Anda di halaman 1dari 4

C.

Konsep Penerapan Intervensi berdasarkan Hasil Penelitian

1. Definisi penerapan intervensi pijat oksitosin pada ibu post op sectio caesarea (SC) dengan indikasi
Chepalo Pelvic Disproportion (CPD)

Pijat Oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI, Pijat oksitosin
adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) dan merupakan usaha untuk merangsang
hormone oksitosin setelah melahirkan (Delima, 2016). Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan
tulang belakang mulai dari nervus ke 5-6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf
parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar
(Hamrarani, 2010). Pijat oksitosin merupakan pemijatan sepanjang tulang belakang (tulang vertebrae
sampai tulang costae kelima-keenam) (Lestari, 2017).

Pijat Oksitosin adalah pemijatan tulang belakang pada costa (tulang rusuk) ke 5-6 sampai kescapula
(tulang belikat) yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis, saraf yang berpangkal pada medulla
oblongata dan pada daerah sacrum dari medulla spinalis, merangsang hipofise posterior untuk
mengeluarkan oksitosin, oksitosin menstimulasi kontrasi sel-sel otot polos yang melingkari duktus
laktiferus kelenjar mamae menyebabkan kontraktilitas mioepitel payudara sehingga dapat
meningkatkan pemancaran ASI dari kelenjar mammae (Isnaini & Diyanti, 2015).

2. Tujuan dilakukan tindakan intervensi pijat oksitosin

Pijat oksitosin bertujuan dapat merangsang hifofisi panterior dan posterior untuk mengeluarkan hormon
oksitosin. Dengan demikian sering menyusui baik dan penting untuk pengosongan payudara agar tidak
terjadi pembengkakan payudara, tetapi sebaliknya mempercepat pengeluaran ASI. Peneliti berpendapat
bahwa dengan melakukan pijat oksitosin akan memberikan rileks, tenang, dan nyaman sehingga akan
meningkatkan hormon oksitosin sehingga akan meningkatkan pengeluaran ASI. Pijat oksitosin dapat
mengurangi bengkak (engorgement) dan mengurangi sumbatan ASI. Untuk itu pentingnya dilakukan
pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI ibu.

Pijat oksitosin merupakan salah satu alternatif yang dapat membantu merangsang proses pengeluaran
ASI karena membuat ibu merasa nyaman sehingga akan membantu untuk pengeluaran oksitosin.
Melalui pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla
oblongata langsung mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan
oksitosin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya. Dengan pijatan di daerah tulang
belakang ini juga akan merelaksasi ketegangan dan menghilangkan stress dan dengan begitu hormone
oksitosin keluar dan akan membantu pengeluaran air susu ibu. Kolostrum yang menetes atau keluar
merupakan tanda aktifnya reflex oksitosin (Wulandari, 2014).

Dari hasil penelitian menunjukan adanya hubungan pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI. Hal ini
dikarenakan pijat oksitosin merupakan tindakan yang dilakukan pada ibu menyusui yang berupa
pemijatan atau massage pada punggung ibu untuk meningkatkan pengeluaran hormone oksitosin. Pijat
oksitosin yang dilakukan akan memberikan kenyamanan pada ibu sehingga akan memberikan
kenyamanan pada bayi yang disusui. Secara fisiologis hal tersebut meningkatkan hormone oksitosin
yang dikirimkan ke otak sehingga hormon oksitosin dikeluarkan dan mengalir ke dalam darah, kemudian
masuk ke payudara ibu menyebabkan otot-otot di sekitar alveoli berkontraksi dan membuat ASI
mengalir di saluran ASI lebih lebar, membuat ASI mengalir lebih mudah (Isnaini & Diyanti, 2015).

3. Manfaat pijat oksitosin

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down. Dengan dilakukan
pemijatan ini ibu akan merasa rileks, kelelahan setelah melahirkan akan hilang, sehingga dengan begitu
hormone oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar (Mardiyaningsih, 2011). Selain untuk merangsang
refleks let down manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak
(engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin,
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Delima, 2016).

Manfaat pijat oksitosin bagi ibu tidak hanya dapat menjalin kasih sayang tetapi terlebih lagi dapat
mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda
kehamilan, mengurangi resiko terkena kanker payudara, dan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu
(Delima, 2016). Pemberian ASI ekslusif dapat dipengaruhi beberapa factor antara lain ASI tidak bisa
keluar pada hari pertama pasca melahirkan, pengaruh promosi susu pengganti ASI, kesulitan bayi dalam
menghisap, keadaan puting susu ibu dan ibu merasa ASI yang dikeluarkan sedikit. Pengeluaran ASI dapat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu produksi dan pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormone
prolactin sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormone oksitosin. Pijat oksitosin merupakan salah
satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada
sepanjang tulang belakang (vertebrae) dan merupakan usaha untuk merangsang hormon oksitosin
setelah melahirkan (Mardiyaningsih, 2011).

Manfaat Pijat oksitosin yang dilakukan akan memberikan kenyamanan pada ibu sehingga akan
memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui. Secara fisiologis hal tersebut meningkatkan hormone
oksitosin yang dikirimkan ke otak sehingga hormon oksitosin dikeluarkan dan mengalir ke dalam darah,
kemudian masuk ke payudara ibu menyebabkan otot-otot di sekitar alveoli berkontraksi dan membuat
ASI mengalir di saluran ASI lebih lebar, membuat ASI mengalir lebih mudah (Isnaini & Diyanti, 2015).

4. Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan penerapan

Menurut Delima, (2016) untuk meningkatkan produksi ASI dapat dilakukan dengan cara pijat oksitosin.
Pijat oksitosin dapat berpengaruh terhadap pengeluaran ASI hal ini disebabkan karena pijat oksitosin
dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down. melalui pijatan dalam tulang
belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan pada tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks,
meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormone oksitosin
keluar dan ASI pun cepat keluar. Berdasarkan kesimpulan dari peneliti rata-rata produksi ASI responden
sebelum dilakukan pijat oksitosin mengalami masalah produksi ASI, rata-rata produksi ASI responden
setelah dilakukan pijat oksitosin terjadi peningkatan yang signifikan terhadap produksi ASI, kemudian
pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI, karena ada perbedaan yang signifikan antara produksi
ASI sebelum dan sesudah perlakuan. Sedangkan menurut Wulandari, (2014) berdasarkan penelitiannya
pijat oksitosin melalui pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neurotransmitter akan
merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk
mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya. Dengan pijatan
daerah tulang belakang ini juga akan merileksasi ketegangan daan menghilangkan stress dan dengan
begitu hormone oksitosin keluar dan akan membantu pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan
bayi pada putting susu pada saat segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal. Berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan dapat dismpulkan rerata waktu pengeluaran kolostrum pada ibu post
partum kelompok perlakuan pijat oksitosin adalah 5.21 jam, rerata waktu pengeluaran kolostrum
kolostrum pada ibu post partum kelompok kontrol 8.16 jam, pijat oksitosin berpengaruh terhadap
rerata pengeluaran kolostrum pada ibu post partum (p-value=0.006).

Berdasarkan penelitian ketiga oleh Isnaini dan Diyanti ( 2015) untuk merangsang hormone prolaktin dan
oksitosin pada ibu setelah melahirkan selain dengan memeras ASI bisa dilakukan dengan melakukan
perawatan atau pemijatan payudara, membersihkan putting, sering-sering menyusui bayi meskipun ASI
belum keluar, menyusui dini dan teratur serta pijatan oksitosin. Berdasarkan dari penelitian diatas dapat
digambarkan bahwa pada kelompok yang dilakukan pijat oksitosin terdapat 9 responden (30%) dari 15
responden yang mengalami pengeluaran ASInya cepat dan 1 responden (3%) mengalami lambat
pengeluaran ASInya. Sedangkan pada kelompok yang tidak dilakukan pijat oksitosin tidak ada responden
yang mengalami percepatan pengeluaran ASI dibandingkan 12 responden (40%) yang pengeluaran
ASInya lambat. Jadi pengeluaran ASI pada kelompok yang dilakukan pijat oksitosin (Eksperimen) yang
mengalami pengeluaran ASI lebih cepat dari pada kelompok yang tidak dilakukan pijat oksitosin
(control).

Penelitian pijat oksitosin oleh Suryani & Astuti (2013) berat badan bayi merupakan salah satu indikator
dari kelancaran ASI yang menurut kriteria bila ASI lancar maka berat badan bayi tidak turun 10% pada
minggu pertama lahir bahkan bila bayi mendapatkan ASI ekslusif penurunan hanya terjadi 3-5% pada
hari ke 3 dan berat badan pada minggu kedua minimal sama atau bahkan mengalami kenaikan. Dari
penelitian diatas bila dilihat dari hasil bahwa semua bayi dari responden mengalami peningkatan berat
badan sehingga bisa disimpulkan bahwa bayi mendapatkan cukup ASI dan produksi ASI ibu dikatakan
lancar karena penurunan berat badan bayi yang cukup mendapatkan nutrisi hanya terjadi sampai hari
ke-3 setelah lahir dan akan terjadi peningkatan rata-rata 200gr per minggu. Berdasarkan penelitian
diatas bahwa pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu post partum dengan indikator bayi ada
pengaruh pijat okitosin terhadap peningkatan berat badan bayi, frekuensi BAK bayi, frekuensi bayi
menyusu, dan lama tidur bayi. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Lestari, (2017).

Refleks hormone oksitosin banyak dipengaruhi oleh stressor yang dialami oleh ibu primipara, sehingga
menyebabkan adanya hambatan dalam sekresi oksitosin oleh hipofisis posterior. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ASI diperlukan hormone oksitosin, pada ibu setelah
melahirkan dapat melakukan pijat oksitosin. Pijat oksitosin merupakan pemijatan sepanjang tulang
belakang (tulang vertebrae sampai tulang coste kelima-keenam). Pijat oksitosin dilakukan pada ibu post
partum dengan durasi 3 menit dan frekuensi pemberian pijatan 2 kali sehari. Pijat ini tidak harus
dilakukan oleh petugas kesehatan tetapi dapat dilakukan oleh suami atau keluarga yang lain.
Mekanisme kerja dalam pelaksanaan pijat oksitosin merangsang saraf dikirim keotak sehingga hormone
oksitosin dapat dikeluarkan dan mengalir kedalam darah kemudian masuk kepayudara dan
menyebabkan otot-otot sekitar alveoli berkontraksi dan membuat ASI mengalir. Kesimpulan dari hasil
penelitian bahwa ada perbedaan pijat oksitosin terhadap produksi ASI dan kadar hormon.

Anda mungkin juga menyukai