Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SURVEILANCE

(PENYAKIT HIPERTENSI DAN DIARE)

DOSEN PEMBIMBING

Rezky Auliah SKM,. M.Kes

DISUSUN OLEH:

Kelompok 2

DIANA LESTARI (20281011)


RIZKY ZUMROTIN (20281016)
MEITHA SOFIE WULANDARI (20281029)
BAIQ ISMAYANTI (20281031)
JUI ROHANINGSIH (20281039)
DWI NUR UTAMI (20281040)
NI WAYAN EKA PUTRI MAHARANI (20281045)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalmu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbilalamin segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT. yang telah
memberikan kenikmatan yang berupa Iman, Islam dan kesehatan, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul Surveilans Kesehatan Masyarakat penyakit
hipertensi dan diare. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW. Rasul yang terakhir yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju
alam ilmiyah yang penuh barakah ini.

Selanjutnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu yang
terhormat : Rezky Auliah, SKM., M.Kes., yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada
kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa kami haturkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan makalah ini. Begitu juga kami
mohon maaf apabila dalam penulisan ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan sehingga
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Billahitaufiq Walhidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Mataram, 06 Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
2.1 Hipertensi (Penyakit Tidak Menular)................................................................................................5
2.2 Diare (Penyakit Menular)...................................................................................................................9
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk mewujudkan visi "masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat", Departemen
Kesehatan RI mengembangkan misi: "membuat rakyat sehat". Sebagai penjabarannya telah
dirumuskan empat strategi utama dan 17 sasaran. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes), sebagai salah satu unit utama Depkes, mempunyai fungsi
menunjang sasaran 14, yaitu berfungsinya sistem informasi kesehatan yang berbasis bukti
(evidence-based) di seluruh Indonesia. Untuk itu diperlukan data berbasis komunitas tentang
status kesehatan dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya.

Sejalan dengan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,


kewenangan perencanaan bidang kesehatan berada di tingkat kabupaten/kota. Proses
perencanaan pembangunan kesehatan yang akurat membutuhkan data berbasis bukti di tiap
kabupaten/kota. Keterwakilan hasil survei yang berbasis komunitas seperti Survei Kesehatan
Nasional (SDKI, Susenas Modul, SKRT) yang selama ini dilakukan hanya sampai tingkat
kawasan atau provinsi, sehingga belum memadai untuk perencanaan kesehatan di tingkat
kabupaten/kota, termasuk perencanaan pembiayaan. Sampai saat ini belum tersedia peta
status kesehatan (termasuk data biomedis) dan faktor-faktor yang melatarbelakangi di tingkat
kabupaten/kota. Dengan demikian, perumusan dan pengambilan kebijakan di bidang
kesehatan, belum sepenuhnya dibuat berdasarkan informasi komunitas yang berbasis bukti.
Atas dasar berbagai pertimbangan di atas, Balitbangkes melaksanakan riset kesehatan dasar
(Riskesdas) untuk menyediakan informasi berbasis komunitas tentang status kesehatan
(termasuk data biomedis) dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya dengan keterwakilan
sampai tingkat kabupaten/kota.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi penyakit hipertensi dan diare?
2. Bagaimana tanda dan gejala penyakit hipertensi dan diare?
3. Bagaimana pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi dan diare?
4. Bagaimana hasil analisis data dari riskesdas penyakit hipertensi dan diare?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi penyakit hipertensi dan diare
2. Mengetahui tanda dan gejala penyakit hipertensi dan diare
3. Mengetahui pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi dan diare
4. Mengetahui hasil analisis data dari riskesdas penyakit hipertensi dan diare
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hipertensi (Penyakit Tidak Menular)

a. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan darah
di atas normal. Hal ini ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka diastolic
(bagian bawah) pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat pengukur yang
berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (WHO).

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan tinggi dan berat badan, tingkat
aktifitas normal serta kesehatan pada umumnya adalah 120/80 mmHg. Dalam aktifitas
sehari-hari, tekanan darah normalnya berada pada angka kisaran stabil. Tetapi secara
umum, angka pemeriksaan tekanan darah akan turun saat tidur dan saat beraktifitas akan
sebaliknya. Hipertensi merupakan gejala penyakit yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah dalam jangka panjang yang dapat merusak organ-organ target tertentu
seperti otak, ginjal, retina, jantung, pembesaran ventrikel kiri / bilik kiri, gagal jantung
kronik, kerusakan retina mata / kebutaan.

Penyakit darah tinggi atau hipertensi memiliki 2 tipe klasifikasi, diantaranya yaitu:

1. Hipertensi Primer adalah suatu kondisi di mana tekanan darah tinggi terjadi akibat
dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang dengan pola makan
tidak terkontrol akan berdampak pada kelebihan berat badan atau bahkan obesitas. Hal ini
juga dianggap sebagai pencetus awal penyakit tekanan darah tinggi. Lingkungan dengan
tingkat stressor tinggi sangat berdampak pada seseorang sehingga mereka akhirnya
mengidap penyakit tekanan darah tinggi, terlebih mereka yang kurang berolahraga.

2. Hipertensi Sekunder adalah suatu kondisi dimana meningkatnya tekanan darah


disebabkan oleh penyakit lainnya seperti gagl jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem
hormon tubuh. Pada ibu hamil, khususnya pada wanita dengan berat badan di atas rata-
rata, tekanan darah umumnya meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu.

b. Tanda dan Gejala


- Gejala Hipertensi
Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul,
antara lain:
 Sakit kepala;
 Gelisah;
 Jantung berdebar-debar;
 Pusing;
 Penglihatan kabur;
 Rasa sakit di dada; dan
 Mudah lelah.

Gejala komplikasi pada hipertensi :


 Gangguan penglihatan;
 Saraf;
 Gangguan jantung;
 Gangguan ginjal;
 Gangguan serebral/otak;

- Tanda Hipertensi
Hipertensi ditandai dengan hasil pengukuran tekanan darah yang menunjukan tekanan
sistolik sebesar ≥ 140 mmHg atau dan tekanan diastolik sebesar ≥ 90 mmHg.
Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar british society of
hypertension menggunakan alah sphygomanometer air raksa, digital atau anaeroit yang
telah ditera.
 Normal : 120/80 mmHg
 Pre-hipertensi : 120-139/80-89 mmHg
 Hipertensi tingkat I : 140-159/90-99 mmHg
 Hipertensi tingkat II : > 160/ >100mmHg
 Hipertensi sistolik : terisolasi >140/ <90 mmHg

c. Pencegahan dan Pengobatan


Bertujuan untuk mencegah dan menurunkan probabilitas kesakitan, komplikasi, dan
kematian.
 Pencegahan
o Mengkur tensi secara teratur ;
o Menurunkan berat badan pada obesitas/kegemukan
o Pembatasan konsumsi garam dapur
o Menghentikan konsumsi alkohol
o Menghentikan kebiasaan merokok
o Melakukan olahraga teratur dan istirahat cukup
o Diet rendah lemak jenuh
o Menghindari stress
o Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah)
 Pengobatan
o Hadapi persoalan tidak dengan emosional
o Pengobatan esensial dilakukan untuk menurunkan tekanan darah dengan
tujuan memperpanjang harapan hidup dan mengurangi komplikasi.
o Pengobatan sekunder lebih ditujukan untuk mengendalikan penyebab
hipertensi.
o Pemilihan kombinasi obat anti-hipertensi didasarkan pada keparahan dan
respon penderita terhadap obat yang diberikan.
o Pengobatan hipertensi dilakukan dalam waktu yang lama, bahkan mungkin
sampai seumur hidup.
o Pasien yang berhasil mengontrol tekanan darah, maka pemberian obat
hipertensi di puskesmas diberikan pada saat kunjugan, dengan catatan obat
yang baru diberikan untuk pemakaian selama 30 hari bila tanpa keluhan baru.
o Penderita yang baru didiagnosis, disarankan melakukan kontrol ulang 4 kali
dalam sebulan atau seminggu sekali, bila tekanan darah sistolik > 160 mmHg
atau diastolik > 100 mmHg sebaiknya diberikan terapi kombinasi setelah
kunjungan kedua (dalam 2 minggu) tekanan darah tidak dapat dikontrol.
o Kasus hipertensi atau tekanan darah tidak dapat dikontrol setelah pemberian
obat pertama, maka langsung diberikan terapi pengobatan kombinasi bila
tidak dapat dirujuk ke fasyankes yang lebih tinggi.

d. Hasil Analisis Data dari Riskesdas 2018


Hipertensi menjadi ancaman kesehatan masyarakat karena potensinya yang
mampu mengakibatkan kondisi komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan
gagal ginjal. Penegakkan diagnosa dapat dilakukan melalui pengukuran tekanan darah
oleh tenaga kesehatan atau kader kesehatan yang telah dilatih dan dinyatakan layak oleh
tenaga kesehatan untuk melakukan pengukuran. Hipertensi ditandai dengan hasil
pengukuran tekanan darah yang menunjukkan tekanan sistolik sebesar > 140 mmHg atau
dan tekanan diastolik sebesar > 90 mmHg. Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai
dengan standar British Society of Hypertension mengunakan alat sphygmomanometer air
raksa, digital atau anaeroid yang telah ditera.

Prevalensi hipertensi pada Riskesdas 2018 diukur dengan wawancara dan


pengukuran. Melalui wawancara responden akan ditanyakan apakah pernah didiagnosis
menderita hipertensi. Selain itu, juga ditanyakan mengenai kepatuhan meminum obat
hipertensi. Sehingga Riskesdas 2018 menghasilkan tiga angka prevalensi, yaitu
berdasarkan diagnosis (D), diagnosis atau sedang minum obat (D/O), dan pengukuran
(U). Metode pengukuran secara umum menghasilkan angka prevalensi yang lebih lebih
besar karena berhasil menjaring responden yang merupakan penderita hipertensi namun
tidak menyadari jika mereka memiliki tekanan darah yang tinggi. Sedangkan angka
prevalensi berdasarkan diagnosis atau minum obat sangat bergantung pada kemampuan
mengingat responden, dan tidak mampu menjaring responden yang memiliki tekanan
darah tinggi namun tidak menyadarinya.

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan angka prevalensi hipertensi pada penduduk >
18 tahun berdasarkan pengukuran secara nasional sebesar 34,11%. Peningkatan
prevalensi hipertensi berdasarkan cara pengukuran juga terjadi di hampir seluruh provinsi
di Indonesia. Peningkatan prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar
13,4%, Kalimantan Selatan sebesar 13,3%, dan Sulawesi Barat sebesar 12,3%. Hasil
Riskesdas 2018 menunjukan bahwa Provinsi Kalimantan Selatan memiliki prevalensi
tertinggi sebesar 44,13% diikuti oleh Jawa Barat sebesar 39,6%, Kalimantan Timur
sebesar 39,3%.

Persentase ditahun 2013 masyarakat Kalimantan Selatan yang suka


mengkonsumsi sayur dan buah sekitar 5,5 persen dan sekarang meningkat jadi 98,5
persen, sementara, di Kalimantan Selatan persentase penyakit hipertensi tertinggi ada di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan paling rendah ada di Kabupaten Tanah Bumbu.
Sebagian besar masyarakat Kalimantan Selatan, lebih suka mengkonsumsi makanan
berminyak serta ikan asin yang memiliki kadar garam yang cukup tinggi dan diperparah
oleh kurangnya konsumsi sayur dan buah. Pola hidup dan kebiasaan merokok juga
merupakan salah satu penyebab tingginya prevalensi penyakit hipertensi di Provinsi
Kalimantan Selatan. Provinsi Papua memiliki prevensi hipertensi terendah sebesar 22,2%
diikuti oleh Maluku Utara sebesar 24,65% dan Sumatera Barat sebesar 25,16%. Secara
nasional prevalensi hipertensi menunjukkan kecenderungan peningkatan dari Riskesdas
tahun 2007. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, prevalensi hipertensi di Indonesia pada
tiga jenis metode menunjukkan peningkatan.
2.2 Diare (Penyakit Menular)
a. Definisi
Menurut World Helath Organization (WHO) diare adalah kejadian buang air
besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau
lebih dalam periode 24 jam. disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi
bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularannya secara fekal-oral.

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat.
Pengertian lain diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami buang air
besar yang sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan. Ada ribuan jenis
organisme yang dapat menginfeksi saluran pencernaan dan menjadi penyebab diare.
Dari kelompok bakteri, ada empat jenis bakteri penyebab diare yaitu: campylobacter,
salmonella, shigella, dan E. Coli. Secara umum agent penyebab diare dapat berupa
bakteri, viris, parasit {Janmur, cacing dan protozoa}, keracuanan makanan dan
minuman yang mengandung bakteri maupun bahan kimia, serta akibat penurunan
daya tahan tubuh {immuno defisiensi).

b. Tanda dan Gejala


- Tanda
a) Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :
- Keadaan Umum : baik
- Mata : Normal
- Rasa haus : Normal, minum biasa
- Turgor kulit : kembali cepat

b) Diare dehidrasi Ringan/Sedang


Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
- Keadaan Umum : Gelisah, rewel
- Mata : Cekung
- Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
- Turgor kulit : Kembali lambat

c) Diare dehidrasi berat


Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
- Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar
- Mata : Cekung
- Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
- Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
- Gejala
Gejala diare bervariasi, gejala yang paling sering dialami oleh penderita diare adalah
perut mulas, buang air besar cair (tinja encer) atau bahkan berdarah, sulit menahan
buang air besar, pusing, lemas, dan kulit terasa kering.

c. Pencegahan dan Pengobatan


- Pencegahan
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan
adalah :
Perilaku Sehat
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh
bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak
ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI mempunyai khasiat
preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang
baru lahir, pemberian
ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada
pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui
mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi
menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
2. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Fekal-Oral kuman
tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau
benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jarijari tangan, makanan yang wadah
atau tempat makanminum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang
terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko menderita
diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari
sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

3. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka kejadian diare sebesar
47%).

4. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus
buang air besar di jamban.

Penyehatan Lingkungan

1. Penyediaan Air Bersih


Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air
antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata,
dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara kuantitas
dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari
termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah
terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah
tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih harus tetap
dilaksanakan.
2. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat
mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti
bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu
pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit tersebut.
Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan
dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan
pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan
sampah dengan cara ditimbun atau dibakar
3. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.

- Pengobatan
Program 'Lintas Diare' atau program "Lima Langkah Tuntaskan" Diare, yang
diperkenalkan oleh Direktorat Jenderal P2PL Kementerian Kesehatan RI.
1. Untuk mencegah dehidrasi perlu segera diberikan cairan utamanya oralit. Namun
bila di rumah tak tersedia bisa diberi kuah sayur, air putih yang sudah masak, air tajin,
atau air teh. Selalu menempatkan rehidrasi sebagai tindakan pertama pada diare akut.

2. Pemberian Zinc selama 10 hari untuk mencegah keparahan, memperpendek masa


diare dan mencegah berulangnya diare 2-3 bulan ke depan. Zinc diberikan segera
pada balita diare akut. Yang menurun dengan pemberian Zinc adalah berat, waktu
dan kekambuhan. Secara umum menurun sampai 25 persen. Bahkan penelitian Dr.
Adi Hidayat dan Prof Yati Sunarto tahun 2007 (UGM) menyebutkan bahwa zinc
mempunyai efek sampai 67 persen pada penderita diare akut.
3. Tetap berikan ASI/makanan sesuai umur. Tujuannya agar penderita tidak menjadi
kurang asupan makanan untuk mempercepat pemulihan
4. Pemberian antibiotik secara selektif (indikasi: diare berdarah, berbau/ada lendir,
suspek kolera-amis dan faeses seperti cucian beras). Dalam kegiatan tatalaksana diare
(Lintas Diare) ini dinyatakan bahwa penanganan diare akut yang utama adalah
rehidrasi dengan oralit dan poin pemberian antibiotik baru dinyatakan pada poin ke-4
yaitu pemberian antibiotik secara selektif. Sejak dulu setiap standar tatalaksana diare
selalu menempatkan antibiotik pada pilihan terakhir dengan kata-kata "selektif".
5. Penyuluhan kesehatan agar semua yang dibahas di atas harus diketahui ibu atau
pengasuh anak untuk dikerjakan di rumah dan apabila diare bertambah parah atau
tanda bahaya diare (muntah dan BAB lebih sering) segera kembali ke
puskesmas/rumah sakit.

4. Hasil Analisis Data dari Riskesdas 2018


Dari hasil Riskesdas 2018, kejadian diare berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan (dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat) sebesar 6,8% untuk
semua golongan umur, sedangkan untuk balita sebesar 11%. Dari hasil tersebut
meskipun terdapat kecenderungan penurunan kematian dan kesakitan akibat diare
namun masih merupakan masalah terbanyak di Indonesia.
Hasil Riskesdas 2018 menunjukan bahwa Provinsi Bengkulu memiliki
prevalensi tertinggi sebesar 10,0% dan Provinsi dengan prevalensi terendah yaitu
Bangka Belitung. Kemarau panjang mulai memakan korban. Peyakit diare
menyerang masyarakat di beberapa wilayah Bengkulu. Keterbatasan sumber air
bersih menjadi penyebab utama penyakit yang telah menjangkiti ribuan
masyarakat tersebut.

Pada tahun 2011 terjadi kekeringan di beberapa daerah di Provinsi


bengkulu salah satunya Desa Talang Panjang, Kabupaten Bengkulu Tengah.
Dimana dampak dari kekeringan tersebut masyarakat terpaksa mengkonsumsi air
yang tidak bersih yang bisa menyababkan diare. Selain itu, rendahnya tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai cara cuci tangan yang benar juga menjadi
penyebab diare. Cuci tangan dengan benar bila cuci tangan pakai sabun sebelum
menyiapkan makanan, setiap kali tangan kotor (memegang uang, binatang dan
berkebun), setelah buang air besar, setelah menceboki bayi/anak, setelah
menggunakan pestisida/insektisida, sebelum menyusui bayi dan sebelum makan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan darah di
atas normal. Hal ini ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka diastolic (bagian
bawah) pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat pengukur yang berupa cuff air
raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (WHO). Nilai normal tekanan darah
seseorang dengan tinggi dan berat badan, tingkat aktifitas normal serta kesehatan pada
umumnya adalah 120/80 mmHg. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan angka prevalensi
hipertensi pada penduduk > 18 tahun berdasarkan pengukuran secara nasional sebesar
34,11% dengan Provinsi Kalimantan Selatan memiliki prevalensi tertinggi sebesar 44,13%
dan Provinsi Papua memiliki prevalensi terendah sebesar 22,2%. Menurut World Helath
Organization (WHO) diare adalah kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari
biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam. disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularannya secara fekal-
oral. Dari hasil Riskesdas 2018, kejadian diare berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
(dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat) sebesar 6,8% untuk semua golongan
umur, sedangkan untuk balita sebesar 11%. Hasil Riskesdas 2018 menunjukan bahwa
Provinsi Bengkulu memiliki prevalensi tertinggi sebesar 10,0% dan Provinsi dengan
prevalensi terendah yaitu Bangka Belitung.

3.2 Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Hasil Riskesdas 2018, Kementerian Kesehatan RI.pdf

infodatin-hipertensi-si-pembunuh-senyap.pdf

buletin-diare.pdf

Swarjana, I Ketut. 2017. Ilmu Kesehatan Masyarakat – Konsep, Strategi dan praktik.
Yogyakarta: ANDI

https://nasional.tempo.co/read/356599/kemarau-diare-mewabah-di-bengkulu

Anda mungkin juga menyukai