Anda di halaman 1dari 15

AKSEP MASTOIDISTIS

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Rahma KesumaWardani

Risalah Brilliana

Syafhira Oktariyanti

Yocie Ajeng Triditia AH

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Eva Susanti , S.Kep., M.Kep

DIV KEPERAWATAN POLTEKKES PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2019

Kata Pengantar

1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Palembang , Maret 2019

Penyusun

Daftar Isi

2
HALAMAN JUDUL............................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................4
A. Latar belakang..........................................................4
B. Rumusan masalah.....................................................
C. Tujuan penulisan.......................................................
BAB II TINJAUAN TEORI...................................................5
A. Definisi......................................................................5
B. Etiologi......................................................................6
C. Klasifikasi.................................................................6
D. Patofisiologi..............................................................7
E. Manifestasi klinis......................................................7
F. Komplikasi................................................................7
G. Penatalaksanaan........................................................7
BAB III PENUTUP................................................................
A. Simpulan...................................................................
B. Saran.........................................................................
DAFTAR PUSAKA...............................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu berhak atas taraf hidup yang memadai bagi kesejahteraan dirinya maupun
keluarganya, termasuk diantaranya sandang pangan, perumahan dan perawatan kesehatan.
Pelayanan dirumah sakit diupayakan menuju standar mutu yang telah ditetapkan. Demakian

3
halnya untuk masing – masing bidang pelayanan, salah satunya adalah bagian bedah,
sehingga komplikasi pasca pembedahan dapat dihindari. Kondisi kesehatan masyarakat saat
ini memungkinkan terjadinya perubahan pada pola penyakit. Salah satunya adalah penyakit
yang menyerang telinga atau bisa disebut mastoiditis kronis.
Di Amerika Serikat dan negara maju lain, kejadian dari mastoiditis cukup rendah, sekitar
0,004%, meskipun lebih tinggi di negara-negara berkembang. Usia paling umum terkena
adalah 6-13 bulan, Laki-laki dan perempuan sama-sama terpengaruh dan beresiko terkena
penyakit mastoiditis. Di negara indonesia belum diketahui secara jelas persentasi kejadian
dari pada mastoiditis ini, tetapi negara kita merupakan negara berkembang menuju negara
yang maju yang masih rentan dan beresiko tinggi terhadap penyakit ini. Pengobatan biasanya
diawali dengan pemberian suntikan antibiotik lalu disambung dengan antibiotic per oral
minimal selama 2 minggu. Jika pemberian antibiotic tidak memberikan hasil untuk mengatasi
masalah ini, dilakukan mastoidiktomi (pengangkatan sebagian tulang dan pembuangan
nanah).
Walaupun angka kejadian dari penyakit mastoiditis di Indonesia ini mulai berkurang dari
tahun ketahunnya namun hal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa disepelekan karena
apabila tidak ditangani dengan tepat maka klien akan mengalami gangguan pendengaran
yang bersifat kronis dan sangat mengganggu kenyamanan, hal inilah yang menjadi dasar
kenapa penulis mengangkat makalah ini. Dan diharapkan kepada pembaca untuk bisa
memahami secara umum maupun secara khusus tentang penyakit mastoiditis dan dapat
mengaplikasikannya di kehidupan yang nyata.

BAB II
TINJAUAN TEORI

4
A. Definisi
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada
telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis
adalahsegalaprosesperadangan pada sel- selmastoid yang terletak pada tulang
temporal. Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi
pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis.( Brunner dan
Suddarth, 2000).
Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus
(tulang yang menonjol dibelakang telinga)yang berlangsung cukup lama. Mastoiditis
marupakan peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari
otitis media kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan
epitel sel – sel mastoid udara yang melekat ditulang temporal.(Reeves, 2001 )
Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali
terlibat,menimbulkan peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan
ekstensif (osteomyelitis).(Parakrama, 2006)

B. Etiologi
Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain
itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam
telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi
.Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di
sel-sel udara mastoid
Penyebab lain dari Mastoiditis adalah:
1. terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut
2. Kelainan imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang
dideritanya. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media
akut yaitu streptococcus pnemonieae.
3. Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella catarrhalis,
streptococcus group-A dan staphylococcusaureus,streptococcus aureus.Bakteri
yang biasanya muncul pada penderita mastoiditis anak-anak adalah
streptococcus pnemonieae.

C. Klasifikasi
Klasifikasi dari mastoiditis antara lain:
5
o Acute mastoiditis, biasa terjadi pada anak-anak, sebagai komplikasi dari otitis
media akut suppurative.
o Ch®ronic mastoiditis, biasanya berkaitan dengan cholesteatome dan penyakit
telinga kronis.
o Incipient mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat langsung di bagian mastoid.
o Coalescent mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat komplikasi dari infeksi di
organ tubuh yang lain.

D. Patofisiologi
Penyakit mastoiditis pada umumnya diawali dengan otitis media yang tidak
ditangani dengan baik. Biasanya otitis terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut
infeksi dan nanah menggumpal disel-sel udara mastoid
Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma yang
merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitelskuamosa) dari lapisan luar membran
timpani ke tengah. Kulit dari membran timpani lateral membentuk kantung luar yang
akan berisikulit yang telah rusak dan baha sebaseur. Kantung dapat
melekatkestruktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani,kolesteatoma
dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralisisnervus fasialis. Kehilangan
pendengaran sensori neural dan ataugangguan keseimbangan (akibat erusi
telinga dalam) dan absesotak .
Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari otitis media supuratikkronik,
peradangan dari rongga telinga tengah menjalar ke tulangmastoid melalui saluran
aditus adantrum. Mastoiditis dibagi menjadi2 macam, yaitu bentuk jinak (benigna)
dan bentuk ganas (maligna).Pada bentuk maligna peradangan berlanjut ke dalam
tulangtengkorak (intrakranial) sehingga dapat terjadi meningitis,
absissubdural, abses otak, tromboflebitis sinus, lateralis, serta mungkinjuga terjadi
hidrosefalus
Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresiatau mereka
yang menelantarkan otitis media akut yangdideritanya. Penyakit ini berkaitan
dengan virulensi dari organismepenyebab. Organisme penyebab yang lazim
adalah sama dengan penyebab otitis media akut yaitustreptococcus
hemlytiens,pneumococcus, sthapilococcus aureus lalbus, streptococcusviridans.

E. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi dari penyakit mastoiditis antara lain:

6
1. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih
parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang
masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat
timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.
2. Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga
yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi
telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.
3. demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah
sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit.
Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan
pada infeksi mastoid lebih besar.

F. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan baik adalah
1. Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah peforasi
gendang telingadengan cairan yang terus menerus keluar.
2. Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan kehilangan
pendengaran atau vertigo disebut juga otitis imtema
3. Meningitis yaitu peradangan meningen (ragdang membran pelindung sistem
saraf) biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.
4. Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam jaringan
otak

G. Penatalaksanaan
- Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis klien dengan mastoiditis antara lain:
1. Pemberian antibiotik sistemik
Diberikan beberapa minggu sebelum operasi dapat mengurangi atau
menghentikan supurasi aktif dan memperbaiki hasil pembedahan.
2. Pembedahan

a. Timponoplasti
Adalah rekonstruksi bedah pada mekanisme pendengaran ditelinga tengah,
dengan memperbaiki membrana tympanica melindungi finestra cochlease dari
tekanan suara. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menyelamatkan dan memulihkan
pendengaran, dengan congkok membran timpani dengan rekonstruksi telinga tengah.
Sedangkan tujuan skundernya adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki
pendengaran (timpanoplasti) bilamana mungkin. Terdapat berbagai teknik
7
timpanoplasti yang berbeda yaitu pencangkokan (kulit, fasia, membran timpani
homolog) dan rekonstruksi (osikula homolog, kartilago dan aloplastik).

b. Mastoidektomi
Adalah pembedahan pada tulang mastoid. Tujuan dilakukan mastoidektomi
adalah untuk menghilangkan jaringan infeksi, menciptakan telinga yang kering dan
aman.

- Penatalaksanaan keparawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan mastoiditis antara lain:
1. Perawatan Pre-operasi
Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijatwalkan untuk
menjalani tympanoplasty.
2. Perawat post operasi
Rendaman antiseptik gauze (an antiseptic-soaked gauze) seperti lodoform
gauze (nauga-uze) dimalut dalam kanal audiotori.
3. Terapi konservatif
Yaitu menasehati unuk menjaga telinga agar tetap kering serta membersihkan
telinga dengan penghisap secara berhati-hati ditempat praktek.
4. Pemberian bubuk atau obat tetes yang biasanya mengandung antibiotik dan
steroid.

- Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
2. Foto Mastoid
3. Kultur Bakteri Telinga
4. MRI
5. CT Scant
6. Radiologi
7. Tympanocintesis & myringotomi

- Pengkajian keperawatan
pengkajian yang dilakukan antara lain:
1. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada telinga bagian belakang engan sekala nyeri 6
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa
penanganan yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat

8
muncul atau keluar cairan yang berbau dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam
hilang timbul.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang didapat:
a. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)
b. Kemerahan pada kompleks mastoid
c. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir
d. Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
e. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
f. Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain
g. Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

- Diagnosa keperawatan
diagnosa keperawatan yang muncul pada mastoiditis antara lain:
1. Perubahan persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan
pendengaran.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Risiko cidera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi.
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi sensori
auditoris.
5. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.
7. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.
8. Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.

- Intervensi dan Rasional


1. Perubahan sensori/persepsi (auditoris) berhubungan dengan kerusakan
pendengaran
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien
mampu mendengar dengan baik
Kriteria Hasil :
a. Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum
b. Pasien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat
No. Intervensi Rasional
1 Kaji tentang ketajaman Menentukan seberapa baik
1. pendengaran tingkat pendengaran klien

9
2 Diskusikan tipe alat Untuk menjamin
. bantu dengar dan keuntungan maksimal
perawatannya yang tepat
3 Bantu pasien berfokus Untuk memaksimalkan
. pada semua bunyi di pendengaran
lingkungan dan
membicarakannya hal
tersebut

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu
tubuh dapat normal (360-370C)
Kriteria Hasil:
a. Suhu tubuh dalam rentang normal (360-370C)
b. Kulit tidak teraba hangat
c. Wajah tidak tampak merah
d. Tidak terjadi dehidrasi
N Intervensi Rasional
o
1 Pantau input dan output Untuk mengetahui balance
. cairan pasien
2 Ukur suhu tiap 4-8 jam Untuk mengetahui
. perkembangan klien
3 Ajarkan kompres hangat Untuk menurunkan panas
. dan banyak minum tubuh dan mengganti cairan
tubuh yang hilang
4 Kolaborasi dengan Untuk menurunkan panas
. pemberian antipiretik
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mendengar petunjuk auditoris
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien
dapat berkomunikasi dengan baik
Kriteria Hasil :
a. Pasien terlibat dalam proses komunikasi
b. Pasien menunjukkan kemampuan untuk membaca gerak bibir
c. Pasien dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang diajarkan
N Intervensi Rasional

10
o
1 Berbicara jelas dan tegas Membantu pasien
. tanpa bergerak merangsang komunikasi verbal
2 Kurangi kegaduhan Mempermudah pasien dalam
. lingkungan mendengar
3 Ajari keluarga dan orang Untuk merangsang
. lain yang terlibat dengan komunikasi verbal
pasien tentang perilaku yang
memudahkan membaca gerak
bibir
4 Bila menggunakan alat Mempermudah pasien
. bantu dengar, kenakan pada mendengar sehingga dapat
telinga yang tidak dioperasi lancar dalam berkomunikasi

4. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri
teratasi
Kriteria Hasil :
a. Pasien mengatakan nyeri berkurang
b. Skala nyeri turun
c. Wajah pasien tampak rileks

N Intervensi Rasional
o
1 Kaji ulang skala nyeri, Mengetahui
. lokasi, intensitas ketidakefektifan intervensi
2 Berikan posisi yang Mengurangi nyeri
. nyaman
3 Ajarkan teknik relaksasi Mengalihkan perhatian
. dan ciptakan lingkungan pasien terhadap nyeri dan
yang tenang mengurangi nyeri
4 Kolaborasi pemberian Dapat mengurangi nyeri,
. analgesik, antibiotika, dan membunuh kuman dan
anti inflamasi sesuai mengurangi peradangan
indikasi sehingga mempercepat
penyembuhan

11
5. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan graft, trauma bedah terhadap
jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko
infeksi dapat hilang atau teratasi
Kriteria Hasil :
a.Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

N Intervensi Rasional
o
1 Observasi keadaan Mengetahui keadaan
. umum pasien selama 24 umum pasien
jam
2 Anjurkan pentingnya Mencegah penularan
. cuci tangan dan mencuci penyakit
telinga luar
3 Lakukan perawatan graft Mencegah infeksi
.
4 Kolaborasi pemberian Agar dapat membunuh
. antibiotik profilaksis kuman, sehingga tidak
menularkan penyakit terus-
menerus

6. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
ansietas berkurang
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas, koping, kontra impuls,
penahanan mutilasi diri secara konsisten dan substansial
b. Menunjukkan ketrampilan interaksi sosial yang efektif

N Intervensi Rasional
o
1 Informasikan pasien Kembangkan rasa percaya/
. tentang peran advokat hubungan, turunkan rasa takut
perawat intra operasi akan kehilangan kontrol pada
lingkungan yang asing

12
2 Identifikasi tingkat rasa Rasa takut yang
. takut yang mengharuskan berlebihan/ terus-menerus
dilakukan penundaan akan mengakibatkan reaksi
prosedur pembedahan stress yang berlebihan, risiko
potensial dari pembalikan
reaksi terhadap prosedur/ zat-
zat anestesi
3 Cegah pemajan tubuh Pasien akan
. yang tidak diperlukan memperhatikan masalah
selama pemindahan kehilangan harga diri dan
ataupun pada tulang ketidakmampuan untuk
operasi melatih kontrol
4 Berikan petunjuk/ Ketidakseimbangan dari
. penjelasan yang sederhana proses pemikiran akan
pada pasien yang tenang membuat pasien menemui
kesulitan untuk memahami
petunjuk-petunjuk yang
panjang dan berbelit-belit
5 Kontrol stimulasi Suara gaduh dan keributan
. eksternal akan meningkatkan ansietas
6 Berikan obat sesuai Untuk meningkatkan tidur
. petunjuk, misal; zat-zat malam hari sebelum
sedatif, hipnotis pembedahan; meningkatkan
kemampuan koping

7. Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak
terjadi cidera
Kriteria Hasil :
Tidak mengalami cidera fisik

N Intervensi Rasional
o
1 Cegah infeksi telinga Agar kerusakan
. tengah pendengaran tidak meluas
2 Meminimalkan tingkat berhubungan dengan

13
. kebisingan di unit kehilangan pendengaran
perawatan intensif
3 Lakukan upaya Untuk mencegah pasien
. keamanan seperti ambulasi jatuh akibat vertigo/
terbimbing gangguan keseimbangan
4 Kolaborasi dengan Mengurangi nyeri kepala
. pemberian obat antiemetika sehingga terhindar dari jatuh
dan outivertigo sesuai
indikasi, misalnya
antihistamin

DAFTAR PUSTAKA

o Adams, G.L, 1997, BOIES Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC
o Candra, S. P, 2006, Ringkasan Patologi Anatomi, Jakarta: EGC
o Smeltzer, S. C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth, Jakarta: EGC

14
o Wilkinson, J. M, 2007, Buku Ajar Diagnosa Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC
o http://ndrie-askep.blogspot.com/2009/08/askep-mastoiditis.html

15

Anda mungkin juga menyukai