Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Laktasi atau menyusui merupakan bagian dari fisiologi reproduksi
yang meliputi produksi ASI, pengeluaran ASI, dan pemberian ASI.
Laktasi mempunyai sistem pengaturan yang sangat kompleks meliputi
koordinasi antara hipotalamus, hipofise, dan payudara (Machfuddin,
2004). Pemberian ASI pada bayi merupakan hal yang sangat vital/ penting
bagi tumbuh kembang dan kesehatan bayi. Pentingnya pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun pada bayi dan
anak, membuat pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 33
tahun 2012, di mana dalam PP ini ditegas bahwa mendapatkan ASI
eksklusif adalah hak seorang bayi.
Idealnya setelah ibu melahirkan, ASI langsung keluar dan
produksinya banyak, sehingga kebutuhan bayi akan ASI terpenuhi.
Namun, beberapa ibu postpartum ASI tidak lancar atau tidak keluar
setelah melahirkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Blair (2003)
dalam Rahayu, dkk (2015), menunjukkan bahwa pada 95 ibu postpartum
yang menyusui bayinya ditemukan produksi ASI-nya menurun jika
rangsangan hisapan bayi menurun atau berkurang. Demikian pula
penelitian yang dilakukan oleh Pace (2001) menunjukkan bahwa
penurunan hisapan bayi juga menurunkan stimulasi hormon prolaktin dan
oksitosin. Penurunan produksi ASI pada hari hari pertama setelah
melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon
prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi
ASI.
Target nasional untuk pemberian ASI Eksklusif adalah 80%,
sedangkan dari data didapatkan bahwa ibu yang berhasil memberi ASI
secara Eksklusif tercatat sebesar 61,5% pada tahun 2010. Sementara di
Jawa Timur, ibu yang memberi ASI sebesar 64.08% (Seksi GiziDinas
2

Kesehatan Proponsi Jawa Timur, 2013) dalam Rahayu, dkk (2015). Belum
tercapainya target nasional pemberian ASI Eksklusif

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan acupressure point for lactation dan pijat
oksitosin ?
2. Apa saja manfaat penerapan acupressure point dan pijat oksitosin bagi
ibu post partum ?
3. Bagaimana cara pelaksanaan pijat oksitosin dan acupressure point for
lactation ?
4. Bagaimana peran perawat dalam pemberian tindakan pijat oksitosin
dan accupressure point for lactation ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian accupreesure point for lactation dan pijat
oksitosin
2. Menjelaskan manfaat penerapan acupressure point dan pijat oksitosin
pada ibu post partum
3. Menjelaskan cara melakukan pijat oksitosin dan acupressure point
4. Menjelaskan peran perawat dalam pelaksaan tindakan pijat oksitosin
dan acupressure point untuk membantu produksi ASI

D. Manfaat
1. Memahami pengertian accupreesure point for lactation dan pijat
oksitosin
2. Memahami manfaat penerapan acupressure point dan pijat oksitosin
pada ibu post partum
3. Memahami cara melakukan pijat oksitosin dan acupressure point
4. Memahami peran perawat dalam pelaksaan tindakan pijat oksitosin
dan acupressure point untuk membantu produksi ASI
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pijat Oksitosin dan Acupressure Points For Lactation pada Ibu


Postpartum
Oksitosin adalah hormon pada manusia yang berfungsi
merangsang kontraksi uterus atau dinding rahim sehingga mempermudah
atau membantu proses melahirkan, involusi uterus, pengeluaran plasenta,
dan mencegah perdarahan postpartum. Hormon oksitosin juga berfungsi
mensekresi air susu dengan merangsang kontraksi duktus laktiferus
kelenjar mammae pada ibu postpartum. Hormon oksitosin diproduksi di
hipotalamus dan disimpan di hipofisis posterior (bobak, 2005).
1. Definisi Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang
belakang mulai dari nervus V-VI sampai scapula yang akan
mempercepat kerja syaraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah
ke otak (hipotalamus) untuk melepas hormon oksitosin melalui
hipofisis posterior (Suherni, 2008). Pijat oksitosin adalah pemijatan
pada sepanjang tulang belakang (vertebra) sampai tulang costa V-VI
dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolactin dan
oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003 dalam Rahayu,
Santoso, Yunitasari, 2017). Pijat stimulasi oksitosin pada ibu
menyusui berfungsi untuk merangsang hormon oksitosin, sehingga
ASI lancar dan kenyamanan ibu meningkat.
2. Definisi Acupressure Points for Lactation
Acupressure points for lactation merupakan bagian dari
Traditional Chinese Acupuncture yang berfungsi merangsang
produksi hormon prolactin di otak (hipotalamus), sehingga dapat
mengatasi ketidakcukupan produksi dan ketidaklancaran ASI pada ibu
postpartum (Rahayu, Santoso dan Yunitasari, 2017).
4

Acupressure points for lactation adalah tindakan penekanan


pada titik meridian tertentu (ST 17, ST 18, CV 17, ST 36, SI 1, SP 6,
DAN LI 4), yang dapat membantu memaksimalkan reseptor prolactin
dan oksitosin serta meminimalkan efek samping dari tertundanya
proses menyusui oleh bayi (Evariny, 2008). Acupressure points for
lactation juga dapat meningkatkan perasaan rileks pada ibu pospartum
karena meningkatnya kadar endorfin dalam darah.

B. Manfaat Pijat Oksitosin dan Acupressure Points for Lactation pada


Ibu Nifas dan Menyusui
1. Mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta pada
uterus.
2. Mencegah terjadinya perdarahan postpartum.
3. Mempercepat proses involusi uterus.
4. Meningkatkan produksi dan kelancaran pengeluaran ASI.
5. Meningkatkan rasa nyaman pada ibu menyusui.
6. Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu, bayi, dan keluarga.

C. Cara Pelaksanaan Pijat Oksitosin dan Acupressure Points for


Lactation
1. Persiapan pijat oksitosin dan acupressure point for lactation
a. Persiapan ibu
Sebelum melakukan pijat oksitosin, sangat penting untuk
menciptakan suasana psikologis ibu menyusui yang nyaman,
tenang, dan rileks. Berikut cara yang dilakukan untuk menstimulasi
refleks oksitosin dan prolactin, yaitu :
1) Bangkitkan rasa percaya diri ibu bahwa ibu bisa menyusui
dengan lancar.
2) Gunakan teknik relaksasi, misalnya napas dalam untuk
mengurangi kecemasan atau nyeri.
3) Pusatkan perhatian ibu ke bayi.
4) Kompres payudara dengan air hangat.
5

5) Atur posisi ibu : baring (supine) saat pemijatan titik-titik area


dada dan duduk atau membungkuk saat pemijatan area
punggung, tangan, dan kaki.
b. Persiapan alat dan bahan
1) Meja
2) Kursi
3) Handuk kecil 1 buah
4) Handuk besar 2 buah
5) Baskom berisi air hangat
6) Waslap 2 buah
7) Baby oil/ minyak kelapa
8) Kom kecil 1 buah
9) Kassa
10) Gelas penampung ASI
11) Baju ganti ibu
2. Teknik atau Langkah Kerja Pemijatan
a. Pijat oksitosin
Pada pijat oksitosin terdapat titik-titik yang dapat memperlancar
ASI, diantaranya tiga titik di payudara yakni titik di atas puting,
titik tepat pada puting, dan titik di bawah puting serta titik di
punggung yang segaris dengan payudara.
Langkah-langkah dalam melakukan pemijatan oksitosin adalah
1) Melepas baju bagian atas
2) Memasang handuk alas
3) Mengatur posisi ibu : berbaring (pemijatan area payudara)
4) Menstimulir puting susu : bersihkan puting susu ibu dengan
menggunakan kassa yang telah dibasahi air hangat, kemudian
tarik puting susu ibu secara perlahan. Amati pengeluaran ASI
5) Mengurut atau mengusap payudara secara perlahan dari arah
pangkal payudara ke arah puting susu
6) Amati pengeluaran ASI
6

7) Atur posisi duduk membungkuk dengan kedua tangan dan


kepala bersandar di meja (pemijatan area punggung)
8) Memasang handuk
9) Melumuri kedua tangan dengan baby oil / minyak kelapa
10) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang dengan kepalan
tangan, ibu jari menujuk ke depan
11) Menekan kuat kedua sisi tulang belakang dengan gerakan
melingkar kecil
12) Bersamaan dengan memijat tulang belakang ke arah bawah,
lalu leher ke tulang belikat 2-3 menit
13) Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
14) Membersihkan dengan waslap air hangat dan dingin bergantian
15) Pijat oksitosin dilakukan 2 kali sehari dalam waktu 2-3 menit,
dapat dilakukan oleh petugas kesehatan, suami, maupun
keluarga ibu pospartum.

Gambar 2.1. Pijat Oksitosin (Depkes RI, 2007)

b. Acupressure Points for Lactation


Titik yang dilakukan pemijatan pada acupressure for points
lactation adalah titik lokal pada area payudara yang meliputi titk
ST 17 (Ruzhong), ST 18 (Rugen), CV 17 (Shanzhong) dan titik
ekstra payudara seperti ST 36 (Zusanli), GB-21 (Gall Bladder) dan
7

SI 1 (Shaola). Sedangkan titik untuk meningkatkan kenyamanan


yaitu titik SP 6 dan LI 4.
Langkah-langkah kerjanya adalah
1) Melepas baju bagia atas
2) Memasang handuk alas
3) Atur posisi : baring atau supine untuk penekanan pada titik area
payudara dan duduk untuk area luar payudara
4) Oleskan tangan dengan baby oil atau minyak kelapa
5) Lakukan penekanan sesuai titik-titik yang telah ditentukan
6) Monitor produksi ASI.

Contoh letak beberapa acrupressure point untuk merangsang


pengeluaran ASI :

Gambar 2.2. Titik ST 18 (berada di sisi payudara, sejajar ketiak)


Bipasha, 2007

Gambar. 2.3. Titik ST 16 DAN CV 17 (Bipasha, 2007)


8

Gambar 2.4. Titik SI 1 (Bipasha, 2007)

D. Peran Perawat dalam Penatalaksanaan Pijat Oksitosin dan


Acupressure Points for Lactation
Perawat memiliki peran penting dan strategis dalam menyukseskan
program laktasi atau menyusui pada ibu postpartum. Beberapa peran
perawat dalam mendukung program laktasi menurut Registered Nurses
Association of Ontario (2003) adalah
1. Perawat berperan sebagai advokat dalam menciptakan lingkungan
yang mendukung proses menyusui dengan cara menyediakan fasilitas
berupa area menyusui, membantu keluarga dan masyarakat untuk
mendukung ibu menyusui.
2. Perawat harus mengupayakan keberhasilan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan, pemberian makanan pendampingan ASI setelah bayi
berusia 6 bulan dan terus melanjutkan menyusui sampai bayi berusia 2
tahun.
3. Perawat harus melakukan pengkajian secara komprehensif selama
masa prenatal dan postnatal kepada ibu, bayi dan keluarga untuk
menyusun intervensi keperawatan yang mendukung keberhasilan
laktasi.
4. Perawat harus mengembangkan instrumen yang tepat agar dapat
mengkaji kebutuhan intervensi menyusui yang memadai.
9

5. Perawat harus memberikan pendidikan kesehatan tentang keuntungan


menyusui, issue gaya hidup, produksi ASI, posisi menyusui,
perlekatan, dan milk transfer, pencegahan dan penatalaksanaan
masalah selama menyusui, intervensi medis, kapan harus mencari
bantuan kesehatan, dan di mana harus memperoleh bantuan tersebut.
6. Menyelenggarakan kelas edukasi prenatal.
7. Mengkaji kebutuhan menyusui pada ibu dan bayi untuk kebutuhan
discharge planning.
8. Perlu ada perawat ahli dalam bidang laktasi yang dapat memberikan
dukungan bagi ibu selama hamil dan nifas.
9. Perawat yang memberikan edukasi tentang laktasi perlu mendapatkan
pelatihan khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.
10

BAB III

ANALISIS JURNAL

Produksi Asi dengan Intervensi Acupressure Points for Lactation dan Pijat
Oksitosin
Dwi Rahayu, Budi Santoso, dan Esti Yunitasari (2015)

1. Tujuan Penelitian
a. Membuktikan perbandingan antara Acupressure points for lactation
dan pijat Oksitosin dalam meningkatkan comfort dan produksi ASI
pada ibu postpartum.
b. Membuktikan perbandingan antara ibu postpartum yang dilakukan
perlakuan dengan yang tidak dilakukan perlakuan acupressure points
for lactation dan pijat lactation.

2. Metode Penelitian
a. Penelitian ini menggunakan metode Quasi eksperimen dengan
rancangan pre-post test with control group.
b. Teknik pengambilan sample : consecutive sampling.
c. Total sample : 27 ibu postpartum, dibagi dalam tiga kelompok yaitu
1) Kelompok acupressure points for lactation 9 sample.
2) Kelompok pijat oksitosin 9 sample.
3) Kelompok kontrol 9 sample.
d. Kriteria sample
1) Kriteria inklusi sample adalah
a) Bayi tidak diberikan susu formula saat penelitian.
b) Refleks hisap bayi baik (instrumen LATCH).
c) Berat badan bayi > 2500mg.
d) Ibu dan bayi dirawat gabung (rooming in).
e) Bentuk puting kedua payudara ibu menonjol.
2) Kriteria eksklusi sample adalah
11

a) Ibu mengalami komplikasi persalinan (HPP dan Infeksi


postpartum).
b) Ibu postpartum dengan gangguan anatomi payudara (puting
datar/ masuk).
c) Bayi yang dilahirkan meninggal.
e. Teknik pengumpulan data
1) General Comfort Questionare (GCQ) untuk kenyamanan.
2) Weighing test untuk produksi ASI.
3) Kelompok kontrol : pre-test dengan melakukan pengukuran
kenyamanan, follow up tiap 2 hari selama 2 minggu, dan pos-test.
4) Kelompok pijat oksitosin dan ocupressure points for lactation :
sebelum tindakan untuk mengukur kenyamanan dan produksi ASI,
saat tindakan (6x tindakan) 2 hari sekali selama 2 minggu, dan
post-test.

3. Hasil Penelitian
Tingkat kenyamanan ibu postpartum menunjukkan :
a. Ada perbedaan kenyamanan antara kelompok acupressure points for
lactation, pijat oksitosin, dan kelompok kontrol dengan nilai p= 0,035
(p< 0,05).
b. Ada perbedaan kenyamanan yang signifikan antara kelompok kontrol
dan kelompok acupressure points for lactation dengan nilai P= 0,011
c. Tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan pijat
oksitosin serta antara pijat oksitosin dengan acupressure points for
lactation.

Perbedaan produksi ASI menunjukkan :

a. Ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan


kelompok acupressure points for lactation, dengan nilai p= 0,004 (p<
0,05).
b. Ada perbedaan yang signifikan antara kelompok acupressure points for
lactation dan kelompok pijat oksitosin, dengan nilai p= 0,037 (p=0,05)
12

Tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan


kelompok pijat oksitosin, dengan nilai p= 0,345 (p> 0,05).

4. Kesimpulan
a. Acupressure points for lactation dan pijat oksitosin dapat
meningkatkan kenyamanan, meningkatka produksi ASI, dan
pengeluaran ASI pada ibu post-partum.
b. Ibu yang dilakukan acupressure points for lactation mempunyai
tingkat kenyamanan lebih besar dan produksi ASI lebih banyak
dibandingkan ibu yang mendapatkan pijat oksitosin.
c. Pijat oksitosin lebih efektif meningkatkan kenyamanan dan produksi
ASI pada ibu postpartum dibandingkan dengan ibu yang tidak
mendapatkan intervensi apapun.
13

Effect of Acupressure on Milk Volume of Breastfeeding Mothers


Referring to Selected Health Care Centers in Tehran

Mitra Savabi Esfahani, Shohreh Berenji-Sooghe, Mahboubeh Valiani,


and Soheila Ehsanpour (2015)

1. Tujuan Penelitian :
Tujuan dari penelitian yaitu untuk meneliti efek akupresur pada volume air
susu ibu.
2. Metode :
a. Lokasi penelitian : Teheran (ibu kota Iran)
b. Partisipan : berjumlah 60 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok A (kelompok akupresur) dan kelompok B (kelompok kontrol)
Kriteria inklusi :
1) Ibu berusia 20-40 tahun
2) Memiliki ASI tidak memadai dan tidak menerima pengobatan
apapun seperti peningkatan susu (domperidone,dll)
3) memiliki titik acupoint yang utuh (bagian tubuh yang terdapat titik
acupoint tidak mengalami luka)
4) Tidak ada riwayat operasi payudara,
5) Tidak memiliki penyakit kronis (ginjal dan kardiovaskuler)
6) Baru melahirkan bayi dengan berat 2500-4000 g

Kriteria eksklusi :

1) Bayi tidak memiliki berat badan yang tepat


2) Ibu dan bayi memiliki masalah penyakit atau program pengobatan
yang harus dijalani
3) Ibu tidak bersedia menjadi partisipan
3. Instrumen :
Instrumen pengukuran yang digunakan berupa kuesioner yang telah
disiapkan oleh peneliti. Instrumen ini telah melalui uji validitas dan direview
oleh 10 orang civitas akademia. Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan yang
akan diberikan pada minggu ke 2 dan ke 4 untuk mengukur jumlah ASI.
14

Sedangkan pada pengukuran jumlah ASI pertama kalinya dilakukan dengan


pompa ASI elektrik. Data hasil pengukuran dianalisis menggunakan one-way
analysis of variance (ANOVA). Alat ukur yang digunakan yaitu tes Chi-
square dan Kruskal-Wallis.

4. Hasil Penelitian :
Dari 60 subjek yang dianalisis diperoleh : tes Chi-square dan Kruskal-
Wallis menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam karakteristik
demografis subyek (subjek adalah homogen). Usia rata-rata ibu dalam
kelompok akupresur dan kontrol masing-masing adalah 24,5 (3,70) dan 24,2
(3,70) tahun. Sebagian besar ibu adalah ibu rumah tangga (90%), memiliki
ijazah SMA (50%), telah menyewa rumah (90%), dan memiliki operasi
caesar (83%). Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam variabel-variabel
ini dalam dua kelompok (P> 0,05).
Sebagian besar bayi adalah bayi baru lahir dan merupakan anak pertama
di kedua kelompok (akupresur = 46,7% dan kelompok kontrol = 53,5%).
Jumlah bayi laki-laki pada masing-masing kelompok yaitu 50% (kelompok
akupresur) dan 70% (kelompok kontrol). Tes Kruskal-Wallis dan Chi-square
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam peringkat dan jenis
kelamin bayi dalam dua kelompok.
Berat bayi dalam kelompok akupresur dan kontrol sebelum intervensi
adalah 3550 (667.342) dan 3534 (616.115) g. Uji-t menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam volume ibu sebelum intervensi (P = 0,543).
Volume air susu ibu sebelum, 2 minggu setelah, dan 4 minggu setelah
intervensi adalah 10,5 (8,3), 33 (13,44), dan 36,2 (12,8) ml. Jumlah total
volume air susu ibu dalam kelompok studi yaitu 9,5 (7,7), 17,7 ( 9.4), dan
dalam kelompok kontrol yaitu 18 (9.5) ml. One-way ANOVA menunjukkan
perbedaan yang signifikan dalam rata-rata volume air susu ibu 2 dan 4
minggu setelah intervensi (P <0,001). Volume susu ibu lebih banyak dalam
kelompok studi dibandingkan dengan kelompok kontrol (P <0,001).
15

5. Kesimpulan :
Dapat disimpulkan bahwa metode akupresur dan pendidikan umum
efektif untuk volume ASI ibu menyusui. Di sisi lain, metode akupresur lebih
efektif daripada metode lainnya. Jadi penerapan akupresur sebagai metode
pengobatan alternatif untuk meningkatkan pemberian ASI disarankan.
16

The Effect Of Breast Acupressure And Oxytosins Massage To Improve


The Breast Milk Production In Postpartum Mother

Desak Made W Parwati, Lucia Endang Hartati, Titin Suheri (2017)

1. Tujuan penelitian :

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh akupresure payudara


dan pijat oksitosin pada peningkatan produksi susu pada Ibu pasca
melahirkan di Rumah Sakit Ungaran, Indonesia.

2. Metode penelitian :

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode


quasieksperiment yang dilakukan pada 26 responden dengan usia,
pendidikan, pekerjaan, dan karakteristik parietas yang memenuhi kriteria
inklusi dengan menggunakan teknik total sampling . Data dianalisis dengan t-
test independent.

Usia adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI.
Ibu lebih muda menghasilkan lebih banyak ASI dibandingkan ibu yang lebih
tua (Biancu 2003). Responden yang diambil dalam penelitian ini berumur 19
tahun, 25 tahun dan usia terendah 16 tahun.

Tingkat pendidikan tidak bisa menjadi pedoman seseorang akan


berhasil selama proses menyusui, tetapi informasi yang diterima yang akan
menentukan keberhasilan dalam proses menyusui. Tingkat pendidikan
responden dalam penelitian ini adalah SD (9,2%), SMP (42,3%), SMA
(34,6%), Universitas (3,8%).

Karakteristik parietas juga berpengaruh dalam produksi asi, Ibu


dengan lebih dari satu parietas akan memiliki rata-rata tingkat menyusui lebih
cepat dari Ibu yang patietas satu. Dalam penelitian ini respondennya adalah
primipara (23,1%), dan multipara (76,9%).

3. Hasil Penelitian :
17

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan rata - rata (mean)


kelompok perlakuan 282,31 dan kelompok kontrol 218,08 dengan p- value
0,000 (<0,05). Hal ini artinya Ibu post partum yang melakukan pemijatan
oksitosin menghasilkan lebih banyak susu jika dibandingkan dengan ibu yang
tidak melakukan pemijatan oksitosin.

Penelitian mengungkapkan bahwa 13 ibu yang dirawat dengan


akupressur payudara dan pijat oksitosin menghasilkan produksi susu sejumlah
(250-400) ml berjumlah 3 orang dan yang tidak dirawat dengan akupressure
payudara dan pijat oksitosin produksi ASInya (<250 sel/mm3) berjumlah 10
orang.

4. Kesimpulan :

Hasil analisis menggunakan Independent t-test menunjukkan p-value


0,000 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan antara kelompok yang dirawat
dengan akupressure payudara dan pijat oksitosin dengan kelompok yang tidak
dirawat dengan akupressure dan pijat oksitosin. Dengan demikian ada
pengaruh yang signifikan antara kelompok yang melakukan akupressure
payudara dan pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI pada Ibu post
partum dan hasil penelitian ini membuktikan bahwa pemberian akupressure
dan pijat oksitosin akan meningkatkan produksi ASI pada Ibu post partum di
Rumah Sakit Ungaran, Indonesia.
18

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan ketiga jurnal yang telah dianalisis dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan antara kelompok yang dilakukan intervensi
acupressure points for lactation dan pijat oksitosin dengan kelompok yang
tidak dilakukan intervensi tersebut. Pada kelompok yang dilakukan
intervensi menunjukkan produksi ASI yang lebih banyak dibandingkan
dengan kelompok tanpa intervensi. Sehingga intervensi acupressure
points for lactation dan pijat oksitosin dapat diterapkan pada ibu post
partum untuk membantu pengeluaran ASI.
B. Saran
Perawat sebagai pemberi perawatan hendaknya juga mengenalkan
dan mengajarkan kepada keluarga mengenai acupressure points for
lactation dan pijat oksitosin, sehingga keluarga dapat melakukan
intervensi ini secara mandiri di rumah.

Anda mungkin juga menyukai