Anda di halaman 1dari 19

ANALISA SWOT PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

PENYAKIT TIDAK MENULAR DERMATITIS DI UPTD PUSKESMAS


ADIPALA I

Nama Kelompok :

1. Badruddin Zarkasih ( 19.03.00 )


2. Bela Safitri (19.03.0017)
3. Nur Izzati (19.03.0052)

PRODI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SERULINGMAS CILACAP

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Analisa SWOT Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular Dermatitis Di Puskesmas Adipala I” dengan adanya makalah ini kami
berharap menerima kritik serta saran yang membangun sehingga penulis dapat
memperbaikinya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan bagi pembacanya mengenai Analisa SWOT Program
Penyakit Tidak Menular Di UPTD Puskesmas Adipala I. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang
diharapkan.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Penulis
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan serta memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Cilacap, November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hal terpenting dalam kehidupan manusia adalah kesehatan. Namun yang


terjadi di Indonesia pada saat ini adalah maraknya terjadi penyakit tidak menular
(PTM) yang di sebabkan oleh macam - macam virus yang dapat menyakibatkan
kematian.

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronik atau kondisi


medis yang tidak dapat ditularkan dari satu individu ke individu lainnya. PTM saat
ini merupakan masalah serius dan masih mendapat perhatian khusus di bidang
kesehatan karena menjadi penyumbang terbesar penyebab kematian secara global
maupun nasional, Direktorat jendral pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan setiap bulan melaksanakan kegiatan pada program pengendalian pada
penyakit tidak menular, penyakit tidak menular diantaranya diabetes mellitus dan
hipertensi (WHO, 2017).

Penyakit tidak menular menyebabkan 40 juta / sekitar 70% dari 56 juta


kematian di dunia tahun 2015 dan sekitar 52% kematian usia < dari 70 tahun.
Indonesia saat ini sedang mengalami double burden penyakit yaitu penyakit tidak
menular dan penyakit menular sekaligus. Penyakit tidak menular meliputi
hipertensi,diabetes mellitus, kanker, dermatitis, penyakit paru obstruktif kronik
( PPOK ) dan masih banyak lainnya ( Rensta RI 2015-2019 ).

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon


terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menyebabkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis juga diklasifikasikan atas 2 tipe yaitu:
endogen dan eksogen. Dermatitis endogen terdiri dari dermatitis atopik, dermatitis
seboroik, liken simpleks kronis, dermatitis non spesifik (pompoliks, dermatitis
numuler, dermatitis xerotik, otosensitisasi), dan dermatitis akibat obat. Dermatitis
eksogen terdiri dari dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergik, dermatitis
infektif, dan dermatofitid.

Dermatitis kontak adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang disertai


dengan adanya spongiosis/edema interseluler pada epidermis karena kulit
berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan dengan kulit.
Bahan-bahan tersebut dapat bersifat toksik ataupun alergik.

Dermatitis kontak iritan sering terjadi pada pekerja yang sering melakukan
pencucian tangan berulang atau paparan berulang pada kulit berupa air, bahan
makanan, dan berbagai zat yang dapat mengakibatkan iritasi ataupun alergik.

Di rumah sakit Kuala Lumpur Hospital dilakukan uji tempel pada 689 orang
dewasa dengan usia rata-rata 40,5 tahun didapati 175 (25,4%) adalah pekerja
kantor dan 118 (17,1%) adalah pekerja kesehatan. Diagnosis sementaranya adalah
dermatitis kontak sebanyak (80,8%),dimana eksim endogen (7,9%), eksim tangan
(3,2%), eksim tangan dan kaki (3,5%), eksim kaki (1,4%) dan foto dermatitis
(1,2%).

Penelitian yang dilakukan di rumah sakit DR. R. D. Kandou di Manado


menunjukkan bahwa dermatitis kontak terbanyak didapati pada umur 45-64 tahun.
Pada penelitian Adilah Afifah (2012) yang dilakukan di RSUP Kariadi di
Semarang, didapati bahwa kejadian dermatitis kontak alergi lebih banyak dialami
para wanita dari pada laki-laki dan paling banyak pada umur >30 tahun dan lesi
yang paling banyak terdapat di wajah.6 Penelitian yang dilakukan pada karyawan
binatu, di Semarang didapati bahwa dari 50 responden terdapat 28 orang terkena
dermatitis kontak akibat kerja.7 Hasil penelitian yang dilakukan pada penari studio
fantasi Ancol sebanyak 85 pekerja dari 104 pekerja, didapati bahwa 30,8 % tidak
mengalami dermatitis kontak, sedangkan yang mengalami dermatitis kontak akibat
kosmetik 61,2% dimana diataranya 48,2% mengalami dermatitis kontak iritan dan
12,9% mengalami dermatitis kontak alergi.

Pada penelitian yang dilakukan di Thailand tepatnya di rumah sakit Siriraj,


terdapat 852 kasus dermatitis kontak alergi dimana 206 laki-laki dan 646
perempuan dengan umur rata-rata 39,14 tahun. Alergen yang paling sering adalah
gold sodium thiosulfate (30,7%), nikel (27,6%), parfum (18,3%) dan kobalt
klorida (16%). Emas dan parfum lebih sering menimbulkan alergi pada wanita
terutama didaerah kepala dan leher.

Beberapa studi di Eropa menunjukkan pekerjaan yang sangat beresiko terkena


dermatitis kontak ialah penata rambut, tenaga kesehatan dan pekerjaan yang
berhubungan denganlogam atau pekerja mesin. Angka insidensi dermatitis kontak
di Jerman adalah 4.5 kasus per 10.000 pekerja yang terkena dermatitis kontak
iritandibandingkan dengan 4,1 per 10.000 pekerja yang terkena dermatitis kontak
alergi.

Pada penelitian yang di lakukan di rumah sakit St. Spridon Emergency


Hospital di Rumania, dari 353 pasien di tahun 2006-2009 didapatkan
bahwaperempuan lebih banyak terkena dermatitis kontak yaitu 60,27% . Daerah
yang paling banyak terkena yaitu wajah (25%) dan tangan (19,07%),dimana 80-
90% terjadi akibat kerja.

Tanda dan gejala umum dermatitis yaitu Kulit kering dan pecah-pecah, Gatal,
Ruam, Melepuh, Nyeri dengan sensasi seperti tersengat atau terbakar, Kulit yang
berubah warna menjadi kemerahan dan Pembengkakan kulit, penyakit kulit yang
tidak menular ini bisa menimbulkan rasa tidak nyaman. Pasalnya, rasa gatal pada
kulit bisa bersifat ringan hingga parah

Melihat dari latar belakang diatas, perlu adanya analisis SWOT untuk dapat
mengetahui dan memahami program penyakit idak menular yang berjalan di
UPTD puskesmas Adipala. Alasan kami mengambil kasus tentang Dermatitis
karena kasus ini setiap harinya ada. Fokus penanganan Dermatitis tidak hanya
berfokus pada penderita yang mengidap Dermatitis tetapi perlu dilakukan
pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit tersebut.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui dan memahami program Penyakit Tidak Menular (PTM) di


UPTD puskesmas Adipala I
2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui analisis SWOT Penyakit Tidak Menular (PTM) di UPTD


puskesmas Adipala I

b. Untuk mengetahui hasil dari analisa SWOT.

C. Manfaat

1. Untuk institusi pendidikan

Sebagai pengajuan laporan kasus praktik keperawatan klinis dan menambah


referensi perpustakaan institusi.

2. Untuk puskesmas

Sebagai bukti hasil praktek keperawatan klinis di puskesmas dan membantu


kinerja petugas kesehatan dalam menjalankan program di pelayanan khususnya
di puskesmas.

3. Untuk petugas kesehatan

Sebagai referensi penambahan pengetahuan dalam pengelolaan program –


program di puskesmas khususnya program di pelayanan.
BAB II
TINJUAN TEORI
A. Konsep Teori SWOT
1. Definisi
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan),
opportunities (peluang) dan threats (ancaman) dalam suatu proyek atau suatu
spekulasi bisnis.Analisis SWOT memandu untuk mengidentifikasi positif dan
negatif di dalam organisasi atau perusahaan (SW) dan di luar itu dalam
lingkungan eksternal (OT).

Sebuah analisis SWOT adalah alat perencanaan strategis yang


melibatkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan, atau
SWOT. Kekuatan adalah beberapa hal bisnis yang baik atau kelebihan yang
dimilikioleh perusahaan, seperti pekerja yang penuh dedikasi, desain produk
inovatif atau lokasi ritel yang baik, sementara kelemahan adalah beberapa hal
bisnis yang buruk atau kekurangan itu. Ancaman atau faktor eksternal yang
mungkin membahayakan bisnis, seperti pesaing dan peraturan pemerintah yang
tidak menguntungkan, sementara peluang adalah faktor eksternal yang mungkin
akan menguntungkan perusahaan, termasuk pasar yang belum dimanfaatkan
atau peraturan yang menguntungkan. Setelah membuat daftar kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman, manajer memikirkan cara bisnis dapat
memaksimalkan kekuatan dan menggunakannya untuk mengurangi kelemahan,
memanfaatkan peluang, dan menghindari atau meminimalkan ancaman.
Analisis SWOT menempatkan posisi masa depan dengan modal dasar kekuatan
dan kelemahan yang kemudian digunakan untuk memperkirakan apa saja
opportunities (peluang) ataupun threats (ancaman).

2. Komponen SWOT
a. Streghts (S)
Adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau
program pada saat ini.
b. Weekness (W)
Adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi
atau program pada saat ini.

c. Opporttunity (O)
Adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi
dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.

d. Threats (T)
Adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang dating dari
luar organisasi dan dapat mengancam ekstensi organisasi dimasa depan.

3. Konsep Analisa SWOT


a. Model Kuantitatif

Model kuantitatif adalah sebuah asumsi dasar dari model ini, kondisi
yang berpasangan antara S dengan W dan O dengan T. Kondisi berpasangan
ini terjadi karena diasumsikan dalam sebuah kekuatan bahwa selalu ada
kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu
ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan steghts
harus selalu memeliki pasangan Weekness dan Setiap satu rumusan
Opporttunity harus memiliki pasangan Threats. Kemudian setelah masing-
masing komponen dirumuskan dan dipasangkan, langkah selanjutnya adalah
melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan
score pada masing-masing sub komponen dimana satu sub komponen yang
sama atau mengikuti laju vertikal. Sub komponen yang lebih menentukan
dalam jalannya organisasi diberikan score yang lebih besar. Standar
penilaian dibuat berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar
subyektifitas penilaian model kualitatif.

b. Model Kualitatif

Urutan dalam membuat analisa SWOT kualitatif tidak beda-beda dengan


urutan kuantitatif. Perbedaan besar diantara keduanya adalah pada saat
pembuatan sub komponen dari masing-masing komponen. Apabila pada
model kuantitatif setiap sub komponen S memiliki pasangan sub komponen
W dan sub komponen O memiliki pasangan sub komponen T, maka dalam
model kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu sub komponen pada masing-
masing komponen SWOT berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu
sama lain. Ini berarti model kualitatif tidak dapat dibuat diagram Cartesian,
karena mungkin su komponen S lebih banyak dari sub komponen W.

4. Pendekatan Analisa SWOT


a. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh


Kearns menampilkan delapam kotak yaitu dua paling atas adalah kotak
faktor eksternal (Peluang dan ancaman) sedangkan dua kotak sebelah kiri
adalah faktor internal (Kekuatan dan kelemahan). Empat kotak lainnya
merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan
antara dfaktor-faktor intenal dan eksternal.

INTERNAL/EKSTERNAL Opportunity Threats

Srengths Comparative Mobilization


Advantage

Weekness Divestment / Investment Damage Control

Gambar Matriks SWOT Kearns

Keterangan:

1) Sel A: Comparative Advantages

Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang


sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa
berkembang lebih cepat.

2) Sel B: Mobilization

Sel ini merupakan interkasi antara ancaman dan kekuatan. Disini


harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan
organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bakhan
kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.

3) Sel C: Divestment/ Investment

Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang


dari lain. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang
kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak
dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk
menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah melepas peluang
yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain atau memaksakan peluang
itu.

4) Sel D: Damage Control

Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah dari semua sel karena
merupakan pertemuan antara kelemhaan organisasi dengan ancaman dari
luar dank arena keputusan yang salah akan membawa bencana yang
besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage
Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah
dari yang diperkirakan.

b. Pendekatan Kuantitatif Matriks SWOT

Data SWOT kualitatif diatas dapat dikembangkan secara kuantitatidf


melalui perhitungan analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan
Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang
sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu:

Melakukan penghitungan skor (a) ddan bobot (b) point faktor serta
jumlah total perkalian skor dan bobot (c=a x b) pada setiap faktor SWOT,
menghitung skor (a) masing-masing pont faktor dilakukan secara saling
bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau
mempengaruhi penilaian terhadap point faktor lainnya). Pilihan rentang
besarnya skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim
digunakan adalah dari 1 sampai 10 dengan asdumsi 1 berarti skor paling
rendah dan 10 paling tinggi.

Melakukan pengurangan antara jumlah total S dengan W (d) dan faktor


O dengan T adalah €, perolehan angka (d=x) selanjutnya menjadi nilai atau
titik pada sumbu X sementara perolehan angka (e=y) selanjutnya menjadi
nilai atau titik pada sumbu Y.

Mencari posisi organisasi yang ditunjukan oleh titik (x, y) pada kuadran
SWOT.

Opportunity

(-,+) (+ , +)

Ubah Strategi Progresif

Kuadran III Kuadran I

Weekness Srength

Kuadran IV Kuadran II

( - , -) (+,-)

Strategi bertahan Difersifikasi Strategi

Threath

Keterangan:

1.) Kuadran I (Positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang.


Rekomendasi strategi yang diberikan adalah progresif artinya organisasi dalam
kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan
ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

2.) Kuadran II (Positif, Negatif)


Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi
strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun mengahadpi sejumlah
tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan
untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelunya. Oleh karenanya,
organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

3.) Kuadran III (Negatif, Negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat


berpeluang. Rekomendasi strategi yang dilakukan adalah ubah strategi artinya
organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab strategi lama
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus
memperbaiki kinerja organisasi.

4.) Kuadran IV ( Negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan mengahadapi


tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi bertahan,
artinya kondisi intenal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya
organisasi disdarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan
kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil
terus berupaya membenahi diri.

B. Program Penyakit Tidak Menular


1. Definisi

Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak bisa ditularkan dari
orang ke orang, yang perkembangannya berjalan perlahan dalam jangka waktu
yang (kronis). Pada perjalanan awal, PTM sering tidak bergejala, banyak yang
tidak mengetahui dan menyadari jika mengidap PTM. Hal tersebut membuat
kesadaran untuk memeriksa diri atau deteksi dini kurang. Sehingga banyak
yang memeriksa ketika terjadi komplikasi dari PTM. (Dewi, 2019)

Penyakit tidak menular adalah penyakit yang bukan disebabkan kuman.


Yang termasuk dalam kategori PTM diantaranya adalah stroke, jantung
koroner, kanker, Dermatitis, DM, hipertensi, PPOK dan akibat kecelakaan dan
tindak kekerasan.

2. Peran Puskesmas

Peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan nasional
secara komprehensif tidak sebatas aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti di Rumah
Sakit.

3. Struktur Organisasi Puskesmas

Kepala Puskesmas

Unit tata usaha

Data dan informasi

Perencanaan dan penilaian

Keuangan, umum dan kepegawaian

Unit laksana teknis fungsional puskesmas

UKM

UKP

Jaringan pelayanan Puskesmas

Unit Puskesmas pembantu

Unit Puskesmas Keliling

Unit Bidan didesa atau komunitas

4. Program Pokok Puskesmas dan pengembangan

Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun fasilitasnya


karena kegiatan pokok disetiap Puskesmas dapat berbeda-beda. Namun demikian
kegiatan pokok Puskesmas yang lazim dan yang seharusnya dilaksanakan sebagai
berikut:
KIA/ KB

Usaha kesehatan gizi

Kesehatan lingkungan

Pemberantasan penyakit menular

Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat kecelakaan

Usaha Kesehatan Sekolah / UKS

Promkes

Perawatan Kesehatan masyarakat

Usaha Kesehatan jiwa

Usaha kesehatan mata

Laboratorium

Kesehatan usia lanjut


BAB III
ANALISIS SWOT
PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR

A. Visi dan Misi

1. Visi

Mewujudkan masyarakat Adipala yang sehat

2. Misi

a.) Memberikan pelayanan Kesehatan yang optimal, promotive, preventif, dan


rehabilitative.

b.) Menggerakan dan memberdayakan masyarakat dalam rangka


meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

c.) Menumbuhkan dan mengembangkan upaya Kesehatan bersumberdaya


masyarakat dalam bentuk kelembagaan Kesehatan formal dan informal

d.) Meningkatkan keterampilan dan kompetensi dari setiap petugas agar


professional, bertanggung jawab dan berdedikasi tinggi

B. Mode Kualitatif

1. Internal Faktor (IFAS)

Strengt (Kekuatan)

Semua tindakan menggunakan SOP dengan benar

Puskesmas Adipala melayani seluruh masyarakat Adipala dan luar wilayah


Adipala

Tersedianya sarana dan prasarana dokumentasi tenaga kesehatan (Sarana dan


administrasi penunjang)
Ada jadwal pemeriksaan pelayanan umum dan tindakan secara tepat waktu
terdapat papan alur pelayanan dan pelayanan rawat jalan/ ruang periksa satu yang
diberikan ramah

Tersedia peralatan yang memadai di ruang pelayanan rawat jalan/ ruang periksa
satu

Kepuasan pasien terhadap pelayanan rawat jalan/ruang periksa satu di UPTD


Puskesmas Adipala

Dimasa pandemi petugas yang bertugas di ruangan semua menggunakan masker


dan mencuci tangan

b. Weakness (Kelemahan)

Kurang dalam pengarahan pada pasien, masih ada pasien yang belum paham
tentang pentingnya menjaga kebersihan diri untuk terhindar dari masalah
Dermatitis.

2. Eksternal Faktor (EFAS)


a. Opportunity (Peluang)
Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan petugas di setiap ruangan
Puskesmas Adipala I mempunyai sarana dan prasarana yang memadai
Puskesmas Adipala I sudah bekerja sama dengan rumah sakit rujukan seperti RSUD
Cilacap, RSUD Banyumas, Rumah Sakit Aghisna Kroya, Rumah Sakit Siaga Medika,
dan RSI Fatimah.
Masyarakat aktif dalam hal pemeriksaan umum
b. Tereated (Ancaman)
Persaingan antara puskesmas dan klinik swasta
C. Pendekatan Kuantitatif

D. Diagram

E. Hasil analisa SWOT


Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah selalu tingkatan pelayanan semaksimal mungkin di
Pelayanan umum Penyakit Tidak Menular (PTM) Puskesmas Adipala I. Pada
Strategi diterapkan berdasarkan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang. Strategi bertujuan agar pelayanan umum Penyakit Tidak
Menular (PTM) mempertahankan menjadi pelayanan umum Penyakit Tidak
Menular (PTM) terbaik di Kabupaten Cilacap.

Beberapa solusi:

Selalu mempertahankan pelayanan umum

Pertahankan penggunaan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam tindakan dan


keselamatan kerja

Meningkatkan program yang sudah berjalan dengan lancar

Meningkatkan sarana dan prasarana dipuskesmas


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang terdapat di pelayanan Poli Umum UPTD


Puskesmas Adipala I dalam menentukan strategi mempertahankan pelayanan
maka dengan penerapan analisis SWOT dapat diketahui bahwa: Puskesmas
Adipala I memilki peluang yang dapat dimanfaatkan adalah meningkatkan
pengetahuan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan khususnya dalam
Penyakit Tidak Menular. Rumah Sakit atau saranan kesehatan swasta yang
memiliki banyak fasilitas dapat dijadikan sebagai mitra kerja.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan sebagai masukan yang perlu


dipertimbangkan dalam sistem pelayanan Poli Umum UPTD Puskesmas Adipala I
Perlu dilakukan evaluasi pelayanan yang sudah dilakukan untuk melihat hal-hal
yang perlu untuk ditingkatkan dan dipertahankan lagi untuk mempertahankan
mutu dan kepuasan pasien.

Daftar Pustaka

Piantunaslibligo,M. Diakses 2021. Analisis Swot Kia.


https://id.scribd.com/doc/229158673/Analisis-Swot-Kia

Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap. 2015. Profil Kesehatan Kabupetan


Cilacap Tahun 2015. Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap: Cilacap

Afifah A. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya


Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Karyawan Binatu.[Skripsi Ilmiah].
Semarang: Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai