Anda di halaman 1dari 21

KOMUNIKASI SEL

Materi Kuliah : BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER

Prepared By:
Saparuddin, S.Si., M.Si

Universitas Sembilanbelas November Kolaka


Kampus Meramaron USN Kolaka
E-mail: udin_saparuddin@yahoo.co.id
1. Sinyal eksternal diubah menjadi respon di
dalam sel

Pertanyaan :

Apa yang dikatakan oleh sel yang


‘berbicara’ kepada sel lain ‘mendengarkan’,
dan bagaimana sel pendengar itu
merespon pesan tersebut?
Komunikasi di antara sel-sel khamir yang kawin

Salah satu topik ‘percakapan’ sel adalah seks.


Misalnya pada khamir saccharomyces
cerevisiae, yang telah digunakan oleh manusia
selama berabad-abad untuk membuat roti,
anggur (wine), dan bir.
Contoh komunikasi di antara sel-sel khamir
Keterangan gambar :
1. Pertukaran faktor perkawinan.
Setiap tipe sel menyekresikan
faktor perkawinan yang
berikatan dengan reseptor
pada permukaan tipe sel yang
satu lagi.
2. Perkawinan. Pengikatan faktor-
faktor ke reseptor akan
menginduksi perubahan dalam
sel yang menyebabkan
keduanya berfusi.
3. Sel a/α baru. Nukleus sel hasil
fusi mencakup semua gen dari
sel a maupun α
Pensinyalan lokal dan jarak jauh

Seperti pada sel khamir, sel dalam orgnisme


multiselular biasanya berkomunikasi melalui
pembawa-pesan kimiawi dengan sel target
yang mungkin tepat berada disebelah sel
tersebut atau mungkin juga tidak.
Sel maupun sel tumbuhan memiliki
sambungan sel, yang menghubungkan secara
langsung sitoplasma sel-sel bersebelahan.
Sehingga zat-zat pensinyalan yang larut
dalam sitosol bergerak bebas diantara sel-sel
bersebelahan.
Pensinyalan dalam proses-proses seperti
perkembangan embrio dan respons
kekebalan.
a. Pensinyalan parakrin. Sel penyekresi bekerja pada sel-sel target yang berdekatan
dengan melepaskan molekul regulator lokal (faktor pertumbuhan, misalnya
kedalam cairan luar sel.
b. Pensinyalan sinapsis. Sel saraf melepaskan molekul neurotransmiter ke dalam
sinapsis, sehingga merangsang sel target.
c. Pensinyalan Hormonal.

Sel endokrin terspesialisasi


menyekresikan hormon kedalam
cairan tubuh, seringkali darah.
Hormon mungkin bisa mencapai
semua sel tubuh.
Tiga Tahap Pensinyalan Sel
Berdasarkan penelitian Sutherland bahwa proses yang
berlangsung di ujung penerimaan pada percakapan selular dapat
dibagi dalam tiga tahap: Penerimaan, Transduksi, dan Respons.
1. Penerimaan (reception). Penerimaan adalah ketika sel target
mendeteksi molekul sinyal yang berasal dari luar sel. Sinyal
kimiawi ‘terdeteksi’ ketika molekul sinyal berikatan dengan
protein reseptor yang terletak dipermukaan sel atau di dalam
sel.
2. Transduksi (transductin). Pengikatan molekul sinyal
mengubah protein reseptor dengan suatu cara, sehingga
menganalisis proses trasnduksi. Tahap transduksi mengubah
sinyal menjadi bentuk yang dapat menyebabkan respon seluler
spesifik.
3. Respons (response). Sinyal yang ditransduksikan akhirnya
memicu respons seluler spesifik. Respon seperti ini misalnya
katalisis suatu enzim, menyusun ulang sitoskeleton dan
aktivitas gen-gen spesifik dalam nukleus.
2. Penerimaan: molekul sinyal berikatan dengan protein reseptor,
menyebabkan protein itu berubah bentuk.
Reseptor Saluran Ion:
1. Ini adalah reseptor saluran ion
bergerbang-ligan, dengan gerbang yang
tetap tertutup sampai ada ligan yang
berikatan dengan reseptor tersebut.
2. Ketika ligan berikatan dengan reseptor
dan gerbang membuka, ion spesifik
dapat mengalir melalui saluran tersebut
dan dengan cepat mengubah
konsentrasi ion tersebut didalam sel.
Perubahan ini bisa secara langsung
memengaruhi aktivitas sel dengan suatu
cara.
3. Saat ligan terlepas dari reseptor ini,
gerbang menutup, dan ion tidak lagi
memasuki sel.
Reseptor Tirosin Kinase:
1. Banyak reseptor tirosin kinase memiliki struktur yang digambarkan secara
skematis disini, sebelum berikatan dengan molekul sinyal, reseptor-reseptor
terdapat sebagai polipeptida individual. Perhatikan bahwa setiap reseptor
memiliki suatu situs pengikatan-ligan ekstraseluler (di sebelah luar sel), suatu
heliks α yang membentangi membran, dan ekor intraseluler (disebelah dalam
sel) yang mengandung banyak tirosin.
2. Pengikatan molekul sinyal (misalnya faktor pertumbuhan) menyebabkan dua
polipeptida reseptor berasosiasi secara dekat satu sama lain, membentuk
dimer (dimerisasi).
Lanjutan....

3. Dimerisasi mengaktivasi wilayah tirosin kinase pada masing-masing


polipeptida; setiap tirosin kinase menambahkan satu fosfat dari molekul ATP ke
tirosin pada ekor polipeptida yang satu lagi.
4. Sekarang setelah protein reseptor teraktivasi sepenuhnya, protein tersebut
dikenali oleh protein relai spesifik didalam sel. Setiap protein seperti ini
berikatan dengan tirosin terfosforilasi yang spesifik, dan sebagai akibatnya
mengalami perubahan struktur yang mengaktivasi protein yang terikat. Setiap
protein yang teraktivasi memicu suatu jalur transduksi, yang berujung pada
reseptor seluler.
Reseptor Terkopel-Protein G
1. Protein G, yang melekat longgar ke sisi sitoplasmik (sisi yang menghadap ke sitoplasma)
membran, berfungsi sebagai saklar molekular yang dinyalakan atau dipadamkan,
bergantung pada yang mana diantara dua nukleotida guanin yang melekat, GDP atau
GTP-sumber nama proten G. (GTP, atau guanin trifosfat, mirip dengan ATP). Ketika GTP
berikatan dengan protein G, protein G inaktif. Reseptor dan protein G bekerja sama
dengan protein lain, biasanya enzim.
2. Ketika molekul sinyal yang sesuai berikatan dengan sisi ekstraseluler (sisi yang
menghadap keluar sel) reseptor, reseptor ini teraktivasi dan berubah bentuk. Sisi
sitoplasmiknya kemudian mengikat suatu protein G yang inaktif, sehingga menyebabkan
GTP menggantikan GDP. Ini akan mengaktivasi protein G.
Lanjutan....

3. Protein G yang teraktivasi terlepas dari reseptor, berdifusi disepanjang


membran, dan kemudian berikatan dengan suatu enzim, sehingga mengubah
bentuk dan aktivitas enzim tersebut. saat teraktivasi, enzim dapat memicu
langkah berikutnya dalam jalur yang berujung pada respons seluler.
4. Perubahan pada enzim dan protein G hanya sementara, karena protein G juga
berfungsi sebagai enzim GTPase dengan kata lain, protein G kemudian
menghidrolisis GTP yang melekat padanya menjadi GDP. Karena ini inaktif lagi,
protein G meninggalkan enzim, yang kembali kekondisi awal. Protein G kini
tersedia untuk digunakan lagi. Fungsi protein G sebagai GTPase
memungkinkan jalur dipadamkan dengan cepat saat molekul sinyal tidak lagi
ada.
Hormon steroid berinteraksi dengan reseptor intar seluler.

1. Hormon steroid testosteron menembus


membran plasma.

2. Testosteron berikatan dengan protein


reseptor didalam sitoplasma dan
mengaktivasinya.

3. Kompleks hormon resepor memasuki nukleus


dan berikatan dengan gen spesifik.

4. Protein yang terikat bertindak sebagai faktor


transkripsi, merangsang transkripsi gen
menjadi mRNA.

5. mRNA di translasi menjadi protein spesifik.


3. Transduksi: Kaskade interaksi molekular merelai
sinyal dari reseptor ke molekul target dalam sel
Keterangan....
1. Molekul relai mengaktivasi protein kinase 1
2. Protein kinase 1 aktif mentransfer suatu fosfat dari ATP ke
molekul protein kinase 2 inaktif, sehingga mengaktivasi
kinase kedua ini.
3. Protein kinase kedua aktif kemudian mengkatalisis
fosforilase (dan aktivasi) protein kinase 3.
4. Terakhir protein kinase 3 aktif memfosforilasi protein
(merah muda) yang menyebabkan respons sel terhadap
sinyal.
5. Enzim yang disebut protein fosfatase (PP) mengkatalisis
penghilangan gugus fosfat dari protein, membuat protein
menjadi inaktif dan siap untuk digunakan kembali.
4. Respon: Pensinyalan sel menyebabkan regulasi transkripsi atau
aktivasi sitoplasma
Respon Nukleus terhadap Sinyal: aktivasi
suatu gen spesifik oleh faktor
pertumbuhan.
Diagram ini merupakan representasi
sederhana dari jalur pensinyalan tipikal yang
mengarah pada regulasi aktivitas gen dalam
nukleus sel. Molekul sinyal awal, regulator
lokal yang disebut faktor pertumbuhan,
memicu kaskade fosforilase. (molekul ATP
yang berperan sebagai sumber fosfat tidak
ditunjukkan). Begitu fosforilasi, kinase
terakhir dalam urutan itu memasuki nukleus
dan mengaktivasi suatu protein peregulasi
gen, atau faktor transkripsi. Protein
merangsang suatu gen spesifik sedemikian
rupa sehingga mRNA disintesis, yang
kemudian mengarahkan sintesisi protein
tertentu dalam sitoplasma.
5. Apoptosis (Kematian sel terprogram) mengitegrasikan
banyak jalur pensinyalan-sel
Apopotosis adalah sel-sel yang terinfeksi
atau rusak atau yang sekadar mencapai
akhir masa hidup fungsionalnya seringkali
memasuki program bunuh diri sel
terkontrol.
Gambar 1 : tidak ada sinyal kematian.
Asalkan Ced-9 (yang terletak di membran
luar mitokondria), bersifat aktif, apoptosis
dihambat, dan sel tetap hidup.
Gambar 2:Sinyal kematian. Ced-9
terinaktivasi, melepaskan penghambatan
terhadap Ced-3 dan Ced-4. Ced-3 aktif,
sejenis protease, memicu kaskade reaksi
yang menyebabkan aktivasi nuklease dan
protease lain. Kerja enzim-enzim ini
menyebabkan perubahan yang terlihat
dalam sel yang mengalami apotosisi dan
akhirnya mati.
Efek apoptosis selama pembentukan tapak kaki mencit.

Pada mencit, manusia dan mamalia lain, juga burung darat, wilayah embrionik
yang berkembang menjadi kaki atau tanganpada awalnya memiliki struktur
padat seperti lempengan. Apopotosisi menyingkirkan sel-sel di wilayah antarjari,
sehingga membentuk jari (digit). Tapak kaki embrio mencit yang ditunjukkan
dalam mikrograf-mikrograf cahaya ini diwarnai sehingga sel-sel yang mengalami
apoptosis tampak berwarna kuning cerah. Apoptosis sel bermula pada tepi
setiap wilayah antar jari (kiri), memuncak seiring berkurangnya jaringan di
wilayah ini (tengah), dan tidak lagi terlihat ketika jaringan antarjari telah lenyap
(kanan).
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai