Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR POST PARTUM

2.1.1 Definisi

Post partum adalah suatu masa antara kelahiran sampai dengan organ-

organ reproduksi kembali keadaan sebelum hamil(Reeder,2011 dalam Solehati

2013).

Post partum adalah masa-masa antara kelahiran bayi sampai dengan

kembalinya organ reproduksi seperti sebelum melahirkan. Masa post partum

juga merupakan masa pemulihan organ reproduksi yang lamanya antara 6-8

minggu (Solehati,2015).

Masa nifas (puerperium) adalah suatu periode dalam berminggu-minggu

pertama setelah persalinan. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar

menganggapnya antara 4-6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relative

tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyaknya

perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut hanya sedikit

menganggu ibu,Walaupun komplikasi serius dapat terjadi.

(Cunningham,2014).

Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.

Selama masa ini saluran peproduktif anatominya kembali kekeadaan tidak

hamil yang normal.

Masa nifas merupakan masa setelah lahir plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas dibagi

menjadi 3, yaitu :(Elisabeth, 2013).

8
9

1) Puerpurium dini yaitu kepulihan diamana ibu dibolehkan untuk berdiri

dan berjalan-jalan.

2) Puerpurium intermedial yaitu kepulihan organ-organ reproduksi selama

kurang lebih 6 minggu.

3) Remote Puerpurium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

kembali dalam keadaan sempurna pada ibu hamil atau waktu persalinan

mengalami komplikasi.

2.1.2 fisiologis yang meliputi perubahan fisik(Bobak 2010) :

1. Involusi

Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak

pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trobus. Luka bekas

implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari

dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan

luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa sisa

kelenjar pada luka.(Sulaiman S).

2. Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah

yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi

peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam

masa nifas.

3. Perubahan padas serviks dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui

oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh dua 1 jari saja.
10

Karena hiperplasi ini dan karena retraksi dari cervix,robekan cervix jadi

sembuh. Vagina yang sangat direngang waktu persalinan, lambat laun

mencapai mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ketiga post

partum ruggae mulai nampak kembali. Rasa sakit yang disebut ofter

pains (meriang atau mules- mules) disebabkan koktrasi rahim biasanya

berlangsung 3-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada

ibu mengenai hal ini dan bila terlalu menganggu analgesik

(Cuningham,2010).

4. Lochia

Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina

dalam masa nifas lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari

darah menstruasi lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal,tetapi

tidak busuk. Penegluaran lochia dapat dibagi bedasarkan jumlah dan

warna yaitu lochia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel

desidua, verniks kaseosa,rambut lanugo,sisa mekonium,sisa darah dan

keluar mulai hari pertama sampai ketiga. lochia sanginolenta berwarna

putih bercampur merah, mulai hari ketiga sa,pai ketujuh lochia alba

warna putih setelah hari keempat belas(Manuaba,2015)

5. Dinding perut dan peritonium

Setelah persalinan dinding perut longgar karena direngang begitu

lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan

diafragma pelvis yang rengang pada waktu partus setelah bayi lahir

berangsur angsur mengecil dan pulih kembali . tidak jarang uterus jatuh
11

kebelakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor.

Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan latihan pasca

persalinan(Rustam,2010).

2.1.3 Adaptasi pisikiologi ibu post partum

Pasca persalinan merupakan salah satu pengalaman yang akan

dialami oleh setiap seorang ibu yang baru saja melahirkan terutama pada

ibu yang pertama kalinya melahirkan, pada perkembangan kondisi ibu

sering menggalami terjadinya peningkatan dan perubahan emosi dan

psikologis yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu adanya

penyesuaian pada lingkungan baru, harapan sosial untuk berprilaku lebih

baik, masalah dalam sekolah atau pun pekerjaan dan serta hubungan

keluarga yang tidak harmonis, yang akan menyebabkan ibu usia muda

harus bisa beradaptasi dengan kehidupan barunya(Sarlito,2009)

2.1.4 Manifestasi Klinis

1) Adapun tanda-tanda persalinan yaitu:

a. Lightening atau pengosongan

Penurunan secara bertahap, wanita akan merasa lega

dan lebih mudah bernapas, tetapi akibat pergeseran ini terjadi

peningkatan tekanan pada kandung kemih sehingga akan lebih

sering berkemih.

b. Persalinan Palsu

Selama 4-8 minggu akhir mas kehamilan rahim

menjalani kontraksi tak tertentu dan bersifat sporadic. Pada


12

bulan terakhir kehamilan, kadanag-kangan setiap 10-20 menit

dengan intensitas lebih besar. Mengeluh merasa nyeri yang

menetap pada punggung bagian bawah dan tekanan pasa

sakroiliaka. Kadang-kadang mengalami kontraksi yang kuat

dan sering (Blaxton hicks).

c. Pembukaan serviks

Serviks sering dirasakan melunak akibat peningkatab

kandung kemih air dan lisi kolagen. Pembukaan secara

serentak atau penipisan sementara serviks itu melebar

kedalam segmen bawah uterus. Lender vagina yang keluar

semakin banyak akibat besarnya konggesti selaput lendir

vagina. Lender serviks berwarna kecokelatan atau bercak

darah (bloody show) keluar. Serviks menjadi atau matang

sebagian menipis dan berdilatasi ketuban pecah dengan

spontan(Jensen, 2014).

2.1.5 Patofisiologi

a. Adaptasi Fisiologi

1) Involusi Uterus

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil

setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta

keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap

ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah kira-kira 2 cm

di bawah umilikus dengan bagian fundus bersandar pada


13

proomontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus

mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilicus. Fundus turun

kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum ke-6

fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilicus

dan simpisis pubis (Bobak, 2010).

2) Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus secara bermakna setelah bayi

lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hifofisis

memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi

pembuluh darah Membantu hemostatis. Selama 1-2 jam pertama

pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan

menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus,

suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan

segera setelah plasenta lahir.

3) Payudara

Kelenjar payudara mencapai potensi penuh pada

perempuan atau manarke : pada bayi, anak-anak, dan laki-laki,

kelenjar ini hanya berbentuk rudimeneter. Fungsi ini

dipengaruhi oleh hormone esterogen dan progesterone.

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi

oleh hormone : (Frisca, 2012)

a. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui

pubertas, masa firtilitas sampai klimakterium dan menopouse


14

sejak pubertas pengaruh esterogen dan progesteron yang

diproduksi oleh ovarium dan juga hormone hipofise, telah

menyebabkan duktus dan timbulnya asinus.

b. Perubahan kedua adalah sesuai dengan daur haid. Sekitar

hari kedelapan haid, payudara akan lebih besar dan pada

beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembersaran

maksimal. Kadang- kadang timbul benjolan yang nyeri dan

tidak rata.

c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui.

Pada kehamilan, payudara menjadi lebih besar karena epitel

duktus lobules dan duktus alveolus berpolifirasi dan tumbuh

duktus baru. Selama kehamilan dan setelah kehamilan tua

setalah melahirkan
15

2.1.6 Woc Post Partum

Post Partum

Primi normal

Perubahan fisiologi

Laktasi

Struktur dan karate payudara ibu

Hormon esterogen Aliran darah di payudara berurai dari uterus

Prolaktin meningkat Retensi darah di pembuluh payudara

Pembentukan ASI Terjadi bendungan ASI pada payudara

Penyempitan pada duktus ASI Bengkak

ASI tidak keluar


NYERI

Menyusui tidak efektif


Kurang terpapar informasi

Defisiensi pengetahuan

Sumber : Doenges, Bobak(2001)

Skema 2.1 Woc Post Partum


16

2.1.7 Komplikasi ibu post partum

Menurut Costance Sinclair(2009), berikut ini merupakan komplikasi

terjadi pada ibu saat post partum, yaitu :

a. Penurunan berat badan

Untuk sebagian besar pada wanita memiliki berat badan lebih dalam

2 tahun setelah hamil dibanding, wanita yang belum pernah hamil,

dan penurunan berat badan biasanya bisa terjadi pada dalam

bebarapa waktu suadah hamil dan melahirkan

b. Demam nifas

Demam nifas merupakan demam yang terjadi setelah melahirkan

atau saat ibu berada di masa nifas. Demam ini bisa terjadi setelah

melahirkan hingga kurang lebih 6 minggu setelah masa persalinan,

demam nifas ini disebabkan oleh infeksi setelah masa persalinan

atau melahirkan.

c. Nyeri pada simpisis pubis

Nyeri ini biasanya disebabkan oleh ibu paska besalin atau masa

nifas, dan nyeri tersebut akan ada setelah kondisi ibu melahirkan

bayi melalui vagina, nyeri ini disebabkan karena lecet pada sekitar

area vagina dan bekas luka jahitan pasca melahirkan.

d. Kesulitan berjalan atau kesulitan dalam hubungan seksual

Kesulitan ketika betjalan biasanya dikarenakan adanya latihan duduk

dan berjalan pada paska bersalin pada ibu post partum, sedangkan
17

kesulitan dalam hubungan seksual pada ibu post partum

kemungkinan diakibatkan karena timbulnay rasa disekitar jalan lahir

setelah melahirkan.

e. Perdarahan yang luar biasa

Perdarahan pada ibu pasca melahirkan terdapat perdarahan yang

hebat terjadi adanya robekan pada jalan lahir. Dan juga apabila ari-

ari sudah lahir(keluar dari lahir) biasanya juga mengeluarkan darah

yang banyak, sedangkan rahim masih berkontraksi dengan baik

sehingga ibu post partum merasa mules dengan adanya kontraksi

tersebut, sedangkan bisa juga darah keluar banyak tentunya

kemungkinan terjadi karena adanya robekan pada jalan melahirkan

bisa terjadinya perdarahan yang luar biasa.

f. Payudara membengkak disertai kemerahan

Pasca persalinan setelah dua atau tiga hari terkadang seorang ibu

nifas atau post partum akan merasa payudara mulai bengkak yang

disebabkan oleh adanya bakteri(staphyloccous yang berasal dari

saluran air susu yang tersumbat(ASI mengendap dalam saluran

susu), selain itu adanya penyumbatan pada sekitar area payudara

akan membuat terlihat payudara menjadi bengkak dan kemerahan.

Hal yang perlu diperhatikan ibu masa nifas yaitu :

a. Personal hygiene

Kebersihan diri sangat penting dilakukan pada masa post partum,

kondisi ibu pasca melahirkan sangatlah rentan terhadap infeksi. Oleh


18

karena itu, kebersihan diri sangat penting dilakukan yang bertujuan

untuk mencegah terjadinya infeksi. Dan kebersihan wajib dilakukan

pada area tubuh, pakaian,tempat tidur dan lingkungan yang sangat

penting untuk tetap dijaga(Saleha,2009).

b. Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas

utnuk memulihkan kembali keadaan fisiknya setelah melahirkan.

Keluarga disarankan utnuk memberikan kesempatan kepada ibu

utnuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan utnuk merawat bayi

salah satunya pada perawatan tali pusat dan menyusui bayinya.

c. Senam nifas

Dilakukan sejak hari pertana melahirkan setiap hari sampai hari kes

epuluh terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan utnuk

mempercepat pemulihan keaddan ibu. Senam nifas membantu utnuk

memperbaiki peredaran darah, dan memperbaiki sikap tubuh dan

pungung setelah melahitkan(Suherni,2009).

2.1.8 Pemeriksaan penunjung

1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi

perdarahan)

2. 6 - 8 jam pasca persalinan: istirahat dan tidur tenang, usahakan

miring kiri dan kanan

3. Hari ke 1-2: memberitahu kebersihan diri, memberikan pendidikan

kesehatan cara menyusui yang benar dan perawatan payudara,


19

perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian

informasi tentang senam nifas.

4. Hari ke-2: mulai latihan duduk

5. Hari ke-3: diperkenankan latihan berdir dan berjalan

2.2 Konsep ASI

2.2.1 Definisi

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi, tidak ada

cairan atau makanan padat lain diberikan kecuali vitamin, mineral

dan obat dalam bentuk oralit, tetes, dan sirup (WHO, 2014).

ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu

melalui proses menyusui (Khasanah, 2011). ASI merupakan makanan

yang disiapkan untuk bayi mulai masa kehamilan payudara sudah

mengalami perubahan untuk memproduksi ASI. Makanan-makanan

yang diramu menggunakan teknologi modern tidak bias menandingi

keunggulan ASI karena ASI mempunyai nilai gizi yang tinggi

dibandingkan dengan makanan buatan manusia ataupun susu yang

berasal dari hewan sapi, kerbau atau kambing.

2.2.2 Manfaat Memberikan ASI

Menurut Kemenkes RI Pusat Promosi Kesehatan Tahun 2018

mengatakan berikut adalah manfaat memberikan ASI :

a. Bagi Ibu

1) Menjalin hubungan kasih saying antara ibu dengan bayi.

2) Mengurangi pendarahan setelah persalinan.


20

3) Mempercepat pemulihan kesehatan ibu.

4) Menunda kehamilan berikutnya.

5) Mengurangi resiko terkena Kanker Payudara.

6) Lebih peraktis karena ASI lebih mudah diberikan pada setiap

saat bayi membutuhkan.

7) Membugarkan tubuh.

b. Bagi Bayi

1) Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.

2) Bayi tidak sering sakit.

2.2.3 Keunggulan ASI

a. Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangan fisik serta kecerdasan.

b. Mengandung zat kekebalan untuk mencegah bayi dari berbagai

penyakit infeksi seperti Diare, Batuk Pilek, Radang tenggorokan dan

gangguan pernafasan.

c. Melindungi bayi dari alergi.

d. Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan

kepada bayi dalam keadaan segar.

e. Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat

diberikan kapan saja dan dimana saja.

f. Membantu memperbaiki refleks mengisap, menelan dan pernafasan

bayi.
21

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Menurut Biancuzzo dalam Mardiyaningsih (2010) faktor tidak langsung :

a. Jadwal waktu menyusui apabila dijadwalkan akan berakibat kurang

baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan

produksi ASI selanjutnya.

b. Umur ibu berpengaruh terhadap produksi ASI. Usia 21-35 tahun

tergolong usia dewasa muda yang mudah menerima informasi dan

pengalaman yang di dapat.

c. Ibu yang melahirkan anak kedua dan seterusnya mempunyai

produksi ASI lebih banyak dibandingkan dengan kelahiran anak

yang pertama.

d. Faktor kenyamanan ibu yang secara tidak langsung mempengaruhi

produksi ASI meliputi puting lecet, pembengkakan dan nyeri akibat

insisi.

e. Faktor bayi, bayi kecil, prematur, atau BBLR mempunyai masalah

dengan proses menyusui karena refleks menghisapnya yang masih

relatif lemah. Bayi yang sakit dan memerlukan perawatan akan

mempengaruhi produksi ASI disebabkan tidak adanya rangsangan

terhadap refleks let down.

2.2.5 Teknik menyusui pada ibu post partum


22

Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI

kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar

(Saminem,2009)

Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI

kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar

(Suradi dan Hesti, 2010,)

Tekhnik menyusui yang benar adalah kegiatan yang

menyenangkan bagi ibu sekaligus memberikan manfaat yang tidak

terhingga pada anak dengan cara yang benar (Yuliarti, 2010).

a. Posisi dan perlekatan menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang

tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau

berbaring.

Gambar 1.1 Posisi menyusui sambil berdiri

Gambar 1.2 Posisi menyusui sambil duduk


23

Gambar 1.3 Posisi menyusui sambil rebahan

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI

1. Persiapan mempelancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan

2. Membersihkan putting susu dengan air atau minyak , sehingga epital

yang lepas tidak menumpuk.

3. Putting susu di tarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk

memudahkan isapan bayi.

4. Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu.

b. Langkah –langkah menyusui yang benar


1) Cuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun.

2) Peras sedikit ASI dan oleskan disekitar puting .

3) Duduk dan berbaring sesuai posisi yang nyaman untuk ibu. jangan

hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus dan

hadapkan bayi kedada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan

putting susu, biarkan bibir bayi menyentuh putting susu ibu dan

tunggu sampai terbuka lebar .

4) Segera dekatkan bayi kepayudara sedemikian rupa sehingga bibir

bawah bayi terletak dibawah puting susu. Cara meletakan mulut bayi
24

dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi

terbuka lebar dan bibir bayi membuka lebar.

5) Bayi disusui secara bergantian dari payudara sebelah kiri lalu

kesebelah kanan sampai bayi merasa kenyang.

6) Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi

dibersihkan dengan lap bersih yang telah direndam dengan air

hangat.

7) Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara

yang terhisap bisa keluar.

8) Bila kedua payudara masih ada sisa ASI tahan puting susu dengan

kain supaya ASI berhenti keluar

c. Cara Pengamatan Tekik Menyusui yang benar


Menyusui dengan tekhnik yang tidak benar dapat mengakibatkan

puting susu menjadi lecet dan asi tidak keluar secara optimal sehingga

mempengaruhi produksi ASI selanjut nya atau bayi enggan menyusu.

Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan

memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:

a. Bayi tampak tenang.

b. Badan bayi menempel pada perut ibu.

c. Mulut bayi terbuka lebar.

d. Dagu bayi menemel pada payudar ibu.

e. Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi, aerola bawah lebih

banyak yang masuk.


25

f. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara

ibu.

g. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin aerola ( tidak hanya

putting saja),lingkar aerola atas terlihat lebih banyak bila

dibandingkan dengan lingkar aerola bawah.

h. Lidah bayi menopang puting dan aerola bagian bawah .

i. Bibir bawah bayi melengkung keluar.

j. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan.

k. Puting susu tidak terasa nyeri.

l. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

m. Kepala bayi agak menengadah.

n. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang

disertai dengan berhenti sesaat.

e. Tanda bayi cukup asi

Apabila bayi mendapatkan Air susu dalam jumlah yang cukup

maka bayi akan terluhat puas setalah menyusui bayi juga terluhat

sehat dan berat badan naik setelah dua minggu pertama (sekitar 100-

200 gram setiap minggu), puting dan payudara ibu tidak luka setelah

menyusui,bayi akan buang air kecil 6-8 kali sehari dan buang air

besar 2 kali sehari berwarna kuning(Riksani,2012).


26

2.3 Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan

2.3.1 Definisi

Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu

meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan

yang direncanakan untuk individu, kelompok atau masyarkat agar belajar

tentang kesehatan dan melakukan perubahan-perubahan secara suka rela

dalam tingkah laku individu( Fatmala,2015).

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu

menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami

apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya

yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu

memutuskan kegiatan yang tepat untuk meningkatkan taraf hidup sehat

dan kesejahteraan masyarakat(Fatmala,2015).

Menurut Undang-Undang Kesehatan No 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan

pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

memlihara dan meningkatkan derajat kesehatan: baik pemberantasan

penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan

kesehatan maupun program kesehatan lainya.(mubarak,2009).

Tujuan pendidikan kesehatan adalah mengembangkan atau meningkatkan

3 domain prilaku yaitu kognitif(cognitive domain), afektif (affective

domain), dan fsikomotor(psychomotor domain).


27

Menurut notoadmodjo(2007) dalam perkembangan, teori Bloom ini dimodikasi

untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :

2.3.2 Pengetahuan(knowledge)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan sesorang(overt behaviour). Pengetahuan yang

tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real(sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah sesuatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakan

atau menghubungkan bagian bagian didalam sesuatu bentuk


28

keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penialian terhadap sesuatu materi obyek.

2.3.3 Sikap (attiude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang

terhadap suatu stimulasi atau obyek.

Sikap terdiri dari berbagai tingkat yaitu :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang(subyek) mau memperhatikan

stimulasi yang diberikan(obyek)

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyesuaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertangung jawab (responsible)

Bertangung jawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3.4 Praktik atau tindakan (practice)

Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :


29

a. Persepsi (perception)

b. Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat

pertama

c. Respon terpimpin (guided response)

d. Dapat dilakukan sesuatu sesuai denagn urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat

dua.

e. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka

ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

f. Adopsi (adaption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.3.5 Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan

Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat

dikelompokan menjadinlima yaitu :

a. Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga(rumah tangga).

b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan disekolah

denggan sasaran murid.

c. Pendidikan kesegatan ditempat kerja dengan sasaran buruh atau


30

karyawan yang bersangkutan

d. Pendidikan kesehatan ditempat tempat umum yang mencakup

terminal bus, stasiun bandar, tempat tempat olahraga, dan

sebagainya.

e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan seperti

rumah sakit, puskesmas, poliklinik rumah beraslin, dan sebagainya.

2.3.6 Prinsip pendidikan kesehatan

a. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran dikelas, tetapi

merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja

sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan

sasaran pendidikan.

b. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh

seseorang kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan

itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya

sendiri.

c. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan

sasaran agar individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat

mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.

d. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan

(individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat) sudah mengubah

sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
31

2.4 Konsep Media Leaflet

2.4.1 Definisi

Leafleat adalah selembaran kertas berukuran kecil yang

mengandung pesan tercetak untuk sebarkan kepada khalayak ramai

sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa(Kamus

komunikasi,Drs.onong Uchjana Effendy,MA.Murni 2010). Leaflet salah

satu alat promosi yang sangat umum digunakan oleh suatu badan

usaha,baik perushaan maupun prorangan, dalam kegiatan promosi dan

pemasaran yang di lakukan oleh mereka.

Bentuk paling umum dari leaflet adalah adanya lipatan selembar kertas

tersebut, yang dilipat mengunakan teknik rel sehingga kertas tidak retak

dan pecah pada bagian lipatanya( yang biasa terjadi apabila kita lipat

secara manual).

Jumlah lipatan yang ada pada suatu leaflet sangat beragam, namun yang

paling umum adalah mengukan lipat dua( half-fold atau single fold) atau

lipat tiga(tri-fold), meskipun ini kembali lagi pada kreatifitas masing-

masing.

2.4.2 Teknik Melipat Leaflet

1. Half fold/single fold/lupat dua, di mana kertas akan dilipat dua

dengan masing-masing area memilki luas yang sama alias

proposional.

2. Trifold, di mana leaflet akan dilupat menjadi tiga bagian yang luas

masing masing sama.


32

3. Windows fold/ Gate fold, di mana leaflet akan dilpat tiga, dengan

luas yang sama rata pada bagian kanan dan kiri, namun agak besar

dibagian tengah, sehinga saat dilipat akan terlihat bagian tengah

tersebut saja,

4. Lipat empat, dimana leaflet akan dibagi menajdi empat bagian sama

rata.

2.4.3 Manfaat leaflet :

1. Sebagai alat promosi

2. Sebagai penyebar informasi

3. Sebagai sarana identifikasi

2.4.4 Kelebihan dan kekurangan leaflet

Setiap jenis alat promosi tentunya memiliki kelebihan dan

kekurangan, hal tersebut juga termasuk pada leaflet. Leaflet memiliki

beberapa keungulan atau kelebihan dibandingkan alat promosi lainya,

walaupun juga memiliki bebrapa kekurangan.

a) Kelebihan leaflet

1. Dapat disimpan lama

2. Materi dicetak unik

3. Sebagai referensi

4. Jangkauan luas

5. Membantu media lain

6. Dapat disebarluaskan dan dibaca atau dilihat oleh khalayak

ramai,target yang lebih luas.


33

7. Isi dapat dicetak kembali dan dapat sebagai bahan diskusi

8. Biaya produksi leafleat lebih murah dibandingkan dengan alat

promosi yang lain

b) Kekurangan leaflet

1. Tingkat buta huruf yang tinggi dapat mempengaruhi efektivitas dan

manfaat dari pesan dicteak

2. Percetakan memerlukan operasi khusus, yang luas, dan dukungan

logistik

3. Diseminasi memakan waktu dan mahal

4. Membutuhkan pengunaan fasilitas khusus dan koordinasi kompleks

5. Sebagai bahan cetakan harus secara fisik dikirim ketarget audience

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Post Partum

2.5.1 Pengkajian

Pengakajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan

melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dari

klien guna mengetahui berbagai masalah yang ada (Hidayat, 2013). Hal-

hal yang harus dikaji yaitu:

a. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan bertujuan untuk mendapatkan dan mengenal

psikososial, suhu dan latar belakang budaya yang berpengaruh terhadap

kondisi kesehatan pasien, sakit, penyakit yang dialami dan kebutuhan

terkait pendidikan kesehatan (Nirman, 2013)

Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah:


34

1) Biodata klien

Biodata klien berisi tentang: nama, umur, pendidikan,

pekerjaan, suku, agama, alamat, nomor medical record, dan tanggal

pengkajian.

2) Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemunuhan kebutuhan sehari-

hari misalnya pola makan, buang air kecil atau buang air besar.

3) Riwayat persalinan ini meliputi adakah komplikasi, laserasi atau

episiotomi.

4) Obat atau suplemen yang di konsumsikan saat ini misalnya tablet

zat besi.

5) Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan

terhadap peran baru selagi orang tua termasuk suasana hati yang

diarsakan ibu sekarang, kecemasan dan kekhawatiran.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan bagian dari proses assesment yang

dilakukan oleh perawat untuk mendapatkan informasi mengenai

gambaran lengkap tentang fungsi fisiologis. (Nirman, 2013) antara lain:

6) Keadaan umum dan kesadaran

7) Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan.

8) Payudara: pembesaran, putting susu (menonjol atau mendatar, adakah

nyeri dan lecet pada puting), ASI atau kolostrum sudah keluar,

adakah pembengkakan, radang, atau benjolan abnormal.

9) Abdomen: tinggi fundus uteri, kontraksi usus.


35

10) Kandung kemih kosong atau penuh.

11) Genitalia dan perinium: pengeluaran lochea (jenis, waarna,

jumlah dan bau), edema, peradangan, keadaan jahitan, nanah, tanda-

tanda infeksi pada luka jahitan, kebersihan perinium dan hemoroid

pada anus (Suherni, 2013).

12)Ekstremitas (Integumen/Muskuloskeletal)

13)Pemeriksaan penunjang

a) Laboratorium

b) USG

c) Terapi yang didapat

2.5.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan sebuah label singkat yang

menggambarkan kondisi klien yang diobservasi di lapangan

(Nurarif, 2015). Ada beberapa diagnosa keperawatan ASI Ekalusif

ibu primi dengan post partum yaitu:

a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis.

b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan Ketidakadekuatan

refleks menghisap bayi.

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengann kurang terpapar

informasi. (Tim Pokja SDKI, 2016).

2.5.3 Intervensi Keperawatan

Tahap ini merupakan proses penyusunan berbagai intervensi

keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan, atau


36

mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan merupakan langkah

ketiga dalam proses keperawatan yang membutuhkan berbagai

pengetahuan dan keterampilan diantaranya pengetahuan tentang

kekuatan dan kelemahan dari klien, nilai dan kepercayaan klien,

batasan praktik keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya,

kemampuan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan,

menulis tujuan, serta memulihkan dan membuat strategi

keperawatan yang aman dan memenuhi tujuan, menulis intruksi

keperawatan dan bekerja sama dengan tingkat kesehatan lainnya

(Hidayat, 2013).

Dx 1: Nyeri berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis.

a. setelah di lakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat

teratasi dengan kriteria hasil :

SLKI : Tingkat Nyeri

NO SLKI 1 2 3 4 5
1 Keluhan nyeri √
2 Meringis √
3 Gelisah √
4 Kesulitan tidur √

Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun

b. Intervensi : manajemen nyeri

1. Identifikasi skala nyeri


37

R/ untuk mengetahui tingkat nyeri

2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri(kompres hangat)

R/ untuk mengurangi rasa nyeri

3. Jelaskan penyebab,priode dan pemicu nyeri

R/ agar pasien mengetahui penyebab nyeri yang dirasakan

4. Kolaborasi pemberian analgetik

R/ untuk meredahkan rasa nyeri yang dirasakan

Dx 2 : menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan

refleks menghisap bayi

a. Setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan menyusui tidak

efektif teratasi dengan kriteria hasil :

SLKI : Status menyusui

NO SLKI 1 2 3 4 5
1 Perlekatan bayi √
pada payudara ibu
2 Kemampuan √
memposisikan
bayi dengan benar
3 Kepercayaan ibu √
4 Suplai asi adekuat √

Keterangan :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat

b. Intervensi : Edukasi menyusui

1. Identifikasi kesiapan kemampuan menerima informasi


38

R/ untuk mengetahui kesiapan ibu

2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

R/ untuk memberikan materi yang ingin disampaikan

3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

R/ untuk menjadwalkan kesiapan ibu untuk menerima materi

4. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui

R/ untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri dalam

menyusui

5. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi

R/ agar ibu mengetahui manfaat menyusui bagi kesehatan

Dx 3 : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi

a. Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan diharapkan

masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil :

SLKI : Tingkat Pengertahuan


NO SLKI 1 2 3 4 5
1 Kemampuan menjelaskan √
pengetahuan tentang
suatutopik
2 Prilaku sesuai dengan √
pengetahuan
3 Prilaku sesuai anjuran √
4 Verbalisasi minat dalam √
belajar

Keterangan :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
39

b. Intervensi

SIKI : Edukasi Kesehatan

1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.

R/untuk mengetahui kesiapan ibu menerima informasi.

2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.

R/ Untuk memudahkan pasien dalam menerima dan

memahami informasi.

3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.

R/Untuk menjadwalkan waktu yang tepat.

4. Berikan kesempatan untuk bertanya.

R/Agar pasien lebih memahami informasi yang diberikan.

5. Jelaskan faktor risiko yang dapat memengaruhi kesehatan.

R/Untuk menambah pengetahuan ibu tentang kesehatan.

6. Ajarkan prilaku hidup bersih dan sehat.

R/Untuk menambah prilaku hidup bersih dan sehat ibu

2.5.4 Implementasi keperawatan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses

keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan

(tindakan keperawatan) yang telah di rencanakan. Dalam tahap ini

perawat harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya fisik dan

perlindungan kepada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam

prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak klien, tingkat


40

perkembangan klien (Hidayat, 2013).

2.5.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir proses keperawatan

dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan

tercapai atau tidak (Hidayat, 2013).

2.6 Hasil Penelitian Pendukung

2.6.1 Penelitian Megawati (2015)”Pengaruh Pendidikan Kesehatan Teknik

Menyusui Terhadap Praktik Menysusui Pada Ibu Post Partum

Menyusui Desa Sewulan Kabupaten Madiun”

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Megawati(2015) hasil

penelitian menunjukan sebelum penyuluhan hampir seluruhnya(80%)

mempunyai praktik menyusui yang kurang dan setelah penyuluhan

hampir setengahnya (40%) mempunyai praktik menyusui cukup. Dari

hasil perhitungan dilakukan dengan uji statistik paired T-test menunjukan

bahwa ada pengaruh penyuluhan teknik menyusui terhadap praktik

menyusui pada ibu primi dengan tingkat signifikan.

Berdasarka hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

pendidikan paritas ibu, dan usia mempengaruhi pelaksanaan tentang

teknik menyusui yang benar sehingga diperlukan peran serta kader dan

tenaga kesehatan lainya untuk memberikan penyuluhan tentang teknik

menyusui yang benar pada kelompok masyarakat tersebut.

Peneliti berpendapat salah satu strategi yang mungkin bisa

meningkatkan kesadaran ibu dalam teknik menyusui yang benar yaitu


41

meningkatkan penyuluhan dan adanya kelas ibu hamil, selain itu

mengunakan metode yang penyuluhan yang mudah dimengerti. Sebagai

salah satu program nyata yaitu adanya evaluasi berkala pasca penyuluhan

dengan terjun langsung kemasyarakat pada kelompok sasaran tersebut.

2.6.2 penelitian Bantarti Wisni,(2016)”pendidikan kesehatan teknik

menyusui dengan benar terhadap peningkatan kemampuan

menyusui pada ibu post partum normal Rsud.Dr.Soewondo

Kendal”

Berdasarkan Hasil penelitian didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh bantarti wisni,(2012) didapatkan tingkat pengetahuan

praktik ibu menyusui dengan adanya pendidikan kesehatan dapat

menambah pengetahuan ibu post partum


42

Anda mungkin juga menyukai