Anda di halaman 1dari 11

Jenis-Jenis Pertumbuhan Tanaman

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh:
Anggota Kelompok 4
Akhmad Ma’Lufil Waro (151510601138)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah negara agraris yang memiliki areal lahan


persawahan 8,8 juta hektare dari sebelumnya 8,1 juta hektare. Jumlah penduduk di
Indonesia sebanyak 250 juta jiwa dengan pertumbuhan 1,6 persen per tahunnya.
Penambahan luas areal pertanian sangat dibutuhkan Indonesia untuk mencapai
target swasembada komuditas pangan. Indonesia masih membutuhkan 10 juta
hektare untuk mencapai swasembada komuditas pangan. Alih fungsi lahan pangan
mencapai 100 hektare per tahunnya, hal ini menjadi salah satu faktor yang
menghambat sektor pertanian untuk mencapai swasembada pangan.

Pertanian adalah suatu usaha untuk mempertahankan sumberdaya alam


yang ada untuk memenuhi kebutuhan kosumsi. Pertanian merupakan komuditas
terbesar di Indonesia, namun pertanian belum dapat mencapai target swasembada
pangan. Teknologi yang kurang efisien, serta kurangnya pengetahuan yang
dimiliki oleh petani dalam merawat tanaman membuat hasil pertanian tidak
maksimal. Peran pemerintah dan civitas akademika sangatlah dibutuhkan untuk
memberbaiki sistem pertaniaan yang ada di Indonesia. Kedaulatan pangan bisa
tercapai apabila teknologi diperbarui dan ramah lingkungan serta meningkatkan
kemampuan tani dalam merawat tanaman, sehingga target swasembada bisa
terlaksana.

Tananaman yang biasa ditanam diindonesia adalah tanaman basah dan


tanaman kering. Padi merupakan tanaman yang paling banyak di Indonesia,
karena padi merupakan makanan pokok di Indonesia. Palawija adalah tanaman
unggulan kedua yang sering ditananam oleh petani di Indonesia. Sektor
perkebunan diindonesia paling banyak ditanami kopi dan kakau. Komuditas
unggulan ini masih belum bisa memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia,
sehingga Indonesia harus mengimpor dari negara tetangga.
Memaksimalkan hasil petanian dengan merawat tanaman dengan baik
adalah kunci untuk mencapai swasembada pangan. Pada tanaman, pertumbuhan
tanaman dimulai dari perkecambahan biji. Perkecambahan dapat terjadi ketika
benih mendapat pasokan air yang besar. Air tersebut masuk kedalam biji melalui
proses imbibisi. Perkecambahan baru dapat terjadi ketika proses imbibisi telah
optimal. Radikula merupakan struktur yang pertamakali muncul dengan cara
merobek selaput biji. Radikula adalah calon akar primer dan bagian dari hipokotil.
Epikotil (colon batang) terdapat pada ujung sebelah atas. Perkecambahan dibagi
menjadi dua jenis yaitu tipe epigeal dan tipe hipogeal.

Epigeal (tipe perkecambahan di atas tanah) yaitu hipokotil memanjang


sehingga plamula dan kotiledon ke permukaan tanah. Kotiledon melakukan
fotosintesis selama daun belum terbentuk. Tipe hipogeal (perkecambahan di
bawah tanah) yaitu epikotil memanjang sehingga plamula keluar menembus kulit
biji dan muncul di atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tertinggal dibawah
tanah.

1. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses-proses terjadinya perkecambahan pada
tumbuhan.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pertumbuhan tanaman.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Imbibisi adalah proses fisika yang terjadi pada biji yang tidak mampu
untuk hidup. Imbibisi terjadi ketika kulit biji kering dan tidak mempunyai kulit
biji yang kedapdan diletakkan di dalam kotak dengan air seperti biji dalam
tanah(Tohari, 2011).

Bagian-bagian tumbuhan yang tidak berguna untuk kehidupan tumbuhan,


terutama yang bertaliaan erat dengan makanan, disebut alat hara, seperti akar
untuk menyerap dan daun untuk mengolah makanan. Alat ini sangat penting untuk
pertumbuahan dan disebut alat vegetative atau alat pertumbuhan(Citrosupomo,
2011)

Heddy (1989) yang menyatakan tahap pertama perkecambahan benih


dimulai dari proses penyerapan air oleh benih diikuti melunaknya kulit benih dan
hidrasi dari protoplasma. Apabila kandungan air dalam biji semakin tinggi karena
masuknya air melalui proses imbibisi, maka dimulailah proses perkecambahan
saat imbibisi sudah optimal(Mistian, D. 2012).
Menurut Sutopo (1985), benih yang memiliki kulit keras biasanya
mengalami dormansi dengan tipe dormansi fisik, dengan adanya pembatasan
struktural pada perkecambahannya(Sunarlim, N. 2012).
Sutopo (1988) menyatakan bahwa bobot benih berpengaruh terhadap
kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena bobot benih menentukan besarnya
kecambah pada saat permulaan dan bobot tanaman pada saat panen(Nurussintani,
W. 2013).
Lingga dan Marsono (2006) menyatakan bahwa peranan utama nitrogen
adalah untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman(Tatipata, A. 2013).
Bibit menyediakan sumber daya yang paling alami reproduksi tanaman,
pelestarian keragaman genetik, transportasi, dan propagasi flora. Padahal, biji
layak tidak berkecambah bahkan di bawah kondisi lingkungan yang
menguntungkan bagi banyak kasus, kejadian ini disebut dormansi benih(Das, N.
2014).
Benih dorman yang tidak dapat berkecambah di bawah kondisi lingkungan
yang menguntungkan tetap keras dan berhasil berkecambah untuk jangka waktu
yang cukup lama. Namun, kondisi dormansi benih masih harus dijelaskan, oleh
karena itu, klasifikasi berbagai jenis dormansi dibagi dalam berbagai
kondisi(Tiryaki, I. 2014).
Persentase yang terbaik perkecambahan, 93 dan 90%, diperoleh dengan
biji segar dan permukaan disterilkan dan ditaburkan di bawah 8 jam penyinaran
dan dengan suhu 10∘C atau 15∘C(João, P.M. 2014).
BTF3 telah diakui terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Namun fungsinya sebagian besar belum diketahui selama proses benih
berkecambah dan pembibitan. BTF3 memegang peran penting dalam
perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit, ia memberikan manfaat baru yang
menunjukkan bahwa ia lebih multifungsi pada tanaman(Wang, W. 2014).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengantar Ilmu Tanaman acara 1 jenis-jenis pertumbuhan tanaman
dilaksanakan pada hari Minggu, 4 Oktober 2015 pukul 7.30 – 8.30 WIB di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan

1. Benih taaman monokotil epigeal (bawang merah)


2. Benih tanaman monokotil hypogeal (jagung)
3. Benih dikotil epigeal (kedelai)
4. Benih dikotil hypogeal (kacang kapri)
5. Media tanam (pasir)

3.2.2 Alat

1. Bak pengecambah
2. Beaker glass
3. Kertas label

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengisi bak pengecambah dengan bahan tanam hingga 1/2 bagian dari tinggi bak
pengecambah.
3. Membuat lajur secara berurutan dengan menandai menggunakan kertas label pada
setiap jenis benih dan pengulangannya.
4. Merendam benih pada air dalam beaker glass selama 15 menit.
5. Menanam benih pada bak pengecambah.
6. Melakukan perawatan dan pemeliharaan setiap hari.
7. Melakukan pengamatan akhir.

BAB 4. PEMBAHASAN dan HASIL

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Pengamatan Jenis Pertumbuhan Tanaman Monokotil Bawang Merah

Jenis Panjang
No Ul Gambar
Tanaman Hipokotil Epikotil Kecambah
1 M1 Muncul
1 0
tunas
Muncul
2 0
tunas
3 0 Muncul
tunas
4
5
1 2 7 9
2 1,5 4,5
2 M2 3 3,3 6
4
5

Tabel 2. Pengamatan Jenis Pertumbuhan Tanaman Monokotil Jagung

Jenis Panjang
No Ul Gambar
Tanaman Hipokotil Epikotil Kecambah
1 0 6,5
2 0 6
1 M1 3 0 6
4
5
1 9,8 26 35,8
2 2,5 29,6 54,6
2 M2 3 13,5 16,7 30,5
4
5

Tabel 1. Pengamatan Jenis Pertumbuhan Tanaman Dikotil Kedelai

Jenis Panjang
No Ul Gambar
Tanaman Hipokotil Epikotil Kecambah
1 0 6,5
2 0 2,5
1 M1 3 0 1,3
4
5
1 14,6 15,1 30
2 8,1 21,2 25,3
2 M2 3 13,8 25
4
5
Tabel 1. Pengamatan Jenis Pertumbuhan Tanaman Monokotil Alpukat

Jenis Panjang
No Ul Gambar
Tanaman Hipokotil Epikotil Kecambah
tidak
1 0 muncul
tunas
tidak
2 0 muncul
1 M1
tunas
tidak
3 0 muncul
tunas
4
5
1 - -
2 - -
2 M2 3 - -
4
5

4.2 Pembahasan

1. Pada hasil pemgamatan diatas benih bawang merah, kedelai, jagung mengalami
pertumbuhan dan perkecambahan dengan baik, tapi benih alpukat tidak dapat
tumbuh hingga pengamatan pada minggu ke dua. Pada tanaman alpulkat tidak
tumbuh karena medium benih alpukat tidak cocok dan ukuran benih alpukat yang
terlalu besar,

2. Tipe epigeal, dan tipe hypogeal. Tipe epigeal perkencambahan di atas tanah)
yaitu :hipokotil memanjang sehingga plamula dan kotiledon ke permukaan tanah
dan kotiledon melakukan fotosintesi selama daun belum terbentuk. Tipe Hypogeal
(perkencambahan di bawah tanah), yaitu epikotil memanjang sehingga plamula
keluar menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan tanah, sedangkan
kotiledon tertinggal dalam tanah.

3. faktor dalam, yaitu tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi,


penghambat perkecambahan (inhibitor) dan enzim. Faktor luar, yaitu medium,
air, cahaya, suhu, oksigen, kelembapan,

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada hasil percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanaman bawang
merah. Kedelai, dan jagung dapat tumbuh dan muncul tunas. Sementara pada
benih alpukat tidak dapat tumbuh dan tidak muncul tunas. Factor yang dapat
mempengaruhi benih bisa tumbuh atau tidak adalah kesuburan tanah, air, cahaya,
kelembapan, suhu. Pada benih alpukat tidak dapat muncul tunas karena air tidak
bisa masuk pada benih alpukat, sehingga tidak terjadi proses imbibisi yaitu
masuknya air kedalam benih, sehingga benih alpukat tidak bisa tumbuh.
Sementara pada bawang merah, jagung, kedelai dapat tumbuh karena terjadi
proses imbibisi dan muncul hipokotil dan epikotil sampai membentuk kecambah
yang sempurna dan menjadi bibit.

5.2 Saran

Dalam penyemaiaan benih jagung, kedelai, bawang merah, alpulkat diperlukan


media tanah dan pasir serta campuran pupuk kandang agar benih dapat tumbuh
dengan baik. Serta dilakukan penyiraman air secara rutin namun tidak berlebihan

DAFTAR PUSTAKA
Citrosupomo, G. 2011. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Das, Niamjit. 2014. The Effect of Seed Sources Variation and Presowing Treatments
on the Seed Germination of Acacia catechu and Elaeocarpus floribundus Species
in Bangladesh. Hindawi Publishing Corporation, 1(1): 1-8.
Goldsworthy, P.R dan Fisher N.M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Terjemahan oleh Ir. Tohari, MSc. PhD. 2011. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
João P.M., Helena F., Tiago M., dan João C. 2014. Potential Propagation by Seed and
Cuttings of the Azorean Native Calluna vulgaris (L.) Hull. Hindawi Publishing
Corporation, 2(2): 1-7.
Mistian, D., Meiriani dan Edison Purba. 2012. Respons Perkecambahan Benih Pinang
(Areca Catechu L.) Terhadap Berbagai Skarifikasi dan Konsentrasi Asam
Giberelat (GA3). Jurnal Online Agroekoteknologi, 1(1): 15-25.
Nurussintani, W., Damanhuri, Sri L.P. 2013. Perlakuan Pematahan Dormansi
Terhadap Daya Tumbuh Benih 3 Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea).
Jurnal Produksi Tanaman, 1(1): 86-93.
Sunarlim, N., Syukria I.Z. , dan Joko P. 2012. Pelukaan Benih dan Perendaman
dengan Atonik pada Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Tanaman Semangka
Non Biji (Citrullus vulgaris Schard L.). Jurnal Agroteknologi, 2(2): 29-32.
Tatipata, A. dan A. Jacob. 2013. Remediasi Lahan Berpasir di Waisamu yang
Ditanami Jagung Lokal Melalui Aplikasi Kompos Ela Sagu. Jurnal Lahan
Suboptimal, 2(2): 118−128.
Tiryaki, I. dan Mustafa T. 2014. A Novel Method to Overcome Coat-Imposed Seed
Dormancy in Lupinus albus L. and Trifolium pratense L. Hindawi Publishing
Corporation, 1(1): 1-6.
Wang, Wenyi, Mengyun Xu, Ya Wang, dan Muhammad Jamil. Basal Transcription
Factor 3 Plays an Important Role in Seed Germination and Seedling Growth of
Rice. Hindawi Publishing Corporation, 2(2): 1-13.

Anda mungkin juga menyukai