Anda di halaman 1dari 2

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 2

Nama Mahasiswa : WAHYU PRAYOGA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044055416

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4211/Hukum Agraria

Kode/Nama UPBJJ : 19/BENGKULU

Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN

1. Larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee sudah diatur dalam peraturan
perundangundangan namun masih banyak terjadi kepemilikan tanah secara
absentee. Hal-hal apa saja yang menyebabkan terjadi hal yang demikian?Uraikan
dengan berdasar pada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku!
Penjelasan mengenai tanah absentee didasarkan pada ketentuan dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (“UUPA”). Hal ini diatur di dalam Pasal 10 ayat (1) UUPA yang berbunyi:
Setiap orang dan badan hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian
pada asasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakannya sendiri secara aktif,
dengan mencegah cara-cara pemerasan.
Aturan tersebut merupakan pijakan awal dari pengertian serta pengaturan tentang
kepemilikan tanah absentee. Lebih lanjut, Pasal 3d Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 1964 tentang Perubahan dan Tambahan Peraturan Pemerintah Nomor 224
Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti
Kerugian (“PP 41/1964”) menjelaskan mengenai larangan kepemilikan tanah absente.

bahwa kepemilikan tanah pertanian secara absentee dengan tegas dilarang.


Sehingga, apabila domisili Anda sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk Anda, yaitu
berada di kabupaten yang berbeda dengan tanah pertanian objek lelang, maka secara
hukum Anda tidak dapat menjadi pemilik hak atas tanah pertanian tersebut
meskipun nantinya menjadi pemenang lelang.
 
Agar dalam praktik tidak terjadi pelanggaran terhadap larangan kepemilikan
tanah absentee, maka dapat dilakukan langkah antisipasi dengan melibatkan peran
Pejabat Pembuat Akta Tanah (“PPAT”) yang dapat secara tegas menolak untuk
melakukan pengurusan/pembuatan akta berkaitan dengan hak atas tanah, jika hal
tersebut melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini sejalan
dengan ketentuan Pasal 39 ayat (1) huruf g Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 Tentang Pendaftaran Tanah yang menjelaskan sebagai berikut :
 
PPAT menolak untuk membuat akta, jika:
a. tidak dipenuhi syarat lain atau dilanggar larangan yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
 
Tentunya hal ini juga dapat menjadi masukan untuk lembaga pengelola lelang, bahwa
dalam melaksanakan lelang terhadap suatu objek hak atas tanah, perlu diperhatikan
apakah peserta lelang memenuhi syarat untuk menjadi pemegang hak atas tanah
yang baru, agar tidak timbul persoalan hukum, yang pada akhirnya malah dapat
merugikan masyarakat yang menjadi pembeli objek lelang tersebut. 

Anda mungkin juga menyukai