Anda di halaman 1dari 12

Makalah Dasar Keselamatan Manajemen Resiko

SURVEILANS PENYAKIT TIDAK MENULAR

Disusun
Oleh:

ARFIAN
NIM: 21182001

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lampoh Keude, Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Surveillance Penyakit Tidak Menular.......................................................3

B. Evaluasi Surveillance Penyakit Tidak Menular........................................5

BAB III PENUTUP................................................................................................8

A. Kesimpulan................................................................................................8

B. Saran..........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terjadinya transisi epidemiologi yang pararel dengan transisi demografi
dan teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola
penyakit infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) meliputi penyakit
degenerative yang merupakan faktor utama masalah morbiditas dan mortalitas.
Pada awalnya, penyakit didominasi oleh penyakit menular, namun saat ini
penyakit tidak menular (PTM) terus mengalami peningkatan dan melebihi
penyakit menular.
Prevalensi PTM di Indonesia, Riskesdas 2007: hipertensi usia > 18 tahun
(31,7 %), penyakit jantung (7,2%), stroke (8,3‰), diabetes melitus (1,1%),
asma (3,5%), kanker/tumor (4,3‰), dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas
darat (25,9%), dan data faktor risiko penyakit tidak menular karena obesitas
umum 10,3%, obesitas sentral 18,8%, Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
10,2%, kurang makan buah dan sayur 93,6%, minum beralkohol 4,6%, kurang
aktifitas fisik 48,2%, dan merokok 23,7%.
Sedangkan berdasarkan Riskesdas 2013 : hipertensi usia 18 tahun
˃(25,8%), PJK umur ≥ 15 tahun (1,5%), gagal jantung (0,3%), gagal ginjal
kronik (0,2%), batu ginjal (0,6%), rematik (24,7%), stroke (12,1‰), cedera
semua umur (8,2%), asma (4,5%), PPOK umur ≥ 30 tahun(3,8%), Kanker
(1,4‰), diabetes melitus (2,1%), hyperthyroid umur ≥ 15 tahun berdasarkan
diagnosis (0,4%), proporsi cedera akibat transportasi darat (47,7%), laki-laki
obese umur ˃18 tahun (19,7%), perempuan obese (32,9%), obesitas sentral
(26,6%), konsumsi tembakau usia ≥ 15 tahun (36,3%), kurang konsumsi
sayur-buah (93,5%).
Tingginya permasalahan PTM di Indonesia memerlukan upaya
pengendalian yang memadai dan komprehensif melalui promosi, deteksi dini,
pengobatan, dan rehabilitasi. Upaya tersebut perlu didukung oleh penyediaan
data dan informasi yang tepat dan akurat secara sistematis dan terus-menerus
melalui sistem surveilans yang baik. Hal ini sesuai amanat UU no 36 tahun
2009 pasal 158 tentang Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Dengan

1
surveilans PTM yang baik maka program pencegahan dan pengendalian PTM
berlangsung lebih efektif baik dalam hal perencanaan, pengendalian,
monitoring dan evaluasi program serta sebagai ide awal penelitian. Surveilans
PTM dan faktor risikonya merupakan salah satu strategi upaya pencegahan
dan pengendalian penyakit yang dilakukan tepat dan terpadu oleh pemerintah,
swasta dan masyarakat.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan langkah-langkah surveillance penyakit
tidak menular
2. Untuk mengetahui evaluasi surveillance penyakit tidak menular

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Surveillance Penyakit Tidak Menular


1. Pengertian Surveillance Penyakit Tidak Menular
Surveilans adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan analisis,
interpretasi data, dan diseminasi data dan diseminasi informasi secara
teratur dan berkesinambungan untuk mengundang aksi kesehatan
masyarakat. Perkembangan surveilans epidemiologi dimulai dari penyakit
menular dan meluas ke penyakit tidak menular. 
Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular  merupakan
analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan
faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit. Penyakit
tidak menular (PTM) adalah penyakit yang diderita oleh seseorang bukan
disebabkan infeksi mikroorganisme tetapi juga bisa terjadi karena proses
degenaratif.
Sistem surveilans (penyakit tidak menular/PTM) terdiri dari
jaringan kerja sama dengan lembaga penelitian, lembaga pendidikan,
lembaga sosial masyarakat, serta organisasi profesi yang bergerak di
bidang PTM. Tujuan surveilans PTM adalah memberikan informasi
tentang kondisi penyakit tidak menular kepada para pengambil keputusan
dalam perencanaan dan pertimbangan.

2. Tujuan Khusus Surveilans PTM 


a) Mencari model menurunkan risiko PTM
b) Menurunkan angka PTM
c) Mendapatkan data dasar PTM
d) Mengidentifikasi faktor risiko PTM
e) Mengevaluasi system pengendalian PTM

3. Langkah – Langkah Surveilans Penyakit Tidak Menular 


Penerapan surveilans PTM (dilakukan secara berurutan)
a) Identifikasi Penyakit Tidak Menular

3
Faktor risiko ialah karakteristik, tanda maupun gejala yang secara
statistic berhubungan dengan peningkatan insidensi suatu penyakit.
Jenis-jenis. faktor risiko terdiri dari:
 Faktor risiko tidak dapat diubah: faktor umur, genetik 
 Faktor risiko dapat diubah: kebiasaan merokok, latihan
olahraga 
b) Perencanaan pengumpulan data
 Menentukan tujuan survailens
 Tetapkan definisi
 Tentukan sumber
 Tentukan instrumen
 Bagaimana sumber data
 Bagaimna sistem
 Tentukan indikator
c) Pengolahan dan penyajian data
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam
bentuk tabel, grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart,
peta/map area). Penggunaan komputer sangat diperlukan untuk
mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan
menggunakan program (software) seperti epid info, SPSS, lotus,
exceldan lain-lain 
d) Analisis dan interpretasi data
Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi
karena akan dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan
evaluasi serta tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit.
Kegiatan ini menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti rate,
proporsi, rasio dan lain-lain untuk mengetahui situasi,
estimasi dan prediksi penyakit. Setelah di analisis lalu di
intepretasikan (di bandingkan dengan daerah lain)
e) Diseminasi dan advokasi                    
Setelah data diaanalisis dan di interpretasi suatu penyakit tidak
menular. Maka data  tersebut disebarluaskan kepada pihak yang

4
berkepentingan untuk membantu dalam penanggulangan penyakit
tidak menular ini. Penyebarluasan informasi ini harus mudah
dimengerti dan dimanfaatkan dalam program pencegahan penyakit.
Cara penyebar luasan tersebut dengan membuat suatu laporan yang
digunakan untuk rekomendasi kepada pihak yang bertanggung  jawab.
f) Evaluasi
Program surveilans sebaiknya dinilai secara periodik untuk
mengevaluasi manfaatnya . sistem dapat berguna apabila secara
memuaskan memenuhi paling tidak salah satu dari pernyataan
berikut : apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan
yang mengidentifikasi perubahan dalam kejadian kasus penyakit.
4. Sasaran penyelenggaraan surveillance epidemiologi penyakit tidak
menular :
 Survalance hipertensi,stroke,penyakit jantung coroner.
 Survalance diabetes militus.
 Survalance neoplasma
 Survalance penyakit paru obstruksi kronis.
 Survalance gangguan mental
 Srvalance akibat kecelakaan.

B. Evaluasi Surveillance Penyakit Tidak Menular


a. Pentingnya masalah
 Besarnya kasus, incidence dan prevalence.
 Petunjuk beratnya penyakit (misalnya,angka kematian,case falality
rate).
 Preventability (kemungkinan pencegahan).
b. Sistem yang dievaluasi
Evaluasi sistem menurut sifat-sifat :
a) Simplicity (kesederhanaan)
Kesederhanaan survalance berarti struktur sederhana dan mudah
dioperasikan,ukura yang dapat dipertimbangkan dalam menilai
kesederhanaan sistem:

5
 Banyak dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk
menegakkan hipotesis.
 Banyak dan jenis sumber laporan.
 Cara penyaluran data atau informasi kasus.
 Banyaknya organisasi yang terlibat dalam penerimaan
laporan kasus.
 Latihan staf yang dibutuhkan.
 Bentuk analisa data.
 Banyak dan jenis pemakai informasi.
b) Fleksibility (fleksibel)
Dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan informasi yang
dibutuhkan,atau keadaan lapangan dengan sedikit waktu,personal
dan anggaran perkiraan terbaik secara retrospektif dengan
mengamati bagaimana sistem menghadapi kebutuhan
baru,misalnya:
 Ketika suatu penyakit baru muncul,sistem pelaporan sudah
dapat menyesuaikan .
 Kemampuan survalance suatu penyakit untuk disesuaikan
dengan survalance khusus.
c) Accepibility (kemudahan diterima)
Kemudahan diterima, dimaksudkan dari individu atau organisasi
untuk ikut serta dalalam sistem indicator kuantitatif meliputi:
 Angka partisipasi subjek dan agen.
 Jika partisipasi tinggi ,bagaimana cepat tercapainya.
 Angka kelengkapan interview dan angka penolakan
pertanyaan(jika ada interview)
 Angka pelaporan dokter,laboratorium,dll.
 Ketetapan waktu laporan.
d) Sensitivity (sensitiv)
Dapat dinilai dari dua tingkat :

6
 Pada tingkat pelaporan kasus,proporsi kasus atau masalah
kesehatan yang dideteksi oleh sistem survalance.
 Kemampuannya untuk mendeteksi epidemi.
Sensitifitas sistem survalance dipengaruhi oleh kemungkinan-
kemungkinan:
 Orang-orang dengan penyakit tertentu atau masalah
kesehatan yang mencari pengobatan.
 Penyakit atau keadaan yang akan didiagnosa, keterampilan
petugas kesehatan dan sensitifitas tes diagnostic.
 Kasus yang akan dilaporkan kepada sistem dan pemberian
diagnosanya.
Pengukuran dari sistem survalance ditentukan oleh :
 Validitas informasi yang dikumpulkan oleh sistem.
 Pengumpulan informasi yang diluar sistem untuk
menentukan frekuensi keadaan dalam komuniti.
e) Predictive value positive
Adalah orang-orang yang diidentifikasi sebagai kasus yang
sesungguhnya memang berada dalam kondisi yang sementara
dalam survalance.
f) Representativeness
Sistem survalanve yang respresentativ adalah yang dapat
menguraikan dengan tepat kejadian peristiwa kesehatan sepanjang
waktu dan distribusinya dalam populasi menurut waktu dan
tempat.
g) Timeliness (ketepatan waktu)
Berarti kecepatan dan keterlambatan diantara langkah-langkah
dalam sistem survalance dapat dinilai dalam hal tersedianya
informasi untuk control penyakit ,baik kontrol segera maupun
perencanaan jangka panjang.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular  merupakan analisis terus
menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk
mendukung upaya pemberantasan penyakit. Penyakit tidak menular (PTM) adalah
penyakit yang diderita oleh seseorang bukan disebabkan infeksi mikroorganisme
tetapi juga bisa terjadi karena proses degenaratif.
Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan utama
masyarakat Indonesia. Untuk itu tindakan pencegahan dan pengendalian PTM
sangat diperlukan agar angka kesakitan dan kematian akibat PTM dapat
diturunkan. Untuk itu, diperlukan suatu system surveillance PTM yang baik agar
tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya di masyarakat

B. Saran
Dengan adanya makalah surveillance penyakit tidak menular ini, diharapkan
pemerintah dapat mengontrol masalah penyakit tidak menular yang ada di
Indonesia dan diharapkan juga kepada masyarakat agar lebih mengerti tentang
surveillance penyakit tidak menular.

8
DAFTAR PUSTAKA

Sukernas. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004 Volume 3. Sudut


Pandang Masyarakat Mengenai Status, Cakupan, Ketanggapan, dan Sistem
Pelayanan Kesehatan. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2004.
Pusat Promosi Kesehatan. Jejaring Nasional Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Tidak menular. Departemen Kesehatan RI. 2005.
Depkes R.I.Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penangulangan
PTM. Departemen Kesehatan R.I., Jakarta, 2003.
Depkes R.I..Panduan Praktis Surveilans Epidemiologi Penyakit (PEP). Ditjen
PPM & PL, Departemen Kesehatan R.I., Edisi I, 2003.
Depkes R.I.. Pedoman Pengenedalian Kanker Nasional, 2007
Depkes R.I. Sistem Pelaporan Rumah Sakit. 1980
Depkes R.I. Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan 2003
Depkes R.I. Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit
Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu 2003
Depkes R.I. Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik 2008
Depkes R.I. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma 2008
Depkes R.I. Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung 2009
Depkes R.I. Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher
Rahim. 2010

Anda mungkin juga menyukai