Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

JENIS SURVEILANS DALAM EPIDEMIOLOGI


DOSEN MATA KULIAH : Dr.Zamli,SKM.,M.Kes

Oleh :
SARAH AMIRA M.21.02.053

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullai wa barakatuh

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Atas berkat rahmatNya dan
Dan pertolongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini
dengan sebaik-baiknya, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW. Beserta para sahabat, keluarga serta umatnya. Ucapan terimakasih
kepada Dosen Pengampu Mata , yang telah sabar memberikan bimbingan dan arahan dalam
perkuliahan maupun penyusunan makalah, juga kepada teman teman di kelas. Semoga
bantuan dari Anda semuanya memberikan manfaat bagi kita semua amin. Kritik, Saran dan
pertanyaan silakan disampaikan kepada penulis pada saat diskusi kelas, baik secara lisan,
maupun tulisan Terimakasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullai wa barakatuh


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang…………………………………………………………………………………………………………………… 1

B. Rumusan masalah ……………………………………………………………………………………………………………… 1

C. Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengrtian surveilans dan epimediologi ……………………………………………………………………………. 5

B. Tujuan surveilans epimediologi ………………………………………………………………………………………. 5

C. Jenis surveilans epimediologi …………………………………………………………………………………………5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………………9

B. Saran………………………………………………………………………………………………………………………………… 9

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………………………… 10


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

istilah Surveilans ini (Surveillance) sebenarnya berasal dari bahasa perancis yang berarti
mengamati tentang sesuatu. Istilah ini awalnya dipakai dalam bidang penyelidikan atau
intelligent untuk memata-matai orang yang dicurugai, yang dapat membahayakan.
Surveilans kesehatan masyarakat awalnya hanya dikenal dalam bidang epidemiologi, namun
dengan berkembangnya berbagai macam teori dan aplikasi diluar bidang epidemiologi,
maka surveilans menjadi cabang ilmu tersendiri yang diterapkan luas dalam kesehatan
masyarakat. Surveilans sendiri mencakup masalah borbiditas, mortalitas, masalah gizi.
demografi, Penyakit Menular, Penyakit Tidak menular, Demografi, Pelayanan Kesehatan,
Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan beberapa faktor resiko pada individu, keluarga,
masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Demikian pula perkembangan Surveilans
Epidemiologi dimulai dengan surveilans penyakit menular, lalu meluas ke penyakit tidak
menular, misalnya cacat bawaan. kekurangan gizi dan lain-lain. Bahkan baru-baru ini,
surveilens epidemiologi digunakan untuk menilai, memonitor, mengawasi dan
merencanakan program-program kesehatan pada umumnya (Wuryanto, A. 2010)

Istilah Surveilans sudah dikenal oleh banyak orang, namun dalam aplikasinya banyak orang
menganggap bahwa surveilans identik dengan pengumpulan data dan penyelidikan Kejadian
Luar Bisa (KLB), hal inilah yang menyebabkan aplikasi sistem surveilans di Indonesia belum
berjalan optimal, padahal sistem ini dibuat cukup baik untuk mengatasi masalah kesehatan
(Wuryanto, A.2010).

Surveilens epidemiologi pada umumnya digunakan untuk, mengetahui dan melengkapi


gambaran epidemiologi dari suatu penyakit, untuk menentukan penyakit mana yang
diprioritaskan untuk diobati atau diberantas, untuk meramalkan terjadinya wabah, untuk
menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan penyakit menular, dan
program-program kesehatan lainnya seperti program mengatasi kecelakaan, program
kesehatan gigi, program gizi, untuk mengetahui jangkauan dari pelayanan kesehatan
(Wuryanto, A.2010).

Jadi surveilans epidemiologi bukan hanya sekedar pengumpulan data dan penyelidikan
Kejadian Luar Biasa (KLB) saja tetapi kegunaan dari surveilans epidemiologi lebih dari itu
misalnya untuk mengetahui jangkauan dari pelayanan kesehatan, untuk meramalkan
terjadinya wabah dan masih banyak lagi manfaat dan surveilans epidemiologi, untuk itu
penulis terdorong untuk melakukan penulisan mengenai surveilans epidemiologi agar
mengubah pemikiran masyarakat akan arti dan kegunaan dari surveilans epidemiologi serta
pentingnya mengetahui pengertian, tujuan, jenis-jenis, prinsip, fungsi, langkah, dan ruang
lingkup dari surveilans epidemologi tersebut.

B. Rumusan Masalah

a. Pengertian surveilans epidemologi?

b. Tujuan dari surveilans epidemologi ?

c. apa Jenis-jenis dari surveilans epidemologi?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:

a. Mengetahui Pengertian dari surveilans epidemologi

b. mengetahui tujuan dari surveilans epidemologi

c. Mengetahui jenis-jenis dari surveilans epidemologi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian surveilans dan epimediologi


Menurut WHO Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada
unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu
definisi surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi
serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan
pengumpulan dan pengolahan data. Sehingga dalam sistem ini yang dimaksud dengan
surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah- masalah kesehatan tersebut,
agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan.
Surveilens adalah kegiatan pengumpulan data yang sistematik dan menghasilkan
Informasi Epidemiologi untuk perencanaan, implementasi dan penilaian pembrantasan
penyakit. (WHO, 1968), Surveilens berfungsi sebagai otak dan sistem saraf untuk program
pencegahan dan pembrantasan penyakit. (Henderson, 1976).
Epidemiologi adalah wabah penyakit terutama yang menular secara cepat dan tak
terduga pada suatu wilayah tertentu. Agar wabah tidak meluas ekskalasinya maka
diperlukan sistem monitoring untuk mengembangkan suatu metode dalam menganalisis
secara sistematis keadaan dan keberadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi
dan menaggulangi secara cepat dan terintegrasi. Untuk itu Departemen Kesehatan telah
mengeluarkan keputusan menteri. (Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun 2014 ISBN: 978-602-1180-
04-4 Fakultas Teknik-Universitas Muria Kudus 242 No. 1479/MENKES/SK/X/2003).
Epidomologi adalah wadah penyait terutama yang menular secara cepat dan tak
terduga di suatu wilaya tertentu. Diperlukan suatu metode monitoring dalam menganalisis
secara sistematis agar suatu penyakit tidak meluas dalamsuatu untuk mengatasinya.
Kebijakan mentri upaya147/MENKES/SK/X/2003 tentang pedoman penyelenggaraan sistem
surveilansEpidomologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular terpadu.
DiperlukanSistem Surveilans Terpadu (SST) dalam suatu pengawasan utama
epidomologimeliputi semua unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, Laboratorium,
RumahSakit). Dinas kesehatan daerah menjadi sistem informasi epidomologi dalam rangka
mendukung pemberantasan penyakit menular dan tidak menular secar nasional dengan
menggunakan palaksaan oprasioal SST di tingakat pemerintah daerah (Muslih. Elkaf R. SS.
Nurhemdratno2).
Surveilans Epidomologi adalah proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi data
yang outcome-spesific secara sistematik dan terus menerus yang digunakan untuk
perencanaan, implementasi, dan evaluasi praktik Kesehatan masyarakat. Keputusan Mentri
Kesehatan RI No 1116 tahun 2003 tentang : system surveilans epidomologi didefinisikan
sebagai tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidomologi yang terintegrasi antara
unit-unit penyelenggam surveilans dengan laboratorium sumber-sumber data, pusat
penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi tata hubungan
surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten/kota, provinsi dan pusat.
Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans
epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara Surveilans dengan
laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara
program kesehatan, meliputi hubunga Surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten/kota,
propinsi dan pusat. Kadang di gunakan istilah surveilans epidemiologi baik surveilans
kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama, sebab
menggunakan metode yang sama dan tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan
masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal sebagai sains inti kesehatan
masyarakat (core s cience of public health). Ada beberapa definisi surveilans epidemiologi,
diantaranya adalah
. Menurut Karyadi (1994), surveilans epidemiologi adalah pengumpulan data epidemiologi
yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan dalam bidang penanggulangan
penyakit, yaitu:
1. Perencanaan program pemberantasan penyakit Mengemal epidemiologi penyakit berarti
mengenal masalah yang kita hadapi. Dengan demikian suatu perencanaan program dapat
diharapkan akan berhasil dengan baik.
2. Evaluasi program pemberantasan penyakit. Bila kita tahu keadaan penyakit sebelum ada
program pemberantasannya dan kita menentukan keadaan penyakit setelah program ini,
maka kita dapat mengukur dengan angka-angka keberhasilan dari program pemberantasan
penyakit tersebut.
3. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah. Suatu sistem surveilans yang
efektif harus peka terhadap perubahan- perubahan pola penyakit di suatud aerah tertentu.
Setiap kecenderungan peningkatan insidens, perlu secepatnya dapat diperkirakan dan setiap
Kejadian Luar Biasa (KLB) secepatnya dapat diketahui. Dengan demikian suatu peningkatan
insidens atau perluasan wilayah suatu kejadian Luar Biasa (KLB) dapat dicegah.
. Menurut Nur Nasry Noor (1997), surveilans epidemiologi adalah pengamatan secara teratur
dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun
penyabarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan
penanggulangannya.
• Surveilans epidemilogi yang terjemahan dari epidemiologi ialah pekerjaan praktis yang
utama dari "ahli epidemiologi Perkembangan surveilans epidemiologi di mulai dengan
serveilans penyakit menular yang meluas ke penyakit tidak menular, saat ini surveilans
epidemiologi digunakan untuk menilai, monitor, mengawasi dan merencanakan program-
program kesehatan pada umumnya.
. Dalam epidemiologi telah lama dipakai istilah "Surveilans". Mula-mula arti yang diberikan
adalah suatu macam observasi terhadap seseorang atau orang-orang yang disangka
menderita suatu penyakit menular dengan cara mengadakan berbagai pengawasan medis,
tanpa mengawasi kebebasan gerak dari orang yang bersangkutan (Buku ajar Epidemiologi
untuk mahasiswa kebidanan Wahyudin Rajab M.Erid: 2008 buku kedokteran EGT Jakarta).
. Surveilan Epidemiologi adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi
dan informasi data kesehatan secara sistematik dan terus menerus untuk secara sistematik
dan terus menerus untuk sistem kegiatan kegunaan.
Surveilans Epidemiologi mendeteksi perubahan masalah kesehatan sedini mungkin
sehingga dapat dilakukan tindakan kontrol atau preventif terhadap perubahan tersebut,
deteksi perubahan lingkungan/vektor yg dianggap dapat menimbulkan penyakit pada
populasi seperti, tes serologi Surveilans Epidemiologi menilai kejadian penyakit pada
populasi: (insiden, prevalensi) menentukan population at risk, sehingga dapat ditentukan
kelompok dan daerah yang beresiko, perjalanan penyakit menular, data surveilans dapat
digunakan untuk perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan.
• Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengumpulan data epidemiologi secara sistimatis,
teratur dan terus menerus, pengolahan analisa dan interpretasi data tersebut hingga
menghasil kan informasi, selanjutnya informasi disebarkan kepada orang atau lembaga
yang berkepentingan. dalam rangka memantau, menilai dan merencanakan kembali
program- program atau pelayanan.

. Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan yang terus-menerus, distribusi dan kecenderungan


penyakit melalui sistematik pengumpulan data, konsolidasi, dan evaluasi laporan morbiditas
dan mortalitas juga data- data lain yang sesuai. (Langmuir, 1963)
. Surveilans Epidemiologi adalah pengamatan yang terus-menerus atas distribusi, dan
kecendrungan suatu penyakit melalui pengumpulan data yang sistematis agar dapat
ditentukan penanggulangannya yang secepat cepatnya. (Gunawan, 2007).

C.Tujuan Surveilans epidemiologi


Adapun tujuan lain untuk Untuk memantau kecenderungan penyakit:
1. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit untuk mendeteksi dini outbreak

2. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease


burden) pada populasi

3. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi,


monitoring dan evaluasi program kesehatan 5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas
program Kesehatan

4. . Mengidentifikasi kebutuhan riset. (Last. 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002)

5. Untuk deteksi dan prediksi terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa) dari sebuah penyakit

6. Memantau kemajuan suatu program pemberantasan

7. Menyediakan informasi untuk perencanaan pembangunan pelayanan Kesehatan


Memperkirakan besamya suatu kesakitan atau kematian yang berhubungan dengan
masalah yang sedang diamati

8. Bisa digunakan sebagai dasar penelitian untuk menentukan suatu Tindakan


penanggulangan atau pencegahan penyakit Mengidentifikasikan faktor resiko yang
berhubungan dengan kejadian suatu

9. Penyakit Memungkinkan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap Tindakan


penanggulangan Mengawali upaya untuk meningkatkan tindakan-tindakan praktek
klinis olch
petugas kesehatan yang terlibat dalam sistim surveilans Pembuatan policy dan
kebijakan pemberantasan penyakit
.
10. Dalam menjalankan kegiatan surveilans epidemiologi, diperlukan keterpaduan satu
sama lain, untuk itu ditetapkan sebuah atribut atau pedoman

dalam pelaksanaannya. Sebuah kegiatan surveilans epidemiologi hendaknya mengikuti


beberapa kriteria seperti sederhana, fleksibel, bisa diterima (acceptability), sensitif (sesuai
dengan laporan kasus, proporsi dari masalah kesehatan), benar dan tepat waktu.
Dikenal beberapa jenis surveilans:
1. Surveilans Individu Surveilans individu (individual surveillance)
mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit
serius, misalnya pes. cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning dan sifilis. Surveilans individu
mendeteksi dan memonitor individu individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius,
memungkinkan dilakukan isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit
yang dicurigai dapat dikendalikan. Karantina merupakan isolasi yang membatasi gerak dan
aktivitas orang orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus
penyakit menular selama periode menular. Karantina total dan karantina parsial merupakan
dua jenis karantina yang bertujuan mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi.
Dengan karantina total membatasi kebebasan gerak kontak semua orang yang terpapar,
sedangkan karantina persial membatasi kontak secara selektif berdasarkan tingkat
kerawanan dan bahaya transmisi penyakit.
Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap
kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina
merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau
binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode
menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi
seandainya terjadi infeksi (Lust, Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul
AIDS antara 1980 dan SARS. Dikenal dua jenis karantina yaitu Karantina total dan Karantina
parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit
menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar.
Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan
perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi
penyakit Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak,
sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada
pos tertentu dicutikan, sedang di pos-pos lainnya tetap bekerja. Karantina diterapkan secara
terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral dan filosofi tentang
legitimasi, akseptabilitas dan efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut untuk
mencapai tujuan Kesehatan masyarakat (Bensimon dan Upshur, 2007).
2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus menerus
terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis,
konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian serta data relevan
lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Melakukan
pengawasan terus menerus terhadap distribusi dan kecendrungan insidensi penyakit,melalui
pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan laporan penyakit dan
kematian, serta data relevan lainnya. Fokus surveilans penyakit adalah penyakit bukan pada
suatu individu (orang), negara negara menggunakan surveilans penyakit yang didukung
melalui program program vertikal (pusat-daerah).
Pada banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program
vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberculosis program surveilans malaria.
Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang
tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya.
Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit
dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan
biaya untuk sumberdaya masing-masing dan memberikan informasi duplikatif sehingga
mengakibatkan inefisiensi,

3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-
menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit.
Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator- indikator kesehatan individual
maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik
mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda atau
temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh
konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit Surveilans sindromik dapat dikembangkan
pada level lokal, regional, maupun nasional.
Sebagai contoh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan
surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit- penyakit yang mirip influenza (flu-
like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut,
para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus
sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan
tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin dan
jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka
penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu buning dan antraks, sehingga dapat
memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk memonitor
krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006).
Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu darifasilitas
kesehatan, laboratorium atau anggota komunitas pada lokasi tertentu disebut surveilans
sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik
untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas
(DCP2. 2008; Erme dan Quade, 2010).
4. Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit
infeksi. Surveilans berbasis laboratorium digunakan untukmendeteksi dan menonitor
penyakit infeksi. Penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri
tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap
daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik. Sebagai contoh,
pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah
laboratorium sentral untuk mendeteksi strainbakteri tertentu memungkinkan deteksi
outbreak penyakit dengan lebih segera dan
indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi
diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola
perilaku, gejala-gejala, tanda atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka
sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit Surveilans
sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional.
Sebagai contoh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan
surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit- penyakit yang mirip influenza (flu-
like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut,
para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus
sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan
tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin dan
jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka
penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu buning dan antraks, sehingga dapat
memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk memonitor kri
sis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006).

Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas
kesehatan, laboratorium atau anggota komunitas pada lokasi tertentu disebut surveilans
sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik
untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas
(DCP2. 2008; Erme dan Quade, 2010).
5. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan
surveilans disuatu wilayah yurisdiksi (negara/provinsi/kabupaten/kota) sebagai sebuah
pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses dan personalia
yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan
pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan
perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al.,
2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services) b. Menggunakan
pendekatan solusi majemuk
b. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural d. Melakukan sinergi antara fungsi
inti surveilans (pengumpulan, pelaporan,
analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (pelatihan dan supervisi,
penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya). Mendekatkan fungsi
surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu,
surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans
yang berbeda (WHO. 2002)
6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Masyarakat Global Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi
manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas
negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan
negara maju di dunia makin serupa dan bergayut Timbulnya epidemi global (pandemi)
khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang
manyatukan para praktisi kesehatan. peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara.
Perdagangan dan perjalanan internasional diabad modern, migrasi manusia dan binatang
serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya,
masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju di dunia
makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut
dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi
kesehatan, peneliti.pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan
kebutuhan- kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka
penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul
kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging
diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung dan SARS. Agenda surveilans global yang
komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan
keamanan dan ekonomi (DCP2, 2008).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tentang surveilans


epidemiologi ini adalah sebagai berikut:

1. Surveilans atau surveilars epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis


dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi
yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-
masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan.

2. ISPA dan Tifus merupakan penyakit yang mendominasi Puskesmas A dan


Puskesmas B fakor faktor yang mempengaruhi antara lam daya tahan tubuh, PHBS
(Prilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan Lingkungan. Pada Kota Banjarbaru total terbanyak
penyakit dari seluruh puskesmas adalah Diare, sekitar 1000 kasus keluhan tiap
tahunnya.

B. Saran
Sebaiknya sebelum kita melakukan surveilans epidemologi, kita harus benar-
benar memahami konsep dan dasar-dasar surveilans itu sendiri agar pada saat
penerapannya nanti kita bisa mendapatkan hasil maksimal dan dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA

Bensimon CM, Upshur REG (2007). Evidence and effectiveness in decisionmaking for
quarantine. Am J Public Health.97:S44-48.

Conceptual framework of public health surveillance and action and its application in health
sector reform. BMC Public Health, 2:2 http://www.biomedcentral. com. Diakses pada
tanggal 25 September 2013

DCP2 (2008). Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics. Disease
Control Priority Project

Anda mungkin juga menyukai