Anda di halaman 1dari 10

Bab 4

PEMBENTUKAN ASI

Proses Pembentukan Laktogen

Proses pembentukan laktogen dimulai sejak kehamilan, yang meliputi

proses sebagai berikut.

Laktogenesis I

Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase

laktogenesis I. Payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan

kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi

mencegah produksi ASI sebenarnya. Namun, bukan merupakan

masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan kolostrum sebelum

bayi lahir. Hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi

ASI setelah melahirkan nanti.

Laktogenesis II

Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingka

hormon progesteron, estrogen, dan human placental lactoge (HPL) secara tiba-tiba, tetapi hormon
prolaktin tetap tinggi. Hal ini

menyebabskan produksi ASI secara maksimal yang dikenal dengan fase

laktogenesis II.

Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah

meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, kemudian kembali

ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon

prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi

ASI. Hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian

mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila

produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi,

tetapi level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.

Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol terdapat

dalam proses ini, tetapi peran hormon tersebut belum diketahui.

Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis I

dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu
baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2–3 hari) setelah

melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung

setelah melahirkan.

Laktogenesis III

Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama

kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika

produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase

ni dinamakan laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak

likeluarkan, maka payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula.

Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan
meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan

demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa

ik bayi mengisap, serta seberapa sering payudara dikosongkan.

PEMBENTUKAN ASI

Hormon yang Memengaruhi

pembentukan ASI

hormon-hormon yang memengaruhi pembentukan ASI adalah sebagai

ikut.

. Progesteron

Progesteron memengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat

progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal

ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.

Estrogen

Estrogen menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar.

Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah

untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu

menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen

karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.

Prolaktin

Prolaktin berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan.


Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu hormon yang

disekresikan oleh glandula pituitari. Hormon ini memiliki peranan

penting untuk memproduksi ASI. Kadar hormon ini meningkat

selama kehamilan. Kerja hormon prolaktin dihambat oleh hormon

plasenta. Peristiwa lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses

persalinan membuat kadar estrogen dan progesteron berangsur-

angsur menurun sampai tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkannya

prolaktin. Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi

dengan kata lain mempunyai fungsi kontrasepsi. Kadar prolaktin

paling tinggi adalah pada malam hari dan penghentian pertama

pemberian air susu dilakukan pada malam hari.

Oksitosin

Hormon ini mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat

melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme.

Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di

sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin

berperan dalam proses turunnya susu let down/milk ejection reflex.

5. Human placental lactogen (HPL)

Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL

yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting,

sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan,

dan

areola

Kete

Gera

ini

ke b

payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi

ini

tanpa kehamilan (induced lactation).

me
Ok

Proses Pengeluaran ASI

Menurut Shelov (2005), ketika bayi mengisap, beberapa hormon yang

berbeda bekerja sama untuk menghasilkan air susu dan melepaskannya

untuk diisap. Gambar di bawah ini mengambarkan hal yang terjadi

da

ar

dalam tubuh ibu ketika mulai menyusui.

Hipotalamus

Pituitari

posterior

(PRH

Pituitari

anterior

Prolaktin-

Oksitosin-

memproduksi susu

memeras

susu

Reseptor

pada puting,

PRH = Prolactin-releasing hormone (hormone pelepas prolaktin)

Gambar 4.1 Proses pengeluaran ASI

Sumber: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/lactation

Keterangan.

Gerakan isapan bayi merangsang serat saraf dalam puting. Serat saraf

ini membawa permintaan agar air susu melewati kolumna spinalis

ke kelenjar hipofisis dalam otak. Kelenjar hipofisis merespons pesan

ini dengan melepaskan hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin

merangsang payudara untuk menghasilkan lebih banyak susu.

Oksitosin merangsang kontraksi otot-otot yang sangat kecil yang


mengelilingi duktus dalam payudara. Kontraksi ini menekan duktus

dan mengeluarkan air susu ke dalam tempat penampungan di bawah

la

areola.

Refleks dalam Proses Loaktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai pengertian yaitu proses pembentukan

ASI yang melibatkan hormon prolaktin dan proses pengeluaran yang

melibatkan hormon oksitosin (Arisman, 2005). Selama kehamilan,

hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum

keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada

hari kedua atau ketiga pascapersalinan, kadar estrogen dan progesteron

turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan. Pada saat

inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusui lebih dini, terjadi

perangsangan puting susu, maka terbentuklah prolaktin oleh hipofisis,

sehingga sekresi ASI makin lancar (Perinasia, 2009).

Pada proses laktasi terdapat dua refleks yang berperan, yaitu refleks

prolaktin dan refleks aliran/let down yang timbul akibat perangsangan

puting susu dikarenakan isapan bayi.

Refleks Prolaktin

Pada akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang peranan untuk

membuat kolostrum. Namun, jumlah kolostrum terbatas karena

aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang

kadarnya masih tinggi. Setelah melahirkan seiring dengan lepasnya

plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum, maka estrogen dan progesteron akan berkurang.
Selain itu, dengan adanya isapan bayi yang

merangsang puting susu dan kalang payudara, maka akan merangsang

ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik,

Rangsangan ini kemudian dilanjutkan ke hipotalamus melalui

medulla spinalis, sehingga hipotalamus akan menekan pengeluaran

faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya

merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin.


Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis

anterior sehingga keluar prolaktin dan selanjutnya hormon prolaktin akan

merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal tiga

bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak. Pada saat tersebut

tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, tetapi

pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu yang melahirkan

anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada

minggu ke-2 hingga ke-3.

Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan-

keadaan seperti stres (pengaruh psikis), anastesi, operasi, rangsangan

puting susu, hubungan seksual, dan obat-obatan tranqulizer hipotalamus

(misalnya, reserpin, klorpromazin, fenotiazid). Suara tangisan bayi juga

dapat memicu aliran yang memperlihatkan bagaimana produksi susu

dapat dipengaruhi secara psikologi dan kondisi lingkungan sama seperti

saat menyusui.

PAYUDARA DAN LAKTASI

30

Ret

Be

rai

hi

ok

ya

te

Saat menyusui, foremilk disimpan dalam alveoli dan sinus

laktiferous, tetapi kebanyakan dari susu hindmilk diproduksi berdasarkan

permintaan. Payudara tidak menyimpan susu, tetapi memproduksinya

berdasarkan permintaan. Semakin besar permintaan, semakin banyak

susu yang diproduksi. Payudara tidak bisa dibandingkan dengan botol

susu.
Refleks Aliran/Let Down

Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior,

rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke

hipofisis posterior (neurohipofisis) yang kemudian dikeluarkan

oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkat menuju uterus

yang dapat menimbulkan kontraksi uterus sehingga terjadi involusi

dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah

terbuat keluar dari alveoli lalu masuk ke sistem duktus dan selanjutnya

mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan let down di antaranya adalah

melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan

untuk menyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat

refleks let down adalah keadaan stres, seperti keadaan bingung, pikiran

kacau, ketakutan tidak bisa menyusui bayi, serta kecemasan.

lui

an

ya

in.

sis

an

ga

t,

pi

Posterior

Anterior

Oksitosin dalam

darah

Prolaktin dalam

darah

Nervus

Nervus
Vagus

Vagus

Sel Myocpithe

Alveolus

REFLEKS

REFLEKS

LET DOWN

PROLAKTIN

Gambar 4.2 Refleks prolaktin dan let down

PAYUDARA DAN LAKTASI

32

dibutuhkan

yang

sehi

Refleks dalam Mekanisme Isapan Ba

mek

agar bisa menyusu dengan baik dan ASI bisa terisap dengan maksimal.

Bayi yang sehat mempunyai tiga refleks intrinsik

mer

Refleks tersebut adalah sebagai berikut.

me

Refleks Menangkap (Rooting Reflex)

Refleks ini timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, maka bayi akan

menoleh ke arah sentuhan. Payudara ibu yang menempel pada pipi

atau daerah sekeliling mulut merupakan suatu rangsangan yang bisa

menimbulkan refleks untuk mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala

bayi berputar menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan

membuka mulut. Kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut

gay

ba

ka
me

be

k.

dan berusaha menangkap puting susu.

Refleks Mengisap (Sucking Reflex)

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh

puting. Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan

lidah akan ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara di

belakang puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-

langit. Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka

gusi akan menjepit kalang payudara dengan sinus laktiferus, sehingga

air susu akan mengalir ke puting susu. Selanjutnya, bagian belakang

lidah menekan puting susu pada langit-langit yang mengakibatkan

air susu keluar dari puting. Cara yang dilakukan oleh bayi tidak akan

menimbulkan cedera pada puting susu.

Refleks Menelan (Swallowing Reflex)

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan

menelannya. Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul

dengan gerakan mengisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan
bertambah dan diteruskan dengan

mekanisme menelan masuk ke lambung.

Keadaan akan berbeda bila bayi diberi susu botol. Rahang

mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot botol sebab susu

mengalir dengan mudah dari lubang dot. Hal ini terjadi karena adanya

berat yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang ke arah

gaya

bawah dan adanya isapan pipi yang membantu aliran susu. Oleh

karena itu, tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk mengisap susu

menjadi minimal. Kebanyakan bayi-bayi yang masih baru lahir belajar

menyusu pada ibunya. Apabila kemudian dicoba pada susu botol yang

bergantian, maka bayi tersebut akan menjadi bingung puting. Oleh


karena itu, sering bayi menyusu pada ibunya dengan cara menyusu

seperti mengisap dot botol. Keadaan ini berakibat kurang baik dalam

pengeluaran air susu ibu.

Oleh karena itu, jika bayi terpaksa tidak bisa langsung disusui oleh

ibunya pada segera setelah kelahiran, maka sebaiknya bayi diberi minum

melalui sendok, cangkir, atau pipet, sehingga bayi tidak mengalami

bingung puting.

Gambar 4.3 Refleks intrinsik bayi

Sumber: Dokumentasi Penulis

Anda mungkin juga menyukai