Anda di halaman 1dari 9

HORMON SAAT PERSALINAN-

bagaimana hormon membantu ibu bersalin


Nov14

Melahirkan dengan kegembiraan adalah hak asasi seorang wanita. Secara alami, sebenarnya
alam telah bijak mengatur orkestra hormon agar ibu melahirkan berada pada kondisi nyaman
untuk melahirkan sehingga kesejahteraan ibu dan bayi tercapai. Dan ilmu pengetahuan telah
membuktikan bahwa bagaimana ibu melahirkan dan bagaimana seorang bayi dilahirkan
ternyata mempengaruhi kehidupannya kelak.

Ada empat hormon yang berperan aktif selama persalinan dan kelahiran, yaitu oksitosin (sang
hormon cinta), endorfin (sang hormon kegembiraan, adrenalin dan noradrenalin (hormon
eksitasi) dan prolaktin (hormon keibuan). Sistem hormonal ini ada pada semua mamalia.

Agar proses melahirkan berlangsung optimal, bagian otak yang disebut neokorteks, atau
otak rasional harus dinonaktifkan. Hal ini dapat diciptakan dengan suasana lingkungan yang
tenang dan privasi, misalnya dengan pencahayaan redup dan suasana sepi. Dalam kondisi ini,
secara intuitif ibu bersalin akan memilih gerakan, suara, pernapasan, dan posisi kelahiran
bayinya yang paling mudah.hal ini merupakan cetak biru genetik dan hormonal seorang
wanita.

Namun saat ini sistem alamiah ini mengalami pergeseran. Lingkungan rumah sakit dan
rutinitas medis umumnya tidak kondusif untuk melakukan persalinan secara alami. Fisiologi
hormonal ibu bersalin terganggu oleh praktek-praktek seperti induksi, penggunaan obat
penghilang rasa sakit dan epidural, bedah caesar, dan pemisahan ibu dan bayi setelah lahir.

HORMON YANG BERPERAN SAAT PERSALINAN


Oksitosin

Hormon persalinan yang paling terkenal adalah oksitosin, sang hormon cinta, yang
disekresikan selama aktivitas seksual, orgasme pria dan wanita, kelahiran, dan menyusui.
Oksitosin menimbulkan perasaan cinta. Seperti yang dikatakan oleh Michael Odent, “Apapun
bentuk cinta itu, oksitosin pasti terlibat mempengaruhinya.”

Oksitosin diproduksi di hipotalamus, jauh di dalam otak kita, dan disimpan di hipofisis
posterior, sang kelenjar utama, dan akan disekresikan secara pulsatil. Oksitosin merupakan
hormon penting dalam reproduksi dan memediasi refleks ejeks, yaitu: refleks ejakulasi
sperma saat orgasme (dan refleks masuknya sperma ke dalam rahim saat wanita mengalami
orgasme), refleks ejeksi janin saat lahir ( Odent mengistilahkan ini sebagai kontraksi kuat
pada akhir kontraksi yang melahirkan bayi dengan cepat dan mudah), dan saat postpartum,
yaitu refleks pelepasan plasenta dari rahim dan keluarnya air susu ibu, atau let-down reflex
dalam menyusui.

Oksitosin disekresi dalam jumlah besar saat hamil, berfungsi untuk meningkatkan
penyerapan nutrisi, mengurangi stres, dan menghemat energi dengan membuat ibu hamil
lebih mudah mengantuk. Oksitosin juga menyebabkan rahim berkontraksi berirama. Kadar
hormon oksitosin mencapai puncaknya saat persalinan dengan adanya stimulasi dari reseptor
vagina akibat adanya peregangan saat bayi melewati vagina. Setelah plasenta dilahirkan,
kadar hormon ini menurun secara bertahap.

Bayi juga mengalami peningkatan produksi oksitosin selama proses persalinan. Jadi, dalam
menit pertama setelah persalinan, ibu dan bayi bermandikan hormon cinta. Produksi
oksitosin kemudian dilanjutkan produksinya melalui kontak kulit ke kulit dan kontak mata
dengan mata, serta saat bayi pertama kali menyusu. Oksitosin akan mencegah terjadinya
perdarahan pasca melahirkan dengan dengan memastikan kontraksi rahim yang baik..

Saat proses menyusui, oksitosin memediasi let-down reflex dan dilepaskan secara
bergelombang. Selama masa menyusui, oksitosin terus bertindak untuk menjaga ibu tetap
santai dan bergizi baik. Profesor Kerstin Uvnas Moberg, seorang pakar oksitosin dan peneliti
menyebutnya sebagai “… sistem anti-stres yang sangat efisien, yang mencegah banyak
penyakit di kemudian hari.” Dalam studinya, para ibu yang menyusui selama lebih dari tujuh
minggu itu lebih tenang, ketika mereka bayi yang berusia enam bulan, dibandingkan ibu yang
tidak menyusui bayinya.

Di luar perannya dalam hal reproduksi, oksitosin disekresi dalam situasi lain, misalnya,
berbagi makanan. Para peneliti telah meneliti bahwa akibat dari malfungsi sistem oksitosin,
dapat menyebabkan skizofrenia, autisme, penyakit kardiovaskular dan ketergantungan obat.
Peneliti-peneliti ini menduga bahwa oksitosin dapat memediasi efek antidepresan dari obat-
obatan seperti Prozac.

Beta-endorphin

Sebagai opiat alami, beta-endorphin memiliki sifat yang mirip dengan petidin (meperidin,
Demerol), morfin, dan heroin, dan telah terbukti bekerja pada reseptor yang sama dari otak.
Seperti oksitosin, beta-endorphin disekresikan dari kelenjar hipofisis, dan kadarnya
meningkat saat berhubungan seks, kehamilan, kelahiran, dan menyusui.

Beta-endorphin juga merupakan hormon stres, dirilis di bawah kondisi tekanan dan rasa sakit,
berperan sebagai penghilang rasa sakit (analgesik) dan, seperti hormon stres lainnya,
menekan sistem kekebalan tubuh. Efek ini mungkin penting dalam mencegah sistem
kekebalan tubuh ibu hamil menganggap bayinya sebagai material genetik asing di salam
tubuhnya.

Seperti opiat yang bersifat adiktif, beta-endorphin menginduksi perasaan senang, euforia,
ketergantungan terhadap orang lain, dan dengan pasangan hidup menciptakan saling
ketergantungan. Kadar Beta-endorphin meningkat saat kehamilan dan saat persalinan. Kadar
ini setara dengan kadar beta-endorphin dan kortikotrofin (hormon stres lain) pada atlet pria
yang sedang berlatih keras atau melakukan treadmill. Kadar hormon yang tinggi ini
membantu ibu bersalin mengubah persepsi rasa nyerinya dan memasuki kesadaran persalinan
yang tidak terganggu.

Beta-endorphin memiliki hubungan yang kompleks dan belum sepenuhnya dipahami


interaksinya dengan sistem hormon lainnya. Dalam persalinan, bila kadarnya meningkat, ia
akan menghambat rilis oksitosin. Maka masuk akal bila di saat ibu bersalin merasa sangat
nyeri atau stres, kontraksi akan melambat.
Beta-endorphin juga memfasilitasi rilis prolaktin selama persalinan.Prolaktin mempersiapkan
payudara ibu untuk menyusui dan diduga berperanan penting dalam mempersiapkan paru-
paru bayi untuk bernafas dan mengatur sistem suhu tubuh agar bayi siap hidup di luar rahim.

Beta-endorphin juga penting dalam menyusui. Kadarnya mencapai puncak di saat menyusui.
Beta-endorphin juga ada di dalam ASI, menginduksi saling ketergantungan yang
menyenangkan antara ibu dan bayi.

Lawan Atau Hindari

Hormon adrenalin dan noradrenalin (epinefrin dan norepinefrin) juga dikenal sebagai fight or
flight hormone. Secara kolektif, kedua hormon ini disebut sebagai hormon katekolamin (CA)
. Katekolamin disekresi dari kelenjar adrenal di atas ginjal sebagai respons terhadap stres,
seperti ketakutan, kelaparan kecemasan, atau dingin, serta kegembiraan, sistem saraf
simpatik teraktifkan untuk fight or flight.

Pada tahap awal persalinan, kadar katekolamin yang tinggi akan menghambat produksi
oksitosin, sehingga memperlambat atau menghambat kontraksi. Katekolamin juga berperan
mengurangi aliran darah ke rahim dan plasenta serta bayi. Hal inilah yang terjadi pada
mamalia yang di alam liar, di mana kehadiran bahaya akan mengaktifkan respon fight-or-
flight, sehingga persalinan akan terhambat dan aliran darah teralih ke kumpulan otot utama
sehingga ibu dapat melarikan diri ke tempat yang aman. Pada manusia, kadar katekolamin
yang tinggi menyebabkan persalinan yang lama dan menyebabkan distress pada bayi.

Pada persalinan yang tidak terganggu, dimana saat bersalin sudah dekat, katekolamin
bertindak dengan cara yang berbeda. Katekolamin mendadak meningkat, terutama
noradrenalin, yang akan mengaktifkan refleks ejeksi janin. Sang ibu mendadak mengalami
peningkatan energi.Ia akan tegak dan waspada, mulut kering dan nafas dangkal dan tiba-tiba
ingin mengcengkeram sesuatu. Ibu mungkin mengekspresikan rasa takut, marah, atau
gembira, dan katekolamin segeramenyebabkan kontraksi yang sangat kuat untuk melahirkan
bayi dengan cepat dan mudah.

Seorang antropolog yang hidup bersama suku asli Kanada mencatat bahwa ketika seorang
wanita mengalami kesulitan dalam persalinan, warga desa akan berkumpul bersama-sama
untuk membantu ibu ini. Secara tiba-tiba dan tak terduga mereka berteriak di dekat ibu
bersalin ini sehingga memicu refleks ejeksi janin. Akhirnya, persalinan berjalan lancar.

Setelah bersalin, kadar katekolamin ibu CA menurun tajam. Suhu lingkungan yang hangat
sangat penting karena pasca bersalin, ibu sangat sensitif terhadap suhu. Bila suhu lingkungan
sangat dingin, kadar katekolamin akan meningkat kembali dan rilis oksitosin terhambat
secara alami. Ini adalah respon untuk mencegah perdarahan pasca bersalin.

Noradrenalin, merupakan bagian dari hormon kegembiraan. Ia terlibat dalam pemberntukan


naluri ibu. Pada eksperimen induk tikus yang dibuat mengalami kekurangan noradrenalin,
induk tikus ini tidak akan merawat anak-anak mereka setelah lahir kecuali setelah
noradrenalin disuntikkan kembali ke dalam tubuh si induk.

Pada bayi, kelahiran merupakan peristiwa yang memicu stres. Hal ini tercermin dari kadar
katekkolamin yang tinggi di tubuhnya. Hal ini berguna untuk membantu bayi trhadap efek
hipoksia dan asidosis selama proses persalinan. Kadar katekolamin yang tinggi ini juga untuk
memastikan bayi membuka matanya lebar dan waspada saat kontak pertama dengan
ibu.Kadar katekolamin pada bayi segera menurun setelah dilahirkan, sesaat setelah kontak
dengan ibu.

Prolaktin

Dikenal sebagai hormon ibu, prolaktin adalah hormon utama untuk mensintesis ASI dan
menyusui. Kadar prolaktin meningkat selama kehamilan, meskipun begitu, produksi air susu
ibu dihambat oleh sistem hormon lain sampai plasenta dilahirkan. Kadarnya menurun selama
proses persalinan, namun kemudian meningkat tajam di akhir masa persalinan danmencapai
puncaknya setelah bersalin.

Prolaktin adalah hormon kepasrahan. Kadar prolaktin yang rendah pada pria menyebabkan
berbagai derajat kecemasan. Menyusui bayi akan mengaktifkan kewaspadaan ibu dan
membuat ibu memprioritaskan kebutuhan bayinya.

Prolaktin dikaitkan juga dengan pengasuhan ayah dan ibu, sehingga ia disebut juga dengan
hormon pengasuhan. Ayah yang memiliki kadar prolaktin yang tinggi lebih responsif
terhadap tangisan bayi mereka. Pada penelitian, didapatkan hewan yang mengasuh bayi
mereka mengalami peningkatan hormon prolaktin.

Bayi juga memproduksi prolaktin saat di dalam kandungan. Kadarnya yang tinggi ditemukan
dalam cairan ketuban dan kemudian disekresikan oleh selaput ketuban serta dinding rahim.
Prolaktin juga disekresikan ke dalam ASI. Menurut salah satu peneliti, terdapat bukti bahwa
prolaktin berperan penting dalam mengembangkan dan mematangkan sistem neuroendokrin
bayi.

Proses Persalinan yang Tidak Terganggu

Proses persalinan bisa terganggu bila ibu hamil (dan juga mamalia hamil lainnya) berada di
tempat yang asing dan diamati orang lain (alias tidak adanya privasi). Namun, fenomena
yang terjadi saat ini adalah ibu bersalin dianggap sebagai msin yang perlu diamati dengan
ketat, dan di saat proses persalinan tidak lancar, observasipun dilakukan lebih ketat lagi.
Menakjubkan membayangkan ada beberapa ibu yang bisa bersalin dalam kondisi seperti ini.

Menakjubkan menyadari bahwa hormon yang bekerja pada saat ibu bersalin sama dengan
hormon yang bekerja di saat sedang bercinta. begitupula denga kesamaan pada bagian yang
bekerja, suara yang dikeluarkan dan kebutuhan terhadap rasa aman dan privasi yang sama.
Bayangkan bagaimana bisa bercinta dengan nyaman di saat suasana yang tidak mendukung
untuk privasi??

Dampak Obat dan Prosedur Induksi dan Augmentasi

Di Australia, pada tahun 2002 sekitar 26 persen wanita mengalami induksi persalinan, dan 19
persen lainnya mengalami augmentation (stimulasi untuk mempercepat kontraksi), baik
melalui pemecahan selaput ketuban atau induksi medis dengan oksitosin (Pitocin,
Syntocinon). Di Amerika Serikat, pada tahun 2002 53 persen perempuan melaporkan bahwa
mereka telah diberikan Pitocin untuk memperkuat atau mempercepat kontraksi.
Oksitosin sintetik yang disuntikkan ke dalam tubuh tidak bertindak seperti oksitosin alami.
Pertama, Pitocinmenginduksi kontraksi yang berbeda dari kontraksi alami, dan perbedaan ini
menyebabkan efek yang signifikan pada bayi. Sebagai contoh, gelombang kontraksi rahim
menjadi terlalu tinggi akibat pemberian Pitocin sehingga ambang istirahat dari rahim
meningkat. Hiperstimulasi Pitocin menyebabkan penurunan suplai darah dan oksigen ke
bayi, sehingga menghasilkan pola Denyut Jantung Janin yang abnormal, gawat janin (yang
kemudian menyebabkan operasi caesar), dan bahkan pecahnya rahim.

Aktivis persalinan, Doris Haire menggambarkan efek Pitocin pada bayi sebagai situasi yang
analog dengan menyelamatkan bayi dari dalam air untuk dibawa ke permukaan agar ia
bernafas, namun kenyataannya bayi tersebut tidak dapat bernafas.”

Efek ini mungkin sebagian disebabkan oleh karena kadar pitocin yang tinggi di dalam.
Theobald mencatat bahwa kadar pitocin di salam darah akan lebih tinggi 130-570 kali lipat
daripada oksitosin alami.

Kedua, oksitosin, sintetik atau tidak, tidak bisa menembus sawar darah otak. Ini berarti
Pitocin tidak bertindak sebagai hormon cinta. Namun pitocin malah dapat mengganggu efek
alami oksitosin itu. Contohnya, kita tahu bahwa ibu bersalin dengan infus Pitocin memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk mengalami pendarahan setelah melahirkan. Dalam situasi ini,
jumlah reseptor oksitosin dalam rahim ibu bersalin sebenarnya menurun, sehingga rahimnya
menjadi tidak responsif terhadap tingginya kadar oksitosin untuk mencegah pendarahan
pasca melahirkan.

Para ahli percaya bahwa bayi dapat mengeluarkan hormon cinta. Michel Odent mengatakan
bahwa ketidakmampuan seseorang untuk menyayangi dirinya sendiri dan orang lain bisa jadi
disebabkan karena adanya gangguan pada sistem oksitosin di saat ia dilahirkan.

Obat penghilang rasa nyeri opiat

Obat yang paling umum digunakan di RS-RS di Australia untukmenghilangkan rasa nyeri
adalah petidin (meperidin, Demerol). Dalam satu negara bagian, 38 persen ibu bersalin pada
tahun 1998 diberi obat ini. Di AS, beberapa opiat digunakan dalam persalinan, termasuk
meperidin nalbuphine (Nubain), butorphanol (Stadol), alphaprodine (Nisentil ), hidromorfon
(Dilaudid), dan sitrat fentanil (Sublimaze).

Penggunaan opiat sederhana di ruang bersalin telah menurun dalam beberapa tahun
terakhirkarena banyak ibu bersalin kini memilih untuk melakukan epidural. Seperti
oksitosin, penggunaan opiat akan mengurangi rilis hormon alami ibu. Penggunaan petidin
telah terbukti memperlambat proses persalinan. Terlebih lagi bila digunakan dengan dosis
yang lebih tinggi akan menyebabkan pengurangan rilis oksitosin.

Beberapa peneliti percaya bahwa endorfin adalah hadiah yang kita dapatkan untuk
melakukan fungsi reproduksi seperti kawin dan melahirkan,. Yaitu endorphin membuat kita
berhubungan seks dan memiliki bayi. Sangat menarik untuk dicatat bahwa sebagian besar
negara yang telah mengadopsi metode kebidanan Barat , yang memberi intervensi obat-
obatan dan tindakan medis dalam proses persalinan memiliki angka kelahiran yang rendah.

Studi pada proses kelahiran dari 200 pecandu opiat yang dilahirkan di Stockholm antara
tahun 1945-1966 dan dibandingkan dengan catatan kelahiran saudara mereka yang tidak
kecanduan, didapatkan data bahwa pada ibu bersalin yang telah menerima opiat, barbiturat,
dan / atau gas nitrous oxide selama proses persalinan, terutama dalam beberapa dosis, maka
keturunan mereka lebih cenderung mengalamikecanduan narkoba. Sebagai contoh, ketika
seorang ibu bersalin menerima tiga dosis opiat, anaknya memiliki kemungkinan 4,7 kali lipat
untuk menjadi kecanduan obat opiat di masa dewasa.

Penelitian terhadap hewan menunjukkan adanya efek lebih lanjut. Tampaknya obat yang
diberikan sejak akhir kehamilan dapat menyebabkan efek dalam struktur dan fungsi otak
(misalnya ketidakseimbangan kimia dan hormon) pada keturunan mereka dimana efeknya
baru jelas kelihatan saat mereka mencapai usia remaja.

Obat Epidural

Obat epidural tersebut termasuk obat bius lokal (derivatif kokain semua, misalnya.
Bupivakain / marcaine) untuk menghilangkan nyeri.

Nyeri epidural menyebabkan efek pada semua rilis hormon persalinan. Epidural
menghambat rilis beta-endorphin dan karena itu juga menghambat pergeseran kesadaran
yang merupakan bagian dari persalinan normal. Ini mungkin salah satu alasan mengapa
metode analgesik epidural begitu diterima di RS.

Ketika nyeri epidural dihambat, kadar puncak oksitosin juga dihambat karena reseptor
peregangan vagina ibu bersalin menjadi rendah akibat adanya mati rasa. Efek ini mungkin
tetap ada bahkan ketika blok epidural telah memudar dan sensasinyeri telah kembali, karena
serabut saraf yang terlibat lebih kecil dari saraf sensorik dan karena itu lebih sensitif terhadap
efek obat.

Seorang ibu bersalin yang menggunakan blok epidural akan kehilangan kontraksi akhir yang
kuat yang dirancang untuk melahirkan bayinya dengan cepat dan aman. Dia kemudian harus
menggunakan usaha sendiri, sering melawan gravitasi sebagai kompensasinya. Ini
menjelaskan panjangnya peningkatan tahap kedua persalinan dan kebutuhan ekstra untuk
tindakan forsep ketika epidural digunakan. Penggunaan blok epidural juga menghambat rilis
katekolamin yang mungkin menguntungkan dalam kala satu persalinan. Mendekati saat
persalinan, penurunan kadar katekolamin dan oksitosin akan menghambat refleks ejeksi janin
dan memperpanjang kala dua.

Hormon lain juga tampaknya terpengaruh oleh blok epidural. Prostaglandin F2 alpha
membantu untuk membuat rahim berkontraksi, kadarnya meningkat ketika ibu bersalin tanpa
blok epidural. Dalam satu studi, ibu bersalin dengan blok epidural justru mengalami
penurunan hormon alpha PGF2, dan waktu bersalin rata-rata meningkat 4,7-7,8 jam.

Obat untuk memblok nyeri epidural segera memasuki aliran darah ibu segera menuju ke
bayi. Beberapa obat dapat masuk ke otak bayi dan hampir semuanya membutuhkan waktu
lebih lama untuk dihilangkan dari sistem tubuh bayi setelah ali pusatnya dipotong. Sebagai
contoh, masa paruh bupivacaine – waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi tingkat obat
sebesar 50 persen – adalah 2,7 jam pada orang dewasa, namun sekitar 8 jam pada bayi baru
lahir.

Studi perlakuan blok epidural pada induk domba yang bersalin menunjukkan induk-induk ini
tidak tertarik menyayangi bayi-bayi mereka setidaknya selama 30 menit. Beberapa studi
menunjukkan bahwa gangguan ini mungkin berlaku untuk manusia juga. Ibu bersalin dengan
blok epidural menghabiskan lebih sedikit waktu dengan bayi mereka di rumah sakit, dalam
proporsi terbalik dengan dosis obat yang mereka terima dan panjang tahap kedua persalinan.
Dalam studi lain, para ibu yang memiliki bayi blok epidural menggambarkan mereka lebih
sulit untuk merawat bayi mereka satu bulan kemudian.

Sayangnya, belum ada penelitian besar tentang efek epidural pada menyusui, meskipun ada
bukti bahwa bayi yang lahir setelah blok epidural memiliki refleks menyusu yang kurang.
Satu studi menunjukkan bahwa sehat penuh panjang bayi terkena blok epidural kurang
mampu menyusu.

Bedah Caesar

Operasi Caesar bisa menjadi operasi untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi, tetapi sering
diabaikan bahwa itu termasuk pembedahan perut besar. Kelahiran sesar meningkatkan risiko
kematian ibu sekitar empat kali, dan secara signifikan dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan
bayi pada kehamilan berikutnya .

Jelas ada adalah tenaga kerja yang lebih pendek atau tidak dengan kelahiran caesar, dan
puncak dari oksitosin, endorfin, katekolamin, dan prolaktin yang berkurang atau tidak ada.
Selain itu, ibu dan bayi biasanya dipisahkan untuk beberapa jam setelah lahir, sehingga yang
pertama menyusui biasanya tertunda. Keduanya juga akan terpengaruh sampai batas tertentu
oleh obat yang digunakan dalam prosedur (epidural, spinal, atau anestesi umum) dan pasca-
operasi nyeri.

Konsekuensi perubahan radikal dari sistem hormon alami ke persalinan medis tersebut jelas
ada. Penelitian di Australia pada 242 wanita di akhir kehamilan dan pasca bersalin
mendapatkan data bahwa sekitar50persen dari mereka yang melahirkan normal mengalami
peningkatan mood dan harga diri yang nyata. Dan 17 persen dari mereka yang menjalani
operasi sesar mengalami penurunan mood dan harga diri. Sisanya, menjalani persalinan
dengan bantuan forsep s atau vakum, dan suasana hati dan harga diri mereka tidak berubah.

Studi lain mengamati sekresi hormon prolaktin dan oksitosin pada hari kedua pasca bersalin
yang membandingkan ibu yang melahirkan melalui vagina dengan ibu yang telah menjalani
operasi sesar darurat. Pada kelompok sesar, kadar prolaktin tidak meningkat seperti yang
diharapkan untuk menyusui, dan sekresi oksitosin berkurang atau tidak ada. Dalam studi ini,
rata-rata bayi sesar mulai menyusu di menit ke 240, dan rata-rata bayi yang dilahirkan
melalui vagina mulai menyusu di menit ke 75. Para penulis berkomentar:”Data ini
menunjukkan bahwa menyusui dini dan kedekatan fisik tidak hanya berhubungan dengan
lebih banyaknya interaksi antara ibu dan anak, tetapi juga berhubungan dengan kadar
endokrin [hormonal] ibu.

Penelitian lain telah menunjukkan bahwa semakin awal dan semakin sering menyusui
berkorelasi positif mempengaruhi produksi air susu ibu dan durasi menyusui. Para penulis
studi hormonal diatas menemukan bahwa durasi menyusui tidak terpengaruh, dan
menyimpulkan, “… faktor lainnya … dapat mengkompensasi kekurangan rilis hormonal “

Studi ini tidak hanya menunjukkan kaitan penting antara kelahiran dan menyusui, tetapi juga
menunjukkan bagaimana pengalaman melahirkan yang optimal dapat mempengaruhi
kesehatan jangka panjang dari ibu dan bayi. Sebagai contoh, keberhasilan menyusui
menganugerahkan keuntungan seperti mengurangi risiko kanker payudara dan osteoporosis
bagi ibu dan mengurangi risiko diabetes dan obesitas jangka panjang untuk anak. Dan harga
diri semakin kokoh setelah persalinan alami yang akan menjadi dasar yang kokoh bagi
kehidupan di masa depannya.

Hubungan antara peristiwa di saat kelahiran dan kesehatan jangka panjang tentu layak
dipelajari lebih lanjut. Tapi tentunya kita tidak harus menunggu hasil penelitian tersebut
selama bertahun-tahun untuk membuktikan manfaat dari persalinan yang tidak terganggu.
Mungkin yang terbaik yang kita bisa lakukan adalah mempercayai naluri kita dan suara
tubuh kita saat bersalin, untuk memilih model persalinan yang nyaman dan
menggermbirakan.

Pemisahan Dini

Menurut Joseph Pearce Chilton, ketika bayi baru lahir dilakukan kontak kulit-ke-kulit di
payudara kiri ibu ( ibu baru di semua budaya secara naluriah memeluk bayi mereka di dada
kiri mereka) dan melakukan kontak dengan irama hatinya, maka tercipta satu aliran informasi
yang mengaktifkan setiap rasa, insting dan kecerdasan terhadap perubahan radikal
lingkungan baru yang dihadapi si bayi, sehingga proses belajar cerdas sudah dimulai sejak
saat bayi dilahirkan.

Bagi ibu, saat itu juga proses kecerdasan aktif dimulai. Ibu kemudian tahu persis apa yang
harus dilakukan dan dapat berkomunikasi dengan bayinya pada tingkat intuitif. Kapasitas
intuitif tersebut sangat dibutuhkan dalam budaya manusia.

Ketika aktivasi tersebut tidak terjadi dalam waktu sekitar 45 menit dari kelahiran karena bayi
terputus dari pengasuhan ibunya dan tidak ada harapan akan bertemu, kelenjar adrenal bayi
baru lahir terus melepaskan steroid sebagai respons menghadapi ketakutan maksimum. Bayi
akan menjerit singkat dan kemudian terdiam.

Kerusakan yang disebabkan oleh pemisahan tersebut bersifat masif dan melewati ambang
perbaikan.

Mengoptimalkan ekstasi tersebut

Saran-saran berikut akan membantu seorang wanita untuk menggunakan mengaktifkan cetak
biru hormonalnya dan mengoptimalkan pengalaman dan keselamatan bagi dirinya dan
bayinya. Ingat bahwa persalinan pada dasarnya sama dengan bercinta, bertujuan memperoleh
orgasme.

 Bertanggung jawab atas kesehatan Anda, penyembuhan, dan perawatan anak-anak.


 Pilih tempat pelayanan kesehatan yang meningkatkan kemungkinan Anda untuk
menjalani persalina alami dan tidak terganggu (misalnya rumah, klinik bersalin)
 Raih dukungan yang sesuai dengan kebutuhan individu, kepercayaan, sebuah
hubungan cinta, dan kesinambungan perawatan dengan orang-orang yang menyayangi
Anda
 Pertimbangkan memiliki pendamping persalinan di rumah bersalin – bidan swasta
atau doula idealnya.
 Pastikan suasana ruang bersalin dimana ibu bersalin merasa aman, privat dan bebas
untuk mengikuti naluri sendiri
 Mengurangi stimulasi neokorteks (pikiran rasional) dengan menjaga pencahayaan dan
suara yang lembut, dan mengurangi kata-kata .
 Tutup jam dan peralatan teknis lainnya.
 Hindari obat kecuali benar-benar diperlukan.
 Hindari prosedur (termasuk pengamatan yang jelas) kecuali benar-benar diperlukan.
 Menghindari operasi cesar kecuali benar-benar diperlukan.
 Jangan memisahkan ibu dan bayi untuk alasan apapun, termasuk resusitasi, yang
dapat dilakukan dengan tali pusat masih menempel.
 Menyusui dan menikmatinya!
 Melahirkan adalah suatu tindakan kasih, dan setiap kelahiran adalah unik untuk ibu
dan bayinya. Namun kita juga berbagi fisiologi feminin yang sama, dan orkestrasi
indah sama hormon melahirkan kita. Kapasitas kita untukmengalami ekstasi dalam
kelahiran adalah hal yang unik dan universal, yang terprogram ke dalam tubuh kita.
Namun yang penting adalah kita masing-masing memiliki kepercayaan, kehormatan,
dan melindungi tindakan melahirkan sesuai dengan naluri dan kebutuhan kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai