Anda di halaman 1dari 7

Pijat oksitosin

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018, hanya 44 persen dari bayi baru lahir di dunia
yang mendapat ASI dalam waktu satu jam pertama sejak lahir, bahkan masih sedikit bayi di bawah usia
enam bulan disusui secara eksklusif. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Afrika Tengah sebanyak 25%,
Amerika Latin dan Karibia sebanyak 32%, Asia Timur sebanyak 30%, Asia Selatan sebanyak 47%, dan
Negara berkembang sebanyak 46%. Secara keseluruhan, kurang dari 40 persen anak di bawah usia enam
bulan diberi ASI eksklusif (WHO, 2018).

Menurut data World Health Organization (WHO) dan UNICEF, cakupan ASI eksklusif pada bayi di bawah
6 bulan adalah 41% dan ditargetkan mencapai 70% pada tahun 2030 (2018 dalam Global Breastfeeding
Scorecard, 2018). Standar pertumbuhan anak yang diterapkan diseluruh dunia menurut WHO yaitu
menekankan pemberian ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelah itu bayi mulai diberikan makanan
pendamping ASI sampai usia mencapai 2 tahun dan tetap menyusui (Arma, 2017)

Semua perempuan mempunyai potensi untuk memberikan ASI kepada anaknya, namun tidak semua ibu
postpartum dapat langsung mengeluarkan ASI. Pengeluaran ASI merupakan interaksi yang
sangatkompleks antara rangsangan mekanik, syaraf dan bermacam-macam hormon yang
mempengaruhi keluarnya oksitosin (Endah, 2011 dalam Wulandari,2014). Kendala dalam memberikan
ASI secara dini pada hari pertama setelah melahirkan yaitu produksi ASI yang sedikit.

Menurut asumsi peneliti bahwa kurangnya produksi ASI pada awal setelah kelahiran bayi selain
disebabkan karena faktor psikologis ibu seperti ketidaknyamanan, ketegangan emosional dan rasa tidak
percaya diri juga disebabkan karena IMD yang kurang tepat dalam pelaksanaannya karena hal ini
berkaitan dengan kekuatan menghisap, frekuensi dan lama penyusuan.

ASI tidak keluar adalah kondisi tidak diproduksinya ASI atau sedikitnya produksi ASI. Hal ini disebabkan
pengaruh hormon oksitosin yang kurang bekerja sebab kurangnya rangsangan isapan bayi yang
mengaktifkan kerja hormon oksitosin. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI

Di Indonesia hampir 9 dari 10 ibu pernah memberikan ASI, namun penelitian IDAI (Yohmi dkk, 2015)
menemukan hanya 49,8% yang memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan sesuai rekomendasi
WHO. Rendahnya cakupan pemberian ASI ekslusif ini dapat berdampak pada kualitas hidup generasi
penerus bangsa dan juga pada perekonomian nasional. (IDAI, 2016)

Dalam Riskesdas 2013 yang menjadi salah satu indikator yang dapat digunakan untuk PHBS sesuai
dengan kriteria PHBS yang ditetapkan oleh Pusat Promkes pada tahun 2011, yaitu memberi ASI eksklusif.

Penurunan produksi ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya
rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi ASI.
Penelitian yang dilakukan oleh Blair (2003) menunjukkan bahwa pada 95 ibu post partum yang menyusui
bayinya ditemukan produksi ASInya menurun jika rangsangan hisapan bayi menurun atau berkurang.
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Pace (2001) menunjukkan bahwa penurunan hisapan bayi
juga menurunkan stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin
Kenyataan dilapangan menunjukkan produksi dan ejeksi ASI yang sedikit pada harihari pertama setelah
melahirkan menjadi kendala dalam pemberian ASI secara dini. Menurut Cox (2006) disebutkan bahwa
ibu yang tidak menyusui bayinya pada hari-hari pertama disebabkan oleh kecemasan dan ketakutan ibu
akan kurangnya produksi ASI serta kurangnya pengetahuan ibu tentang proses menyusui. Sedangkan
penelitian yang dilakkukan oleh Roesli (2005) telah membuktikan bahwa tidak ada ibu yang kekuraangan
produksi ASI. Pada 100 ibu yang menyusui ternyata hanya ada dua ibu yang benar-benar produksi
ASInya sedikit

Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dapat membantu mencegah infeksi penyakit pada bayi.
Penelitian di Rumah Sakit Kediri menyimpulkan bahwa semakin lama pemberian ASI dapat menurunkan
episode diare. Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif selama enam bulan berisiko dua kali lebih sering
menderita diare rotavirus dibanding bayi dengan ASI eksklusif.8 Diare jarang terjangkit pada bayi
berumur tiga bulan ke bawah, diduga karena antibodi ibu yang diturunkan kepada anak melalui plasenta
dan ASI (Ngastiyah, 2011)

Hubungan antara perkembangan bayi dan pemberian ASI telah banyak diteliti. Meta-analisis yang
dilakukan Anderson et al. (1999) menyimpulkan bahwa bayi yang diberikan ASI memiliki tingkat
perkembangan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang diberilan susu formula. Salah satu
penjelasan dari hasil penelitian tersebut adalah 60% dari otak bayi tersusun dari lemak, terutama DHA
dan asam arachidonat (AA), dan ASI mengandung asam lemak tak jenuh rantai panjang (LCPUFAs)
seperti DHA dan AA yang merupakan zat gizi ideal untuk pertumbuhan otak bayi yang belum matang
(Fikawati dkk, 2015)

Hormon oksitosin bekerja merangsang otot polos untuk meremas ASI yang ada pada alveoli, lobus serta
duktus yang berisi ASI yang dikeluarkan melalui putting susu. (Walyani dan Purwoastuti, 2015)

Menurut Fikawati, dkk (2015) menyebutkan bahwa salah satu tindakan yang perlu dilakukan untuk
memaksimalkan kualitas dan kuantitas ASI, yaitu pemijatan punggung. Pemijatan punggung ini berguna
untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin menjadi lebih optimal dan pengeluaran ASI menjadi
lancar. Menurut Lowdermik, Perry & Bobak (2000), pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat Oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang
belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang
hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan.

Data penelitian dikumpulkan dengan melakukan pemijatan oksitosin setelah 3 jam postpartum dan
selama 5 hari tiap pagi dan sore hari selanjutnya dilakukan observasi pada hari ke-6. Data yang
terkumpul selanjutnya diproses dan dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square
dengan bantuan perangkat lunak komputer.

Menurut Kiftia (2015), pemijatan adalah salah satu terapi nonfarmakologis untuk mengurangi
ketidaknyamanan pada pasien dan membantu pasien relaksasi. Ketika ibu merasa rileks maka akan
menurunkan kadar epinefrin dan nonepinefrin dalam darah sehingga ada keseimbangan.

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae
kelimakeenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah
melahirkan. (Rahayu, 2016) Pijat ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau refleks
pengeluaran ASI. Ibu yang menerima pijat oksitosin akan merasa lebih rileks. (Monika, F.B. Monika,
2014).

Hal ini sesuai dengan teori Guyton dan Hall (2008) bahwa pijat yang dilakukan dibagian punggung dapat
merangsang pengeluaran hormon endorphin, hormon ini berfungsi untuk memberikan rasa santai dan
menimbulkan ketenangan sehingga pemijatan dapat menurunkan ketegangan otot. Pada bagian
punggung sering sekali terjadi ketegangan otot, tetapi dengan dilakukannya pijat oksitosin maka akan
memberikan kenyamanan pada daerah punggung dan meningkatkan produksi ASI.

Pijat oksitosin juga mudah dilakukan dengan gerakan yang tidak terlalu banyak sehingga dapat diingat
oleh keluarga untuk dilakukan dan tak membutuhkan waktu yang lama. Dukungan dari suami dan
keluarga juga berperan penting dalam menyusui. Salah satu wujud dukungan tersebut dapat dilihat dari
suami dan keluarga menyetujui untuk melakukan pijat oksitosin sehingga ibu dapat termotivasi untuk
menyusui bayinya serta adanya anggota keluarga yang bersedia membantu melakukan pekerjaan rumah
yang biasa dilakukan ibu.

Pemerintah telah menetapkan peraturan pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Ekslusif,
peraturan pemerintah tersebut menyatakan bahwa setiap bayi harus mendapatkan ASI Ekslusif yaitu ASI
yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa penambahan dan/atau
mengganti dengan makanan atau minuman lain (Santi, 2017).

Kelompok intervensi diberikan terapi pijat oksitosin selama 30 menit dan kelompok kontrol diberikan
pijat oksitosin selama 15 menit, dengan penentuan secara acak

Cara kerja

Secara fisiologis, peranan ASI sangat berpengaruh dalam pemenuhan nutrisi dan kekebalan tubuh bagi
bayi, dan sebagai pilar utama dalam tumbuh kembang bayi di tingkat kognitif, perilaku dan motorik
(Horta, de Sousa and de Mola, 2018; Nova and Afriyanti, 2018; Field, 2019). Manfaat menyusui bagi ibu
dapat meningkatkan kadar oksitosin yang dapat membantu dalam proses involusi uterus selama masa
nifas (Krol et al., 2018). Pijatan oksitosin telah menjadi terapi yang dapat menurunkan laju

Adenocorticotropic Hormon (ACTH) dan yang mungkin membantu sekresi hormon dan prolaktin guna
meningkatkan produksi ASI (Winter and Jurek, 2019).

Teknik pijat oksitosin adalah tindakan pijat pada bagian tulang belakang (vertebra) mulai dari servikalis
ketujuh hingga ke kosta 5-6 yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk mengirimkan
perintah ke bagian belakang otak untuk menghasilkan oksitosin (Morhenn, Beavin and Zak, 2012). ASI
memiliki tingkat perkembangan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang diberilan susu formula.

Menurut asumsi peneliti bahwa peningkatan produksi ASI ini disebabkan karena peningkatan rasa
nyaman dan rileks pada saat diberikan pijat oksitosin yang secara otomatis akan merangsang keluarnya
hormon oksitosin (refleks let down) dari kelenjar pituitari dimana hormon oksitosin akan merangsang
pengeluaran ASI pada ibu postpartum sehingga terjadi peningkatan produksi ASI.

Penelitian yang dilakukan oleh Mardiyaningsih (2010) menunjukkan bahwa kombinasi tekhnik marmet
dan pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI. Melalui pijatan atau rangsangan pada tulang
belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke
hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya. Dengan pijatan didaerah tulang belakang ini juga akan merileksasi
ketegangan dan menghilangkan stress dan dengan begitu hormone oksitosoin keluar dan akan
membantu pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan bayi pada puting susu pada saat segera
setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal (Guyton,2007). Pijat oksitosin adalah suatu tindakan
pemijatan tulang belakang mulai dari nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf
parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar (Suherni,
2008: Suradi, 2006; Hamranani 2010)

Hormon oksitosin merangsang kontraksi lapisan miometrium uteri dalam proses persalinan. Hormon ini
juga menghasilkan pengeluaran air susu melalui pengadaan kontraksi sel-sel mioepitel di kelenjar
payudara sebagai respons terhadap pengisapan putting susu yang dilakukan si bayi, yang kemudian
terjadilah refleks neurogenik (aliran listrik saraf) yang dihantarkan ke hipotalamus melalui serabut-
serabut saraf di medula spinalis (daerah tulang belakang) (Hendrik H., 2006) Menurut Hockenberry
(2002) menuliskan bahwa pijat oksitosin lebih efektif diberikan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu
pagi dan sore. Hal ini juga didukung oleh Biancuzzo (2003) bahwa pijat oksitosin dilakukan dua kali
dalam sehari dapat memperngaruhi produksi ASI ibu postpartum. Pijat oksitosin adalah suatu tindakan
pemijatan tulang belakang mulai dari nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja
saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar
(Suherni, 2008 Suradi, 2006; Hamranani

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan produksi ASI. Pijat oksitosin dilakukan
padasepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam, sehinggaibu akan
merasa tenang,rileks,meningkatkanambangrasa nyeridanmencintaibayinya,sehingga
denganbegituhormonoksitosinkeluardanASI puncepatkeluar (Biancuzzo, 2003; Indriyani, 2006; Yohmi&
Roesli, 2009 dalam Mardiyaningsih, 2010). Tindakan pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang
refleks oksitosin atau refleks let down.Dengan dilakukan pemijatan iniibu akan merasa rileks, kelelahan
setelah melahirkan akan hilang, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat
keluar (Mardiyaningsih, 2010).

Pijat oksitosin sebagai tindakan yang dilakukan oleh keluarga, terutama suami pada ibu menyusui yang
berupa pijatan pada punggung ibu untuk meningkatkan produksi hormone oksitosin. Sehingga dapat
mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta, mencegah perdarahan, serta
memperbanyak produksi ASI. Pijat stimulasi oksitosin untuk ibu menyusui berfungsi untuk merangsang
hormon oksitosin agar dapat memperlancar ASI dan meningkatan kenyamanan ibu

Hal ini sejalan dengan artikel Tri Sulistiyani, menurut dr. H.M. Daris Raharjo, Akp., menerangkan bahwa
terdapat titik-titik yang dapat memperlancar ASI diantaranya, tiga titik di payudara yakni titik di atas
putting, titik tepat pada putting, dan titik di bawah putting. Serta titik di punggung yang segaris dengan
payudara

Penelitian yang dilakukan oleh Blair (2003) menunjukkan bahwa pada 95 ibu post partum yang menyusui
bayinya ditemukan produksi ASInya menurun jika rangsangan hisapan bayi menurun atau berkurang.
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Pace (2001) menunjukkan bahwa penurunan hisapan bayi
juga menurunkan stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin
Manfaat pijat oksitosin bagi ibu nifas dan ibu menyusui, diantaranya : mempercepat penyembuhan luka
bekas implantasi plasenta, mencegah terjadinya perdarahan post partum, dapat mempercepat
terjadinya proses involusi uterus, meningkatkan produksi ASI, meningkatkan rasa nyaman pada ibu
menyusui, meningkatkan hubungan psikologis antar ibu dan keluarga

Melalui pemijatan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata
langsung mengirim pesan ke hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin. Oksitosin menyebabkan
otot-otot halus disekitar kelenjar payudara mengkerut sehingga ASI keluar. Dengan pijat oksitosin ini
juga akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stres. Pijat oksitosin efektif dilakukan 2 kali
sehari pada hari pertama dan kedua post partum, karena pada kedua hari tersebut ASI belum
terproduksi cukup banyak. Berdasarkan penelitian terd

Indikasi dan kontraindikasi

Funsi oksitosin
Oksitosin alami diproduksi oleh kelenjar ptuitari yang ada di otak. Hormon ini bisa
menurunkan stres dan rasa cemas, menurunkan tekanan darah, serta menyebabkan
kontraksi otot.

Pengaruh pijat oksitosin terhadap peningkatan produksi ASI ibu postpartum

NOTE

Cara Kerja Oksitosin dalam Proses Menyusui

Dalam proses menyusui, bayi akan menyentuh puting payudara ibu. Kemudian, sel
saraf di payudara akan mengirimkan sinyal ke otak untuk melepaskan oksitosin. Ketika
jumlahnya meningkat, hormon ini menyebabkan kelenjar di payudara dan saluran ASI
berkontraksi, dan menyalurkan ASI melalui puting payudara.

Anda harus ingat bahwa oksitosin hanya membantu melepaskan ASI dari dalam tubuh.
Hormon ini tidak bisa memengaruhi jumlah ASI yang diproduksi di dalam tubuh.
Sebab, produksi ASI di dalam tubuh dipengaruhi oleh hormon prolaktin
Memperhatikan Sisi Keamanan
Praktik pijat dianggap relatif aman. Meski demikian ada beberapa kondisi yang sebaiknya
menghindari pijat, antara lain seseorang yang memiliki luka terbuka, memiliki kelainan darah,
atau mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Penting pula memerhatikan seberapa besar tekanan yang diberikan saat pemijatan. Jika pijatan
terlalu kuat sehingga menimbulkan rasa nyeri, segera hentikan. Jangan sampai pijatan justru
membuat tubuh Anda menjadi sakit atau bahkan memar.
Jika merasa perlu melakukan pijat oksitosin untuk mendukung proses menyusui, sebaiknya Anda
berkonsultasi pada layanan konsultasi laktasi atau dokter kandungan terlebih dulu, agar
mendapatkan saran terbaik untuk kelancaran proses menyusui.

PHATWAY

Pijatan oksitosin telah menjadi terapi yang dapat menurunkan laju

Adenocorticotropic Hormon (ACTH) dan yang mungkin membantu sekresi hormon dan prolaktin guna
meningkatkan produksi ASI (Winter and Jurek, 2019).

Melalui pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla
oblongata langsung mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan
oksitosin sehingga menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya. Dengan pijatan didaerah
tulang belakang ini juga akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress dan dengan begitu
hormone oksitosoin keluar dan akan membantu pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan bayi
pada puting susu pada saat segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal (Guyton,2007)

Menurut Hockenberry (2002) menuliskan bahwa pijat oksitosin lebih efektif diberikan sebanyak dua
kali dalam sehari yaitu pagi dan sore.

. Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari nervus ke 5 - 6 sampai
scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak
bagian belakang sehingga oksitosin keluar (Suherni, 2008 Suradi, 2006; Hamranani

Melalui pemijatan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata
langsung mengirim pesan ke hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin. Oksitosin menyebabkan
otot-otot halus disekitar kelenjar payudara mengkerut sehingga ASI keluar. Dengan pijat oksitosin ini
juga akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stres. Pijat oksitosin efektif dilakukan 2 kali
sehari pada hari pertama dan kedua post partum, karena pada kedua hari tersebut ASI belum
terproduksi cukup banyak

Funsi oksitosin
Oksitosin alami diproduksi oleh kelenjar ptuitari yang ada di otak. Hormon ini bisa
menurunkan stres dan rasa cemas, menurunkan tekanan darah, serta menyebabkan
kontraksi otot.

Anda mungkin juga menyukai