Anda di halaman 1dari 15

Kompetisi antar Komponen Penyusun dalam Ekosistem

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Kelompok 2/ Golongan B
1. Imam Arifin Gozali (141510501088)
2. Robi Fahrurrozi (141510501057)
3. Andik Setyawan (141510501058)
4. Heru Purnama (141510501108)
5. Zhilda Devia Bharati (141510501080)
6. Rian Andika Prasetyo (141510501085)
7. Moh. Abu Amar (141510501087)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


LABORATURIUM HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keanekaragaman makhluk hidup atau keanekaragaman hayati memiliki
arti yang penting untuk menjaga kestabilan ekosistem. Syamsuri (1997) dan
Ellenberg (1988), menjelaskan bahwa tumbuhan merupakan produsen yang
menjadi sumber energi dalam suatu daur kehidupan dan sebagai indikator kondisi
suatu lingkungan. Ekosistem merupa-kan tempat semua makhluk hidup ber-
gantung. Ekosistem adalah komunitas organisme yang hidup bersama pada
lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Bagaimana antar makhluk hidup
berinteraksi dan makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya.
Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya
organisme juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.
Ekosistem merupakan kesatuan yang menyeluruh dan saling mempengaruhi yang
membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun
yang beragam. Suatu ekosistem berdasarkan susunan dan fungsinya tersusun dari
beberapa komponen yaitu komponen autotrof dan komponen hetetotrof.
Komponen penyusun ekosistem secara structural terdiri atas komponen
abiotik, produsen, konsumen dan pengurai. Komponen biotik adalah komponen
yang terdiri atas makhluk hidup, sedangkan komponen abiotik adalah komponen
yang terdiri atas benda mati. Seluruh komponen biotik dalam suatu ekosistem
membentuk komunitas. Dengan demikian, ekosistem dapat diartikan sebagai
kesatuan antara komunitas dengan lingkunagan abiotiknya. Di dalam ekosistem,
komponen-komponen biotik dan abiotik saling berinteraksi dan masing-masing
memiliki fungsi atau peran tertentu. Hubungan tersebut bisa berupa hubungan
antar komponen biotik (makhluk hidup) maupun hubungan semua komponen
antara komponen biotik dan abiotik secara menyeluruh. Didalam hubungan antar
organisme terdapat aliran energi, yaitu transfer energi dari produsen ke konsumen
melalui rantai makanan. Sedangkan hubungan komponen biotik dan komponen
abiotik adalah bagian dari siklus kimia, yaitu siklus unsur-unsur kimia penyusun
makhluk hidup dan makhluk tak hidup. Kedua proses tersebut, aliran energi dan
siklus kimia, merupakan fenomena yang tidak dapat dijelaskan pada tingkatan
organisasi kehidupan di bawah ekosistem..
Lingkungan berarti semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan
fisika yang mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, dan
reproduksi organisme. Suatu hubungan atau interaksi pasti akan menimbulkan
dampak positif maupun dampak negatif. Dalam kondisi alami, lingkungan dengan
segala keragaman interaksi yang ada mampu untuk menyeimbangkan keadaannya.
Keseimbangan lingkungan dapat terganggu bila terjadi perubahan berupa
pengurangan fungsi dari komponen, hilangnya sebagian komponen maupun
adanya kompetisi antar komponen.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui komponen penyusun suatu ekosistem alami dan agroekosistem
2. Mengetahui hubungan antar komponen penyusun dalam suatu ekosistem
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Setiap makluh hidup menjadi penyusun dan pelaku terbentuknya suatu


komonitas yang mampu mengatur dirinya sendiri secara alami sehingga terjadi
keseimbangan numerik antara semua unsur penyusun komonitas. Setiap aktifitas
organisme dalam komonitasnya selalu berinteraksi dengan aktifitas organisme lain
dalam suatu keterikatan dan ketergantungan yang rumit yang menghasilkan
komonitas yang stabil. Interaksi antar organisme tersebut dapat bersifat
antagonistik, kompetitif, atau bersifat positif seperti simbiotik. (Zainul Hidayat,
2011)
Ekosistem adalah kesatuan komonitas bersama-sama dengan sistem
abiotik yang mendukungnya. Sebagai contoh adalah ekosistem pertanian sawah
dibentuk oleh komonitas makluh hidup bersama-sama dengan tanah, air, udara
dan unsur-unsur fisik lain yang terdapat di sawah tersebut. Konsep ekosistem,
seperti konsep biofer menekankan hubungan dan saling ketergantungan yang tetap
antara faktor-faktor hidup dan tak hidup di setiap lingkungan. (B.A. Lawal, at all,
2012).
suatu ekosistem biasanya akan berkembang dari mulai tingkat
organisasi sederhana (misalnya beberapa spesies dominan) hingga ke komunitas
yang lebih kompleks (banyak spesies yang interdependen) selama beberapa
generasi. Restorasi adalah pengembalian suatu ekosistem atau habitat kepada
struktur komunitas, komplemen alami spesies, atau fungsi alami aslinya. sehingga
mencapai struktur dan komposisi spesies seperti semula. Tujuannya untuk
mengembalikan struktur, fungsi, keanekragaman dan dinamika suatu ( Jesus,
2012).
Dalam kurun waktu tertentu ekosistem alami dapat menjaga sifat-sifatnya
dengan cukup konstan, terutama karena desakan-desakan yang dibuat oleh
lingkungan fisik bersama sama dengan lingkungan timbal balik baik intra maupun
antarspesies. Salah satu mekanisme tersebut adalah predasi (peristiwa mangsa-
memangsa). Sifat mangsa-memangsa tersebut akan terus berlangsung dalam
kehidupan dan dalam ekositem dan disebut dengan rantai makanan. Rantai
makanan tersebut akan berlansung sepanjang masa, antara herbivore (pemakan
tanaman) dan karnivora (musuh alami). Tanaman juga disebut dengan produsen
dan pemakan produsen disebut sebagai konsumen.(Khodijah, dkk, 2012)
Himpunan antara komponen hayati dan non hayati yang secara fungsional
berhubungan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu sistem.
Apabila terjadi perubahan pada salah satu dari kedua komponen tersebut, maka
akan dapat mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada baik dalam kesatuan
struktur fungsional maupun dalam keseimbangannya. Kelangsungan suatu fungsi
ekosistem sangat menentukan kelestarian dari sumberdaya hayati sebagai
komponen yang terlibat dalam sistem tersebut. Dengan demikian, untuk menjamin
kelestarian sumberdaya hayati, perlu diperhatikan hubungan ekologis yang
berlangsung di antara komponen-komponen sumber daya alam yang meny usun
suatu system (Nguyen, T.V. 2012)
Ekosistem merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas,
atau merupakan kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana
terjadi antar hubungan. Disini tidak hanya mencakup serangkaian spesies
tumbuhan dan hewan saja, tetapi juga segala macam bentuk materi yang
melakukan siklus dalam sistem itu serta energy menjadi sumber kekuatan. Untuk
mendapatkan energi dan materiyang diperlukan untuk hidupnya semua komunitas
bergantung kepada lingkungan abiotik. Organisme produsen memerlukan energi,
cahaya, oksigen, air, dan garam-garam yang semuanya diambil dari lingkungan
abiotik. Energi dan materi dari konsumen tingkat pertama diteruskan ke
konsumen tingkat kedua dan seterusnya ke konsumen-konsumen lainnya melalui
jarring-jaring makanan. (Gordon Dickinson, 2007)
Lingkungan hidup manusia juga terdiri atas lingkungan biotik (tumbuh-
tumbuhan, hewan, dan manusia lain), dan lingkungan abiotik (tanah, udara, air,
dan cahaya). Lingkungan hidup tidak hanya ditentukan oleh jenis dan jumlah
benda hidup dan mati, melainkan ditentukan pula oleh kondisi dan kelakuan
benda hidup dan mati itu, serta interaksi antara benda-benda itu. Demikian pula
kelakuan manusia sangat mempengaruhi ling-kungan kita (Ridwan, 2013).
BAB 3. METODE PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Agroekologi yang berjudul Identifikasi dan Hubungan Antar
Komponen Penyusun Ekosistem dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 September
2014 pukul 14.00 WIB sampai selesai di Ruang 4, Fakultas Pertanian, Universitas
Jember.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan
1. Tali rafia dengan panjang 4 meter

3.2.2 Alat
1. Alat pengambil gambar/ kamera
2. Pulpen
3. Buku

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan tiga lokasi yang dapat mewakili kondisi ekosistem daratan alami
terbuka, ekosistem daratan alami bawah tegakan dan agroekosistem.
2. Melakukan pengamatan dari ekosistem dan agroekosistem terhadap
a. Komponen biotic dan abiotik dengan metode kuadran
b. Fungsi atau peran komponen biotic dan abiotik secara fungsional
c. Analisis ekosistem atau agroekosistem terhadap agrotivitas, stabilitas,
kemerataan, dan keberlanjutan.
3. Membuat analisis sederhana ekosistem yang diamati dan menentukan factor
penyebab utama perbedaan kondisi.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


No Ekosistem Komponen Fungsi/Peran

1. Alami terbuka Semut (Biotik Konsumen dan dekomposer


heterotrof)

Tanah (Abotik) Tempat hidup tumbuhan


maupun organisme

Daun kering Sebagai pupuk organik


(Abiotik) (kompos)

Ranting (Abiotik) Bahan organik

2. Alami ternaung Semut (Biotik Konsumen dan dekomposer


Heterotrof)

Tanah (Abiotik) Tempat hidup tumbuhan


maupun organisme

Daun kering Sebagai pupuk organik


(Abiotik) (kompos)

Rumput(Biotik Sebagai Produsen


Autootrof)

Ranting (Abiotik) Bahan organik

3. Agroekosistem Tembakau (Biotik Berperan sebagai produsen


Autotrof) (jasad autotrof)

Ulat Bulu (Biotik Hama bagi tanaman


Heterotrof) tembakau, sebagai konsumen I
yang bersifat heterotroph

Walang sangit (Biotik Hama bagi tanaman


Heterotrof) tembakau, berperan sebagai
konsumen tingkat I (jasad
heterotrof)

Gulma (Biotik Bersifat kompetitor terhadap


Autotrof) tanaman tembakau,
berkompetisi degan tanaman
tembakau dalam memperoleh
air nutrisi dalam tanah

Belalang daun (Biotik Hama bagi tanaman


Hetertrof) tembakau, sebagai konsumen I
yang bersifat heterotroph

Kumbang (Biotik Konsumen


Heterotrof)

Daun Kering (abiotik) Sebagai tempat hidup atau


bersembunyi semut, jangkrik
dan berfungsi sebagai pupuk
organik bagi tanaman
disekitarnya

Rumput (biotik) Berperan sebagai produsen

Puntung rokok Berperan sebagai sampah pada


(abiotik) lingkungan

semut (biotik Sebagai organisme pemakan


heterotrof) partikel-partikel organik
(detribus)

Belalang sembah Sebagai musuh alami berbagai


(biotik heterotrof) hama serangga. Konsumen

Tanah (Biotik) Tempat hidup tumbuhan dan


tempat tinggal mahluk hidup.

Batu(Abiotik) Bahan induk tanah dan tempat


berlindung semut,jangkrik.

4. Alami terbuka Semut (Biotik Konsumen dan dekomposer


Heterotrof)

Tanah(abiotik) Tempat hidup tumbuhan


maupun organisme

Daun kering(Abiotik) Sebagai pupuk organik


(kompos)

Ranting (Abiotik) Bahan organik

Rumput(Biotik Produsen penyedia energi


autotrof) yang digunakan oleh makhluk
hidup

Kadal(Biotik Konsumen tingkat 2


Heterotrof)

Belalang(Biotik Konsumen
Heterotrof)

5. Alami ternaung Semut (Biotik Konsumen dan dekomposer


Heterotrof)

Tanah Tempat hidup tumbuhan


maupun organisme

Daun kering Sebagai pupuk organik


(kompos)

Rumput Sebagai Produsen

Laba-laba (biotik) Sebagai musuh alami berbagai


hama serangga. Konsumen
tingkat

Angkrang (biotik) -Sebagai pengolah tanah


misalnya, saat membuat
sarang.

-predator alami hama

Tanaman Sebagai produsen


menjalar(Biotik
Autotrof)

Ranting Bahan organik

6. Agroekosistem Tanaman padi Berperan sebagai produsen


(Abiotik Autotrof) (jasad autotrof)

Belalang (Biotik Hama bagi tanaman


Heterotrof) tembakau, berperan sebagai
konsumen tingkat I (jasad
heterotrof)

Gulma (Biotik Bersifat kompetitor terhadap


Autotrof) tanaman tembakau,
berkompetisi degan tanaman
tembakau dalam memperoleh
air nutrisi dalam tanah

Kumbang (Biotik Laba-laba berperan sebagai


Heterotrof) predator bagi belalang,
sehingga populasi belalang
dapat dikendalikan oleh laba-
laba. Hal ini berdampak
positif bagi tanaman
tembakau, karena belalang
adalah salah satu hama bagi
tanaman tembakau

Rumput (biotik) Berperan sebagai produsen

semut (biotik) Sebagai organisme pemakan


partikel-partikel organik
(detribus)

Tanah (Abiotik) Sebagai organisme pemakan


partikel-partikel organic

4.2 Pembahasan
Ekosistem yang terbentuk merupakan salah satu bentuk ekosistem
ternaung yaitu ekosistem pada lahan terbuka yang berada di bawah pohon pohon,
pada ekosistem ini ditemukan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari
abiotik, produsen, konsumen dan pengurai. tegakan dan tingkatpenguasaan jenis
vegetasi sangat berkaitandengan persaingan pertumbuhan. Indikatortercapainya
proses adaptibiliti untuk semuajenis vegetasi dalam pertumbuhannya
akanmenghasilkan komposisi tegakan dantingkat penguasaan jenis vegetasi
denganpertumbuhan yang normal dari waktu kewaktu. Kondisi demikian akan
tercapaijika tidak terjadi gangguan selama prosespertumbuhan dan
perkembanganberlangsung. (Abraham, 2012) Dimana dari komponen-komponen
inilah terjadinya hubungan saling timbal balik dan saling ketergantungan sehingga
membentuk suatu ekosistem. Salah satu unsur biotik adalah tanamana mahoni
yang juga sekaligus menjadi produsen/jasad autotrof dan juga terdapat tumbuhan
rumput yang menjadi unsur biotik dengan peranan sebagai competitor dan gulma
pada tanaman mahoni dalam ekosistem tersebut, Selain itu juga terdapat unsur
biotik hewani yang meliputi belalang dan jangkrik yang berperan sebagai
konsumen/ jasad heterotrof. unsur abiotiknya terdapat daun kering yang berperan
sebagai bahan yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme dalam tanah yang
bermanfaat sebagai pupuk organik.
Pada ekosistem ini digambarakan semut sebagai konsumen sekaligus
dekomposer yang menguraikan komponen abiotik. Unsur abiotik terdapat daun
kering dan yang akan berperan sebagai pupuk organik setelah diuraikan oleh
mikroorganisme pengurai. Komponen biotik terdapat semut yang berperan
sebagai konsumen (heterotrof) dan sebagai dekomposer yang menguraikan
komponen abiotik. Rumput yang berfungsi sebagai produsen (autotrof).
Komponen abiotik terdapat batu, ranting dan daun kering. Dimana batu sebagai
tempat tinggal semut, ranting dan daun kering sebagai bahan organik.
Sistem ekologi dari daftar komponen ekosistem yang didapat berjalan
dikarenakan komponen ekosistem terbentuk lengkap dari komponen autotrof dan
heterotrofnya. Secara struktural juga terdapat komponen abiotik, produsen,
konsumen dan pengurai. Sehingga walaupun tidak terdapat konsumen tingkat 2
ekosistem akan tetap berjalan karena jumlah produsen lebih banyak dari
konsumen, komsumen tingkat satu yang mati akan diuraikan oleh semut dan akan
diserap lagi oleh tanaman yang ada disekitar sehingga rantai makanan akan terus
berputar.
Dari kondisi ekosistem ini produktivitasnya tergolong tinggi, ditinjau dari
komponen-komponennya yang lengkap yaitu produsen (jasad autotrof) rumput,
konsumen (jasad heterotrof) semut dan pengurai (dekomposer) organisme dalam
tanah / mikroba. Untuk segi stabilitas ekosistem ini masih belum stabil karena
jumlah produsen lebih banyak dibanding konsumen sehingga piramida makanan
masih belum stabil. Keseimbangan diarea ini tergolong tinggi dimana antar
komponen dapat saling memenuhi kebutuhan satu sama lain dan tingkat gangguan
yang rendah sehingga tidak begitu dikhawatirkan untuk tingkat pemenuhan
kebutuhan akan terganggu. Keberlanjutan untuk ekosistem ini bisa dikatakan
rendah karena ditinjau dari jumlah komponennya yang sedikit.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.
Dari praktikum yang dilakukan dapat diketahuai komponen- komponen
penyusun ekosistem dan peranan dari masing- masing komponen. Satu
ekosisitem secara fungsional harus tersususun meliputi dua komponen abiotk dan
biotik (autotrof dan heterotrof) dan secara struktural terdiri dari komponen
abiotik, produsen, konsumen dan pengurai. Dari data yang diperoleh menunjukan
bahwa komponen penyusun dari setiap ekosistem berbeda-beda tergantung pada
tempatnya dan jenis makhluk hidup yang dapat beradaptasi dan hidup didalamnya
juga bermacam-macam. Keberlanjutan suatu ekosistem dapat dilihat dari produsen
yang lebih banyak dari konsumen, atau sebaliknya dan dari keberagaman
tumbuhan, kelimpahan kosumen, dan komponen abiotik yang mendukung.

5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum agroekologi cukup disiplin dan sesuai
dengan jadwal yang ada. Dalam pelaksanaan pre-testnya sebaiknya memberikan
waktu yang cukup lama supaya praktikan dapat memikirkan jawaban yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, D. 2008. Biologi untuk kelompok pertanian dan kesehatan.


Bandung : Grafindo Media Pratama.

Dickinson, G. dan Kevin Murphy. 2007. Ecosystem second edition. France :


Taylor & Francis e-Library

Hidayah, Z. 2011. Pemetaan Distribusi Ekosistem Mangrove di Wilayah Kota


Surabaya dan Sidoarjo. Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3(1).

Khodijah, dkk. 2012. Artropoda Predator Penghuni Ekosistem Persawahan Lebak


dan Pasang Surut Sumatera Selatan. Lahan Suboptimal (ISSN2252-6188)
1(1): 57-63

Lawal, B.A. Adeboye, M.K.A. Tsado. P.A. Elebiyo, M.G. dan C.R. Nwajoku.
2012. Properties, classification and agricultural potentials of lateritic soils
of Minna in sub-humid agroecological zone, Nigeria. International
Journal of Development and Sustainability, 1(3) : Pages 903-911.

Ridwan dan Nurul, C. 2013. Penanganan Dampak Perubahan Iklim Global pada
Bidang Perkeretaapian Melalui Pendekatan Mitigasi dan Adaptasi.
Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil (ISSN 0853-2982 ). 20(2).

Sutomo. 2009. Kondisi Vegetasi Dan Panduan Inisiasi Restorasi Ekosistem Hutan
Di Bekas Areal Kebakaran Bukit Pohen Cagar Alam Batukahu Bali
(Suatu Kajian Pustaka). Biologi XIII (2) : 45 – 50
Tulalessy, A.H. 2012. Potensi Flora Di Kabupaten Seram Bagian Barat. Ekosains.
ISSN : 2337 – 5329 1(1).

Anda mungkin juga menyukai