Anda di halaman 1dari 12

JURNAL INTERVENSI PSIKOLOGI

P-ISSN: 2085-4447; E-ISSN: 2579-4337


Volume 11, Nomor 1, Juni 2019
DOI :10.20885/intervensipsikologi.vol11.iss1.art5

PENGARUH TERAPI KELOMPOK SUPORTIF UNTUK


MENINGKATKAN OPTIMISME PADA PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

Salma Dias Saraswati1


Yayi Suryo Prabandari
Rr. Indahria Sulistyarini

Program Studi Psikologi Profesi (S2), Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

ABSTRACT. This research aims to observe the effectiveness of supportive group therapy to improve
the optimism of patients with chronic renal failure undergoing the hemodialysis. The subject was
divided into the experimental group (n= 4) and control group (n = 4). The research design was pre-
test post- test control group and was measured by three times (pre-test, posttest and follow-up for
two weeks). Life Orientation Test (LOT-R) developed by Scheier and Carver (1985) was the
measurement tools used to measure the optimism. The training module was arranged based upon
the supportive group theory by van den Heuvel, et al (2002). The results showed that the subject in
the experimental group had a significant increase in the optimism score in comparison to the control
group that was given no supportive group therapy. The implication and limitation in the research
finding would be the discussion.

Keywords: optimism, hemodyalisis patients, supportive group therapy

ABSTRAK. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas terapi kelompk suportif untuk
meningkatkan optimism pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Pasien
hemodialisis terlibat dalam penelitian ini. Subjek terbagi menjadi kelompok eksperimen (n= 4)
dan kelompok control (n = 4). Rancangan penelitian yang digunakan adalah pre-test post- test
control group design dan diukur sebanyak tiga kali (prates, pasca tes, dan tindak lanjut selama
dua minggu). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur optimisme adalah Life Orientation Test
(LOT-R) dikembangkan oleh Scheier dan Carver (1985). Modul pelatihan disusun berdasarkan
teori kelompok suportif oleh van den Heuvel, dkk (2002). Hasil menunjukkan bahwa subjek
yang berada pada kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan skor optimisme yang
signifikan dibandingan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan terapi kelompok
suportif. Implikasi dan keterbatasan dalam temuan penelitian kemudian akan menjadi
pembahasan.

Kata kunci : optimisme, pasien hemodialisis, terapi kelompok suportif

1 Korespondensi mengenai artikel dapat melalui: salmadiass@gmail.com

Copyright @ 2019 Authors. This is an open-access article distributed under the terms of the 55
Creative Commons Attribution License. (http://creativecommons.org/licences/by-sa/4.0/)
Salma Dias Saraswati, Yayi Suryo Prabandari & Rr. Indahria Sulistyarini

Ginjal adalah salah satu organ yang baru pada tahun 2016 mencapai lebih dari
penting bagi manusia. Menurut The National 25.446 pasien, sedangkan pada tahun 2015
Kidney Disease Education Program/NKDEP sebanyak lebih dari 21.050 pasien dan pada
(2014), ginjal memiliki fungsi untuk tahun 2014 sebanyak 17.193 pasien.
mengatur mineral, komposisi dan volume Mayoritas pasien gagal ginjal kronis tersebut
darah dalam tubuh, membuang hasil limbah berada pada usia 44-54 tahun.
metabolisme dalam urin dan menyerap Hemodialisis dilakukan sebanyak 1-3
kembali zat-zat yang masih dibutuhkan oleh kali seminggu dan setiap kalinya
tubuh, mengaktifkan vitamin D yang memerlukan waktu 2-5 jam, yang akan
diperlukan untuk penyerapan kalsium dan berlangsung terus-menerus sepanjang
menghasilkan enzim yang diperlukan untuk hidupnya, sehingga memang terapi
menghasilkan sel darah merah, serta hemodialisis yang dilakukan pasien gagal
membantu mengontrol keseimbangan asam ginjal kronis menimbulkan dampak atau
atau basa dalam tubuh. Penurunan fungsi perubahan dari segi fisik maupun psikologis.
ginjal menyebabkan metabolisme tubuh Rahman, Rudiansyah, dan Triawanti (2013)
individu terganggu. Apabila penurunan menjelaskan bahwa gagal ginjal kronis dapat
fungsi ginjal ini terjadi dalam jangka waktu menimbulkan berbagai macam gangguan
yang lama dan progresif, maka akan fisik dan psikologis. Perubahan fisik tersebut
menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis mengakibatkan penderita menjadi
(Chang, Daly & Elliot, 2010). Gagal ginjal seseorang yang lemah, kurang mampu
kronis ini tentu mempengaruhi kesehatan melakukan kegiatan seperti sediakala dan
seseorang, seperti mengalami kelelahan, merasa tidak berdaya. Hampir sebagian
kehilangan nafsu makan, dan kaki kram. besar penderita gagal ginjal kronis
Masalah-masalah umum lain yang mengalami keputusasaan karena mereka
disebabkan gagal ginjal antara lain adalah merasa dirinya tidak berguna lagi karena
gatal, tidur bermasalah, kaki gelisah, tulang penyakit yang dideritanya (Yulianti,
lemah, sendi bermasalah, hingga depresi Rochmawati & Purnomo, 2015).
(NIDDK, 2014). Selain itu, terdapat dampak psikologis
Salah satu tindakan medis yang harus lain yang ditimbulkan gagal ginjal kronis.
rutin dilakukan oleh penderita gagal ginjal Seidel, dkk (2014) menyatakan bahwa
kronis adalah hemodialisis (Price, 2006). pasien gagal ginjal kronis sering mengalami
Tindakan hemodialisis ini berfungsi untuk penurunan fungsi kognitif dan gejala
menggantikan fungsi ginjal yang rusak. Oleh depresi. Banyak dari penderita gagal ginjal
karena itu, tidak salah bila penderita gagal merasa frustrasi dan dibatasi kehidupannya
ginjal kronis sangat tergantung dengan seperti terkait dengan pola makan, jumlah
mesin hemodialisis seumur hidup, karena cairan yang masuk, dan sebagainya. Safitri
bila tidak, maka dapat membahayakan dan Dewi (2014) menambahkan bahwa para
kondisi tubuhnya bahkan dapat penderita gagal ginjal kronis merasa tidak
mengakibatkan kematian (Yulianti, semangat dalam menghadapi kehidupan
Rochmawati & Purnomo, 2015). sehari-hari, merasa putus asa dengan
Berdasarkan Indonesian Renal Registry kondisi yang dialami dan harapan hidup
(IRR) pada tahun 2016, pertumbuhan yang rendah. Hal tersebut menunjukkan
penyakit gagal ginjal kronis yang harus bahwa penderita gagal ginjal kronis
menjalani hemodialisis terus mengalami memiliki sikap yang cenderung pesimis.
peningkatan setiap tahunnya. Jumlah pasien
56 Jurnal Intervensi Psikologi,
Pengaruh Terapi Kelompok Suportif untuk Meningkatkan Optimisme
pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

Pesimisme adalah ketika individu terapi psikologis untuk mendukung proses


merasa bahwa masa depannya akan buruk. penyembuhan yang sudah dilakukan melalui
Harapan yang dimiliki individu yang pesimis terapi medis.
adalah harapan negatif yang bermakna Rasa kebersamaan, diterimanya
bahwa individu merasa ragu terhadap masa dukungan dari orang lain dan merasa tidak
depannya atau tidak memiliki kepercayaan sendiri, penting untuk dimiliki penderita
diri (Carver & Scheier, 2001). Individu yang gagal ginjal kronis agar senantiasa mampu
pesimis, merasa bahwa dirinya tidak berpikir positif atau optimis terhadap
memiliki sumber bantuan atau dukungan dirinya dan masa depan, mendapatkan
yang cukup (Buchanan & Seligman dalam dukungan emosional dari orang lain dan
Gillham, Shatte, Reivich & Seliman, 2001). memperluas jaringan (Pender, Murdaugh, &
Pesismisme sangat merugikan individu. Parsons, 2002). Individu yang mendapatkan
Sebaliknya, sikap optimis memiliki banyak dukungan sosial juga akan merasa bahwa
manfaat bagi kehidupan individu. Daraei dan dirinya dicintai, dihargai, dan menjadi
Ghaderi (2012) menjelaskan bahwa bagian dari komunitas sosial (Sarafino,
optimisme adalah salah satu komponen 2002). Adanya dukungan sosial dapat
psikologi positif yang dihubungkan dengan mengurangi tekanan psikologis seperti rasa
emosi positif dan perilaku positif yang malu, sedih, putus asa dan lebih merasa
menimbulkan kesehatan, hidup yang bebas bersemangat dalam menjalani pengobatan.
stres, hubungan sosial dan fungsi sosial yang Adapun bentuk dukungan sosial yang
baik. Menurut Seligman (2006), optimisme diberikan dapat berupa perhatian dan
adalah suatu pandangan yang menyeluruh, mendengarkan keluhan-keluhan mereka
melihat hal yang baik, berpikir positif dan (Sari, 2009).
mudah memberikan makna bagi diri. Carver Salah satu intervensi psikologi kepada
dan Scheier (1985) mendefinisikan penderita gagal ginjal kronis yang
optimisme sebagai sifat individu yang merupakan bentuk dari dukungan sosial
mengharapkan bahwa hal-hal baik akan adalah terapi kelompok suportif yang
terjadi di masa depan untuk membangun bermanafaat untuk meningkatkan
kepribadian yang luas. optimisme penderita gagal ginjal kronis
Optimisme mampu menurunkan risiko yang menjalani hemodialisis. Supportive
gangguan kesehatan dan mampu membantu group atau kelompok suportif adalah suatu
individu pulih lebih cepat setelah mengalami kelompok yang memiliki permasalahan yang
peristiwa hidup yang besar. Individu yang sama untuk saling mendukung,
optimis cenderung memiliki ekspektasi yang mengondisikan dan memberi penguatan
baik atau harapan yang lebih positif. Sikap pada kelompok, maupun per-individu dalam
optimis membantu individu mengatasi kelompok. Tujuan utama dari kelompok
tekanan hidupnya, menurunkan risiko sakit suportif adalah tercapainya kemampuan
(Scheier, dalam Taylor, 2009), mening- koping yang efektif terhadap masalah yang
katkan penerimaan diri seseorang menjadi dialami. Adanya kelompok yang memiliki
lebih positif (Chang, 2009), memiliki permasalahan yang sama memiki
kemampuan lebih baik untuk bangkit dari permasalahan yang sama dapat memberikan
kesulitannya (Carver, Scheier, & Segerstrom, kesempatan bagi individu dalam kelompok
2010), memungkinkan pengubahan perilaku untuk saling belajar dan menguatkan satu
dan meningkatkan kegigihan dalam sama lain (Corey, 2010).
melaksanakan pengobatan (Rajandram,
dkk., 2011). Oleh karena itu, diperlukan
Jurnal Intervensi Psikologi, 57
Salma Dias Saraswati, Yayi Suryo Prabandari & Rr. Indahria Sulistyarini

Kelebihan dari terapi kelompok suportif yang dihadapi dan koping yang digunakan.
adalah mampu memberikan fungsi Dukungan kelompok seringkali memberikan
terapeutik sebagai faktor dukungan, faktor tempat yang nyaman bagi anggotanya untuk
keterbukaan diri dan katarsis, faktor belajar mengekspresikan perasaannya, baik yang
dari anggota kelompok lain serta faktor- positif ataupun negatif serta kemungkinan
faktor lain yang berkaitan dengan menjalin solusinya (Videbeck, 2008). Berdasarkan
hubungan dengan orang lain dan memahami penjelasan di atas, tujuan dari penelitian ini
diri sendiri. Terapi kelompok suportif adalah untuk meningkatkan optimisme
memfasilitasi setiap anggota kelompok penderita gagal ginjal kronis yang menjalani
untuk dapat saling berbagi informasi dan hemodialisis melalui terapi kelompok
pengalaman, serta memiliki kesempatan suportif. Hipotesis yang diangkat dalam
yang sama untuk menyampaikan keluh penelitian ini adalah terdapat peningkatan
kesah yang telah atau sedang dihadapi skor optimisme yang signifikan pada pasien
sebagai bentuk katarsis (Brabender, Fallon, hemodialisis setelah diberikan intervensi
& Smollar, 2004). berupa terapi kelompok suportif
Oleh karena itu, diperlukan terapi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
kelompok suportif untuk meningkatkan
optimisme pasien gagal ginjal kronis yang METODE PENELITIAN
menjalani hemodialisis. Melalui terapi
kelompok suportif, pasien dapat Desain penelitian
mengekspresikan perasaan dan pikiran yang Desain penelitian yang digunakan pada
muncul terkait dengan penyakit gagal ginjal penelitian ini adalah disain penelitian kuasi
yang dideritanya ini dengan lebih nyaman eksperimen. Desain kuasi eksperimen
karena berada dalam kelompok yang juga berarti eksperimen yang dilakukan seolah-
merupakan penderita gagal ginjal (Tabrizi, olah menyerupai keadaan yang sebenarnya.
Radfar, & Taei, 2016). Pasien juga akan Jenis desain yang digunakan dalam
memiliki pemahaman yang lebih penelitian ini, yaitu the non-randomized
komprehensif mengenai penyakit gagal control group pretest-posttest design yang
ginjal, sehingga pada akhirnya mampu berarti desain penelitian ini melakukan
memaknai penyakitnya dan memiliki sikap pembentukan kelompok yang diambil
yang lebih optimis yang ditunjukkan dengan secara acak serta akan mengadakan pra-uji
memiliki harapan dan pandangan yang lebih dan pasca-uji (Sukardi, 2005).
positif mengenai masa depannya (Tabrizi,
Radfar, & Taei, 2016). Melalui terapi
Subjek penelitian
kelompok suportif, para pasien diharapkan
dapat mengembangkan rasa berdaya Subjek dalam penelitian ini adalah
terhadap diri sendiri, merasa masih dapat pasien gagal ginjal kronis, berjenis kelamin
melakukan banyak hal dalam hidupnya, laki-laki dan perempuan. Subjek setidaknya
memiliki keinginan untuk bangkit atau tidak telah menjalani hemodialisis minimal 6
menyerah terhadap penyakitnya dan bulan di Klinik Hemodialisis Nitipuran di
menumbuhkan perasaan berguna atau Yogyakarta. Rentang usia subjek adalah
bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang berusia 20-50 tahun, memiliki optimisme
lain. kategori rendah dan sedang, dan bersedia
Terapi suportif dibuat untuk membantu berpartisispasi dalam penelitian. Pada
individu penderita gagal ginjal kronis kelompok eksperimen dan kelompok
bertukar pengalaman mengenai masalah
58 Jurnal Intervensi Psikologi,
Pengaruh Terapi Kelompok Suportif untuk Meningkatkan Optimisme
pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

kontrol masing-masing terdiri atas empat pada bagian alokasi waktu dan adanya
orang. kegiatan ice-breaking.
Penelitian ini dilakukan dengan tiga kali
Metode pengumpulan data pertemuan dan sekali tindak lanjut.
Pertemuan pertama berdurasi 120 menit,
Metode pengumpulan data
pertemuan kedua berdurasi 120 menit,
dilakukan dengan menggunakan satu skala,
pertemuan ketiga berdurasi 120 menit, serta
yaitu skala optimisme yang telah direvisi
dilakukan pengukuran tindak lanjut setelah
oleh Scheier, Carver, dan Bridges (1994)
± 10-14 hari pertemuan terakhir.
yang disebut dengan LOT-R (Life Orientation
Test-Revised). Alat ukur ini telah digunakan
Metode analisis data
dalam dua penelitian sebelumnya, yaitu
Millah (2016) dan Amanah (2016) yang Metode analisis data yang digunakan
dilakukan kepada pasien diabetes melitus dalam penelitian ini adalah uji Mann
dan pasien gagal ginjal kronik. Hasil Whitney. Uji analisis tersebut digunakan
reliabilitas skala LOT-R sebesar 0,736 untuk membantu peneliti dalam
(Amanah, 2016) dan 0,748 (Millah, 2016). membedakan hasil kinerja kelompok yang
Skala optimisme ini terdiri dari tiga item terdapat dalam sampel ke dalam dua
positif (favorable), tiga item negatif kelompok dengan dua kriteria yang berbeda.
(unfavorable), dan empat item pengalih Analisis data ini dilakukan menggunakan
(Scheier, Carver, dan Bridges, 1994). program Statistical Program for Science
(SPSS) for Windows versi 22.0.
Prosedur Intervensi
HASIL PENELITIAN
Intervensi yang diberikan dalam
penelitian ini adalah terapi kelompok Hasil uji hipotesis penelitian ini
suportif yang disusun berdasarkan teori menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
kelompok suportif van den Heuvel, dkk. yang signifikan dari terapi kelompok
(2002). Teori ini telah digunakan dalam suportif untuk meningkatkan optimisme
modul intervensi terapi kelompok suportif pasien gagal ginjak kronis yang menjalani
pada penelitian sebelumnya, yaitu pada hemodialisis pada subjek kelompok
penelitian Kurniawan (2015), Jariyah eksperimen dibandingkan subjek kelompok
(2016), dan Andaryati (2017). Penelitian ini kontrol yang tidak mendapatkan intervensi
memodifikasi modul intervensi tersebut dengan Z = -2,32 dan nilai p = 0,00 (p <
0,005).

Jurnal Intervensi Psikologi, 59


Salma Dias Saraswati, Yayi Suryo Prabandari & Rr. Indahria Sulistyarini

Tabel 1. Analisis kuantitatif dan diagram

Deskripsi data statistik


Pengukuran Kelompok eksperimen Kelompok kontrol
Mean SD Mean SD
Pra-uji 20,50 2,082 19,50 1,29
Pasca-uji 27,75 2,217 20,75 0,95
Tindak lanjut 27,75 1,500 21,25 0,95
Uji beda skor optimisme antara kelompok ekperimen dan kelompok kontrol
Pengukuran Z p
Pra-uji -0,73 5,50
Pasca-uji -2,32 0,00
Tindak lanjut -2,33 0,00
Uji beda skor optimisme pada masing-masing kelompok
Pengukuran Kelompok eksperimen Kelompok kontrol
t p t p
Pra-uji ke pasca-uji -10,72 0,02 -2,61 0,80
Pasca-uji ke tindak lanjut -0,77 0.49 -0,52 0,63
Pra-uji ke tindak lanjut -3,97 0,00 -1,69 0,18

Berdasarkan tabel analisis kuantitatif optimisme yang signifikan juga ditemukan


dan diagram, dapat dilihat bahwa skor pada kondisi tindak lanjut selama dua
optimisme mengalami peningkatan setelah minggu intervensi dilakukan dengan nilai Z
mengikuti terapi kelompok suportif dari = -2,337 dan p = 0,00 (p < 0,05).
pengukuran pra-uji (mean = 20,50; SD = Uji beda juga dilakukan pada perbedaan
2,082) dan pada pengukuran pasca-uji kondisi pengukuran pada masing-masing
(mean = 27,75; SD = 2,217). Walaupun kelompok. Pada kelompok eksperimen,
begitu, pada pengukuran tindak lanjut, tidak terdapat perbedaan skor yang signifikan
terdapat peningkatan yang signifikan pada pada kondisi pengukuran pra-uji ke pasca-
kelompok eksperimen. Pada kelompok uji (p = 0,02; t = -10,729) dan pasca-uji ke
kontrol, peningkatan setelah mengikuti tindak lanjut (p = 0,495; t = -0,775). Namun,
terapi kolompok suportif dari pengukuran tidak terdapat perbedaan skor optimisme
pra-uji (mean = 19,50; SD = 1,291) dan pada yang signifikan pada kondisi pra-uji – tindak
pengukuran pasca-uji (mean = 20,75; SD = lanjut. Pada kelompok kontrol, tidak terlihat
0,957). Namun, pada pengukuran tindak perbedaan skor optimisme yang signifikan
lanjut, tidak terdapat peningkatan yang pada kondisi pengukuran pra-uji – pasca-uji.
signifikan pada kelompok kontrol.
Selain itu, berdasarkan hasil uji PEMBAHASAN
hipotesis yang dilakukan, terdapat
Tujuan penelitian ini adalah
perbedaan skor optimisme yang signifikan
meningkatkan optimisme pasien gagal ginjal
pada pasien gagal ginjal yang menjalani
kronis yang menjalani hemodialisis melalui
hemodialisis setelah diberikan terapi
terapi kelompok suportif. Berdasarkan hasil
kelompok suportif dibandingkan dengan
penelitian, hipotesis yang diajukan dalam
kelompok kontrol atau hipotesis diterima
penelitian ini diterima, yaitu terdapat
dengan nilai Z = -2,323 dan p = 0,00 (p <
pengaruh terapi kelompok suportif dalam
0,05). Lebih lanjut, perbedaan skor
meningkatkan optimisme pada penderita
60 Jurnal Intervensi Psikologi,
Pengaruh Terapi Kelompok Suportif untuk Meningkatkan Optimisme
pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

gagal ginjal kronis yang menjalani subjek saling memberikan masukan, saran
hemodialisis. Kelompok eksperimen yang dan apresiasi terhadap pendapat subjek lain.
diberi perlakuan memiliki skor optimisme Sering pula subjek saling memberikan tepuk
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tangan, senyuman atau pujian sehingga
kontrol yang tidak diberi perlakuan, baik subjek dapat merasa diterima, dihargai dan
secara nilai rerata maupun individu pada didukung oleh orang lain. Applebaum, dkk.
masing-masing kelompok. (2014) mengungkapkan bahwa dukungan
Hasil dari temuan penelitian ini sosial dari orang lain dalam segala bentuk,
didukung dengan pernyataan Finck, dkk. seperti pujian, apresiasi bahkan dukungan
(2018) bahwa dukungan sosial merupakan finansial yang diberikan orang lain kepada
prediktor dan sumber optimisme pada individu dengan penyakit kronis dapat
individu yang sedang menghadapi kesulitan menurunkan tekanan psikologisnya dan
atau berasa pada kondisi stres akibat juga meningkatkan pandangan positif
menderita kanker payudara. Dukungan dari terhadap dirinya.
lingkungan terdekat pasien, seperti Terapi kelompok suportif mampu
orangtua, pasangan, bahkan dokter dan memberikan ruang dan kesempatan bagi
perawat mampu membuat pasien merasa individu untuk menyampaikan emosi dan
didukung dan tidak sendiri, sehingga pasien perasaannya kepada anggota kelompok lain
merasa dapat menghadapi kesulitannya dan dengan leluasa serta mendapatkan umpan
memiliki pandangan yang lebih positif balik dari anggota kelompok tersebut. Hal ini
terhadap masa depannya (Finck, dkk., didukung dengan penelitian Dowlatabadi,
2018). Wardiyah, Afiyanti dan Budiati dkk. (2016) yang mengungkapkan bahwa
(2014) menyebutkan bahwa dukungan proses katarsis dengan orang lain selama
sosial adalah faktor dominan yang menjalani proses terapi kelompok dapat
mempengaruhi optimisme kesembuhan mengurangi emosi-emosi negatif yang
pasien kanker payudara karena dirasa dapat muncul pada pasien dengan penyakit kronis,
menurunkan tekanan psikologis, rasa sedih, sehingga individu dapat merasa memiliki
dan meningkatkan semangat serta harapan dukungan dan memandang hidupnya lebih
mereka terhadap kondisinya. Temuan dalam positif lagi.
penelitian ini juga sejalan dengan temuan Berbagi dengan peserta lain dalam satu
penelitian Tabrizi, Radfar dan Taei (2016) kelompok efektif dalam meningkatkan
yang menemukan bahwa intervensi dengan perasaan dan pola pikir yang lebih positif
pendekatan kelompok dapat meningkatkan bagi individu dengan penyakit kronis
harapan atau optimisme individu yang (Zamaniyan, dkk., 2016). Hal ini didukung
menderita penyakit kronis atau sedang oleh penelitian Levi, dkk (2017), yaitu terapi
menjalani pengobatan secara umum seperti kelompok suportif bermanfaat dalam
kanker karena selama proses terapi meningkatkan harapan individu yang
kelompok, para pasien dapat mengekspre- mengalami stres pascatrauma. Para anggota
sikan pikiran dan perasaannya secara kelompok berperan sebagai penampung
terbuka dan lebih nyaman kepada para emosi negatif sekaligus penyemangat bagi
pasien lainnya yang juga menderita penyakit mereka (Levi, dkk., 2017).
yang sama. Selain itu, meningkatnya optimisme
Perubahan optimisme pada subjek subjek terhadap masa depan melalui
dapat dipengaruhi oleh proses saling kelompok suportif ini juga dipengaruhi oleh
mendukung dan apresiasi yang terjadi adanya respon verbal dan non-verbal yang
selama terapi kelompok suportif. Para diberikan peserta lain kepada subjek yang
Jurnal Intervensi Psikologi, 61
Salma Dias Saraswati, Yayi Suryo Prabandari & Rr. Indahria Sulistyarini

telah mau berbagi atau sedang bercerita. KESIMPULAN DAN SARAN


Respon verbal yang diberikan, misalnya
Kesimpulan
kalimat pujian, apresiasi, saran dan
alternatif solusi yang dapat peserta lakukan. Berdasarkan hasil penelitian dapat
Respon non-verbal ini terlihat dalam bentuk disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
anggukan, senyuman, dan aktif skor optimisme yang signifikan antara
mendengarkan dengan tidak memotong pasien gagal ginjal yang menjalani
pembicaraan lawan bicara. Adanya respon hemodialisis pada kelompok eksperimen
verbal dan non-verbal ini membuat subjek setelah mengikuti terapi kelompok suportif
merasa diterima dan dihargai karena adanya dibandingkan dengan kelompok kontrol.
rasa empati yang ditunjukkan subjek melalui Adapun perubahan positif juga dirasakan
respon verbal dan non-verbal tersebut. para subjek dalam kelompok eksperimen,
Hal tersebut sesuai dengan penelitian baik secara psikologis maupun sosial.
Thompson, dkk. (2014) mengenai pengaruh
terapi kelompok suportif terhadap harapan Saran
dan kesejahteraan psikologis pasien kanker Bagi subjek penelitian, pada masa
payudara. Hasil penelitian tersebut depan diharapkan mampu menerapkan
menunjukkan bahwa respon non-verbal dari hasil diskusi dan berbagi pengalaman
teman-teman satu kelompok, seperti selama terapi kelompok suportif.
memperhatikan pembicaraan, mendengar- Diharapkan, dengan menerapkan hasil
kan, bahkan memeluk, membuat peserta diskusi yang diperoleh, dapat menguatkan
merasa dikuatkan dan diterima, sehingga kondisi psikologis subjek. Para peserta juga
pada akhirnya mampu membuat para diharapkan dapat tetap aktif menjalin
peserta memiliki pandangan terhadap masa komunikasi yang dilakukan secara langsung
depan yang lebih positif (Thompson, dkk., melalui pertemuan, maupun komunikasi
2014). Kauff (2017) menambahkan bahwa secara tidak langsung melalui media sosial.
dukungan yang diperoleh dari kelompok Bagi pengelola atau pengurus Klinik
suportif dalam bentuk verbal dan non-verbal Hemodialisis, diharapkan mampu memberi-
merupakan bentuk afirmasi atau penguatan kan pelayanan atau pendampingan psikolo-
yang diberikan para peserta kelompok gis kepada pasien, mengingat permasalahan
kepada satu sama lainnya, sehingga psikologis yang dirasakan oleh pasien dapat
membuat para peserta lebih nyaman ketika menghambat proses pengobatan yang
berbagi mengenai perasaan dan pikiran dilakukan. Pendampingan psikologis ini
yang negatif kepada anggota kelompoknya. dapat berupa adanya kerja sama antara
klinik dengan rumah sakit atau puskesmas
terdekat yang memiliki layanan psikologi,
sehingga memungkinkan untuk mengada-
kan pertemuan secara lebih rutin.

62 Jurnal Intervensi Psikologi,


Pengaruh Terapi Kelompok Suportif untuk Meningkatkan Optimisme
pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

DAFTAR PUSTAKA

Amanah, S. (2016). Hubungan antara Chang, E., Daly, J., & Elliott D. (2010).
optimisme dengan kualitas hidup pada Patofisiologi aplikasi pada praktik
pasien gagal ginjal kronis yang keperawatan. Jakarta: Buku
menjalani hemodialisa. (Skripsi, tidak Kedokteran EGC.
diterbitkan). Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta, Indonesia. Corey, G. (2010). Theory and practice of group
counselling (8th edition). Belmont, CA,
Andaryati,A., Uyun, Q., & Sulistyarini, I. USA: Brooks/Cole, Cengage Learning
(2017). Terapi kelompok dukungan
untuk meningkatkan resiliensi pasien Daraei, M., & Ghaderi, A. R. (2012). Impact of
gagal ginjal kronik yang menjalani education on optimism/pessimism.
hemodialisa. (Tesis, tidak diterbitkan). Journal of the Indian Academy of Applied
Universitas Islam Indonesia, Psychology, 38(2), 339-343
Yogyakarta, Indonesia.
Dowlatabadi, M. M., Ahmadi, S. M., Sorbi, M.
Applebaum, A. J., Stein, E. M., Lord-Bessen, J., H., Beiki, O., Razavi, T. K., & Bidaki, R.
Pessin, H., Rosenfeld, B., & Breitbart, (2016). The effectiveness of group
W. (2014). Optimism, social support, positive psychotherapy on depression
and mental health outcomes in and happiness in breast cancer
patients with advanced cancer: patients: a randomized controlled trial.
Optimism, social support, and Electronic Physician, vol 8 (3):2175-80.
advanced cancer. Psycho-
Oncology, 23(3), 299-306. Finck, C., Barradas, S., Zenger, M., & Hinz, A.
(2018). Quality of life in breast cancer
Brabender, V.A., Fallon, A.E., & Smolar, A.I. patients : Associations with optimism
(2004). Essential of group therapy. and social support. International
New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Journal of Clinical and Health
Psychology, 18(1), 27–34.
Carver, C.S., Scheier, M.F., & Segerstrom, S.C.
(2010). Optimism. Clinical Psychology Gillham, J. E., Shatté, A. J., Reivich, K. J., &
Review, 30, 879-889. Seligman, M. E. P. (2001). Optimism,
pessimism, and explanatory style. In E.
Carver, C. S., dan Scheier, M. F. (2001). C. Chang (Ed.), Optimism & pessimism:
Optimism and pessimism: Implications Implications for theory, research, and
for theory, research and practice. practice (pp. 53-75). Washington, DC,
Washington, DC: American American Psychological Association.
Psychological Association.
van den Heuvel, E. T., Witte, L. P., Stewart, R.
Chang, E. C. (2009). An examination of E., Schure, L. M., Sanderman,
optimism, pessimism, and R., Meyboom-de Jong, B. (2002). Long-
performance perfectionism as term Effect of A Group Support
predictors of positive psychological Program and An Individual Support
functioning in middle-aged adults: Program for Informal Caregivers of
Does holding high standards of Stroke Patients: Which Caregivers
performance matter beyond Benefit Most? Journal of Patient
generalized outcome Education and Counseling, 47, 291-299.
expectancies? Cognitive Therapy and
Research, 33(3), 334-344.

Jurnal Intervensi Psikologi, 63


Salma Dias Saraswati, Yayi Suryo Prabandari & Rr. Indahria Sulistyarini

Indonesian Renal Registry (IRR). (2016). 7th National Kidney Disease Education Program
Report of Indonesian renal registry. (NKDEP). (2014). Chronic kidney
Diunduh pada 15 November 2018, dari: disease and diet: assesment
https://www.indonesianrenalregistry. management and treatment. Diunduh
org/data/INDONESIAN%20RENAL%2 pada 12 Oktober 2018, dari:
0REGISTRY%202014.pdf. https://www.niddk.nih.gov/-
/media/Files/Health-
Jariyah, S. (2016). Terapi kelompok Information/Communication-
dukungan untuk meningkatkan Programs/NKDEP/ckd-diet-assess-
penerimaan orang tua yang anaknya manage-treat-508.pdf
autis. (Tesis tidak diterbitkan).
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Pender, N. J., Murdaugh, C. L., & Parsons, M.
Budaya, Universitas Islam Indonesia, A. (2002). Health promotion in nursing
Yogyakarta, Indonesia. practice. (4th ed.). New Jersey:
Pearson.
Kurniawan, Y. (2015). Terapi kelompok
pendukung pada orang tua pasien Price, S. A. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis
talassemia. (Tesis tidak diterbitkan). Proses-proses Penyakit. Jakarta:
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Kedokteran EGC.
Budaya, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta, Indonesia. Rajandram, R. K., Ho, S. M., Samman, N., Chan,
N., McGrath, C., & Zwahlen, R. A. (2011).
Kauff, P. F. (2017). Psychoanalytic Group Interaction of hope and optimism with
Psychotherapy. International Journal of anxiety and depression in a specific
Group Psychotherapy. 67(1), 91–98. group of cancer survivors: A
preliminary study. BMC Research
Levi, O., Shoval-zuckerman, Y., Fruchter, E., Notes, 4(1), 519-519.
Bibi, A., Bar-haim, Y., Wald, I., & Force,
I. D. (2017). Benefits of a Rahman, A.R., Rudiansyah, M., & Triawanti,
T. (2013). Hubungan antara adekuasi
Psychodynamic Group Therapy (PGT)
hemodialisis dan kualitas hidup pasien
Model for Treating Veterans With di RSUD Ulin Banjarmasin. Berkala
PTSD. Journal of Clinical Psychology, Kedokteran. 9(2), 151–160.
73(10), 1247–1258.
Safitri, A. H., & Dewi, D. S. E. (2014).
Millah, F. N. (2016). Hubungan antara Deskripsi tingkat harapan pada
optimisme dengan kualitas hidup pada penderita gagal ginjal kronik di RSU
pasien diabetes melitus. (Skripsi tidak Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
diterbitkan). Universitas Islam Psycho Idea. 12(1), 47–53.
Indonesia, Yogyakarta, Indonesia.
Sarafino, E.P. (2002). Health psychology
biopsychological interaction, 2nd
edition. New John Wiley and Sons

64 Jurnal Intervensi Psikologi,


Pengaruh Terapi Kelompok Suportif untuk Meningkatkan Optimisme
pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

Sari, R. (2009). Dukungan sosial pada pasien Thompson, J., Coleman, R., Colwell, B.,
kanker payudara di masa dewasa Freeman, J., Green, D., Holmes, K., …
tengah. (Skripsi, tidak diterbitkan). Reed, M. (2014). Preparing breast
Universitas Gunadarma, Jakarta, cancer patients for survivorship: A pilot
Indonesia. study of a patient-centred supportive
group visit intervention. European
Scheier, M. F., & Carver, C. S.(1985). Journal of Oncology Nursing. 18(1), 10–
Optimism, coping, and health: 16.
assessment and implication of
generalized outcome expectancies. Videbeck, S. L. (2008). Buku ajar
Health Psychology. 4(3), 219-247 keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.

Seidel, U. K., Gronewold, J., Volsek, M., Todica, Wardiyah, A., Afiyanti, Y., dan Tri Budiati.
O., Kribben, A., Bruck, H., & Hermann, D. (2014) Faktor yang mempengaruhi
M. (2014). Physical, cognitive and optimisme kesembuhan pada pasien
kanker payudara. Jurnal Keperawatan.
emotional factors contributing to
5(2), 121-127.
quality of life, functional health and
participation in community dwelling in Yulianti, R., Rochmawati, D., dan Purnomo.
chronic kidney disease. PLoS One, 9(3): (2015). Pengaruh cognitive therapy
e91176 pada pasien gagal ginjal kronis di SMC
RS Telogorejo. Jurnal Ilmu
Seligman, M. E. P. (2006). Learned optimism: Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). 2
how to change your mind and your life. (3), 123-133.
New York: Vintage Books.
Zamaniyan, S., Bolhari, J., Naziri, G., Akrami,
Sukardi. (2005). Metodelogi penelitian M., & Hosseini, S. (2016).
pendidikan, kompetensi dan Effectiveness of Spiritual Group
prakteknya. Jakarta: Bumi Aksara. Therapy on Quality of Life and
Spiritual Well-Being among Patients
Tabrizi, F. M., Radfar, M., Taei, Z., F.M., T., &
with Breast Cancer. Iranian journal
M., R. (2016). Effects of supportive-
expressive discussion groups on of medical sciences. 41 (2), 140–144.
loneliness, hope and quality of life in
breast cancer survivors: a randomized
control trial. Psycho-Oncology. 25(9),
1057–1063.

Jurnal Intervensi Psikologi, 65


Salma Dias Saraswati, Yayi Suryo Prabandari & Rr. Indahria Sulistyarini

66 Jurnal Intervensi Psikologi,

Anda mungkin juga menyukai