PPOK menempati urutan pertama tubuh akan mengkompensasi dengan
penyumbang angka kesakitan (35%), ekspirasi yang panjang berusaha untuk
diikuti asma bronkial (33%), kanker paru mengeluarkan CO2 yang berlebih.
(30%) dan lainnya (2%). (Depkes RI, Hipoksia pada PPOK disebabkan oleh
2008 dalam Azhita, 2013). Prevalensi kebiasaan merokok yang sangat tinggi di
kalangan masyarakat serta polusi udara pasien sadar yang berpengaruh pada
saat bekerja, adapun penyebab lain dari perubahan saturasi oksigen, seperti yang
PPOK yaitu infeksi saluran napas atas diungkap oleh (Maidartati, 2014) clapping
yang kronis dan faktor-faktor herediter dan batuk efektif lebih efisien, dapat
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dilakukan di rumah serta tidak
2003). memerlukan biaya jika dibandingkan
Penurunan saturasi oksigen dapat dengan suction yang hanya dapat
terjadi pada pasien PPOK karena dilakukan di rumah sakit dan pastinya
hipoventilasi alveolar, pada kondisi ketika memerlukan biaya yang lebih serta
obstruksi kronis pada jalan napas apabila dilakukan dalam kondisi sadar
mengurangi alveolar minute ventilation. akan menyakiti pasien.
Hipoventilasi alveolar yang paling sering Terdapat beberapa hasil penilitian
ditemukan adalah obstruksi jalan napas menguatkan alasan di atas, penelitian
yang biasanya terjadi pada pasien PPOK. Yulia Supraba, (2016) tentang upaya
Pada keadaan ini terjadi penurunan PaO2 meningkatkan keefektifan bersihan jalan
dan peningkatan PaCO2 yang nafas pada pasien PPOK mendapatkan
menyebabkan hipoksemia (Kowalak, hasil latihan nafas diafragma, nafas
2011). Hipoksemia merupakan penurunan dalam, batuk efektif, fisioterapi dada dan
oksigenasi dalam darah arteri yang terapi inhalasi terbukti sangat efektif
dibuktikan melalui penurunan PaO2 pada dilakukan untuk pasien Penyakit Paru
pemeriksaan gas darah arteri. Keadaan Obstruktif Kronik (PPOK) dengan
hipoksemia terjadi karena perubahan gangguan bersihan jalan nafas tidak
respirasi, sedangkan hipoksia merupakan efektif.
penurunan oksigenasi jaringan pada Tujuan umum penelitian ini adalah
tingkat selular yang dapat disebabkan oleh mengetahui pengaruh kombinasi clapping
penurunan oksigen yang dihirup saat dabn batuk efektif terhadap perubahan
inspirasi, dalam keadaan ini dapat dilihat saturasi oksigen pada pasien dengan
dengan tanda dan gejala frekuensi napas PPOK.
meningkat, dapat juga ditandai sianosis METODOLOGI
pada ekstrimitas, serta dapat terjadi Penelitian ini menggunakan
kerusakan jaringan otak (Kowalak, dkk, metode Pre Eksperimental dengan
2011). rancangan One Group Pre And Post Test
Penatalaksanaan pada penderita Design. Populasi pada penelitian ini
PPOK yang mengalami penumpukan adalah seluruh pasien yang dirawat di
sekret yang berlebih dapat diberikan ruang Interne 2 RSUD dr. R. Soedarsono
dengan berbagai terapi seperti nebulizer Pasuruan.
yang berfungsi untuk menurunkan Teknik pengambilan sampel
bronkospasme dan meningkatkan kerja menggunakan accidental sampling sesuai
mukosilier dalam mengencerkan sekret dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
dalan jalan napas, drainase postural dan klien bersedia menjadi responden,
vibrasi untuk membantu mengalirkan kesadaran composmentis, klien yang tidak
sekret, tindakan clapping bertujuan sedang mendapat tranfusi darah, klien
untuk meluruhkan sekret, batuk efektif yang dapat mengikuti instruksi dengan
bertujuan untuk mengeluarkan sekret baik. Untuk kriteri eksklusinya: klien
yang menyumbat jalan nafas, serta suction membatalkan kesediannya menjadi
untuk mengatasi obstruksi jalan nafas responden, klien dengan farktur thorak,
(Kowalak, dkk, 2011). Pada penelitian ini klien dengan komplikasi status asmatikus,
peniliti memilih memadukan tindakan klien post operasi.
clapping dan batuk efektif untuk Sampel yang diperoleh berjumlah
mengatasi obstruksi jalan nafas pada 30 reponden. Instrument penelitian untuk
menilai saturasi oksigen menggunakan Tabel 3 Karakteristik Dasar
pulse oksimetri. Jenis Terapi Bronkodilator
Analisis statistic yang digunakan Perlakuan
Kombinasi Clapping
meliputi usia, jenis kelamin, jenis terapi Jenis Bronkodilator dan Batuk Efektif
bronkodilator yang ditampilkan dalam Frekuensi %
bentuk nilai distribusi dan frekuensi. Ventolin+Pulmicort(1) 1 3,3%
Uji Wilcoxon Signed Rank Test Combivent(2) 26 86,7%
digunakan untuk mengetahui pengaruh
Combivent+Pulmicort(3) 3 10%
kombinasi clapping dan batuk efektif
terhadap perubahan saturasi oksigen pada Jumlah 30 100%
pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Berdasarkan data dari table 3
Kronik di Interne 2 RSUD dr. R. diketahui bahwa responden mendapatkan
Soedarsono Pasuruan. Penelitian terapi bronkodilator Combivent (86,7%),
dilakukan pada tanggal 05 Januari – 25 sedangkan responden yang mendapatkan
Februari 2018. terapi bronkodilator Combivent +
Pulmicort (10%), dan responden yang
HASIL DAN PEMBAHASAN mendapatkan terapi bronkodilator
Hasil Ventolin+Pulmicort (3,3%).
Tabel 1 Karakteristik Dasar
Responden Jenis Kelamin Tabel 4 Saturasi Oksigen Sebelum
Perlakuan Kombinasi Dilakukan Kombinasi Clapping
Jenis
Clapping dan Batuk Efektif dan Batuk Efektif
Kelamin
Frekuensi % Mean Std. Min Max
Laki-Laki 26 86,7% Variabel
(%) Deviation (%) (%)
Perempuan 4 13,3% Saturasi
Jumlah 30 100% Oksigen
Berdasarkan tabel 1 diketahui sebelum
bahwa kelompok perlakuan kombinasi tindakan 87,9667 1,82857 85,00 93,00
clapping dan batuk efektif berjenis clapping
kelamin laki-laki (86,7%) dan untuk yang dan batuk
efektif
berjenis kelamin perempuan (13,3%).
Table 4 menunjukkan bahwa
Tabel 2 Karakteristik Dasar
saturasi oksigen sebelum dilakukan
Responden Umur
Variabel N Mean SD Min Max
tindakan clapping dan batuk efektif
didapatkan mean (87,9667%), standart
Umur 30 62,53 7,19 39 75 deviasi (1,82857), saturasi oksigen
maksimal (93%) serta didapatkan saturasi
Berdasarkan data dari tabel 2 umur oksigen minimal yaitu (85 %). Sedangkan
responden didapatkan mean (62,53), saturasi oksigen normal yaitu pada
standart deviasi (7,19) serta umur termuda rentang 95%-100%.
adalah (39) tahun dan umur tertua adalah
(75) tahun.
Tabel 5 Saturasi Oksigen Setelah signifikan dalam pemberian kombinasi
Dilakukan Kombinasi Clapping clapping dan batuk efekif terhadap
dan Batuk Efektif saturasi oksigen.
Mean Std. Min Max
Variabel Pembahasan
(%) Deviation (%) (%)
Saturasi
Oksigen 1. Saturasi Oksigen Sebelum
setelah Dilakukan Kombinasi Clapping
tindakan 90,3000 2,49344 81,00 95,00 dan Batuk Efektif
clapping Dari hasil tabel 4 didapatkan rata-
dan batuk
rata saturasi oksigen sebesar (87,95),
efektif
sehingga didapatkan saturasi oksigen di
Tabel 5 menunjukkan bahwa
bawah normal, sedangkan saturasi
saturasi oksigen setelah dilakukan
oksigen normal pada rentang 95%-100%.
tindakan tindakan clapping dan batuk
Saturasi oksigen yang rendah pada pasien
efektif didapatkan mean (90,3000%),
dengan PPOK dapat disebabkan karena
standart deviasi (2,49344%), saturasi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
oksigen minimal (81%), saturasi oksigen
saturasi oksigen adalah ventilasi, difusi,
maksimal (95%). Didapatkan selisih
serta pengikatan oksigen oleh
antara pre & post dengan nilai saturasi
hemoglobin. Pada ventilasi sendiri
oksigen ( 2,333%).
dipengaruhi juga oleh kebersihan jalan
Tabel 6 Analisis Pengaruh Kombinasi nafas, pengembangan dan pengempisan
Clapping dan Batuk Efektif paru serta kemampuan otot-otot
Terhadap Perubahan Saturasi pernafasan. Karakteristik dari PPOK
Oksigen proses inflamasi yang menyebabkan
Median hipersekresi mukus berlebih, hipersekresi
(minimum- Nilai p mukus ini dapat menyebabkan sumbatan
maksimum)
jalan nafas, sehingga proses pertukaran
Saturasi
oksigen gas tidak adekuat yang menyebabkan
sebelum ventilasi tidak paten. Ketidakpatenan ini
kombinasi 88 (85-93) menurunkan jumlah oksigen yang masuk
clapping dan ke paru-paru, sehingga absorpsi oksigen
batuk efektif
oleh darah berkurang, hal tersebut
(n= 30)
Saturasi
0,000 menyebabkan saturasi oksigen penderita
oksigen setelah PPOK di bawah normal. Apabila jalan
kombinasi
90 (81-95)
nafas bersih dari mukus maka ventilasi
clapping dan akan adekuat sehingga mampu
batuk efektif mempercepat proses difusi dan
(n=30)
transportasi gas dalam darah menuju
perifer yang mampu meingkatkan saturasi
Berdasarkan hasil uji normalitas
oksigen.
didapatkan hasil tidak normal pada nilai
Saturasi oksigen adalah rasio antara
saturasi oksigen post test didapatkan
jumlah oksigen actual yang terikat oleh
0,001 yang artinya < =0,05 sehingga uji hemoglobin terhadap kemampuan total
statistic menggunakan uji wilcoxon sign hemoglobin (Hb) darah mengikat oksigen
rank test untuk menguji data berpasangan (Priadi, 2016). Kozier (2010)
(pre-post tes). Selisih antara pre & post menyebutkan faktor-faktor yang
didapatkan nilai saturasi oksigen ( mempengaruhi saturasi oksigen adalah
2,333%). Nilai saturasi oksigen diperoleh jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru
dari p value = 0,000 <  = 0,05 hal ini (ventilasi), kecepatan difusi, dan
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang hemoglobin (Hb). Sedangkan kepatenan
ventilasi tergantung pada faktor penurunan kapasitas vital paru yang
kebersihan jalan nafas, adekuatnya system diakibatkan melemahnya otot-otot
saraf pusat dan pusat pernafasan, interkosta sehingga mengurangi
adekuatnya pengembangan dan pergerakan dinding dada. Permasalah
pengempisan paru-paru, kemampuan otot- yang terjadi pada organ pernafaan tersebut
otot pernafasan (Guyton & Hall. 2007). dipengaruhi oleh masa atau lamanya
Pada penderita PPOK, proses inflamasi penyakit. (Kowalak, 2011). Penanganan
merusak jaringan paru yang menyebabkan pada pasien PPOK yaitu pemberian
hipersekresi mukus (PDPI, 2003). bronkodilator yang bertujuan untuk
Hipersekresi menyebabkan tubuh menurunkan bronkospasme dan
merangsang untuk batuk terus-menerus, meningkatkan kerja mukosilier dalam
dalam hal ini peneliti mengajarkan batuk membersihkan secret dari jalan nafas.
efektif yang diawali dengan mengambil Dalam hal ini kombinasi clapping
nafas, kemudian dengan hentakan sekuat dan batuk efektif mampu mengeluarkan
tenaga, hentakan ini berbeda antara laki- secret serta meningkatkan saturasi
laki dan perempuan, pada laki-laki oksigen dalam prosesnya dilakukan
hentakan lebih kuat dikarenakan memiliki clapping untuk meluruhkan secret yang
fisik yang lebih kuat dibandingkan kemudian batuk efektif yang diawali
perempuan. menarik nafas kemudian nafas ditahan
Hasil penelitian ini sesuai dengan sejenak untuk meningkatkan tekanan intra
pendapat Priadi (2016) bahwa pada pasien alveoli kemudian dibatukkan secara
PPOK cenderung memiliki saturasi maksimal hingga secret keluar, dengan
oksigen yang rendah. Kowalak (2011) keluarnya secret jalan nafas terbuka dan
menyebutkan salah satu penatalaksanaan ventilasi normal kemudian mempercepat
pada PPOK yaitu terapi bronkodilator proses difusi sehinga transport gas dalam
yang berfungsi menurunkan darah menuju perifer sehingga saturasi
bronkospasme dan meningkatkan kerja oksigen meningkat.
mukosilier dalam membersihkan secret
dari jalan nafas. 3. Analisis Pengaruh Kombinasi
Clapping dan Batuk Efektif Terhadap
Perubahan Saturasi Oksigen.
2. Saturasi Oksigen Setelah Dilakukan Nilai saturasi oksigen sebelum
Kombinasi Clapping dan Batuk perlakuan didapatkan nilai mean
Efektif (87,9667%), sedangkan nilai saturasi
Dari hasil di atas didapatkan oksigen setelah perlakuan didapatkan nilai
saturasi oksigen minimum 81%, dalam mean (90,3000%). Didapatkan selisih
hal ini mengalami penurunan, penurunan antara pre & post dengan nilai saturasi
tersebut dapat disebabkan karena oksigen ( 2,333%). Saturasi oksigen
pengembangan dan pengempisan parun dikatakan normal berada pada rentang
serta kemampuan otot penafasan 95%-100%. Hasil penelitian lain yang
menurun, hal tersebut yang terjadi pada sejalan juga dilakukan oleh Priadi (2016)
organ pernafasan dapat juga dipengaruhi bahwa terdapat pengaruh fisioterapi dada
oleh faktor usia pada lansia. Hasil terhadap ekspektorasi sputum dan
penelitian ini didapatkan usia dengan peningkatan saturasi oksigen. Hasil
mean 62,53. Pada usia masuk ke dalam penelitian tersebut berbanding terbalik
kategori lansia. Ciri khas pada pasien dengan penelitian yang dilakukan oleh
dengan PPOK mengalami pengembangan Mulyadi (2014) bahwa ada pengaruh
dan pengempisan paru dan kemampuan tindakan penghisapan lendir ETT
otot yang menurun. Hal ini diperberat terhadap kadar saturasi oksigen.
pada usia tua atau lansia akan terjadi
Secara statistic dalam penelitian ini, KESIMPULAN DAN SARAN
kombinasi clapping dan batuk efektif
yang dilakukan pada penelitian ini Kesimpulan
terbukti membantu membersihkan secret Berdasarkan hasil penelitian dan
yang berlebih pada jalan nafas, sehingga pembahasan maka dapat diambil
mampu meningkatkan oksigen masuk ke kesimpulan sebagai berikut:
dalam paru. Namun dalam segi klinis 1. Rata-rata saturasi oksigen awal
saturasi oksigen antara sebelum dan sebelum dilakukan pemberian
sesudah dilakukan kombinasi clapping kombinasi clapping dan batuk efektif
dan batuk efektif tidak terjadi perubahan yaitu 87,9667%.
dikarenakan masih dalam batas normal. 2. Rata-rata saturasi oksigen akhir
Dalam prosesnya tepukan dada (clapping) setelah dilakukan pemberian
selama 5 menit yang mampu meluruhkan kombinasi clapping dan batuk efektif
secret kemudian responden melakukan yaitu 90,3000%
batuk efektif dengan menghirup udara 3. Terdapat pengaruh yang signifikan
melalui hidung kemudian nafas ditahan pemberian kombinasi clapping dan
sejenak yang mampu meningkatkan batuk efektif terhadap perubahan
tekanan intra alveoli, kemudian saturasi oksigen pada pasien PPOK
dibatukkan secara maksimal hingga secret (ρ value = 0,000 <  = 0,05)
keluar, apabila responden tidk mampu
meneluarkan secret, responden Saran
diistirahatkan selama 5 menit, kemudian 1) Bagi penderita PPOK atau keluarga
diulangi hingga 3 sesi. Ketika responden yang memiliki saudara yang
batuk secara kuat untuk mengeluarkan menderita PPOK atau batuk berdahak
secret, pada kondisi tersebut diharapkan dapat menggunakan cara
meningkatkan penggunaan oksigen, clapping dan batuk efektif untuk
sehingga dapat menurunkan kadar saturasi mengeluarkan secret agar penderita
oksigen. Namun setelah saluran nafas merasa lega dan mengeluarkan secret
lebih bersih, responden dapat bernafas yang menghambat saluran nafas.
lebih lega dan jumlah oksigen yang 2) Bagi pelayanan keperawatan agar
masuk ke paru-paru bertambah, sehingga lebih memahami bagaimana manfaat
mampu mempercepat proses difusi dan kombinasi clapping dan batuk efektif
gas dalam darah ditransportasi menuju tidak hanya ketika pasien dirawat di
jaringan perifer yang akan menyebabkan Rumah Sakit, dan mengajarkan
saturasi oksigen meningkat saat dilakukan kepada keluarga untuk bisa
pengukuran. Dalam hal ini peningkatan diaplikasikan di rumah, sehingga
saturasi oksigen tidak serta merta terapi tersebut akan lebih dirasakan
meningkat hanya dari peneliti namun ada manfaatnya. Dengan cara
pengaruh obat-obatan yang didapat klien memberikan SOP tentang procedure
seperti bronkodilator, dari hasil tabel 4.3 clapping dan batuk efektif.
tabel distribusi frekuensi terapi 3) Bagi Ruang Interne 2 sebagai bahan
bronkodilator menunjukkan (86,7%) pertimbangan untuk mengembangkan
responden mendapatkan terapi pengetahuan ilmu keperawatan,
bronkodilator combivent. sehingga Kepala Ruangan bisa
menginstruksikan perawat ruangan
agar clapping tersebut dijadikan
sebagai teknik non farmakologis
untuk meluruhkan secret pada pasien
PPOK dan lebih efektif apabila
dikombinasikan dengan batuk efektif
yang dapat membuat ventilasi Buku Kedokteran EGC.
adekuat. Crockett, A. (1997). Penggunaan Asma
4) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dalam Perawatan Primer,
hasil penelitian ini sebagai bahan diterjemahkan
kajian dan rujukan dalam melakukan oleh Erlan. Jakarta: EGC.
penelitian sejenis. Penelitian ini Dianasari, N. (2014). Pemberian
hanya mengetahui pengaruh Tindakan Batuk Efektif Terhadap
kombinasi clapping dan batuk efektif Pasien Ppok Di IGD RSUD
terhadap perubahan saturasi oksigen Soediran Mangun Suarso
pada pasien PPOK. Penelitian Wonogiri,. Sekolah Tinggi Ilmu
selanjutnya mungkin dapat Kesehatan Kusuma Husada
menggunakan kelompk kontrol dan Surakarta.
intervensi dapat dilakukan dalam Djojodibroto, D. (2009). Respirologi
waktu yang rutin agar perubahan / (Respiratory Medicine). Jakarta :
peningkatan saturasi oksigen lebih Penerbit Buku Kedokteran EGC.
maksimal. Febrianto, A. (2013). Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Pneumonia Di
DAFTAR PUSTAKA Rsud Pandanarang Boyolali
Pneumonia Di Rsud Pandanarang
A Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Boyolali. Universitas
Ajar Fundamental Keperawatan: Muhammadyah Surakarta.
Konsep, Proses, Dan Praktik, edisi Ganong, William F, (2003). Buku Ajar
4, Volume.2. Jakarta: EGC. Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
Achmad, A. (2017). Karakteristik EGC.
Penderita Penyakit Paru GOLD. (2010). Pocket Giude to COPD
Obstruktif Kronik Yang Berobat Diagnosis, Mnagement, and
Jalan Di Rsup. H. Adam Malik Prevention A Guide for Health
Medan Pada Tahun Care Professionals update 2010.
2015.Universitas Sumatera Utara http://fitsweb.uchc.edu/student/sel
Medan ective.ikoliani/GOLD_Pocket2010
Affandi, E. (2016). Konsep & Mar31.pdf, diakses pada tanggal
Patofisiologi Hipoksia dan Hipoksemia. 25 September 2017.
https://www.scribd.com/doc/3047 Guyton & Hall. (2007). Buku Ajar
74328/Konsep-Patofisiologi- Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
Hipoksia-Dan-Hipoksemia, EGC.
diakses pada tanggal 1 November Hidayat, A.A (2008). Riset Keperwatan
2017. dan Teknik Penulisan ilmiah
Ardhiyanti., dkk. (2014). Panduan edisi2. Jakarta salmba medika
Lengkap Dasar Kebidanan 1. Hidayat & Uliyah, (2005). Kebutuhan
Yogyakarta: Deepublish. Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Azitha, M. (2015). Hubungan derajat Indah, D, (2017). Hipoksia.
PPOK terhadap kualitas hidup https://unswagati.academia.edu/di
pasien PPOK di Poli Klinik Paru anaindah, diakses pada tanggal 2
RSUP Dr. M Djamil Padang dan Oktober 2017.
Rumah Sakit Khusus Paru Kementerian Kesehatan. (2013). Riset
Sumatera Barat, 1, 1–6. Kesehatan Dasar. Kesehatan
https://doi.org/10.1086/513446.Iiji Mata, 231–234. https://doi.org/1
ma. Desember 2013.
Corwin, E. (2009). Buku Saku Kowalak., dkk. (2011). Buku Ajar
Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Patofisiologi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Kozier, B., dkk. (2010). Buku Ajar PDPI. (2003). PPOK Pedoman Diagnosis
Fondamental Keperawatan : & Penatalaksanaan. Jakarta:
Konsep, Proses & Praktik, PDPI.
Volume : 1, Edisi : 7, EGC : Priadi. (2016). Pengaruh Fisioterapi
Jakarta Dada Terhadap Ekspetorasi
Maidartati. (2014). Pengaruh Fisioterapi Sputum Dan Peningkatan Saturasi
Dada Terhadap Bersihan Jalan Oksigen Penderita PPOK
Nafas Pada Anak Usia 1-5 Tahun Pendahuluan PPOK merupakan,
Yang Mengalami Gangguan 3(1), 14–20. Sekolah Tinggi Ilmu
Bersihan Jalan Nafas Di Kesehatan Soedono. Madiun.
Puskesmas Moch. Ramdhan Price & Wilson. (2006). Patofisiologi
Bandung. Fakultas Ilmu Konsep Klinis Proses-Proses
Keperawatan Universitas BSI Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Bandung Kedokteran EGC.
Manurung, Santa. (2009). Asuhan Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan
Keperawatan gangguan Sistem Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta Graha Ilmu
Timur : CV. Trans Indo Media. Silbernagl, S. (2006). Teks & Atlas
Marini, G. (2011). Efektifitas Fisioterapi Berwarna Patofisiologi. Jakarta:
Dada (Clapping) Untuk Mengatasi EGC.
Masalah Bersihan Jalan Napas Silvia. (2009). Hipoksia. Fakultas
Pada Anak Bronkopneumonia Di Kedokteran Universitas Indonesia.
Ruang Anak Rsud Dr. Moh. Soeroto,. Suryadinata. (2014). Penyakit
Soewandhi Surabaya. Fakultas Paru Obstruktif Kronik.
Ilmu Kesehatan UM Surabaya. Universitas Padjajaran Banudung.
Medicalogy. (2017). Kupas Tuntas Pulse Supraba, Y. (2016). Upaya
Oksimetri, Alat Pengukur Kadar Meningkatkan Keefektifan
Oksigen Dalam Tubuh. Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien
https://www.medicalogy.com/blog Penyakit Paru Obstruktif Kronik
/kupas-tuntas-pulse-oximeter-alat- Di Rsud Dr. Soehadi Prijonegoro.
pengukur-kadar-oksigen-dalam- Fakultas Ilmu Kesehatan
tubuh/, diakses pada tanggal 18 Universitas Muhammadiyah
Oktober 2017. Surakarta
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kuantitatif Kualitatif & RND.
Rineka Cipta. Bandung: Alfabeta.
Nugroho, Y., Kristiani. (2011). Batuk Tabrani, Rab. (2010). Ilmu Penyakit Paru.
Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Jakarta: Trans Info Media
Pada Pasien Dengan Tambayong, J. (2000). Patofiologi Untuk
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nafas Di Instalasi Rehabilitasi World Health Organisation, (2015).
Medik Rumah Sakit Baptis Kediri. Chronic Respiratory Disease.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan http://www.who.int/resspiratory/c
Baptis Kediri. opd/burden/en#.V-fMW9X43cY,
Nursalam, (2008). Konsep Dan diakses pada tanggal 25
Penerapan Metodologi Penelitian September 2017.
Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis, Dan Instrument

Anda mungkin juga menyukai