Anda di halaman 1dari 3

ACARA

AGEN PERUBAHAN DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

A. Pendahuluan
Lippit (1958) dan Rogers (1983) menyebut penyuluh atau fasilitator sebagai agen
perubahan. Agen perubahan (change agent) adalah seseorang yang atas nama pemerintah atau
penyelenggara komunikasi pembangunan berkewajiban untuk mempengaruhi proses
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh calon penerima . Berdasarkan status dan
lembaga tempatnya bekerja dalam (UU No. 16 tahun 206), fasilitator dibedakan menjadi:
1. Pegawai negeri sipil (PNS), yaitu pegawai negeri yang ditetapkan dengan status jabatan
fungsional sebagai fasilitator.
2. Fasilitator swasta, yaitu fasilitator komunikasi pembangunan yang bersatus sebagai
karyawan perusahaan swasta, termasuk kategori penyuluh swasta adalah penyuluh dari
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
3. Fasilitator Swadaya, yaitu fasilitator komunikasi pembangunan yang berasal dari
masyarakat yang secara sukarela (tanpa mengharapkan imbalan) melakukan kegiatan
komunikasi pembangunan di lingkungannya
Peran fasilitator tidak hanya terbatas pada fungsi menyampaikan inovasi dan
mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh penerima manfaatnya,
tetapi ia harus mampu mengorganisasikan, memotivasi dan menggerakkan, termasuk juga
melakukan peran-bantuan dan advokasi kebijakan yang diperlukan penerima manfaatnya,
fasilitator juga harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau
penyelenggara komunikasi pembangunan yang diwakili dengan masyarakatnya, baik dalam
hal menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan yang harus diterima dan dilaksanakan
oleh masyarakatnya, maupun untuk menyampaikan umpan-balik atau tanggapan masyarakat
kepada pemerintah/lembaga penyelenggara komunikasi pembangunan yang bersangkutan.
Berlo (1960) mengemukakan 4 (empat) kualifikasi yang harus dimiliki setiap
penyuluh/fasilitator yang mencakup:
1. Kemampuan berkomunikasi : kemampuan dan keterampilan penyuluh/fasilitator untuk
berempati dan berinteraksi dengan masyarakat penerima manfaatnya.
2. Sikap penyuluh/fasilitator yang menghayati dan bangga terhadap profesinya, menyakini
bahwa inovasi yang disampaikan itu telah teruji kemanfaatannya, menyukai dan mencintai
masyarakat penerima manfaatnya.
3. Kemampuan/penguasaan tentang isi, fungsi, manfaat, dan nilai-nilai yang terkandung
dalam inovasi yang disampaikan, latar belakang dan keadaan masyarakat penerima
manfaatnya, dan segala sesuatu yang seringkali menyebabkan warganya suka atau tidak
menghendaki terjadinya perubahan,dan cepat lambannya masyarakat dalam mengadopsi
inovasi.
4. Karakteristik sosial-budidaya fasilitator : fasilitator yang baik, sejauh mungkin harus
memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan kedaan sosial budaya
masyarakat penerima manfaatnya.
Rogers (1983) mengemukakan adanya empat hal yang sangat menentukan keberhasilan
seorang fasilitator yaitu:
1. Kemauan dan kemampuan fasilitaor untuk menjalin hubungan secara langsung mapun tak
langsung.
2. Kemauan dan kemampuan fasilitator untuk menjadi perantara antara sumber-sumber
inovasi dengan pemerintah/lembaga.
3. Kemauan dan kemampuan untuk menjadi perantara, dalam artian Seberapa jauh fasilitator
mampu menyakinkan pemerintah/penyelenggara komunikasi pembangunan terkait dengan
inovasi, dan Seberapa jauh fasilitator mampu menerjemahkan inovasi menjadi kebutuhan
yang dapat dirasakan (felt need) oleh masyarakat penerima manfaatnya dan Seberapa
penyuluh mampu bekerja dengan menggunakan pola berpikir pemerintah/penyelenggara
dan masyarakat.
4. Kemauan dan kemampuan fasilitator untuk menyesuaikan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dengan kebutuhan-kebutuhan yang dapat dirasakan oleh pemerintah/lembaga
komunikasi pembagunan dan masyarakat penerima manfaatnya.
Legans (1961) mengemukakan bahwa beberapa persayaratan bagi “fasilitator
profesional” yang harus memiliki pemahaman yang baik tentang beberapa hal sebagai
berikut:
1. Pengertian akan sifat dan peranan organisasi pemberdayaan masyarakat di tingkat nasional,
2. Pengertian dan pengetahuan tentang teknologi yang berkaitan dengan materi yang di
programkan,
3. Kemampuan untuk menjekaskan tujuan program,
4. Kemampuan untuk mengorganisasikan masyarakat dan sumberdaya yang tersedia,
5. Keterampilan untuk melihat hubungan antara prinsip-prinsip kegiatan dengan kenyataan
yang dihadapi dalam praktek
6. Keterampilan meneliti,
7. Keterampilan tentang hubungan kemanusiaan,

B. Tujuan Praktikum
Praktikan mampu memahami bagaimana menjadi Agen Perubahan yang baik dan
benar.

C. Metode Praktikum
Ceramah, Simulasi dan Diskusi
1. Penyampaian materi terkait AP dalam Komunikasi Pembangunan
2. Simulasi terkait AP dalam komunikasi pembangunan yang sudah ditentukan
3. Diskusi

Anda mungkin juga menyukai