Anda di halaman 1dari 19

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Dasar Epidemiologi
Yang dibina oleh Ibu drg. Rara Warih Gayatri, M.PH.

Oleh :
Kelompok 7
Alinda Rahmani (170612634055)
Dhita Eka Pramesti (170612634065)
Isti Masyfufah (170612634090)
Nailul Izzah Mahrusah (170612634077)
Surma Elisa Manihuruk (170612634024)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
APRIL 2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Surveilans”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca dan teman-teman. Amin…

Malang, 18 April 2017

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................ 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................................... 3
2.1 Definisi Surveilans Epidemiologi .................................................................................. 3
2.2 Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi .......................................... 3
2.3 Sumber Data Surveilans Epidemiologi .......................................................................... 4
2.4 Jenis-jenis Surveilans Epidemiologi .............................................................................. 6
2.5 Metode-metode Surveilans Epidemiologi ...................................................................... 9
2.6 Langkah-langkah Surveilans Epidemiologi ................................................................. 10
2.7 Aplikasi Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi ........................................................... 11
2.8 Penilaian Surveilans Epidemiologi .............................................................................. 13
2.9 Kendala dan Keterbatasan dalam Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi .................... 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Data penyakit menular yang pernah terjadi di suatu daerah merupakan hasil
dari sistem pengamatan (surveilans) yang dilakukan oleh petugas di daerah
tersebut. Data ini penting untuk mengetahui bahwa di daerah tersebut pada masa
yang lalu pernah mengalami kejadian luar biasa. Daerah itu dapat berupa: rumah
sakit, sekolah, industri, permukiman transmigrasi, kota, kabupaten, kecamata,
desa, atau negara. Pengamatan epidemioloogis penyakit menular ialah kegiatan
yang teratur mengumpulkan, meringkas, dan analisis data tentang insidensi
penyakit menular untuk mengidentifikasikan kelompok penduduk dengan risiko
tinggi, memahami cara peyebaran dan mengurangi atau memberantas
penyebarannya. Setiap kasus harus dilaporkan dengan jelas dan lengkap meliputi
diagnosis, mulai timbulnya gejala dan variabel demografi seperti nama, umur,
jenis kelamin, alamat dan asal data (dokter, rumah sakit, puskesmas, sekolah,
tempat kerja, dan lain-lain). Sebagai contoh pengolahan data surveilans
epidemiologi DBD tingkat puskesmas di Kota Semarang hanya terbatas pada
data Penyelidikan Epidemiologi (PE). Ketepatan laporan Mingguan Puskesmas
pada tahun 2010 untuk minggu 1 sampai minggu 52 tercatat bahwa 37
Puskesmas di Kota Semarang belum memenuhi standar. Hanya 34 Puskesmas
yang dapat memenuhi 80% untuk ketepatan waktu dan 90% untuk kelengkapan
laporan.
Pelaksanaan surveilans epidemiolgi DBD dan permasalahannya di Kota
Semarang tahun 2011 ditinjau dari pendidikan, tingkat pengetahuan, lama
bekerja, sikap petugas, tingkat keterampilan pengolahan data, dukungan
pimpinan dan kelengkapan sarana menunjukan jumlah populasi sebanyak 37
petugas dan jumlah sampel sebanyak 37 petugas. Analisa data menggunakan
analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan secara kumulatif tingkat
pengetahuan sebesar 64,9%, pendidikan 70,3%, sikap 51,4%, keterampilan
54,1%, dukungan pimpinan 48,6%, saranan 67,6% dan lama kerja 62,2%.
Berdasarkan data tersebut, pemeritah diharapkan mampu mengendalikan
jumlah kasus DBD agar tidak terus meningkat. Untuk melakukan upaya
pemberantasan penyakit menular, termasuk DBD, diperlukan suatu sistem
surveilans penyakit yang mampu memberikan dukungan upaya program dalam
daerah kerja Kabupaten/ Kota, Propinsi dan Nasional, dukungan kerjasama antar
program dan sektor serta kerjasama antara kabupaten/ Kota, Propinsi, Nasional
dan Internasional. (Natalia, 2011).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari surveilans epidemiologi ?
2. Apa tujuan dan manfaat pelaksanaan surveilans epidemiologi ?
3. Apa saja sumber data surveilans epidemiologi ?
4. Apa saja jenis-jenis surveilans epidemiologi ?
5. Apa saja metode-metode yang digunakan dalam surveilans epidemiologi ?
6. Apa saja langkah-langkah dalam surveilans epidemiologi ?
7. Bagaimana aplikasi pelaksanaan surveilans epidemiologi ?
8. Bagaimana penilaian surveilans epidemiologi?
9. Apa saja kendala dan keterbatasan dalam pelaksanaan surveilans
epidemiologi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari surveilans epidemiologi.
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat pelaksanaan surveilans epidemiologi.
3. Untuk mengetahui sumber data surveilans epidemiologi.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis surveilans epidemiologi.
5. Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam surveilans
epidemiologi.
6. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam surveilans epideiologi.
7. Untuk mengetahui aplikasi pelaksanaan surveilans.
8. Untuk mengetahui penilaian surveilans epidemiologi.
9. Untuk mengetahui kendala dan keterbatasan dalam pelaksanaan surveilans
epidemiologi.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Surveilans Epidemiologi


Surveilans adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus
terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan
dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit
atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna
mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan
efisien (Kemenkes, 2014). Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan
kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi,
mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti
perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya
surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar
dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last
dalam Murti, 2010).
Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans
dilakukan secara terus menerus tanpa terputus (kontinu), sedang pemantauan
dilakukan intermiten atau episodik. Dengan mengamati secara terus-menerus dan
sistematis maka perubahan-perubahan kecenderungan penyakit dan faktor yang
mempengaruhinya dapat diamati atau diantisipasi, sehingga dapat dilakukan
langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit dengan tepat. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa system surveilans meliputi kapasitas fungsional dari
pengumpulan data, analisis dan diseminasi terkait berbagai program kesehatan
masyarakat (Last dalam Najmah, 2015).

2.2 Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi


Tujuan utama dari epidemiologi surveilans ialah untuk mendapat gambaran
kejadian morbiditas dan mortalitas serta kejadian peristiwa vital secara teratur
sehingga dapat digunakan dalam berbagai kepentingan perencanaan dan tindakan
yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat.
Tujuan epidemiologi surveilans secara rinci meliputi (Noor, 2008:149) :
1. Identifikasi, investigasi dan penanggulangan situasi luar biasa atau wabah
yang terjadi dalam masyarakat sedini mungkin.
2. Identifikasi kelompok penduduk tertentu dengan risiko tinggi.
3. Untuk penentuan penyakit dengan prioritas penanggulangannya.
4. Untuk bahan evaluasi antara input pada berbagai program kesehatan dengan
hasil luaranya berupa insiden dan prevalensi penyakit dalam masyarakat.

3
5. Untuk memonitoring kecenderungan (tren) perkembangan situasi kesehatan
maupun penyakit dalam masyarakat.

2.3 Sumber Data Surveilans Epidemiologi


Untuk mendukung analisis pelaksanaan surveilans di masyarakat dan
perencanaan program tindak lanjut, maka diperlukan data yang akurat. Sumber
data yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan surveilans meliputi
(Amiruddin, 2017) :
1. Laporan mortalitas
Data mortalitas atau kematian dapat diperoleh dari data statistik vital.
Pencatatan kematian dilakukan di tingkat desa, kemudian dilaporkan ke
kantor desa atau kelurahan kemudian ke kantor kecamatan dan puskesmas,
dan dari kantor kecamatan dikirim ke kantor kabupaten/kota.
2. Laporan morbiditas
Data morbiditas atau kesakitan dapat diperoleh dari institusi pelayanan
kesehatan dari tingkat terendah sampai tingkat nasional (puskesmas, dinas
kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi dan kementrian
kesehatan) mempunyai kewajiban untuk melaporkan data morbiditas untuk
kegiatan surveilans. Data morbiditas dapat digunakan untuk mengetahui
penyebaran atau distribusi penyakit menurut karakteristik orang, tempat, dan
waktu, serta mengetahui ukuran endemisitas suatu kejadian penyakit.
3. Hasil tes laboratorium.
Laporan laboratorium dapat digunakan sebagai basis data untuk
kegiatan surveilans penyakit. Hasil laboratorium merupakan sarana yang
penting untuk mengetahui mikroorganisme penyebab penyakit menular
ataupun pemeriksaan tertentu untuk penyakit-penyakit lainnya, misalnya
kadar gula darah untuk penyakit diabetes mellitus.
4. Laporan outbreak atau wabah.
Data outbreak atau wabah berbentuk data laporan adanya wabah
penyakit, misalnya keracunan makanan , campak dan polio. Laporan wabah
meliputi distribusi penyakit menurut waktu, tempat, dan orang, yang akan
digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasi data dalam rangka
mengetahui sumber dan penyebab wabah.
5. Data petugas kesehatan
Petugas pemeriksa penyebab kematian dan pemeriksa kesehatan dapat
menyediakan informasi kematian yang mendadak atau yang tidak terduga.
Mereka melaporkan pada tingkat kabupaten, dan termasuk rincian penyebab
dan kematian alami yang tidak diberikan sertifikat kematian. Laporan-

4
laporan ini berharga untuk surveilans kecelakaan yang disengaja atau tidak
disengaja dan kematian yang tidak diketahui penyebabnya.

6. Data demografi dan data lingkungan.


Data demografi dapat digunakan untuk mendapatkan keterangan tentang
jumlah penduduk dan untuk menetapkan jumlah populasi yang beresiko
terkena penyakit (population at risk). Data lingkungan adalah data mengenai
lingkungan yang dapat mendukung terjadinya penyakit di masyarakat.
Contohnya yaitu data curah hujan, data tentang penyediaan atau suplai air
bersih di masyarakat, data tempat-tempat potensial perindukan nyamuk
Aedes aegypti, dan lain sebagainya.
7. Data Rumah sakit
Hampir semua rumah sakit mempunyai pencatatan, terutama untuk
tujuan keuangan. Laporan-laporan ini dapat digunakan untuk tujuan
surveilans dan sekarang sekarang beberapa daerah menyusun data rumah
sakit yang dapat digunakan oleh masyarakat. Pencacatan khasus ini termasuk
data demografi, diagnosa, prosedur operasi, lama tinggal, dan biaya terapi
tanpa menggunakan nama, alamat, dan informasi lain yang akan
mengidentifikasi individu. Beberapa sumber menyediakan data-data rumah
sakit pada tingkat nasional. Sistem surveilans nasional mengumpulkan data
dari sampel-sampel rumah sakit untuk variasi kejadian kesehatan yang
spesifik. Sistem ini termasuk untuk surveilans catatan kelahiran, infeksi
nosocomial, kecelakaan dan obat yang dibutuhkan pada kunjungan di ruang
gawat darurat.
8. Data perawatan kesehatan pasien yang sudah sembuh
Pada tingkat nasional, data pasien dari National Ambulatory Medical Care
Survey, yang telah dilaksanakan secara priodik oleh NCHS, dan dari National
Drug and Theurapeutic Index. Keduanya secara random mengambil sampel
dari data dasar praktik diagnostik, spesialis, perawatan, dan data disposisi.
Akhirnya data pasien dapat diperoleh dari jaringan praktik dokter keluarga
yang dilaporkan secara selektif tentang masalah kesehatan.
9. Survey kesehatan dan populasi
Semua sistem surveilans yang telah dijelaskan di atas tentang pengumpulan
data terhadap beberapa jenis penyakit atau gangguan kondisi kesehatan yang
lain. Beberapa sistem mengambil secara sampel tentang status kesehatan dari
warga dalam komunitas. Contoh NCHS secara periodik menyelenggarakan
survey kesehatan dan uji gizi secara nasional (National Health and Nutrition
Examination Survey/NHANES). Sistem surveilans ini menggunakan interview

5
dengan telepon untuk mengumpulkan informasi tentang kebiasaan merokok,
minum alcohol, penggunaan seat belt, hipertensi, berat badan, dan faktor lain
yang berpengaruh terhadap kesehatan.
10. Informasi reservoir dan vektor

Pengumpulan data dalam surveilans dapat dilakukan melalui berbagai


elemen dalam rantai penyebab penyakit seperti faktor resiko perilaku, kegiatan
pencegahan penyakit, kasus dan program serta biaya pengobatan.

2.4 Jenis-jenis Surveilans Epidemiologi


Secara umum, surveilans epidemiologi dibagi menjadi 3 jenis, yakni
(Najmah, 2015):
1. Surveilans Aktif
Adalah kegiatan surveilans dimana proses pengumpulan data dilakukan
secara aktif menggunakan segala sumber, termasuk berbagai media.
Umumnya menggunakan petugas khusus surveilans yang akan melakukan
kunjungan berkala ke lapangan, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga
medis lainnya meliputi puskesmas, klinik dan rumah sakit. Tujuan kegiatan
ini adalah untuk mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian yang
disebut penemuan kasus (case finding) dan konfirmasi laporan kasus yang
terindeks. Kelebihan surveilans aktif yakni tingkat keakuratannya lebih baik
dibandingkan surveilans pasif, karena petugas kesehatan secara khusus
ditunjuk untuk melakukan kegiatan surveilans pada penyakit tertentu. Selain
itu surveilans aktif juga memiliki kelemahan yakni membutuhkan biaya yang
lebih besar serta tingkat kesulitan untuk operasionalisasinya lebih tinggi
dibandingkan surveilans pasif.
2. Surveilans Pasif
Prinsip surveilans pasif adalah memantau penyakit secara pasif, dengan
menggunakan data penyakit harus dilaporkan (reportable diseases) yang
tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi puskesmas, klinik dan
rumah sakit. Surveilans pasif memiliki beberapa kelebihan juga yakni
relative murah dan mudah untuk dilakukan dibandingkan dengan surveilans
aktif. Negara-negara anggota WHO diwajibkan melaporkan sejumlah
penyakit infeksi yang harus dilaporkan, sehingga dengan surveilans pasif
dapat dilakukan analisis perbandingan penyakit internasional. Kekurangan
surveilans pasif adalah kurang sensitive dalam mendeteksi kecenderungan
atau trend penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under reported, karena
tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal. Selain itu,
tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktu

6
petugas terbagi dengan tanggung jawab utama memberikan pelayanan
kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing. Untuk mengatasi problem
tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat sederhana dan ringkas.
3. Surveilans Sentinel
Sistem surveilans sentinel diaplikasikan ketika daya dengan kualitas
tinggi dibutuhkan mengenai penyakit tertentu yang tidak bias diperoleh dari
surveilans pasif. Sistem sentinel membutuhkan jaringan atau pusat titik
pelaporan kasus yang terpilih. Penggunaan situasi sentinel telah menjadi
pendekatan yang lebih disukai untuk human immunodeficiency
virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS). Pendekatan ini
didasarkan pada survey serologi perodik dilakukan di lokasi yang dipilih
dengan subkelompok populasi yang terdefinisi dengan baik (misalnya, klinik
prenatal). Dalam strategi ini, pejabat kesehatan menentukan subkelompok
populasi dan daerah untuk belajar dan kemudian mengidentifikasi sarana
pelayanan kesehatan yang melayani para penduduk yang mampu dan
bersedia untuk berpartisipasi. Fasilitas ini kemudian melakukan survei
serologi setidaknya setiap tahun untuk memberikan perkiraan statistik yang
valid dari prevalensi HIV.

Sedangkan Menurut Murti (2010) dikenal beberapa jenis surveilans


yaitu:
1. Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor
individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya
cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu
memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak,
sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh,
karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan
aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh
suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina
adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya
terjadi infeksi (Last, 2001).
2. Surveilans penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-
menerus terhadap penyebaran dan kecenderungan insidensi penyakit,
melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-
laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus
perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak
negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program

7
vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program
surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi
efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya
gagal, karena pemerintah kekurangan biaya.
3. Surveilans Sindromik
Surveilans sindromik (syndromic surveillance) melakukan pengawasan
terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan
masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi
indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati
sebelum diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator
individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan
laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh
konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat
dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh,
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan
surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang
mirip influenza berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam
surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining
pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit
tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah
kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total
kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka
penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks,
sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai
instrumen untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al.,
2004; Sloan et al., 2006).
4. Surveilans berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan
menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan
melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium
sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi
wabah penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang
mengandalkan pelaporan sindroma (kumpulan gejala) dari klinik-klinik
(DCP2, 2008).
5. Surveilnas Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan
semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi
(negara/provinsi/kabupaten/kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama.
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: (1) Memandang surveilans

8
sebagai pelayanan bersama (common services); (2) Menggunakan
pendekatan solusi majemuk; (3) Menggunakan pendekatan fungsional,
bukan struktural; (4) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni,
pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung
surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium,
komunikasi, manajemen sumber daya); (5) Mendekatkan fungsi surveilans
dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan
terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda
memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).
6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut
dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan
para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional
untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-
batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global,
baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases),
maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases),
seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang
komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan
pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008).

2.5 Metode-metode Surveilans Epidemiologi


Sebelum melaksanakan surveilans, petugas surveilans harus menetapkan
metode surveilans apa yang akan diterapkan. Setidaknya ada 5 jenis metode
surveilans yaitu (Subaris, 2004:81):
1. Metode Hospital Wide Traditional Surveillance
Melalui metode ini Infection Control Personnel (ICP) melakukan survey
secara prospektif dan berkesinambungan pada semua area di rumah sakit
untuk mengidentifikasi pasien yang menderita Acquired infection selama di
rawat di rumah sakit. Informasi diperoleh dari laporan harian mikrobiologi,
catatan medic pasien, catatan perawat,laporan otopsi, dan sebagainya. Setiap
bulan tim pengendali infeksi akan melakukan perhitungan angka kejadian
infeksi berdasarkan unit keperawatan, jenis layanan medic, atau prosedur
operasi. Kelemahan metode ini adalah biaya yang dibutuhkan cukup besar
dan terkadang jenis infeksi yang ditemukan terlalu banyak sehingga
menyulitkan pengumpulan data.
2. Metode Periodic Surveillance
Pada metode ini ICP melakukan surveilans pada satu atau beberapa unit
dalam kurun waktu tertentu yang selanjutnya juga dikerjakan untuk unit-unit

9
lainnya. Dengan cara ini maka tim pengendali infeksi rumah sakit dapat
mengetahui secara lebih rinci masalah infeksi nosocomial di masing-masing
unit pelayanan.

3. Metode Prevalence Survey


Dalam metode ini ICP menghitung jumlah infeksi aktif yang terjadi
selama kurun waktu tertentu. Infeksi aktif yaitu semua infeksi yang terjadi
selama periode survey, termasuk mereka yang baru saja didiagnosis maupun
yang sedang menjalani pengobatan.
4. Metode Targeted Surveillance
Metode ini berfokus pada populasi yang spesifik seperti misalnya pasien
pada ruang ICU, pasien dengan risiko tinggi infeksi (misalnya karena
transplantasi organ), atau pasien yang memerlukan peralatan medic khusus,
misalnya ventilator associated pneumonia(VAP).
5. Metode Outbreak Threshold
Melalui metode ini surveilans dilakukan untuk menilai baseline angka
infeksi yang kemudian dikembangkan menjadi suatu outbreak threshold.
Angka threshold bisa bervariasi, misalnya 80% di atas baseline. Dengan
mendasarkan pada threshold ini maka dapat diputuskan untuk melakukan
upaya intervensi jika hasil surveilans melapaui angka threshold.

2.6 Langkah-langkah Surveilans Epidemiologi


Dalam pelaksanaan kegiatannya, epidemiologi surveilans secara teratur dan
terencana terdiri dari langkah-langkah, yaitu (Noor, 2008:51).
a. Pengumpulan atau pencacatan kejadian (data) yang dapat dipercaya. Data
yang dikumpulkan meliputi data epidemiologi yang jelas, tepat, dapat
dipercaya dengan validitas dan reliabilitas yang tinggi dan ada hubungannya
dengan penyakit yang mengalami surveilans. Jenis dan bentuk data yag
dikumpulkan disesuaikan dengan tujuan surveilans.
b. Pengelolaan data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti. Data
yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk mentah (raw data) yang
disusun sedemikian rupa sehingga mudah untuk dianalisis. Data yang
terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, grafik maupun bentuk peta atau
bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan
yang berarti.
c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan. Data yag telah
disusun dan dikompilasi, kemudian dianalisis dan dilakukan interpretasi
untuk memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam masyarakat.
d. Penyebarluasan data atau keterangan termasuk umpan balik. Setelah analisis
dan interpretasi data serta telah memiliki nilai keterangan yang cukup jelas

10
dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat
disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini
dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Penyebarluasan data atau
informasi dilakukan dalam tiga arah yang meliputi: (1) ditujukan untuk
tingkat informasi yang lebih tinggi sebagai informasi untuk dapat
menentukan kebijakan selanjutnya; (2) dikirim kepada instansi pelapor atau
ke tingkat administrasi yang lebih rendah dan berfugsi sebagai pengumpul
dan pelapor data dalam bentuk umpan balik; dan (3) disebarluaskan kepada
instansi terkait dan kepada masyarakat luas.
e. Hasil evaluasi data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya, untuk
kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-
perbaikan program dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan
evaluasi atau penilaian hasil kegiatan.

2.7 Aplikasi Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi


Beberapa contoh pengaplikasian surveilans epidemiologi adalah sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan EWARS (The Early Warning Alert and Response System)
EWARS adalah sebuah sistem yang berfungsi dalam mendeteksi adanya
ancaman indikasi KLB penyakit menular yang dilaporkan secara mingguan
dengan berbasis komputer, yang dapat menampilkan sinyal alert atau sinyal
peringatan dini adanya peningkatan kasus penyakit melebihi nilai ambang
batas di suatu wilayah, dan Alert atau signal peringatan dini yang muncul
pada sistem, bukan berarti sudah terjadi KLB tetapi merupakan pra-KLB
yang mengharuskan petugas untuk melakukan respons cepat agar tidak
terjadi KLB (Depkes RI, 2012). Early Warning meliputi 3 hal yaitu
peramalan peristiwa yang akan datang, pengolahan dan penyebaran
informasi kepada pengambil kebijakan dan masyarakat serta melakukan
tindakan yang tepat dan tepat waktu. Sedangkan Response adalah tindakan
yang diambil sebelum, selama dan segera setelah terjadinya bencana, untuk
memastikan bahwa dampak dari bencana dapat diminimalkan serta
memberikan bantuan dan dukungan kepada masyarakat (WHO, 2008).
Menurut Kemenkes RI (2012) tujuan Early Warning and Response
System (EWARS) diantara lain :
1) Menyelenggarakan deteksi dini KLB bagi penyakit menular
2) Stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB penyakit menular
3) Meminimalkan kesakitan/kematian yang berhubungan dengan KLB
4) Memonitor kecenderungan penyakit menular
5) Menilai dampak program pengendalian penyakit yang spesifik.

11
Sebagai suatu system EWARS maka waktu pelaporan kasus didesain
per minggu. Hal ini bertujuan agar data yang didapat selalu up to date dan
sesuai dengan kondisi kesehatan masyarakat pada waktu tersebut. Berikut
digambarkan format laporan Mingguan (W2) dalam EWARS

Format Laporan Mingguan (W2)

Puskesmas/Pustu/Bidan ……………….
Kecamatan ……………
Kabupaten/kota ………
Periode pelaporan dari MInggu tanggal …/…/… sampai
Sabtu tanggal …/…/…

Minggu Epidemiologi ke-……..

Selain dilaporkan dalam format mingguan (W2), permasalahan


kesehatan di suatu wilayah juga dilaporkan dalam format SMS. Adapun isi
dari SMS tersebut meliputi minggu epidemiologi, nama unit pelapor, kode
sms penyakit dan banyaknya kasus. Berikut digambarkan format laporan via
SMS

Format Laporan Via SMS

Contoh penulisan SMS 2, pustu sukoharjo, A10, B15, H3, T4, X110.
Artinya
Minggu epidemiologi ke-2, nama unit pelapor adalah pustu
sukoharjo, jumlah kasus diare = 10, kasus malaria = 15, kasus
chikungunya = 3, kasus klaster penyakit tidak lazim = 4, Jumlah
Kunjungan = 110.

2. Pelaksanaan STEPwise Approach to Surveillance (STEPS)


Pendekatan STEPS adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh
WHO untuk meningkatkan system surveilans pada penyakit tidak menular /
non communicable disease (NCD) dengan tujuan untuk menyediakan data
untuk semua negara anggota WHO. Surveilans PTM dan faktor resikonya
merupakan salah satu strategi upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
yang dilakukan tepat dan terpadu oleh pemerintah, swasta dan masyarakat.

12
Contoh aplikasi STEPS adalah pada pendekatan bertahap surveilans
stroke internasional (STEPwise-stroke). STEPwise-stroke mengidentifikasi
tida kelompok yang berbeda dari pasien stroke yang menimbulkan beban
stroke dalam komunitas atau populasi tertentu. Urutan identifikasinya
didasarkan pada kompleksitasnya meliputi: Informasi tentang pasien stroke
dirawat di fasilitas kesehatan (langkah 1), Identifikasi kejadian stroke fatal
yang berbasis masyarakat (langkah 2), Perkiraan kejadian stroke non-fatal
berbasis masyarakat (langkah 3).

2.8 Penilaian Surveilans Epidemiologi


Untuk penilaian terhadap sistem surveilans, dapat dilakukan terhadap
beberapa sifat utama sistem yang meliputi (Noor, 2008:157).
1. Kesederhanaan
Kesederhanaan suatu sistem surveilans berarti struktur yang sederhana dan
mudah dioprasikan. Sistem surveilans harus sesederhana mungkin, tetapi
tetap bisa mencapai tujuan.
2. Fleksibilitas
Sistem surveilans yang fleksibel dapat diartikan dengan suatu sistem yang
mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan informasi yang dibutuhkan
dan keadaan lapangan dengan terbatasnya waktu, personel dan anggaran.
3. Tingkat penerimaan terhadap sistem
Adanya penerimaan sistem surveilans dapat dapat dilihat dari keinginan
individu maupun organisasi tertentu untuk ikut serta dalam sistem tersebut.
4. Sensitivitas sistem surveilans
Sensitivitas sistem surveilans dimaksudkan dengan tingkat kemampuan
sistem tersebut untuk dapat menjaring data dan informasi yang akurat
5. Nilai ramal positif
Nilai ramal positif adalah proporsi orang-orang yang diidentifikasi sebagai
kasus yang sesungguhnya yang berada dalam kondisi atau yang sedang
mengalami surveilans.
6. Sifat representatifnya sistem
Yang dimaksud dengan representatif adalah suatu sistem surveilans yang
dapat menguraikan dengan tepat berbagai kejadian atau peristiwa kesehatan
atau penyakit sepanjang waktu termasuk penyebarannya terhadap populasi
menurut waktu dan tempat.
7. Ketepatan waktu
Ketepatan waktu yang dimaksudkan adalah tinkat kecepatan atau
keterlambatan diantara langkah-langkah yang harus ditempuh dalam suatu
sistem surveilans.

13
2.9 Kendala dan Keterbatasan dalam Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi
Dalam pelaksanaan program epidemiologi surveilans, seringkali dialami
berbagai kendala dan keterbatasan, antara lain (Noor, 2008:152) :
a. Untuk melaksanakan berbagai kegiatan suatu sistem surveilans, dibutuhkan
sejumlah tenaga khusus dengan kegiatan yang cukup intensif.
b. Untuk mendapatkan hasil analisis dibutuhkan waktu untuk tabulasi dan
analisis data.
c. Masih terbatasnya indikator kunci untuk berbagai nilai-nilai tertentu dari
hasil analisis sehingga sering mengalami kesulitan dalam membuat
kesimpulan hasil analisis, umpamanya indikator kunci tentang peran aktif
masyarakat, tingkat pengetahuan dan motivasi masyarakat terhadap
kehidupan sehat dan lain-lain.
d. Untuk dapat melakukan analisis kecenderungan suatu proses dalam
masyarakat dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk pengumpulan data. Data
yang terbatas hanya satu atau dua tahun saja, sulit untuk dijadikan patokan
dalam membuat analisis kecenderungan.
e. Untuk melakukan penilaian terhadap tingkat keberhasilan suatu program,
biasanya, mengalami kesulitan bila dilakukan pada populasi yang jumlahnya
kecil, atau bila tidak ada populasi atau kelompok pembanding (kontrol).
f. Seringkali diperoleh laporan hasil surveilans yang kurang lengkap sehingga
sulit membuat analisis maupun kesimpulan

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Surveilans adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus


menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan
memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan
penanggulangan secara efektif dan efisien. Terdapat beberapa jenis surveilans
yaitu, surveilans Aktif, surveilans Pasif, surveilans sentinel, surveilans
individu, surveilans penyakit, surveilans laboratorium, surveilans sindromik,
surveilans terpadu, dan surveilans kesehatan masyarakat global.
Metode dalam surveilans epidemiologi ada lima jenis yaitu Metode
Hospital Wide Traditional Surveillance, Metode Periodic Surveillance,
Metode Prevalence Survey, Metode Targeted Surveillance dan Metode
Outbreak Threshold. Langkah-langkah dalam pelaksanaan surveilans ada 5
yaitu pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan interpretasi data,
penyebarluasan data, dan evaluasi data. Pengaplikasian sistem surveilans
dapat dilihat dari pelaksanaan EWARS di Indonesia dan STEPS oleh WHO.
Sistem Surveilans yang baik dapat dilihat dari beberapa indikasi penilaiannya
seperti kesederhanaan, fleksibilitas, tingkat penerimaan, sensitivitas, nilai
ramal positif, representatif, dan tingkat ketepatan waktu. Terdapat beberapa
Kendala dan keterbatasan dalam surveilans yaitu dibituhkan petugas khusus,
dibutuhkan waktu yang cukup lama, kurangnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat, dibutuhkan populasi yang besar agar data yang dihasilkan akurat
dan beberapa hasil surveilans yang ada kurang lengkap sehingga sulit untuk
menarik kesimpulan atau membuat analisis.

15
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Dedi dan Muliawati, Ratna.2013. Pilar Dasar Kesehatan Masyarakat
.Yogyakarta: Nuha Medika.
Amiruddin, Ridwan.2017. Surveilans Kesehtan Masyarakat.Jakarta: Trans Info
Media.
Budiarto, Eko dan Anggraeni, Dewi. 2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Hikmawati, Isna. 2011.Buku Ajar Epidemiologi.Yogyakarta: Nuha Medika.
Kemenkes, 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 45 Tahun
2014 (Online)
http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/20141001102656.permenkes_ri_no_45_tahun
_2014_tentang_penyelenggaraan_surveilans_kesehatan.pdf diakses tanggal 15 April
2018
Murti, Bhisma. 2010. Surveilans Kesehatan Masyarakat, (Online)
http://fk.uns.ac.id/static/materi/Surveilans_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf diakses tanggal
15 April 2018
Najmah. 2015. Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Natalia, Aryanti. 2012. Gambaran Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Penyakit
Demam Berdarah Dengue Ditinjau Dari Aspek Petugas di Tingkat Puskesmas Kota
Semarang Tahun 2011, (Online) http://eprints.undip.ac.id/38321/ diakses tanggal 18
April 2018
Noor, Nur Nasry.2008. Epidemiologi.Jakarta: Rineka Cipta.
Subaris, dkk. 2004. Manajemen Epidemiologi.Yogyakarta: Media Pressindo.
World Health Organization. 2003. STEPS: A Framework for Surveillance,
(Online) http://www.who.int/ncd_surveillance/en/steps_framework_dec03.pdf
diakses tanggal 16 April 2018.

16

Anda mungkin juga menyukai