Anda di halaman 1dari 8

A.

Penerimaan Sinyal dan Inisiasi Transduksi


Sel yang menjadi target sinyal kimiawi memiliki protein reseptor yang akan
mengenali molekul sinyal. Reseptor memiliki tempat yang spesifik untuk perlekatan
molekul sinyal. Molekul sinyal berfungsi sebagai ligan yaitu molekul kecil yang terikat
secara spesifik pada molekul yang lebih besar. Pengikatan ligan menyebabkan protein
reseptor mengalami prubahan bentuk yang akan mengaktifkan reseptor sehingga bereaksi
dengan molekul seluler lainnya.

Gambar: Kaskade fosforilasi


Reseptor sinyal sebagian larut dalam membran plasma yang akan menyalurkan
informasi dari lingkungan ekstraseluler ke bagian dalam sel dengan mengubah bentuk
atau mengumpul ketika ligan spesifik melekat. Reseptor sinyal memiliki tiga tipe utama
yaitu
1. Reseptor Terkait-Protein-G
Reseptor terkait-protein-G merupakan reseptor membrane yang bekerja sama
dengan protein G. Reseptor ini memiliki tempat pengikatan yang bervariasi untuk
mengenali molekul sinyal dan protein G yang berada di dalam sel. Namun reseptor
terkait-protein-G memiliki struktur yang sama yaitu memiliki tujuh heliks-.
Protein G terikat pada sitoplasmik membrane dan berfungsi sebagai saklar yang
dapat di on kana tau di off kan tergantung pada nukleotida guanine berupa GDP atau
GTP yang melekat pada protein G. Protein G yang berikatan dengan GDP akan

menjadi inaktif sedangkan jika berikatan dengan GTP akan menjadi aktif. Cara kerja
protein G dapat dilihat pada gambar

Gambar: reseptor ini merupakan protein membran yang yang bekerja


sama dengan protein G dan protein lainnya biasanya berupa
enzim. Ketiga protein ini bersifat inaktif. Protein G inaktif
memiliki satu molekul GDP. Molekul sinyal terikat dengan
reseptor akan mengikat dan mengaktifkan protein G. Molekul
GDP digantikan dengan GTP pada protein G. Protein G aktif
bergerak sepanjang membran kemudian menghidrolisis GTP
dan melepaskannya dari enzim sehingga siap untuk digunakan
kembali.
Selain berfungsi sebagai saklar protein G juga berperan penting dalam
perkembangan embrio, penerimaan indra. Namun system protein G juga terlibat
dalam penyakit yang di infeksi oleh bakteri. Salah satu contohnya bakteri yang dapat
menyebabkan batuk rejan (batuk beruntun), botulisme, dan kolera yang dapat
menghasilkan racun dan mengganggu fungsi protein G.
2. Reseptor Tirosin-Kinase
Reseptor-tirosin-kinase berperan sebgai faktor pertumbuhan. Reseptor ini
memiliki ciri khas dengan adanya sistem enzimatik. Protein reseptor yang berada di
bagian sisi sitoplasmik membran berfungsi sebagai enzim yang disebut tirosin kinase
berfungsi sebagai katalis dalam mentransfer gugus fosfat dari ATP ke asam amino
tirosin pada substrat. Sehingga dapat dikatakan reseptor tirosin kinase berfungsi
sebagai reseptor membran yang melekatkan fosfat ke tirosin protein.
Reseptor tirosin kinase berupa polpeptida tunggal sebelum berikatan dengan
molekul sinyal yang masing-masing memiliki satu tempat pengikatan sinyal
ekstraseluler, satu ekor intraseluler yang mengandung sejumlah tiroksin, dan heliks
yang terdapat pada membran. Aktivasi pada reseptor ini terjadi dalam tiga tahapan
yaitu:

a. Pengikatan ligan menyebabkan dua polipeptida reseptor mengumpul dan


membentuk diner (protein yang terdiri dari dua polipeptida),
b. Pengaktifan dari kedua polipeptida,
c. Fosforilasi tirosin pada ekor polipeptida.
Struktur dan fungsi dari reseptor tirosin kinase dapat di lihat pada gambar..

Gambar:Reseptor tirosin kinase tanpa molekul sinyal spesifik berupa


polipeptida tunggal dalam membran plasma. Bagian ekstraseluler
tempat pengikatan molekul sinyal dihubungkan oleh heliks
transmembran ke bagian sitoplasmik protein. Bagian ini
bertanggungjawab untuk aktivitas tirosin kinase reseptor dan
memiliki sederetan asam amino tirosin. Molekul sinyal melekat
pada tempat pengikatnya dua polipeptida akan berkumpul dan
membentuk dimer. Setiap polipeptida pada daerah tirosin kinase
akan memfosforilasi tirosin pada polipeptida lain dengan
menggunakan gugus fosfat dari ATP. Setelah teraktivasi protein
reseptor dapat mengikat mengikat protein intraseluler dan
kemudian masing-masing dapat menginisiasi jalur transduksi
sinyal yang menimbulkan respon seluler.

3. Reseptor Saluran Ion


Resep saluran ion merupakan pori protein dalam membran plasma yang
berfungsi sebagai gerbang saat reseptor berubah bentuk. Reseptor ini akan
merespon sinyal kimiawi dengan cara membuka atau menutup aliran ion tertentu
seperti NA2+ atau Ca2+ . Reseptor ini akan mengikat molekul sinyal sebagai ligan pada
tempat yang spesifik di bagian ekstraseluler. Berikut ini adalah gambar dari reseptor
saluran ion dalam menerima sinyal kimiawi

Gambar: Saluran ion bergerbang logan sangat penting dalam menerima


sinyal kimia.
Ketika ada sinyal kimiawi yang datang dan
menempel pada saluran ion akan, menyebabkan saluran
membuka, ion mengalir masuk (atau, pada beberapa kasus, ke
luar) dan terjadi respon sel. Gerbang kembali menutup ketika
sinyal kimiawi terlepas dari saluran ion reseptor.
B. Jalur Transduksi Sinyal
Komponen yang memasuki jalur transduksi sinyal ini tidak hanya protein tetapi juga
melibatkan ion kecil nonprotein atau molekul yang larut dalam air sehingga disebut
dengan mesenjer kedua. Mesenjer kedua dapat berupa AMP siklik, ion kalsium dan
inositol trifosfat. AMP siklik atau cAMP berupa suatu enzim yang ada di dalam
membran plasma, adenilil siklase yang mengubah ATP menjadi cAMP untuk merespon
sinyal ekstraseluler.
Ion kalsium lebih banyak digunakan sebagai mesenjer ke dua dari pada cAMP. Sel
menggunakan Ca2+ sebagai mesenjer ke dua dalam jalur protein G dan reseptor tirosin
kinase. Ca2+ berfungsi sebagai mesenjer kedua karena konsentrasi di dalam sitosol secara
normal lebih rendah dari pada di luar sel. Kalsium secara aktif dikeluarkan dari sel dan di
kirim dari sitosol ke Retikulum Endoplasma (RE). Hal ini yang menebabkan konsentrasi
kalsium di RE lebih tinggi dari pada di sitosol. Konsentrasi kalsium di sitosol akan
meningkat jika terjadi pelepasan ion kalsium di RE yang melibatkan mesenjer kedua yang

lain berupa diasilgliserol (DAG) dan inositol trifosfat. Kedua jenis mesenjer ini dihasilkan
dari pembelahan fosfolipid di membran plasma.

Gambar:cAMP sebagai mesenjer kedua


Pengikatan molekul sinyal ekstraseluler pada reseptor membran plasma menyebabkan
langkah pertama dalam rantai interaksi molekular yaitu berupa jalur transduksi sinyal
sehingga akan mendapatkan respon tertentu di dalam sel. Reseptor yang diaktifkan oleh
sinyal akan mengaktifkan protein kemudian molekul yang akan menghasilkan suatu
respon seluler akhir. Molekul sinyal ini mengalami fosforilasi selama proses transduksi.
Fosforilasi menggunakan enzim protein kinase untuk mengubah gugus fosfat dari ATP
menjadi protein. Protein kinase ini bekerja terhadap satu sama lain seperti pada
gambar..

Gambar:kalsium dan inositol trifosfat dalam jalur persinyalan


C. Respon Seluler terhadap Sinyal
Respon akhir sel terhadap sinyal ekstraseluler disebut respon keluaran. Respon sel
terhadap sinyal berfungsi untuk mengatur aktivitas dalam sitoplasma atau transkripsi
dalam nukleus.

Gambar:Respon sitoplasmik terhadap sinyal, rancangan pemecahan


glikogen oleh epinefrin

Gambar:Respon nukleus tehadap sinyal:pengaktifan gen spesifik oleh


faktor pertumbuhan
Kekhususan pensinyalan sel menentukan molekul sinyal apa yang akan diresponnya
dan sifat responnya. Keempat sel dalam diagram merespon molekul sinyal dengan cara
yang berbeda karena masing-masing memiliki kumpulan protein yang berbeda. Diagram
sel A merupakan diagram jalur pensinyalan dengan satu respon tunggal. Diagram sel B
merupakan diagram jalur pensinyalan dengan jalur bercabang sehingga memunculkan
dua respon yang berbeda. Diagram sel C merupakan diagram jalur pensinyalan dengan
reaksi saling-sapa di antara kedua jalur yang membuat sel dapat memadukan informasi
dari kedua sinyal yang berbeda. Diagram sel D merupakan diagram jalur pensinyalan
dengan reseptor yang berbeda dengan reseptor pada sel A, B dan C.

Gambar:Kekhususan persinyalan sel.

Anda mungkin juga menyukai