Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TEORI PIJAT OKSITOKSIN


1. Definisi Pijat Oksitoksin

Pijat oksitosin adalah pemijatan tulang belakang pada costa (tulang


rusuk) ke 5-6 sampai ke scapula (tulang belikat) yang akan mempercepat
kerja syaraf parasimpatis, saraf yang berpangkal pada medulla oblongata
dan pada daerah daerah sacrum dari medulla spinalis, merangsang
hipofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin, oksitosin menstimulasi
kontraksi sel-sel otot polos yang melingkari duktus laktiferus kelenjar
mamae menyebabkan kontraktilitas mioepitel payudara sehingga dapat
meningkatkan pemancaran ASI dari kelenjar mammae (Isnaini, dkk, 2015
dalam minnie 2016).

Menurut Roesli dalam Ummah (2014 dalam Minnie 2016), pijat


oksitosin merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mempercepat dan
memperlancar produksi dan pengeluaran ASI yaitu dengan pemijatan
sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima atau
keenam. Pijat ini akan memberikan rasa nyaman dan rileks pada ibu
setelah mengalami proses persalinan sehingga tidak menghambat sekresi
hormon prolaktin dan oksitosin.

Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai


dari nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf
parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang
sehingga oksitosin keluar (Suherni, 2008: Suradi, 2006; Hamranani 2010
dalam Herawati 2016).

Pijat oksitosin juga dapat didefinisikan sebagai tindakan yang


dilakukan oleh keluarga, terutama suami pada ibu menyusui yang berupa
pijatan pada punggung ibu untuk meningkatkan produksi hormone
oksitosin. Sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka bekas
implantasi plasenta, mencegah perdarahan, serta memperbanyak produksi

7
8

ASI (Herawati 2016). Pijat stimulasi oksitosin untuk ibu menyusui berfungsi
untuk merangsang hormon oksitosin agar dapat memperlancar ASI dan
meningkatan kenyamanan ibu.

Pijat oksitosin adalah pemijatan tulang belakang pada costa ke 5-6


sampai ke scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis
merangsang hipofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin (Dewi 2016).

2. Manfaat Pijat Oksitoksin

Menurut Herawati (2016) Manfaat pijat oksitosin bagi ibu nifas dan
ibu menyusui, diantaranya :

a. Mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta


b. Mencegah terjadinya perdarahan post partum
c. Dapat mempercepat terjadinya proses involusi uterus
d. Meningkatkan produksi ASI
e. Meningkatkan rasa nyaman pada ibu menyusui
f. Meningkatkan hubungan psikologis antar ibu dan keluarga
3. Langkah-langkah pijat oksitoksin
Menurut jurnal penelitian Peningkatan Produksi ASI ibu nifas seksio
sesarea melalui pemberian paket “SUKSES ASI” oleh Budiati (2010), pijat
oksitosin dapat dilakukan pada 24 jam postoperasi dimana masa ini klien
sudah mampu mobilisasi seperti duduk dan mulai belajar berjalan. Dan
Prosedur pelaksanaan pijat oksitosin yaitu:
a. Ibu diminta duduk diatas tempat tidur atau kursi kemudian menunduk
dengan bantuan bantal/miring ke salah satu sisi.
b. Bra dan baju dibuka ditutup dengan handuk.
c. Peneliti mengolesi telapak tangan dengan minyak kelapa.
d. Peneliti melakukan pemijatan pada tulang belakang searah jarum jam
dari bawah ke atas kurang lebih selama 15 menit.
e. Selanjutnya peneliti juga meminta pihak keluarga, terutama pasangan
untuk melakukan rekomendasi pijat oksitosin serta meneruskan
intervensi ini setiap 2 kali sehari selama 15 menit.
f. Penilaian produksi ASI ini dilakukan 3 hari setelah intervensi.
9

g. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin


secara bergantian
4. Pengaruh Pijat Oksitoksin Terhadap Pengeluaran ASI

Salah satu teori persalinan adalah adanya hormon estrogen dan


progesteron turun secara drastis sehingga digantikan oleh hormon
prolaktin dan okstosin. Hormon prolaktin dan oksitosin memainkan peran
dalam proses laktasi sehingga pengeluaran ASI akan lancar. Tidak
keluarnya ASI bukan karena produksi ASI yang tidak ada atau tidak
mencukupi, tetapi sering kali produksi ASI cukup namun pengeluarannya
terhambat akibat hambatan sekresi oksitosin (Azizah & Yulinda 2017)

Cara kerja pijat oksitosin dalam mempengaruhi pengeluaran


kolostrum adalah dengan memberikan stimulus pada vertebra sampai
costa 5-6, sehingga meningkatkan rangsangan hipofise posterior untuk
mengeluarkan hormon oksitosin, oksitosin selanjutnya akan merangsang
kontraksi sel mioepitel di payudara untuk penyemprotan air susu
(Zamzara,dkk 2015)

Rangsangan ini kemudian dilanjutkan ke hipotalamus melalui


medulla spinalis, sehingga hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor
yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang
pengeluaran faktor yang memicu sekresi prolaktin, selanjutnya akan
merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin dan selanjutnya
hormon prolaktin akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu (Zamzara,dkk 2015)

Hamranani, (2010 dalam Mayasari, dkk 2017) pijatan atau


rangsangan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang
medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise
posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan buah
dada mengeluarkan air susunya. Pijatan di daerah tulang belakang ini
juga akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress dan dengan
begitu hormon oksitosoin keluar dan akan membantu pengeluaran air
susu ibu
10

B. KONSEP TEORI PIJAT MARMET


1. Definisi
Pijat Marmet merupakan kombinasi antara cara memerah ASI dan

memijat payudara sehingga reflek keluarnya ASI dapat optimal. Teknik

memerah ASI dengan cara marmet ini pada prinsipnya bertujuan untuk

mengosongkan ASI dari sinus laktiferus yang terletak di bawah areola

sehingga diharapkan dengan pengosongan ASI pada daerah sinus

laktiferus ini akan merangsang pengeluaran hormon prolaktin.

Pengeluaran hormon prolaktin ini selanjutnya akan merangsang

mammary alveoli untuk memproduksi ASI. Semakin banyak ASI yang

dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara maka akan semakin

banyak ASI yang akan diproduksi (Roesli, 2008). ASI yang tidak

dikeluarkan atau tidak diberikan pada bayi menyebabkan payudara

bengkak (engorgement), keadaan ini dapat menyebabkan payudara

terasa lebih penuh, tegang dan nyeri, bila ibu tetap tidak mau menyusui

bayinya keadaan ini akan berlanjut menjadi mastitis yaitu payudara

bengkak, merah dan nyeri dan bila keadaan ini dibiarkan dapat

mengakibatkan abses payudara (Christin, 2006).

Pada hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin baiknya

pijat marmet yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maka produksi ASI

pada ibu postpartumsemakin baik. Teknik pijat marmet dapat

meningkatkan kuantitas ASI, dimana teknik marmet merupakan teknik

pemijatan payudara yang merupakan kombinasi antara cara memerah


11

ASI dan memijat payudara sehingga reflek keluarnya ASI dapat

optimal.Apabila setelah melahirkan ibu tidak mendapatkan perawatan

payudara, maka ASI tidak dapat diproduksi secara optimal, hal ini yang

menyebabkan ketidaklancaran produksi ASI terutama pada awal

persalinan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Bowel (2011) yang bertujuan untuk melihat efektifitas pijat payudara

terhadap produksi ASI yang dilakukan terhadap 30 ibu yang masing-

masing dibagi dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Dimana dalam penelitiannya ini para bayi dari ibu pada kedua

kelompok terlebih dahulu ditimbang sebelum dan setelah menyusui

untuk mengetahui jumlah susu yang tertelan. Dari hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa bayi dari kelompok yang dilakukan pijat payudara

mengkonsumsi rata-rata 22,3 gr ASI setiap kali menyusui dibandingkan

bayi yang berada pada kelompok yang tidak dilakukan pijat payudara,

dan berdasarkan perbandingan terhadap total harian bayi yang berada

pada kelompok perlakuan rata-rara mengkonsumsi 4,5 ons ASI lebih

banyak dibanding bayi pada kelompok kontrol. Selain itu Ifrigg juga

melakukan pengamatan terhadap 97 dari 100 ibu yang menggunakan

pijat payudara bahwa mereka mengatakan tidak mengalami kendala

dalam menyusui bayinya seperti nyeri puting, pembengkakan payudara

2. Manfaat Teknik Marmet

a. Lebih efektif mengkosongkan payudara.


12

b. Lebih nyaman dan alami (saat mengeluarkan ASI)

c. Lebih mudah menstimulasi reflek keluarnya air susu dibandingkan

dengan penggunaan pompa yang terbuat dari plastik.

d. Nyaman

e. Aman dari segi lingkungan.

C. KONSEP TEORI ASI


1. Pengertian
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi
yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang
dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Definisi
WHO menyebutkan bahwa ASI ekslusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja,
tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau
obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan (WHO (2002)
dalam Aprilia, 2009).
Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO)
merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan.
Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel penelitian
secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi
rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan (180
hari), kemudian dilanjutkan selama 2 tahun dengan panambahan
makanan pendamping yang tepat waktu, aman, benar dan memadai
(WHO, 2010).
Pemberian ASI secara dini dan ekslusif sekurang-kurangnya 4-6
bulan akan membantu mencegah berbagai penyakit anak, termasuk
gangguan lambung dan saluran nafas, terutama asma pada anak-anak.
Hal ini disebabkan adanya antibody penting yang ada dalam kolostrum
ASI (dalam jumlah yang lebih sedikit), akan melindungi bayi baru lahir
dan mencegah timbulnya alergi. Untuk alasan tersebut, semua bayi baru
lahir harus mendapatkan kolostrum (Rahmi (2008) dalam Aprilia, 2009).
13

Selain itu inisiasi menyusu dini dan ASI ekslusif. selama 6 bulan
pertama dapat mencegah kematian bayi dan infant yang lebih besar
dengan mereduksi risiko penyakit infeksi, hal ini karena (WHO, 2010) :
a. Adanya kolostrum yang merupakan susu pertama yang
mengandung sejumlah besar faktor protektif yang memberikan
proteksi aktif dan pasif terhadap berbagai jenis pathogen.
b. ASI esklusif dapat mengeliminasi mikroorganisme pathogen yang
yang terkontaminasi melalui air, makanan atau cairan lainnya. Juga
dapat mencegah kerusakan barier imunologi dari kontaminasi atau
zat-zat penyebab alergi pada susu formula atau makanan.
2. Komposisi ASI
Air susu ibu (ASI) selalu mengalami perubahan selama beberapa
periode tertentu. Perubahan ini sejalan dengan kebutuhan bayi (Anonim,
2010) :
a. Kolostrum
Kolostrum terbentuk selama periode terakhir kehamilan dan
minggu pertama setelah bayi lahir. ia merupakan ASI yang keluar dari
hari pertama sampai hari ke-4 yang kaya zat anti infeksi dan
berprotein tinggi. Kandungan proteinnya 3 kali lebih banyak dari ASI
mature. Cairan emas ini encer dan seringkali berwarna kuning atau
dapat pula jernih yang mengandung sel hidup yang menyerupai sel
darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum
merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari
usus bayi yang baru lahir. Volumenya bervariasi antara 2 dan 10 ml
per feeding per hari selama 3 hari pertama, tergantung dari paritas
ibu.
b. ASI peralihan/transisi
Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum
ASI Mature (Kadang antara hari ke 4 dan 10 setelah melahirkan).
Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan
lemak makin tinggi. Volumenya juga akan makin meningkat.
c. ASI mature
ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke-
14 dan seterusnya, komposisi relative konstan. Pada ibu yang sehat
14

dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya


yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur enam bulan,
Tidak menggumpal jika dipanaskan.
3. Kandungan nutrisi dalam ASI
ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang
termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak
sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral (Baskoro, 2008)
a. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi
sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang
terdapat dalam ASI hampir dua kali. rasio jumlah laktosa dalam ASI
dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI terasa lebih manis
dibandingkan dengan PASI, Hal ini menyebabkan bayi yang sudah
mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI.
Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi
yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi
dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting
untuk pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja
sel-sel syaraf. Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan
kalsium mempertahankan faktor bifidus di dalam usus (faktor yang
menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan
tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan
mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibodi bayi.
b. Protein
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI.
Namun demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein di
dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi
yaitu protein unsur whey. Perbandingan protein unsur whey dan
casein dalam ASI adalah 65 : 35, sedangkan dalam PASI 20 : 80.
Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya protein ASI yang
dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang
dua kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi. Hal ini yang
15

memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan defekasi


dengan feces berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya
makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.
c. Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian
meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap
kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi
lemak pada lima menit pertama isapan akan berbeda dengan hari
kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan
kebutuhan energi yang diperlukan.
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai
panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah
dicerna karena mengandung enzim Lipase. Lemak dalam bentuk
Omega 3, Omega 6 dan DHA yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan sel-sel jaringan otak.
Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan
mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi
akan sulit menyerap lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih
mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi
dan perbandinganya dengan PASI yaitu 6 : 1. Asam linoleat adalah
jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi
untuk memacu perkembangan sel syaraf otak bayi.
d. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya
relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai
berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan
mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral
jumlahnya tinggi tetapi sebagian besar tidak dapat diserap, hal ini
akan memperberat kerja usus bayi serta mengganggu
keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri
yang merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak
normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi atau
gangguan metabolisme.
16

e. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat
mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K,
karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin
K. Kandungan vitamin yang ada dalam ASI antara lain vitamin A,
vitamin B dan vitamin C.
4. Volume ASI
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum
pada payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai
mengisap payudara, maka produksi ASI bertambah secara cepat.
Dalam kondisi normal, ASI diproduksi sebanyak 10- ± 100 cc pada hari-
hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan setelah hari ke 10 sampai
ke 14. Bayi yang sehat selanjutnya mengkonsumsi sebanyak 700-800
cc ASI per hari. Namun kadang-kadang ada yang mengkonsumsi
kurang dari 600 cc atau bahkan hampir 1 liter per hari dan tetap
menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi
pada ibu pada tingkat yang berat, baik pada waktu hamil maupun
menyusui dapat mempengaruhi volume ASI. Produksi ASI menjadi lebih
sedikit yaitu hanya berkisar antara 500-700 cc pada 6 bulan pertama
usia bayi, 400-600 cc pada bulan kedua dan 300-500 cc pada tahun
kedua usia anak (Depkes, 2005).
5. Manfaat ASI
a. Manfaat ASI bagi bayi
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang dapat
dirasakan yaitu :
1) ASI sebagai nutrisi
2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh
3) menurunkan risiko mortalitas, risiko penyakit akut dan kronis,
4) Meningkatkan kecerdasan
5) Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang
6) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai usia selama enam bulan.
17

7) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk untuk


pertumbuhan otak sehingga bayi yang diberi ASI Ekslusif lebih
pandai.
8) Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada
anak dan mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.
9) Menunjang perkembangan motorik (WHO, 2010; Roesli (2000)
dalam Haniarti, 2011).
b. Manfaat ASI bagi ibu
Manfaat ASI bagi ibu antara lain :
1) Pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien
selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya
ASI saja (ekslusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.
2) menurunkan risiko kanker payudara dan ovarium.
3) membantu ibu menurunkan berat badan setelah melahirkan
4) menurunkan risiko DM
5) Pemberian ASI sangat ekonomis
6) mengurangi terjadinya perdarahan bila langsung menyusui setelah
melahirkan
7) mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia dimana saja dan
kapan saja.
8) meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi (WHO, 2010;
Aprilia, 2009).
c. Manfaat ASI bagi keluarga
Adapun manfaat ASI bagi keluarga :
1) Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, kayu bakar atau
minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.
2) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit
(hemat) dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya
kekhawatiran bayi akan sakit.
3) Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI ekslusif.
4) Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
5) Pemberian ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi
keluarga sebab ASI selalu siap tersedia (Aprilia, 2009).
d. Faktor penyebab berkurangnya ASI
18

1) Faktor Menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak
melakukan inisiasi, menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum
dari botol atau dot sebelum ASI keluar, kesalahan pada posisi dan
perlekatan bayi pada saat menyusui .
2) Faktor Psikologi Ibu
Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan
menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu
memproduksi ASI umunya produksi ASI akan berkurang. Stress,
khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui sangat
berperan dalam mensukseskan pemberian ASI ekslusif. Peran
keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.
3) Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi
misalnya bayi sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan
sehingga ibu tidak memberikan ASI-nya menyebabkan produksi
ASI akan berkurang.
4) Faktor Fisik Ibu
Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat
kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang
hamil lagi, peminum alkohol, perokok atau ibu dengan kelainan
anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI (Depkes,
2005).

D. TEORI FREKWENSI MENYUSUI PADA BAYI


1. Definisi
Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI)
kepada bayi, dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk
mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui merupakan proses
alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan
biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan
pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan
keluarga terutama suami ( Roesli, 2000)
19

Lawrence (1994) dalam Roesli (2001), menyatakan bahwa


menyusui adalah pemberian sangat berharga yang dapat diberikan
seorang ibu pada bayinya. Dalam keadaan miskin, sakit atau
kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat
menyelamatkan kehidupan bayi. Hal tersebut sejalan dengan
Suryaatmaja dalam Soetjiningsih (1997), yang mengatakan
menyusui adalah realisasi daritugas yang wajar dan mulia seorang
ibu.
2. Pembentukan Air Susu

Keberhasilan dalam menyusui menurut San Diego Lactacion


clinic dalam Soetjiningsih (1997) dipengaruhi adanya dukungan
keluarga, informasi yang jelas dan profesi atau tenaga kesehatan.
Pendidikan ibu dan keluarga , nutirisi yang adekuat juga akan
mempengaruhi proses dalam menyusui. Bayi sesegera mungkin
disusukan setelah lahir dan pemberian ASI tidak dijadwal sesuai
keinginan bayi, dengan menggunakan kedua payudara setiap
menyusui secara bergantian, dan istirahat yang cukup. Begitu juga
menurut Sidi (2001),

Seorang ibu dikodratkan untuk dapat memberikan air susunya


kepada bayi yang telah dilahirkannya, dimana kodrat ini merupakan
suatu tugas yang mulia bagi ibu demi keselamatan bayinya di
kemudian hari. Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks
yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan
pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin dan refleks let down:

a) Refleks Prolactin

Hisapan bayi pada putting ibu menyebabkan aliran


listrik yang bergerak ke hipotalamus yang kemudian akan
menuju kelenjar hipofisis bagian depan. Selanjutnya kelenjar
ini akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
memproduksi ASI. Makin sering dan makin lama ASI diberikan,
maka kadar prolaktin akan tetap tinggal dan akan berakaibat
ASI akan terus di produksi.Efek lain dari prolaktin adalah
20

menekan fungsi indung telur (ovarium).Efek penekanan ini


pada ibu yang menyusui secara ekslusif akan memperlambat
kemabalinya fungsi kesuburan dan haid. Dengan kata lain,
menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan

b) Refleks Let Down ( Milk Ejection Refleks)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan


hisapan bayi selain disampaikan ke kelenjar hipofisis bagian
belakang dimana kelenjar ini akan mengeluarkan oksitosin
yang berfungsi memacu kontraksi otot polos yang berada di
bawah alveoli dan dinding saluran sekitar kelenjar payudara
mengerut sehingga memeras ASI keluar. Semakin sering ASI
diberikan terjadi pengosongan alveoli, sehingga semakin kecil
terjadi pembendungan ASI di alveoli. Untuk itu dianjurkan
kepada ibu menyusukan bayi tidak dibatasi waktu dan “on
demand akan membantu air susu.

Disamping itu kontraksi otot-otot rahim untuk


mencegah timbulnya pendarahan setelah persalinan serta
mempercepat proses involusi rahim. Hal yang membantu
refleks oksitosin adalah ibu memikirkan hal-hal yang dapat
menimbulkan rasa kasih sayang terhadap bayi, suara bayi,
raut muka bayi, ibu lebih percaya diri.

Hal-hal tersebut di atas menurut Cunningham (1995),


dengan isapan dalam 30 menit setelah lahir akan merangsang
pelepasan oksitosin yang dapat mengurangi haemorhagic post
partum. Pendapat Cunningham, didukung oleh penelitian
Odent (2002), bahwa meskipun ASI belum keluar, kontak fisik
bayidengan ibu dan membantu ibu menyusui harus tetap di
fasilitasi oleh petugas, Karena pada jam pertama persalinan
pelepasan oksitosin berbanding lurus dengan prolaktin, dalam
level tertinggi sehingga memacu otot polos yang berada di
alveoli dan akan memperlancar produksi ASI. Juga secara
psikologis memberi kepuasan kepada ibu dan manfaat yang
21

tidak kalah pentingnya bagi bayi adalah mendukung


kemampuan untuk menyusui secara naluriah

3. Frekuensi Pemberian Asi

Semakin sering bayi menyusui, maka produksi dan


pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi
menyusui pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Menyusui
bayi paling sedikit 8 kali per hari pada periode awal setelah
melahirkan. Frekuensi penyusunan berkaitan dengan kemampuan
stimulasi hormon dalam kelenjar payudara (Rukiyah, 2011).

Menyusui bayi baru lahir memang bukan hal mudah. Salah


cara atau posisi menyusui, bisa bikin bayi menangis histeris, atau
payudara Anda membengkak. Menyusui anak sebanyak 8 sampai
12 kali sehari, bergantian antara payudara kanan dan kiri. Bayi bisa
saja menyusu lebih dari 12 kali sehari, atau di tengah proses
menyusui ia tertidur padahal Anda belum sempat memberikan
payudara Anda yang sebelah. banyak bayi sehat yang menyusu
tanpa sesuai dengan pedoman AAP di atas.

Kekuatan menyusu dan daya isap bayi dapat mempengaruhi


berapa banyak ASI yang ia konsumsi. Misalnya, bayi Anda mungkin
bisa menghisap ASI lebih banyak dalam 7 menit, sementara bayi
lain membutuhkan waktu sampai 15 menit.

Selama frekuensi buang air kecilnya normal (minimal 6 kali


sehari), dan ia tampak kenyang, berarti bayi Anda mendapatkan
cukup ASI Petunjuk lain yang tak kalah penting adalah dengan
memantau kenaikan berat badannya. Anda boleh tenang selama
bayi tidak mengalami penurunan berat badan lebih dari 10 persen
berat lahirnya penurunan berat badan kurang dari 10 persen adalah
hal yang wajar terjadi di minggu-minggu awal Anda boleh mulai
waspada ketika mendapati bayi Anda hanya menyusu kurang dari
10 menit setiap kali menyusu, frekuensi buang air kecilnya kurang
dari empat kali sehari, dan kulitnya tetap berkerut meski usianya
22

sudah lebih dari satu minggu. Segera hubungi dokter dan konsultan
laktasi.

E. KONSEP DASAR MASA NIFAS


1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta


dan berahir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Saefuddin, 2009, hlm.123).

Asuhan masa nifas di perlukan dalam periode ini karena


merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan
bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematiaan masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama (Saefuddin, 2009 hlm.122).

2. Klasifikasi masa nifas menurut Yulianti (2011 hal.5) antara lain:

a) Puerperium dini : masa kepulihan adalah saat-saat ibu


diperbolehkan berdiri
b) dan berjalan-jalan.
c) Puerperium intermedial : masa kepulihan menyeluruh dari
organ organ genital,
d) kira-kira antara 6-8 minggu.
e) Remote puerperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna
f) terutama apabila ibu selama hamil ataupersalinan mempunyai
komplikasi.

3. Perubahan fisikologi masa nifas

a) Sistem Reproduksi

Selama masa nifas, alat-alat genetalia interna dan


eksterna berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genetalia ini dalam
keseluruhannya disebut involusio (Saleha, 2009.hlm.53).
23

Involusi uterus dapat digambarkan pada tabel berikut


(Pudiastuti, 2011 hlm 158).

Tabel 2.1 Tabel Tinggi Fundus dan Berat Uteri Menurut


Involusi

Involusi Berat Uterus Tinggi Fundus Uterus

Bayi lahir 1000 gram Setinggi pusat

Uri lahir 750 gram 2 jari dibawah pusat

1 minggu 500 gram Pertengahan pusat dan simfisis

2 minggu 350 gram Tidak teraba diatas simfisis

6 minggu 50 gram Bertambah kecil

8 minggu 30 gram Sebesar normal

Lochea yaitu cairan yang berasal dari luka kavum uteri


yaitu luka plasenta yang dikeluarkan melalui vagina pada masa
nifas. Klasifikasi Lochea menurut William yang dikutip dari
Anggraini (2010.hlm 54) yaitu :

1) Rubra (cruenta) 1-3 hari Merah kehitaman, terdiri dari darah


segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo (rambut bayi), dan sisa mekoneum.
2) Sanguinolenta 4-7 hari Merah kecoklatan dan berlendir Sisa
darah bercampur lender.
3) Serosa 7-14 hari Kuning kecoklatan Lebih sedikit darah dan
lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan/
laserasi plasenta Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit,
sel desidua dan sel epitel, selaput lendir servik dan serabut
jaringan yang mati.
b) Sistem Percernaan
24

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal


ini umumnya disebabkan makanan padat dan kurang serat
selama persalinan. Disamping itu rasa takut untuk buang air
besar, sehubungan dengan jahitan perineum. Namun buang
air besar harus dilakukan 3 – 4 hari setelah persalinan.
(Suherni. at all, 2009.hlm.80).

c) Sistem Perkemihan

Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang


bertambah besar dan relative tidak sensitive terhadap tekanan
cairan intravesika. Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan
dalam waktu 12 – 36 jam stelah melahirkan (Rukiyah. at all,
2011.hlm.65).

d) Sistem Muskuloskeletal

Ligament – ligament, fasia, diafragma pelvis yang


meregang sewaktu kehamilan dan persalinanberangsur
kembali seperti semula. Tidak jarang ligament rotundum
mengendur, sehinggauterus jatuh kebelakang. Fasia jaringan
penunjang alat genetalia yang mengendur dapat diatasi
dengan latihan – latihan tertentu (Saleha, 2009.hlm.59).

e) Tanda-tanda Vital

Suhu badan di hari pertama post partum naik sedikit (37,5–


380C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan,
kehilangan cairan dan kelelahan. Nadi normal orang dewasa
60 – 80 kali per menit sehabis melahirkan denyut nadi bisa
lebih cepat (Sulistyawati, 2009.hlm.81).

Tekanan darah, pada umumnya tidak berubah,


kemungkinan turun karena ada perdarahan setelah melahirkan
dan meningkat karena terjadinya preeclampsia postpartum.
Pernapasanselalu berhubungan dengan suhu dan nadi. Bila
25

suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan


mengikutinya (Sulistyawati, 2009.hlm.81).

f) Sistem kardiovaskuler dan Sistem Hematologi

Leukositosis adalah meningkatnya sel – sel darah putih


sampai banyak di masa persalinan. Leukosit tetap tinggi pada
hari pertama postpartum akan tetapi jumlah hemoglobin dan
hematokrit serta eritrosit sangat bervariasi pada awal – awal
masa nifas (Saleha, 2009.hlm.62).

g) Sistem Endokrin

Perubahan yang terjadi pada sistim endokrin antara lain :


perubahan hormone plasenta, hormone pituitary, kadar
esterogen dan hipotalamik pituatary ovarium (Sulistyawati,
2009 . hlm.80).

4. Laserasi Perineum
1) Pengertian Laserasi Perineum

Laserasi perineum adalah perlukaan yang terjadi pada


saat persalinan di bagian perineum . pada laserasi perenium,
dapat terjadi infeksi ditempat dilakukannya episiotomi dan
jahitan pada persalinan seasar (Walsh, 2007.hlm.504).

Ibu mengalami trauma perineum yang membutuhkan


jahitan. Jika luka perineum tampak mengalami infeksi, bidan
harus berdiskusi dengan ibu mengenai cara perawatan luka
yang benar dan berusaha mengurangi kelembapan dan panas.
Ibu disarankanuntuk menggunakan celana dari bahan katun
serta secara rutin mengganti pembalut (Myles, 2011 hlm 627).
26

Jika ditinjau dari penyebab kematian ibu, infeksi


merupakan penyebab kematian terbanyak setelah perdarahan
sehingga sangat tepat jika tenaga kesehatan memberikan
perhatian yang tinggi pada masa ini, banyak ibu mengalami
nyeri pada daerah perineumdan vulva selama babarapa
minggu, terutama apabila terdapat luka, perineumibu harus
diperhatikan secara teratur terhadap kemungkinan
terjadinyainfeksi (Prawirohardjo, 2008, hlm.358).

Laserasi perineum yang terinfeksi akan tampak kemerahan


dan bengkak. Pada kasus lain luka harus dibuka dengan
mengangkat jahitan dan dibersihkan dengan menggunakan
normal salin, antibiotik oral juga perlu diberikan (Wheeler, 2011
hal 180).

2) Bentuk Luka Perineum

Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :

a) Ruptur perineum

Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang


diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena
proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga
jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan (Prawiharjo,
2008. hlm.410).

b) Episotomi

Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum


untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat
sebelum keluarnya kepala bayi. Episiotomi, suatu tindakan
yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang
dalam keadaan meregang. Tindakan dilakukan jika
perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala
janin. (Rohani at all, 2011. hlm.177).
27

Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau


medial. Insisi medial mempunyai keuntungan karena tidak
banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah
ini lebih mudah diperbaiki, akan tetapi beresiko perluasan
insisi ke rectum. Sehinggainsisi mediolateral lebih sering
digunakan karena lebih aman(Liu, 2007 hlm 129).

Menurut Saefuddin (2008 hlm.175), pada proses


persalinan sering terjadi ruptur perineum yang disebabkan
antara lain kepala janin lahir terlalu cepat, persalinan tidak
dipimpin sebagaimana mestinya, riwayat jahitan pada
perineum. Pada persalinan dengan distosia bahurobekan
perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil dari biasanya sehingga kepala janin
terpaksa lahir lebih ke belakang, kepala janin melewati
pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar
daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak
yang dilahirkan dengan pembedahan vaginal (Herawati,
2010.hlm.19).

3) Derajat Robekan Perineum

Derajat robekan perineum menurut JNPK-KR 2012.


hlm.107 yaitu:

a) Robekan Derajat Satu

Meliputi mukosa vagina, kulit perineum tepat


dibawahnya. Umumnya robekan tingkat 1 dapat sembuh
sendiri penjahitan tidak diperlukan jika tidak perdarahan dan
menyatu dengan baik.

b) Robekan Derajat Dua


28

Meliputi mucosa vagina, kulit perineum dan otot


perineum. Perbaikan luka dilakukan setelah diberi anestesi
lokal kemudian otot-otot diafragma urogenitalis
dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian
luka pada vagina dan kulit perineum ditutupi dengan
mengikut sertakan jaringan - jaringan dibawahnya.

c) Robekan Derajat Tiga

Meliputi mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum


dan otot spingterani eksternal. Pada robekan partialis
denyut ketiga yang robek hanyalah spingter.

d) Robekan Derajat Empat

Pada robekan yang total spingter recti terpotong dan


laserasi meluas sehingga dinding anterior rektumdengan
jarak yang bervariasi.

4) Perawatan Perineum

Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan


untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva
dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta
sampai dengankembalinya organ genetik seperti pada waktu
sebelum hamil (Morison, 2007 hlm 26).

Hal yang harus diperhatikan dalam perawatan luka


perineum antara lain adalah Menjaga agar perineum selalu
bersih dan kering, Menghindari pemberian obat trandisional,
Menghindari pemakaian air panas untuk berendam, Mencuci
luka dan perineum dengan air dan sabun 3 – 4 x sehari (JNPK-
KR, 2012. hal.155).

Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah


melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan,
kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan
penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut
29

Hamilton (2002) dikutip dari vetos (2008) adalah sebagai


berikut :

a) Mencuci tangannya
b) Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat
c) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke
bawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut
ke dalam kantung plastik.
d) Berkemih dan BAB ke toilet.
e) Semprotkan ke seluruh perineum dengan air.
f) Keringkan perineum dengan menggunakan tisu dari depan
ke belakang.
g) Pasang pembalut dari depan ke belakang.
h) Cuci kembali tangan

Anda mungkin juga menyukai