Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HORMON YANG BERPENGARUH DALAM PERSALINAN

Siklus hidup wanita tak lepas dari pengaruh berbagai hormon sejak masih di dalam
kandungan hingga lanjut usia. Pada saat hamil dan melahirkan, peranan hormon tersebut
meningkat guna melakoni proses yang dialami setiap wanita. Berikut ini akan kita bahas
mengenai hormon yang bersangkutan dengan persalinan wanita hamil.

Menjelang persalinan terjadi penurunan hormon progesteron. Hormon ini berfungsi


nyiapkan kondisi rahim agar dapat dihuni calon janin. Pada masa awal kehamilan,
progesteron sangat dibutuhkan agar tidak tejadi keguguran. Namun, menjelang persalinan
wanita fungsi tersebut sudah tidak diperlukan lagi sehingga produksinya menurun.

Di sisi lain produksi estrogen, oksitosin, dan prostaglandin meningkat pesat. Peningkatan
ini tentu juga dipengaruhi hormon-hormon lain yang dari hipofise seperti
somatomamotropin, luteinizing hormon, relaksin, dan sebagainya.

1. Estrogen
Bersama hormon yang lain estrogen meningkat menjelang persalinan. Hormon ini
bekerja merangsang kelenjar mammae dan menyebabkan kontraksi rahim. Hormon
ini dihasilkan oleh plasenta selama proses kehamilan terjadi hingga saat melahirkan
tiba. Hormon estrogen ini menstimulasi saluran ASI untuk membesar.
Hormon estrogen akan menurun saat melahirkan dan akan tetap rendah selama
beberapa bulan selama masih menyusui. Pada saat hormon estrogen menurun dan ibu
masih menyusui, di anjurkan untuk menghindari KB hormonal berbasis hormone
estrogen karena kana menghambat produksinya ASI.
2. Progesterone
Hormon progesterone ini mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat
progesteron akan menurun sesaat setelah melahirkan dan hal ini dapat mempengaruhi
produksi ASI berlebih.
3. Relaksin
Hormon ini berfungsi melunakkan serviks dan jalan lahir sehingga siap untuk dilalui
bayi. Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum (bagian tepi rahim). Hormon ini
sangat berperan dalam percepatan proses persalinan wanita.
4. Oksitosin
Oksitosin adalah hormon reproduksi yang kuat dengan efek luas di otak dan tubuh. Oksitosin
dihasilkan oleh hipotalamus. Efek dari hormon ini kompleks dan masih belum sepenuhnya
dipahami. Hormon oksitosin bekerjasama dengan prostaglandin untuk memastikan
peningkatan frekuensi, panjang dan kekuatan kontraksi miometrium. Hormon oksitosin
banyak diproduksi menjelang persalinan. Oksitosis menyebabkan kontraksi otot-otot
polos uterus yang berfungsi mendorong penurunan kepala bayi. Disisi lain, hormon
oksitosin bertugas menyiapkan laktasi dengan membuka saluran ASI dari alveolus ke
puting payudara. Produksi oksitosin bertambah apabila dilakukan stimulasi puting
susu. Cara ini dilakukan apabila kontraksi rahim ibu inadekuat. Beberapa peranan
oksitosin saat persalinan antara lain
1) Meningkatkan kemajuan persalinan, pengeluaran hasil konsepsi (Ferguson
reflex) dan mengurangi stres.
2) Mengikat reseptor oksitosin di miometrium untuk memulai kontraksi uterus yang
teratur selama persalinan.
3) Oksitosin menyebabkan frekuensi dan durasi nadi meningkat
4) Oksitosin merangsang kontraksi.
5) Bekerja dengan meningkatkan tingkat beta-endorphin.
6) Memiliki efek analgesik kuat
7) Meningkatkan pengeluaran janin
Hormon oksitosin berfungsi mengencangkan otot halus pada rahim pada saat
melahirkan dan setelah melahirkan. Pada saat setelah melahirkan, oksitosin juga
mengancangkan otot halus pada sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran
susu. Hormon oksitosin juga berperan dalam proses turunnya susu let down/milk
ejection reflex.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi keluarnya hormon oksitosin, yaitu :
a. Isapan bayi saat menyusu
b. Rada kenyamanan diri pada ibu menyusui
c. Diberikan pijatan pada punggung atau pijat oksitosin ibu yang sedang menyusui
d. Dukungan suami dan keluarga pada ibu yang sedang dalam masa menyusui
eksklusif pada bayinya
e. Keadaan psikologi ibu menyusui yang baik
5. Prolaktin
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior ini bertugas menstimulasi
pertumbuhan alveolus pada payudara. Pengeluaran hormon ini dipacu oleh estrogen.
Pada akhir kehamilan atau menjelang persalinan wanita prolaktin bertugas
memproduksi air susu untuk bayi setelah dilahirkan.
Hormon prolaktin juga merupakan suatu hormon yang di sekresikan oleh grandula
pituitary. Hormon ini berperan dalam membesarnya alveoli saat masa kehamilan.
Hormon prolaktin memiliki peran penting dalam memproduksi ASI, karena kadar
hormon ini meningkat selama kehamilan. Kadar hormon prolaktin terhambat olek
plasenta, saat melahirkan dan plasenta keluar hormon progesterone dan estrogen
mulai menurun sampai tingkat dilepaskan dan diaktifkannya hormon prolaktin.
Peningkatan hormon prolaktin akan menghambat ovulasi yang bisa di katakan
mempunyai fungsi kontrasepsi alami, kadar prolaktin yang paling tinggi adalah pada
malam hari.
6. Prostaglandin
Prostaglandin bekerja membantu oksitosin dan estrogen dalam merangsang aktivitas
otot polos. Hormon ini dihasilkan oleh rahim dan produksinya meningkat pada akhir
kehamilan. Terkadang wanita juga mendapatkan prostaglandin dari sperma saat
berhubungan intim. Oleh karena itu, bagi ibu hamil yang waktu persalinannya
mundur disarankan untuk berhubungan seks agar mendapatkan pasokan prostaglandin
untuk memicu kontraksi uterus.
7. Norepinephrine dan epinephrine
Epinephrine dilepaskan dalam kondisi stres selama persalinan. Pada akhir persalinan normal,
epinephrine akan melonjak dan memberikan energi untuk mendorong bayinya keluar dan
membuatnya bersemangat serta waspada pada saat akan melihat bayinya untuk pertama kali
Namun, kadar epinephrine yang berlebihan yang disebabkan oleh kelaparan, rasa takut
kedinginan, atau persepsi yang tidak baik, menghambat persalinan dan memerburuk persepsi
nyeri. Tingkat epinefrin saat persalinan dapat meningkat hingga delapan kali lipat
dibandingkan keadaan normal. Hal tersebut mencerminkan stres dan rasa sakit. Rasa takut
dan stres dapat membangkitkan E-NE respon, dengan efek berpotensi negatif pada kemajuan
persalinan dan suplai darah janin. Puncak kadar E-NE ibu adalah saat kala 2 dan menurun
setelah melahirkan. Kadar E di kala 2 meningkat delapan kali dan kadar NE meningkat 1-1,5
kali. Peningkatan kadar E-NE sebagai bentuk kewaspadaan dan perhatian terhadap masukan
sensorik selama persalinan. Norepinephrine dan epinephrine bekerja sinergis, memengaruhi
konstriksi pembuluh darah. Ketika bekerja tidak sinergis akibat stress pada persalinan dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi darah termasuk pada uterus yang menyebabkan gangguan
kontraksi. Norepinephrine menyebabkan peningkatan aktifitas uterus, sedangkan epinephrine
menyebabkan penurunan aktifitas uterus.
8. Beta-endorphine
Beta-endorphin adalah hormon stres saat persalinan. Rendahnya tingkat endorfin dapat
menyebabkan lambatnya persalinan dan nyeri yang berlebih. Beta endorphin dilepaskan
selama persalinan sebagai respon tubuh terhadap stres. Respon stres ke hipotalamus
menyebabkan peningkatan kadar beta-endorphin, dan dianggap berperan dalam mendukung
peningkatan respon analgesic selama persalinan.
9. CRH (Corticotrophin Releasing Hormone)
CRH memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup dan adaptasi manusia. Selama
persalinan, CRH mengatur pelepasan hormon prostaglandin, oxytocin, dan Beta-endorphin.
Terdapat interaksi yang kompleks antara hipotalamus, hipofisis dan kelenjar adrenal (HPA
axis). Hipotalamus melepaskan CRH yang bergerak dalam darah menuju ke hipofisis anterior
untuk mengatur respon stress. Kemudian merangsang pelepasan beta-endorphin dan hormone
adreno kortikotropik (ACTH). ACTH merangsang sekresi glukokortikoid dan menyebabkan
pelepasan kortisol dari kelenjar adrenal. HPA bekerja bersama simpatik-adrenal-meduler
(SAM) mengatur pelepasan Norepinephrine dan epinephrine. Selama persalinan CRH
merangsang peningkatan reseptor prostaglandin pada miometrium, merilis oksitosin, kortisol
pada janin dan beta-endorphin. Hormon ini juga memiliki peran penting dalam emosi ibu
serta respon fisik, emosional terhadap proses persalinan. Kadar CRH plasma ibu meningkat
secara progresif selama persalinan mencapai puncak pada 8 dan 9 cm dilatasi serviks dan
diikuti oleh penurunan signifikan dalam dua jam postpartu.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hormon sangat berpengaruh saat hamil dan melahirkan. Hormon tersebut memiliki
fungsinya masing-masing. Pada saat hamil dan melahirkan, peranan hormon tersebut meningkat
guna melakoni proses yang dialami setiap wanita. Ketika memasuki masa kehamilan, tubuh akan
melakukan berbagai usaha untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan janin di dalam tubuh.
Tubuh manusia memiliki mekanisme yang sangat baik dalam beradaptasi terhadap lingkungan
luar maupun terhadap perubahan yang terjadi di dalam tubuh.

3.2 Saran
Untuk mendapatkan pencapaian ibu yang bersalin normal sehat secara fisik
Dan psikis diharapkan untuk mengetahui perubahan-perubahan hormon yang mempengaruhi
dalam persalinan. Dan hormon-hormon tersebut akan menjalankan perannya masing-masing
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai