Oleh :
SARAH AMIRA M.21.02.053
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Atas berkat rahmatNya dan
Dan pertolongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini
dengan sebaik-baiknya, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW. Beserta para sahabat, keluarga serta umatnya. Ucapan terimakasih
kepada Dosen Pengampu Mata , yang telah sabar memberikan bimbingan dan arahan dalam
perkuliahan maupun penyusunan makalah, juga kepada teman teman di kelas. Semoga
bantuan dari Anda semuanya memberikan manfaat bagi kita semua amin. Kritik, Saran dan
pertanyaan silakan disampaikan kepada penulis pada saat diskusi kelas, baik secara lisan,
maupun tulisan Terimakasih.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………………………………………………………………………………… 1
C. Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………………9
B. Saran………………………………………………………………………………………………………………………………… 9
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
istilah Surveilans ini (Surveillance) sebenarnya berasal dari bahasa perancis yang berarti
mengamati tentang sesuatu. Istilah ini awalnya dipakai dalam bidang penyelidikan atau
intelligent untuk memata-matai orang yang dicurugai, yang dapat membahayakan.
Surveilans kesehatan masyarakat awalnya hanya dikenal dalam bidang epidemiologi, namun
dengan berkembangnya berbagai macam teori dan aplikasi diluar bidang epidemiologi,
maka surveilans menjadi cabang ilmu tersendiri yang diterapkan luas dalam kesehatan
masyarakat. Surveilans sendiri mencakup masalah borbiditas, mortalitas, masalah gizi.
demografi, Penyakit Menular, Penyakit Tidak menular, Demografi, Pelayanan Kesehatan,
Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan beberapa faktor resiko pada individu, keluarga,
masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Demikian pula perkembangan Surveilans
Epidemiologi dimulai dengan surveilans penyakit menular, lalu meluas ke penyakit tidak
menular, misalnya cacat bawaan. kekurangan gizi dan lain-lain. Bahkan baru-baru ini,
surveilens epidemiologi digunakan untuk menilai, memonitor, mengawasi dan
merencanakan program-program kesehatan pada umumnya (Wuryanto, A. 2010)
Istilah Surveilans sudah dikenal oleh banyak orang, namun dalam aplikasinya banyak orang
menganggap bahwa surveilans identik dengan pengumpulan data dan penyelidikan Kejadian
Luar Bisa (KLB), hal inilah yang menyebabkan aplikasi sistem surveilans di Indonesia belum
berjalan optimal, padahal sistem ini dibuat cukup baik untuk mengatasi masalah kesehatan
(Wuryanto, A.2010).
Jadi surveilans epidemiologi bukan hanya sekedar pengumpulan data dan penyelidikan
Kejadian Luar Biasa (KLB) saja tetapi kegunaan dari surveilans epidemiologi lebih dari itu
misalnya untuk mengetahui jangkauan dari pelayanan kesehatan, untuk meramalkan
terjadinya wabah dan masih banyak lagi manfaat dan surveilans epidemiologi, untuk itu
penulis terdorong untuk melakukan penulisan mengenai surveilans epidemiologi agar
mengubah pemikiran masyarakat akan arti dan kegunaan dari surveilans epidemiologi serta
pentingnya mengetahui pengertian, tujuan, jenis-jenis, prinsip, fungsi, langkah, dan ruang
lingkup dari surveilans epidemologi tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
5. Untuk deteksi dan prediksi terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa) dari sebuah penyakit
3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-
menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit.
Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator- indikator kesehatan individual
maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik
mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda atau
temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh
konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit Surveilans sindromik dapat dikembangkan
pada level lokal, regional, maupun nasional.
Sebagai contoh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan
surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit- penyakit yang mirip influenza (flu-
like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut,
para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus
sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan
tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin dan
jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka
penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu buning dan antraks, sehingga dapat
memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk memonitor
krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006).
Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu darifasilitas
kesehatan, laboratorium atau anggota komunitas pada lokasi tertentu disebut surveilans
sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik
untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas
(DCP2. 2008; Erme dan Quade, 2010).
4. Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit
infeksi. Surveilans berbasis laboratorium digunakan untukmendeteksi dan menonitor
penyakit infeksi. Penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri
tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap
daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik. Sebagai contoh,
pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah
laboratorium sentral untuk mendeteksi strainbakteri tertentu memungkinkan deteksi
outbreak penyakit dengan lebih segera dan
indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi
diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola
perilaku, gejala-gejala, tanda atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka
sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit Surveilans
sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional.
Sebagai contoh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan
surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit- penyakit yang mirip influenza (flu-
like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut,
para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus
sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan
tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin dan
jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka
penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu buning dan antraks, sehingga dapat
memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk memonitor kri
sis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006).
Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas
kesehatan, laboratorium atau anggota komunitas pada lokasi tertentu disebut surveilans
sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik
untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas
(DCP2. 2008; Erme dan Quade, 2010).
5. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan
surveilans disuatu wilayah yurisdiksi (negara/provinsi/kabupaten/kota) sebagai sebuah
pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses dan personalia
yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan
pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan
perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al.,
2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services) b. Menggunakan
pendekatan solusi majemuk
b. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural d. Melakukan sinergi antara fungsi
inti surveilans (pengumpulan, pelaporan,
analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (pelatihan dan supervisi,
penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya). Mendekatkan fungsi
surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu,
surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans
yang berbeda (WHO. 2002)
6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Masyarakat Global Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi
manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas
negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan
negara maju di dunia makin serupa dan bergayut Timbulnya epidemi global (pandemi)
khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang
manyatukan para praktisi kesehatan. peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara.
Perdagangan dan perjalanan internasional diabad modern, migrasi manusia dan binatang
serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya,
masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju di dunia
makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut
dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi
kesehatan, peneliti.pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan
kebutuhan- kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka
penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul
kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging
diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung dan SARS. Agenda surveilans global yang
komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan
keamanan dan ekonomi (DCP2, 2008).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebaiknya sebelum kita melakukan surveilans epidemologi, kita harus benar-
benar memahami konsep dan dasar-dasar surveilans itu sendiri agar pada saat
penerapannya nanti kita bisa mendapatkan hasil maksimal dan dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bensimon CM, Upshur REG (2007). Evidence and effectiveness in decisionmaking for
quarantine. Am J Public Health.97:S44-48.
Conceptual framework of public health surveillance and action and its application in health
sector reform. BMC Public Health, 2:2 http://www.biomedcentral. com. Diakses pada
tanggal 25 September 2013
DCP2 (2008). Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics. Disease
Control Priority Project