Anda di halaman 1dari 18

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Setiap sel melakukan komunikasi dengan lingkungan sekelilingnya. Pada
tingkat seluler suatu komunikasi antar sel akan berguna bagi kelangsungan
kehidupan sel itu sendiri. Terminologi transduksi signal (signal transduction)
yang sering pula disebut sebagai signal sel (cell signaling) merupakan suatu
proses komunikasi yang meliputi konsep tentang tanggapan sel terhadap
rangsangan dari sekelilingnya yang disusul dengan timbulnya reaksi didalam sel
(Rudijanto dan Kalim, 2006).
Transduksi signal dalam sel mungkin akan melibatkan proses fisik seperti
proses difusi, perubahan kimiawi seperti peristiwa posforilasi dari berbagai signal
antara (intermediate signaling), atau keduanya. Pada sebagaian besar peristiwa
hantaran signal, awal dan akhir dari peristiwa hantaran pada umumnya telah
diketahui secara baik. Namun proses diantara awal dan akhir peristiwa hantaran,
merupakan proses antara yang masih banyak belum diketahui secara menyeluruh
(Rudijanto dan Kalim, 2006).
Untuk dapat memahami dengan baik proses antara awal dan akhir suatu
transduksi signal diperlukan pemahaman tentang molekul yang berperan pada
proses antara tersebut serta proses hantaran signal dari satu tempat ketempat yang
lainnya (Rudijanto dan Kalim, 2006). Adapun isi dari makalah ini akan dibahas
lebih mendalam tentang transduksi sinyal (signal transduction), diantaranya:
konsep, jenis-jenis reseptor, jalur, dan teori beserta ahlinya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah konsep dari transduksi sinyal?
2. Apa saja jenis-jenis reseptor dalam transduksi sinyal?
3. Bagaimanakah jalur dari transduksi sinyal?

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 1


1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Agar dapat menguasai konsep tentang transduksi sinyal.
2. Agar dapat memahami jenis-jenis reseptor dalam transduksi sinyal.
3. Agar dapat memahami jalur dari transduksi sinyal.

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 2


II. PEMBAHASAN

2.1 Transduksi Sinyal


2.1.1 Pengantar
Setiap sel melakukan komunikasi dengan lingkungan sekelilingnya. Pada
tingkat seluler suatu komunikasi antar sel akan berguna bagi kelangsungan
kehidupan sel itu sendiri. Terminologi transduksi signal (signal transduction)
yang sering pula disebut sebagai signal sel (cell signaling) merupakan suatu
proses komunikasi yang meliputi konsep tentang tanggapan sel terhadap
rangsangan dari sekelilingnya yang disusul dengan timbulnya reaksi didalam sel.
Transduksi signal dalam sel mungkin akan melibatkan proses fisik seperti proses
difusi, perubahan kimiawi seperti peristiwa posforilasi dari berbagai signal antara
(intermediate signaling), atau keduanya (Rudijanto dan Kalim, 2006).
Transportasi berbagai macam protein dalam sel yang melibatkan
sitoskeleton merupakan salah satu bagian dari transduksi signal. Sitoskeleton yang
terdapat dalam sel terdiri dari tiga macam filamen, tersusun saling berkaitan satu
dengan lainnya. Jalinan jaringan ini memungkinkan adanya jalur hubungan antara
dinding sel, inti ataupun berbagai organela yang ada didalam sel. Beberapa
penelitian menunjukkan adanya peran masing-masing jenis filament sitoskeleton
pada berbagai hantaran mekanik yang dipergunakan sebagai jalur pergerakan
organela maupun protein dalam sel. Jalur ini memungkinkan pergerakan organela,
protein ataupun molekul lemak bergerak menuju tempat yang dituju. Hal ini
memungkinkan pula sitoskeleton terlibat pada transduksi signal didalam sel
(Rudijanto dan Kalim, 2006).

2.1.2 Pengertian Transduksi Sinyal


Transduksi sinyal (signal transduction) merupakan proses penghantaran
pesan dari lingkungan ke dalam sel, hingga tercapai efek tertentu (baik antar sel
dan intra sel) (Wahyuni, tanpa tahun).

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 3


2.1.3 Proses Transduksi Sinyal
Rudijanto dan Kalim (2006) menyatakan transduksi signal merupakan
suatu peristiwa yang sangat komplek. Signal (rangsang) dapat berupa suatu
protein yang dihasilkan oleh sel lain yang kemudian berikatan dengan reseptor
spesifik pada dinding sel, atau suatu substrat lain non protein. Demikian juga
adanya kontak langsung antar sel dapat pula menimbulkan signal. Transduksi
signal meliputi berbagai aktifitas, seperti:
a. Pengenalan berbagai signal dari luar terhadap reseptor spesifik yang
terdapat pada permukaan sel membran.
b. Penghantaran signal melalui sel membran kedalam sitoplasma.
c. Penghantaran signal kepada molekul efektor spesifik pada bagian sel
membran atau efektor spesifik dalam sitoplasma. Hantaran signal ini
kemudian akan menimbulkan respon spesifik terhadap signal tersebut.
Respon spesifik yang timbul tergantung pada jenis signal yang diterima.
Respon dapat berupa peningkatan atau penurunan aktifitas enzim-enzim
metabolik, rekonfigurasi sitoskeleton, perubahan permeabilitas sel
membran, aktifasi sintesa DNA, perubahan ekspresi genetik atupun
program apoptosis.
d. Terputusnya rangkaian signal. Terjadi apabila rangsangan dari luar mulai
berkurang atau terputus. Terputusnya signal juga terjadi apabila terdapat
kerusakan atau tidak aktifnya sebagian atau seluruh molekul penghantar
signal. Informasi yang terjadi akan melewati jalur rangsang (signal
transduction pathway) yang terdiri dari berbagai protein berbeda atau
molekul tertentu seperti berbagai ion dan kanalnya, berbagai faktor
transkripsi, ataupun berbagai tipe sububit regulator. Setiap protein yang
terlibat pada jalur ini mampu menghambat atau mengaktifasi protein yang
berada dibawah pengaruhnya (down stream). Protein utama yang terlibat
dalam jalur rangsang pada umumnya adalah kinase dan pospatase, yang
beberapa diantaranya merupakan protein yang terdapat/larut dalam
sitoplasma. Kedua protein ini mampu melepaskan atau menerima grup

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 4


pospat dari protein lain sehingga proses penghantaran atau penghentian
signal dapat berlangsung.

2.2 Jenis-jenis Reseptor


2.2.1 Pengantar
Molekul sinyal memiliki bentuk yang komplementer dengan situs spesifik
pada reseptor dan melekat di situ, seperti anak kunci dalam gembok atau substrat
dalam situs katalitik suatu enzim. Molekul sinyal berperilaku sebagai ligan, istilah
untuk molekul yang berikatan secara spesifik dengan molekul lain, seringkali
yang berukuran lebih besar (Campbell and Reece, 2010).
Pengikatan ligan secara umum menyebabkan protein reseptor mengalami
perubahan bentuk. Bagi banyak reseptor, perubahan bentuk ini secara langsung
mengaktivasi reseptor, memungkinkan reseptor ini berinteraksi dengan molekul-
molekul selular lain. Bagi jenis-jenis reseptor lain, efek langsung dari pengikatan
ligan adalah agregasi dua atau lebih molekul reseptor, yang menyebabkan
peristiwa molekular berikutnya di dalam sel. Dalam kasus transduksi sinyal,
pengikatan ligan mengubah kemampuan reseptor mentransmisi sinyal. Sebagian
besar reseptor sinyal merupakan protein membrane plasma (Campbell and Reece,
2010).

2.2.2 Jenis-jenis Reseptor


Berdasarkan sifat ligannya, Campbell and Reece (2010) membedakan
reseptor dalam transduksi sinyal menjadi:
1. Reseptor dalam Membran plasma
Sebagian besar molekul sinyal larut-air berikatan dengan situs
spesifik pada protein reseptor yang tertanam dalam membrane plasma sel.
Reseptor semacam ini mentransmisikan informasi dari lingkungan
ekstraselular ke bagian dalam sel dengan cara mengubah bentuk atau
beragregasi saat berikatan dengan ligan spesifik. Ada tiga tipe utama
reseptor membran, yaitu:
a. Reseptor saluran ion

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 5


Saluran ion bergerbang-ligan (ligand-gated ion channel)
adalah suatu tipe reseptor membran yang memiliki wilayah yang dapat
bertindak sebagai gerbang saat reseptor berubah bentuk. Dari gambar 1
terlihat ketika molekul sinyal berikatan dengan protein reseptor sebagai
ligan, gerbang akan membuka dan menutup, sehingga memungkinkan
atau menghalangi aliran ion spesifik, misalnya Na+ atau Ca2+, melalui
saluran di dalam reseptor tersebut.

Gambar 1. proses penerimaan sinyal melalui saluran ion


Sumber: Campbell and Reece (2010)

b. Reseptor tirosin kinase


Reseptor tirosin kinase (receptor tyrosine kinase) tergolong ke
dalam kelas utama reseptor membran plasma yang dicirikan karena
memiliki aktivitas enzimatik. Kinse adalah enzim yang mengkatalis
transfer gugus fosfat. Bagian protein reseptor yang menjulur ke dalam
sitoplasma berfungsi sebagai tirosin kinase, enzim yang mengkatalis
transfer gugus fosfat dari ATP ke asam amino tirosin pada protein

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 6


substrat. Dengan demikian, reseptor tirosin kinase merupakan respetor
membran yang melekatakn fosfat ke tirosin. Hal ini dapat terlihat pada
gambar 2.
Satu kompleks reseptor tirosin kinase mungkin mengaktivasi
sepuluh atau lebih jalur transduksi dan respons selular yang berbeda.
Kemampuan dari satu peristiwa pengikatan-ligan tunggal untuk memicu
sedemikian banyak jalur merupakan perbedaan kunci anatara reseptor
tirosin kinase dan reseptor tekopel-protein G. Reseptor tirosin kinase
abnormal yang berfungsi bahkan pada saat tidak ada molekul sinyal
mungkin berkontribusi dalam berkembangnya beberapa jenis kanker.

Gambar 2. proses penerimaan sinyal melalui tirosin kinase


Sumber: Campbell and Reece (2010)

c. Reseptor terkopel-protein G
Reseptor terkopel-protein G (G protein-coupled receptor)
adalah reseptor membran plasma yang bekerja dengan bantuan protein
G, protein yang mengikat molekul GTP yang kaya energi. Banyak
molekul sinyal yang berbeda, termasuk faktor perkawinan khamir,
epinafrin dan banyak hormon lain, serta neurotransmitter, menggunakan

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 7


reseptor terkopel-protein G. Proses penerimaan sinyal ini dapat terlihat
pada gambar 3.

Gambar 3. proses penerimaan sinyal melalui terkopel-protein G


Sumber: Campbell and Reece (2010)

Reseptor terkait protein G ini berupa protein membran yang


bekerja bersamaan dengan protein G dan protein lain (biasanya enzim).
Pendeteksian sinyal berupa cahaya, bau, dan deteksi hormon serta
neurotransmiter tertentu. Jalur ini bisa mengaktivasi atau menginhibisi
target protein G yang terikat pada reseptor. Jalur ini terlihat pada gambar
4. Protein G terbagi dua, yaitu:
a. Protein G yang menstimulasi (Gs) : protein menstimulasi
effector enzyme
b. Protein G yang menginhibisi (Gi) : protein menginhibisi effector
enzyme
Aktivasi enzim (contoh: adenylil cyclase) akan menghasilkan
sejumlah second messenger yang menentukan respon seluler terhadap
sinyal yang datang. Secara umum dapat disimpulkan bahwa jalur ini
dimulai dari ligan yang berikatan degan reseptor sehingga teraktivasi 
aktivasi protein G  aktivasi atau inhibisi enzim  respon seluler.

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 8


Gambar 4. jalur penerimaan sinyal melalui terkopel-protein G
Sumber: www.academia.edu

2. Reseptor Intraselular
Protein reseptor intraselular terletak pada sitoplasma atau pada
nukleus sel target. Untuk mencapai reseptor semacam ini, pembawa-pesan
kimiawi menembus membran plasma sel target. Sejumlah molekul sinyal
penting bisa melakukan hal ini karena cukup hidrofobik atau cukup kecil
untuk melintasi interior fosfolipid pada membran. Pembawa-pesan kimiawi
hidrofobik semacam ini termasuk hormon steroid dan hormon tiroid pada
hewan (Campbell and Reece, 2010). Hal ini dapat terlihat pada gambar 5
berikut.

Gambar 5. proses penerimaan sinyal melalui reseptor intraseluller


Sumber: www.academia.edu

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 9


2.3 Jalur Transduksi Sinyal
2.3.1 Pengantar
Pengikatan molekul sinyal spesifik ke reseptor pada membran plasma
memicu langkah pertama dalam rantai interaksi molecular-jalur tansduksi sinyal
yang mengarah ke respons tertentu di dalam sel. Reseptor yang diaktivasi oleh
sinyal akan mengaktivasi molekul lain, yang kemudian mengaktivasi molekul lain
lagi, dan seterusnya, sampai protein yang menghasilkan respons selular akhir
diaktivasi (Campbell and Reece, 2010).
Molekul sinyal asal tidak diteruskan secara fisik sepanjang jalur
pensinyalan. Pada sebagian besar kasus, molekul tersebut bahkan tidak pernah
memasuki sel. Pada setiap langkah, sinyal ditransduksi menjadi bentuk yang
berbeda, umumnya berupa perubahan bentuk protein. Perubahan bentuk tersebut
seringkali disebabkan oleh fosforilasi (Campbell and Reece, 2010).

2.3.2 Pengertian Jalur Transduksi Sinyal


Jalur transduksi sinyal (signal transduction pathway) merupakan
serangkaian langkah yang mengubah sinyal pada permukaan sel menjadi respons
selular spesifik (Campbell and Reece, 2010).

2.3.3 Jalur Transduksi Sinyal


Transduksi sinyal merupakan transmisi sinyal dari molekul ekstrasel ke
dalam sel yang menyebabkan terjadinya berbagai proses penghantaran respon.
Sistem transduksi molekul yang merupakan komunikasi antar sel, akan direspon
secara bertahap melalui serangkaian aktivitas di dalam sel. Hasil produksinya
dapat berupa sekresi hormon atau zat kimia lain yang kemudian diterima oleh sel
yang berbeda (Hidayat, Sujatno, Nugraha dan Setiawan., 2010).
Saat sel menerima sebuah sinyal misalnya berbentuk peptida, sel akan
mentransmisikan informasi dari bagian permukaan ke bagian dalam, terutama ke
inti sel. Transduksi sinyal bersifat spesifik, baik dalam hal aktivasi maupun dalam
mekanisme perangsangan jalur transmisi selanjutnya (downstream). Semua organ

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 10


dalam sel akan bereaksi sesuai aturannya masing-masing dan hanya berrespon
terhadap sinyal yang sesuai (Hidayat, dkk., 2010).
Sinyal peptida diterima pertama kali oleh protein khusus di permukaan sel
yang disebut reseptor. Terdapat 4 golongan besar reseptor permukaan sel yang
berbeda dalam aktivitas dan dalam sinyal molekul yang mengaktivasinya.
Keluarga reseptor yang terbesar adalah G protein-coupled receptor (GPCR) dan
fungsinya bergantung dari guanosine triphosphate (GTP). Saat ini GPCR
dianggap sebagai target paling penting dalam usaha pencarian obat yang baru
(Hidayat, dkk., 2010).
Setelah GPCR menerima sinyal, reseptor akan menyampaikan informasi
tersebut ke dalam sel lewat serangkaian perubahan biokimia di dalam sel seperti
protein G. Selanjutnya akan terjadi perubahan biokimia lewat aktivitas enzim
intrinsik dalam reseptor atau dengan mengaktivasi molekul pembawa pesan
intrasel (intracellular messenger) atau second messenger generating enzyme
(Hidayat, dkk., 2010).
Transduksi sinyal akan mengubah perilaku protein dan enzim dalam sel
melalui efek yang serupa penekanan tombol on atau off . Penambahan atau
pengambilan fosfat merupakan mekanisme dasar untuk mengubah bentuk dan
mengaktivasi protein atau enzim. Dua jenis protein yang menjadi regulator ikatan
fosfat, adalah protein kinase dan protein fosfatase. Protein kinase berfungsi
mentransfer gugus fosfat terminal dari ATP ke gugus hidroksil dari sebuah
protein. Protein fosfatase merupakan kebalikan dari protein kinase, yaitu
mengkatalisis pengambilan fosfat dengan cara hidrolisis. Proses fosforilasi akan
secara langsung mengubah aktivitas suatu enzim yaitu dengan perubahan
konformasional. Hampir seluruh enzim diregulasi oleh penempelan non-kovalen
fosfat dalam bentuk ikatan ester, ke gugus hidroksil dari asam amino tertentu
antara lain Serine (Ser), Threonine (Thr) atau Tyrosine (Tyr) (Hidayat, dkk.,
2010).
Protein kinase dan protein fosfatase sendiri akan diregulasi oleh kompleks
jalur sinyal. Misalnya PKC diaktivasi oleh Ca2+, sedangkan PKA diaktivasi oleh

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 11


siklik AMP (cAMP). Pemetaan berbagai jalur sinyal transduksi sinyal dapat
dilihat pada gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. beberapa jalur transduksi sinyal


Sumber : Hidayat, dkk. (2010)

Pada setiap langkah, sinyal ditransduksi menjadi bentuk yang berbeda,


umumnya berupa perubahan bentuk protein. Perubahan bentuk tersebut seringkali
disebabkan oleh fosforilasi (Campbell and Reece, 2010). Fosforilasi dan
defosforilasi protein merupakan mekanisme selular yang tersebar luas untuk
meregulasi aktivitas protein. Enzim yang mentransfer gugus fosfat dari ATP ke
protein adalah protein kinase. Reseptor tirosin kinase memfosforilasi tirosin pada
reseptor tirosin kinase lain dalam suatu dimer. Akan tetapi, sebagian besar protein
kinase di sitoplasma bekerja pada protein yang berbeda dari dirinya. Perbedaan
yang lain adalah bahwa sebagian besar protein kinase di sitoplasma
memfosforilasi asam amino serin atau treonin, bukan tirosin. Serin/treonin kinase
ini terlibat dalam banyak jalur pensinyalan pada hewan, tumbuhan, dan fungi.

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 12


Gambar 7. Jalur hipotesis kaskade fosforilase
Sumber : Campbell and Reece (2010)

Pada gambar 7 diatas, menggambarkan suatu jalur hipotetis yang


mengandung tiga protein kinase berbeda yang menyusun suatu “kaskade
fosforilasi”. Urutan yang ditunjukkan serupa dengan banyak jalur yang sudah
diketahui, termasuk jalur-jalur yang dipicu oleh faktor perkawinan (pada khamir)
dan jalur-jalur yang dipicu oleh banyak faktor pertumbuhan (pada sel hewan).
Sinyal itu ditransmisi oleh kaskade fosforilasi protein, yang masing-
masing menyebabkan perubahan bentuk. Setiap perubahan bentuk ini dihasilkan
dari interaksi antara gugus fosfat yang baru ditambahkan dengan asam amino
yang bermuatan atau polar. Penambahan gugus fosfat seringkali mengubah
protein dari bentuk inaktif (tidak aktif) menjadi bentuk aktif (walaupun pada
kasus yang lain, fosforilasi menurunkan aktivitas protein).
Protein yang sama pentingnya dalam kaskade fosforilasi adalah protein
fosfatase (protein phosphatase), enzim yang dapat secara cepat menyingkirkan
gugus fosfat dari protein, yaitu suatu proses yang disebut defosforilasi. Dengan
demikian, defosforilasi menginaktivasi protein kinase, fosfatase menyediakan
mekanisme untuk memadamkan jalur transduksi sinyal ketika sinyal awal tidak

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 13


lagi ada. Fosfatase juga menjadikan protein kinase tersedia untuk digunakan
kembali, sehingga sel bisa memberikan respons lagi terhadap sinyal ekstraselular.
Setiap saat, aktivitas protein yang diregulasi oleh fosforilasi bergantung pada
keseimbangan dalam sel antara molekul kinase aktif dan molekul fosfatase aktif.
Sistem fosforilase/defosforilase bekerja sebagai saklar molecular dalam sel,
menyalakan atau memadamkan aktivitas jika diperlukan.

2.3.4 Jalur Transduksi Sinyal pada Endotel


Salah satu contoh jalur transduksi sinyal menurut Ridwan dan Gotera
(2009) adalah jalur transduksi insulin pada endotel. Insulin merupakan hormon
utama yang bertangungjawab untuk regulasi metabolisme glukosa dan regulasi
sinyal penyimpanan dan penggunaan banyak nutrien dasar. Insulin bekerja
sebagai suatu hormon anabolik, mengaktifkan sistem transtor dan enzim yang
terlibat dalam penggunaan dan penyimpanan glukosa, asam amino dan asam
lemak intraseluler.
Insulin merupakan suatu polipeptida yang mengandung dua rantai asam
amino yang dihubungkan oleh jembatan disulfide. Hormon ini disintesa di dalam
retikulum endoplasma kasar sel B pankreas, kemudian ditranspor ke apparatus
golgi untuk dipaket dalam bentuk granul-granul, yang bergerak ke membran sel
dan akhirnya kandungan granul dilepaskan dengan cara eksositosis. Insulin
kemudian melewati laminal basal sel B dan kapiler dan fenestrata endotel kapiler
untuk mencapai aliran darah. Reseptor insulin ditemukan pada berbagai sel tubuh,
termasuk pada sel yang insulin tidak meningkatkan ambilan glukosanya.
Setelah berikatan dengan reseptor, insulin mempengaruhi endotel melalui
dua jalur signal yang berbeda. Efek utama ambilan glukosa dan vasodilatasi
terjadi melalui perangsangan jalur PI3-K, sedangkan efek vasokonstriksi dan
proliferasi terjadi melalui perangsangan jalur yang tergantung pada mitogen-
activated protein kinase (MAPK). Gambaran jalur transduksi sinyal ini dapat
terlihat dari gambar 8 berikut ini.

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 14


Gambar 8 . gambaran umum jalur transduksi sinyal insulin pada endotel
Sumber: Ridwan dan Gotera (2009)

Efek insulin terhadap sistem kardiovaskular menunjukkan bahwa insulin


bukanlah hanya hormone yang bekerja untuk menurunkan gula darah.
Keseimbangan antara efek vasodilator insulin yang tergantung NO dan efek
vasokonstriktor yang tergantung ET-1 diatur oleh sinyal melalui jalur PI3K dan
MAPK pada endotel vaskular. Pada kondisi resistensi insulin, gangguan sinyal
jalur PI3K dan peningkatan sinyal jalur MAPK pada endotel vaskular dapat
merupakan kondisi yang mendasari hubungan antara penyakit metabolik dan
penyakit kardiovaskular.

2.4 Kelainan Akibat Adanya Gangguan dalam Transduksi Sinyal pada Sel
Beberapa kelainan akibat adanya gangguan dalam transduksi sinyal pada
sel dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
a. Androgen insensitivity syndrome (AIS)
Kelainan ini terjadi akibat adanya mutasi pada gen reseptor
androgen (RA) yang menyebabkan reseptor androgen tidak berfungsi. Hal
ini mengakibatkan jaringan yang menjadi target hormon androgen (testis)
tidak berfungsi dan membentuk hipogonadism. Skema mutasi AIS ini
dapat terlihat pada gambar 9 di bawah ini.

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 15


Sindrom insensitivitas androgen (androgen insensitivity
syndrome, AIS) adalah sekumpulan gangguan perkembangan seksual
akibat mutasi gen penyandi reseptor androgen. Pada AIS, seseorang
yang secara genetik laki-laki (karena mempunyai satu kromosom X dan
satu kromosom Y) mengalami resistensi terhadap hormon laki-laki
sehingga hasil akhirnya secara fisik berpenampilan wanita (Madjid, 2012).
Sebagian besar AIS berpenampilan undervirilization dengan
beragam derajat dan/atau keadaan infertilitas. Seseorang dengan
complete androgen insensitivity syndrome (CAIS) berpenampilan
laki-laki, kecuali kariotipe 46XY yang disertai testis andesensus, yaitu
keadaan yang disebut testicular feminization (Madjid, 2012).

Gambar 9 . skema mutasi AIS yang mempengaruhi sifat normal reseptor androgen
Sumber: Madjid (2012)

b. Disgenesis ovarium
Kelainan ini terjadi akibat adanya mutasi pada reseptor FSH
(Folicle Stimulating Hormone) yang menyebabkan reseptor FSH inaktif.
Hal ini mengakibatkan ovarium tidak berkembang dengan baik.

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 16


III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik berbagai kesimpulan bahwa transduksi
sinyal (signal transduction) merupakan proses penghantaran pesan dari
lingkungan ke dalam sel, hingga tercapai efek tertentu (baik antar sel dan intra sel)
(Wahyuni, tanpa tahun). Berdasarkan sifat ligannya, Campbell and Reece (2010)
membedakan reseptor dalam transduksi sinyal menjadi reseptor dalam membran
plasma (saluran ion, tirosin kinase, dan terkopel-protein G) dan reseptor
intraselullar. Transduksi sinyal merupakan transmisi sinyal dari molekul ekstrasel
ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya berbagai proses penghantaran respon.
Sistem transduksi molekul yang merupakan komunikasi antar sel, akan direspon
secara bertahap melalui serangkaian aktivitas di dalam sel. Hasil produksinya
dapat berupa sekresi hormon atau zat kimia lain yang kemudian diterima oleh sel
yang berbeda (Hidayat, dkk., 2010).

3.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini yaitu pembaca
diharapkan dalam memahami tentang transduksi signal (signal transduction),
sehingga pemahaman itu dapat diinformasikan kembali kepada orang lain dan
dapat diaplikasikan untuk diri sendiri. Selain itu, penulis mengharapkan saran
yang membangun yang dapat menjadi motivasi dalam pembuatan makalah-
makalah berikutnya sehingga dalam pembuatan makalah berikutnya, penulis lebih
teliti dan lebih baik lagi dalam menyampaikan informasi dalam bentuk makalah.

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 17


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A dan J. B. Reece. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta:


Erlangga.

Hidayat, Meilinah., Muchtan Sujatno, Nugraha, dan Setiawan. 2010. Transduksi


Sinyal Hormon Kolesistokinin sebagai Target untuk Mengatasi Obesitas.
JKM Vol.9 No.2 Februari 2010:173-182.

Kurniawan, Nandar. S. 2015.Neuronal Signal. Malang: FK Universitas Brawijaya.


Jurnal MNJ, Vol.01, No.2.

Madjid, Tita Husnitawati. 2012. Sindrom Insensitivitas Androgen. CDK-189/ vol.


39 no. 1, th. 2012.

Mutiara, Indah. 2004. Mekanisme Kerja Hormon. Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara.

Ridwan, M. dan W. Gotera. 2009. Pengaruh Insulin Terhadap Fungsi


Kardiovascular. J Penny Dalam. 10(2) Mei 2009.

Rudijanto, A. dan H. Kalim. 2006. Pengaruh Hiperglemi Terhadap Peran


Sitoskeleton (Cytoskeleton) Sebagai Jalur Transduksi Signal (Signal
Transduction). J Peny Dalam. 7 (3) September 2006.

Wahyuni, F. S. Tanpa Tahun. Proses Transduksi Sinyal. Diunduh di


http://ffarmasi.unand.ac.id/bahanajar,rpkps,jurnal,buku,cv/BA.RPKPS/Fat
ma%20Sri%20WahyuniRPKPS%20dan%20Lecture%20Note/farmakologi
%20molekuler%20BA/Pertemuan-1.pdf tanggal 04 Maret 2016.

Tugas Kelompok 3 Fisiologi Hewan (Transduksi Sinyal) 18

Anda mungkin juga menyukai