Disusun
Oleh:
ARFIAN
NIM: 21182001
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Kesimpulan................................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terjadinya transisi epidemiologi yang pararel dengan transisi demografi
dan teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola
penyakit infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) meliputi penyakit
degenerative yang merupakan faktor utama masalah morbiditas dan mortalitas.
Pada awalnya, penyakit didominasi oleh penyakit menular, namun saat ini
penyakit tidak menular (PTM) terus mengalami peningkatan dan melebihi
penyakit menular.
Prevalensi PTM di Indonesia, Riskesdas 2007: hipertensi usia > 18 tahun
(31,7 %), penyakit jantung (7,2%), stroke (8,3‰), diabetes melitus (1,1%),
asma (3,5%), kanker/tumor (4,3‰), dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas
darat (25,9%), dan data faktor risiko penyakit tidak menular karena obesitas
umum 10,3%, obesitas sentral 18,8%, Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
10,2%, kurang makan buah dan sayur 93,6%, minum beralkohol 4,6%, kurang
aktifitas fisik 48,2%, dan merokok 23,7%.
Sedangkan berdasarkan Riskesdas 2013 : hipertensi usia 18 tahun
˃(25,8%), PJK umur ≥ 15 tahun (1,5%), gagal jantung (0,3%), gagal ginjal
kronik (0,2%), batu ginjal (0,6%), rematik (24,7%), stroke (12,1‰), cedera
semua umur (8,2%), asma (4,5%), PPOK umur ≥ 30 tahun(3,8%), Kanker
(1,4‰), diabetes melitus (2,1%), hyperthyroid umur ≥ 15 tahun berdasarkan
diagnosis (0,4%), proporsi cedera akibat transportasi darat (47,7%), laki-laki
obese umur ˃18 tahun (19,7%), perempuan obese (32,9%), obesitas sentral
(26,6%), konsumsi tembakau usia ≥ 15 tahun (36,3%), kurang konsumsi
sayur-buah (93,5%).
Tingginya permasalahan PTM di Indonesia memerlukan upaya
pengendalian yang memadai dan komprehensif melalui promosi, deteksi dini,
pengobatan, dan rehabilitasi. Upaya tersebut perlu didukung oleh penyediaan
data dan informasi yang tepat dan akurat secara sistematis dan terus-menerus
melalui sistem surveilans yang baik. Hal ini sesuai amanat UU no 36 tahun
2009 pasal 158 tentang Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Dengan
1
surveilans PTM yang baik maka program pencegahan dan pengendalian PTM
berlangsung lebih efektif baik dalam hal perencanaan, pengendalian,
monitoring dan evaluasi program serta sebagai ide awal penelitian. Surveilans
PTM dan faktor risikonya merupakan salah satu strategi upaya pencegahan
dan pengendalian penyakit yang dilakukan tepat dan terpadu oleh pemerintah,
swasta dan masyarakat.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan langkah-langkah surveillance penyakit
tidak menular
2. Untuk mengetahui evaluasi surveillance penyakit tidak menular
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Faktor risiko ialah karakteristik, tanda maupun gejala yang secara
statistic berhubungan dengan peningkatan insidensi suatu penyakit.
Jenis-jenis. faktor risiko terdiri dari:
Faktor risiko tidak dapat diubah: faktor umur, genetik
Faktor risiko dapat diubah: kebiasaan merokok, latihan
olahraga
b) Perencanaan pengumpulan data
Menentukan tujuan survailens
Tetapkan definisi
Tentukan sumber
Tentukan instrumen
Bagaimana sumber data
Bagaimna sistem
Tentukan indikator
c) Pengolahan dan penyajian data
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam
bentuk tabel, grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart,
peta/map area). Penggunaan komputer sangat diperlukan untuk
mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan
menggunakan program (software) seperti epid info, SPSS, lotus,
exceldan lain-lain
d) Analisis dan interpretasi data
Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi
karena akan dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan
evaluasi serta tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit.
Kegiatan ini menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti rate,
proporsi, rasio dan lain-lain untuk mengetahui situasi,
estimasi dan prediksi penyakit. Setelah di analisis lalu di
intepretasikan (di bandingkan dengan daerah lain)
e) Diseminasi dan advokasi
Setelah data diaanalisis dan di interpretasi suatu penyakit tidak
menular. Maka data tersebut disebarluaskan kepada pihak yang
4
berkepentingan untuk membantu dalam penanggulangan penyakit
tidak menular ini. Penyebarluasan informasi ini harus mudah
dimengerti dan dimanfaatkan dalam program pencegahan penyakit.
Cara penyebar luasan tersebut dengan membuat suatu laporan yang
digunakan untuk rekomendasi kepada pihak yang bertanggung jawab.
f) Evaluasi
Program surveilans sebaiknya dinilai secara periodik untuk
mengevaluasi manfaatnya . sistem dapat berguna apabila secara
memuaskan memenuhi paling tidak salah satu dari pernyataan
berikut : apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan
yang mengidentifikasi perubahan dalam kejadian kasus penyakit.
4. Sasaran penyelenggaraan surveillance epidemiologi penyakit tidak
menular :
Survalance hipertensi,stroke,penyakit jantung coroner.
Survalance diabetes militus.
Survalance neoplasma
Survalance penyakit paru obstruksi kronis.
Survalance gangguan mental
Srvalance akibat kecelakaan.
5
Banyak dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk
menegakkan hipotesis.
Banyak dan jenis sumber laporan.
Cara penyaluran data atau informasi kasus.
Banyaknya organisasi yang terlibat dalam penerimaan
laporan kasus.
Latihan staf yang dibutuhkan.
Bentuk analisa data.
Banyak dan jenis pemakai informasi.
b) Fleksibility (fleksibel)
Dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan informasi yang
dibutuhkan,atau keadaan lapangan dengan sedikit waktu,personal
dan anggaran perkiraan terbaik secara retrospektif dengan
mengamati bagaimana sistem menghadapi kebutuhan
baru,misalnya:
Ketika suatu penyakit baru muncul,sistem pelaporan sudah
dapat menyesuaikan .
Kemampuan survalance suatu penyakit untuk disesuaikan
dengan survalance khusus.
c) Accepibility (kemudahan diterima)
Kemudahan diterima, dimaksudkan dari individu atau organisasi
untuk ikut serta dalalam sistem indicator kuantitatif meliputi:
Angka partisipasi subjek dan agen.
Jika partisipasi tinggi ,bagaimana cepat tercapainya.
Angka kelengkapan interview dan angka penolakan
pertanyaan(jika ada interview)
Angka pelaporan dokter,laboratorium,dll.
Ketetapan waktu laporan.
d) Sensitivity (sensitiv)
Dapat dinilai dari dua tingkat :
6
Pada tingkat pelaporan kasus,proporsi kasus atau masalah
kesehatan yang dideteksi oleh sistem survalance.
Kemampuannya untuk mendeteksi epidemi.
Sensitifitas sistem survalance dipengaruhi oleh kemungkinan-
kemungkinan:
Orang-orang dengan penyakit tertentu atau masalah
kesehatan yang mencari pengobatan.
Penyakit atau keadaan yang akan didiagnosa, keterampilan
petugas kesehatan dan sensitifitas tes diagnostic.
Kasus yang akan dilaporkan kepada sistem dan pemberian
diagnosanya.
Pengukuran dari sistem survalance ditentukan oleh :
Validitas informasi yang dikumpulkan oleh sistem.
Pengumpulan informasi yang diluar sistem untuk
menentukan frekuensi keadaan dalam komuniti.
e) Predictive value positive
Adalah orang-orang yang diidentifikasi sebagai kasus yang
sesungguhnya memang berada dalam kondisi yang sementara
dalam survalance.
f) Representativeness
Sistem survalanve yang respresentativ adalah yang dapat
menguraikan dengan tepat kejadian peristiwa kesehatan sepanjang
waktu dan distribusinya dalam populasi menurut waktu dan
tempat.
g) Timeliness (ketepatan waktu)
Berarti kecepatan dan keterlambatan diantara langkah-langkah
dalam sistem survalance dapat dinilai dalam hal tersedianya
informasi untuk control penyakit ,baik kontrol segera maupun
perencanaan jangka panjang.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular merupakan analisis terus
menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk
mendukung upaya pemberantasan penyakit. Penyakit tidak menular (PTM) adalah
penyakit yang diderita oleh seseorang bukan disebabkan infeksi mikroorganisme
tetapi juga bisa terjadi karena proses degenaratif.
Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan utama
masyarakat Indonesia. Untuk itu tindakan pencegahan dan pengendalian PTM
sangat diperlukan agar angka kesakitan dan kematian akibat PTM dapat
diturunkan. Untuk itu, diperlukan suatu system surveillance PTM yang baik agar
tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya di masyarakat
B. Saran
Dengan adanya makalah surveillance penyakit tidak menular ini, diharapkan
pemerintah dapat mengontrol masalah penyakit tidak menular yang ada di
Indonesia dan diharapkan juga kepada masyarakat agar lebih mengerti tentang
surveillance penyakit tidak menular.
8
DAFTAR PUSTAKA