Anda di halaman 1dari 6

ANALISA

Oksitosin adalah hormon yang dilepaskan ke dalam tubuh, dengan efek fisik, dan
otak, dengan efek fisiologis, psiko-emosional, dan perilaku yang kuat dan tersebar luas
yang bermanfaat bagi reproduksi dan perilaku sosial. Oksitosin sintetik secara kimiawi
identik dengan oksitosin endogen, tetapi memiliki efek yang berbeda karena tidak
dilepaskan dari dan di dalam otak.
Hormon Oksitosin dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus. Hipotalamus adalah
pemimpin umum sistem hormon, ia memiliki tugas penting memastikan kemantapan
dalam tubuh manusia. Setiap saat, hipotalamus mengkaji pesan-pesan yang datang dari
otak dan dari dalam tubuh. Setelah itu, hipotalamus menjalankan beberapa fungsi,
seperti menjaga kemantapan suhu tubuh, mengendalikan tekanan darah, memastikan
keseimbangan cairan, dan bahkan pola tidur yang tepat.Hipotalamus terletak langsung
di bawah otak dan ukurannya sebesar biji kenari. Sejumlah besar informasi sehubungan
dengan keadaan tubuh dikirim ke hipotalamus. Informasi ini disampaikan ke sana dari
setiap titik dalam tubuh, termasuk pusat indra dalam otak. Kemudian hipotalamus
menguraikan informasi yang diterimanya, memutuskan tindakan yang mesti diambil dan
perubahan yang harus dibuat dalam tubuh, serta membuat sel-sel tertentu menjalankan
keputusannya.
Tingkat dan aktivitas oksitosin umumnya meningkat selama kehamilan karena
peningkatan kadar estrogen, mengurangi kecemasan ibu dan respons stres. Persiapan
fisiologis pra-persalinan meliputi peningkatan reseptor oksitosin uterus sebagai
persiapan untuk kontraksi persalinan yang efisien dan, menurut penelitian pada hewan,
peningkatan reseptor oksitosin payudara dan otak. Pada wanita hamil, kadar oksitosin
yang tinggi atau meningkat dapat memprediksi perilaku keibuan yang positif dan durasi
menyusui yang lebih lama, mungkin mencerminkan pengalaman oksitosin awal yang
optimal dan keterikatan yang aman, dibandingkan dengan wanita dengan oksitosin yang
rendah atau menurun.
Bagi perempuan yang mengalami kontraksi lambar, tetesan oksitosin dapat
digunakan untuk membantu kontraksi lebih kuat dan teratur. Selain itu, hormon
oksitosin juga memainkan peranan penting saat setelah proses melahirkan. Yakni,
merangsang rahim berkontraksi lagi untuk mengeluarkan plasenta.
Oksitosin terutama mempengaruhi otot polos uterus. Oksitosin meningkatkan
baik frekuensi dan durasi potensial aksi. Jadi pemberian oksitosin merangsang
timbulnya kontraksi otot uterus yang belum berkontraksi dan meningkatkan
kekuatan serta frekuensi kontraksi otot pada uterus yang sudah berkontraksi.
Estrogen memperkuat kerja oksitosin dengan cara menurunkan otensial membran
sel otot polos, jadi merendahkan ambang eksitasi. Saat akhir kehamilan, sering
terjadi peninggian kadar estrogen, potensial membrane sel otot polos uterin
berkurang negatifnya, sehingga membuat uterus makin sensitive terhadap
oksitosin. Jumlah reseptor oksitosin di uterus juga makin bertambah pada saat ini,
dan aktivasi mereka menyebabkan kalsium selular di mobilisasi melalui hidrolisa
polifosfatidilinositol. (Endokrinologi Dasar dan Klinik, hal.151)

Pelepasan hormon oksitosin berlangsung secara alami, namun terdapat suatu


cara untuk mendorongnya lebih cepat. Diantaranya, melalui proses Inisiasi
Menyusui Dini (IMD). Meletakkan bayi di atas perut ibu, agar bayi mencari
payudara ibunya sendiri, dapat merangsang pelepasan oksitosin. Sehingga, wanita
disarankan untuk melakukannya secepat mungkin setelah melahirkan, untuk
membantu keluarnya plasenta. Jika plasenta gagal keluar, ibu akan diberikan
hormon sintetis yang mereplikasi efek oksitosin untuk membantu
rahim berkontraksi.
Oksitosin  juga memainkan peranan penting di luar proses melahirkan. Setiap
kali menyusui, ibu akan melepaskan hormone oksitosin yang menyebabkan ibu
mengeluarkan putting susu ke mulut bayi. Hal ini, akan membantu rahim menciut
dan kembali ke ukuran normal.
Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI
mengalir dari dalam alveoli, melalui saluran susu (ducts/milk canals) menuju
reservoir susu {sacs} yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi.
Ketika pengeluaran air susu, oksitosin menimbulkan kontraksi sel-sel mioepitel
di payudara sebagai respon terhadap penghisapan puting, berkat reflex neurogenik
yang dihantarkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis. Kadar oksitosin
meningkat dalam 2 menit pengisapan puting dan mencapai puncak dalam 10
menit. Oksitosin juga dilepaskan ketika sanggama.(Ilmu Kandungan, hal.63)
Selain itu oksitosin juga berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada
saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah
melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk
memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya
susu let-down / milk ejection reflex.

Sekresi oksitosin dirangsang oleh peregangan vagina atau serviks uteri dan oleh
tindakan menyusui. Hal ini terjadi melalui traktus syaraf yang mempengaruhi
hipotalamus .Oksitosin dilepaskan sepanjang masa melahirkan sewaktu janin
menstimulasi leher rahim dan vagina. Dan hal itu meningkatkan kontraksi otot
halus kandungan agar terjadi proses melahirkan.
Pada periode perinatal, oksitosin mengoptimalkan persalinan, kelahiran, dan
transisi postpartum ibu dan bayi
melalui:
1. pelepasan oksitosin sentral ke dalam aliran darah ibu, menyebabkan kontraksi
uterus yang berirama, termasuk gelombang oksitosin akhir persalinan yang
bermanfaat untuk mendorong (Ferguson reflex)
2. efek menenangkan dan analgesik sentral pada ibu dan bayi dalam persalinan
melalui postpartum
3. umpan balik positif dari oksitosin sentral pada dirinya sendiri, terutama pada ibu
multipara, menambah dan mempercepat efek dalam persalinan (studi pada
hewan)
4. adaptasi ibu postpartum yang mengurangi stres, meningkatkan sosialisasi, dan
pusat penghargaan utama, menanamkan kesenangan dengan kontak dan
perawatan bayi, oleh karena itu mempromosikan bayi jangka panjang bertahan
hidup

2.2 PRINSIP KERJA OKSITOSIN

Prinsip kerja hormon Oksitosin adalah dengan cara menstimulasi kontraksi sel
otot polos pada rahim wanita hamil selama melahirkan dan menstimulasi kontraksi
sel-sel kontraktil dari kelenjar susu agar mengeluarkan air susu. Air susu yang
keluar pertama inilah yang mengandung antibody yang sangat penting untuk bayi.
ASI yang keluar pertama ini mengandung kolostrum, Kolostrum dikonsumsi bayi
sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang
tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin
A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah
kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu
pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI
sebenarnya.

Proses Kelahiran:
Saat fetus masuk dalam jalan lahir, segmen bawah uterus, serviks dan vagina
berdilatasi, dan ini menyebabkan reflex pelepasan oksitosin. Kontraksi uterus yang
kuat, lebih jauh menyebabkan penurunan fertus, distensi, dan pelepasan oksitosin
lebih jauh lagi.

Laktasi:
Oksitosin juga terlibat pada laktasi. Perangsangan putting susu menghasilkan reflex
neurohumoral. Berikutnya, oksitosin meyebabkan kontraksi sel. Mioepitel dari
duktus mamilaris dan pengeluaran susu.
KESIMPULAN

Oksitosin adalah hormon reproduksi yang kuat dengan efek luas pada otak dan
tubuh semua mamalia, misalnya, dengan memediasi pengeluaran sperma, kontraksi
persalinan, dan pengeluaran susu. Oksitosin juga mengurangi stres dengan
mengaktifkan sistem saraf parasimpatis secara terpusat, yang meningkatkan
ketenangan, koneksi, penyembuhan, dan pertumbuhan; dan dengan mengurangi
aktivitas dalam sistem saraf simpatik, yang mengurangi rasa takut, stres, dan hormon
stres, dan meningkatkan kemampuan bersosialisasi. Oksitosin memiliki waktu paruh
yang pendek, tetapi efeknya dapat berkepanjangan karena memodulasi sistem hormon
otak lainnya (neuromodulasi).
Pada periode perinatal, oksitosin mengoptimalkan persalinan, kelahiran, dan
transisi postpartum ibu dan bayi
melalui:
5. pelepasan oksitosin sentral ke dalam aliran darah ibu, menyebabkan kontraksi
uterus yang berirama, termasuk gelombang oksitosin akhir persalinan yang
bermanfaat untuk mendorong (Ferguson reflex)
6. efek menenangkan dan analgesik sentral pada ibu dan bayi dalam persalinan
melalui postpartum
7. umpan balik positif dari oksitosin sentral pada dirinya sendiri, terutama pada ibu
multipara, menambah dan mempercepat efek dalam persalinan (studi pada
hewan)
8. adaptasi ibu postpartum yang mengurangi stres, meningkatkan sosialisasi, dan
pusat penghargaan utama, menanamkan kesenangan dengan kontak dan
perawatan bayi, oleh karena itu mempromosikan bayi jangka panjang bertahan
hidup

Peningkatan reseptor oksitosin rahim (penelitian pada manusia) dan reseptor oksitosin
di otak dan kelenjar susu (studi hewan) memaksimalkan efek ini. Satu jam atau lebih
setelah kelahiran fisiologis adalah periode sensitif, ketika interaksi kulit-ke-kulit ibu-bayi
mendorong aktivitas oksitosin puncak. Manfaat mungkin termasuk:
1. kontraksi yang lebih kuat, kemungkinan mengurangi risiko perdarahan
postpartum
2. Pemanasan alami untuk bayi baru lahir melalui vasodilatasi dada ibu
3. aktivasi ikatan biologis ibu-bayi yang dimediasi oleh hormon
4. fasilitasi inisiasi menyusui, termasuk dengan mengurangi stres ibu dan bayi baru
lahir

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com
www.wikipedia.com
Tambajong, Jan. 1995. Sinopsis Histologi. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
L. Carlos Junqueira, Jose Carneiro, Robert O. Kelley. 1997. Histologi
Dasar. Jakarta: EGC.
Francis S. Greenspan, John D. Baxter. 1998. Endokrinologi Dasar dan
Klinik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai