Anda di halaman 1dari 14

PAPER

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KENTANG (Solanum


tuberosum L.) di KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN
SOLOK

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata praktikum Wawasan Agribisnis,
Fakultas Pertanian Universitasa Jember

Oleh:

Vindri Vanisa (191510501059)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan pertanian berkelanjutan memiliki tiga tujuan yaitu: tujuan
ekonomi (efisiensi dan pertumbuhan), tujuan sosial (kepemilikan/keadilan) dan
tujuan ekologi (kelestarian sumber daya alam dan lingkungan). Ketiga tujuan
tersebut saling terkait dimana proses pembangunan pertanian berkelanjutan dapat
terwujud bila tiga tujuan pembangunan tersebut tercapai. Efisiensi dan
pertumbuhan sektor pertanian dapat dipacu melalui pertumbuhan produksi,
pendapatan petani, pembentukan modal, dan peningkatan daya saing. Pemerataan
kepemilikan sumber daya dapat ditempuh melalui kebijakan reformasi agraria
(land reform) serta meningkatkan akses dan kontrol masyarakat petani kesumber
daya pertanian, modal, teknologi, kesejahteraan sosial dan ketentraman. Diantara
pilihan strategi pembangunan ekonomi yang ada, strategi pembangunan yang
memenuhi karakteristik tersebut adalah pembangunan agribisnis (Agribusiness led
development) yaitu strategi pembangunan ekonomi yang mengintegrasikan
pembangunan pertanian berkelanjutan dengan pembangunan industri hulu dan
hilir pertanian serta sektor-sektor jasa yang terkait didalamnya.
Salah satu komoditi agribisnis yang memiliki prospek yang cerah adalah
agribisnis hortikultura. Sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk,
peningkatan pendapatan rumah tangga dan membaiknya kesadaran masyarakat
tentang gizi; kebutuhan akan sayur dan buah diperkirakan terus mengalami
peningkatan. Dalam kurun waktu lima tahun (2009-2013), subsektor holtikultura
telah tumbuh menjadi salah satu sumber pertumbuhan kekuatan ekonomi baru
sebagai penggerak ekonomi di pedesaan dan perkotaan. Saat ini peran subsektor
holtikultura cukup signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan melihat kontribusi pertanian holtikultura pada PDB
yang cenderung meningkat.
Solanum tuberosum L. atau kentang merupakan tanaman setahun, bentuk
sesungguhnya menyemak dan bersifat menjalar. Batangnya berbentuk segi empat,
panjangnya bisa mencapai 50-120 cm, dan tidak berkayu (tidak keras bila dipijat).
Batang dan daun berwarna hijau kemerah-merahan atau keungu-unguan. Tanaman
kentang tergolong jenis tanaman yang tidak bisa tumbuh disembarang tempat
karena tanaman ini tumbuh dan berkembang ditempat yang memiliki ketinggian
yang berkisar antara 1.000-1.300 m dpl (Setiadi, 2005: 25). Kentang merupakan
salah satu jenis tanaman hortikultura yang dikonsumsi umbinya yang dikalangan
masyarakat dikenal sebagai sayuran umbi. Kentang banyak mengandung zat
karbohidrat yang sangat bemanfaat bagi tubuh. Tingginya kandungan karbohidrat
menyebabkan kentang dikenal sebagai bahan pangan yang dapat mensubsitusi
bahan pangan karbohidrat lain yang berasal dari beras, jagung, dan gandum.
Bahkan kentang diketahui memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi dari
ketiga sumber karbohidrat diatas. Di Sumatera Barat daerah yang merupakan
penghasil kentang terbesar adalah Kabupaten Solok. Berdasarkan laporan Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Barat pada tahun
2014 yaitu sebesar 2.514 ha. Kabupaten Solok merupakan kawasan sayuran di
Sumatera Barat dengan kentang sebagai komoditi unggulan. Sebagai komoditi
unggulan kentang sangat cocok ditanam di Kecamatan Lembah Gumanti (1.458 m
dpl), Hiliran Gumanti (1.458 m dpl), Lembang Jaya (1.200 m dpl), Danau Kembar
(1.200 m dpl), Pantai Cermin (1.028 m dpl), Gunung Talang (950 m dpl) dan
Payung Sekaki (930 m dpl) (Dinas Pertanian Kabupaten Solok, 2015).
Perkembangan produksi kentang paling banyak di Kecamatan Lembah
Gumanti dengan total produksi tahun 2015 sebanyak 34.610,3 ton atau sebesar
68,04 % dari keseluruhan produksi kentang di Kabupaten Solok. Secara
keseluruhan produksi kentang tahun 2015 mengalami peningkatan 2% dibanding
tahun 2014. Hal ini disebabkan bertambahnya 4 luas panen kentang yang
berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan produksi kentang (Dinas
Pertanian Kabupaten Solok, 2015) Strategi pengembangan agribisnis kentang baik
untuk diterapkan di Kecamatan Lembah Gumanti karena selain potensi wilayah
yang mendukung, hal ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran atas
ancaman eksternal, pemahaman yang lebih baik atas strategi pesaing,
meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan kemampuan petani untuk
memperbaiki produk atau jasa

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan diatas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana agribisnis kentang di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten
Solok.
2. Bagaimana strategi pengembangan agribisnis yang tepat untuk pengembangan
agribisnis kentang di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mendeskripsikan agribisnis kentang di Kecamatan Lembah Gumanti
Kabupaten Solok.
2. Merumuskan strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan agribisnis
kentang di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok.

1.4 Manfaat Penelitian


Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak diantaranya bagi pemerintah daerah sebagai pedoman dalam
menentukan alternatif strategi dan perencanaan pengembangan agribisnis kentang
di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Strategi yang dirumuskan
dapat direkomendasikan pada pihak pengambil kebijakan yang ada (Pemerintah
Kabupaten Solok). Disamping itu penelitian ini adalah sarana untuk menerapkan
teori dan ilmu yang telah didapat penulis. Juga dapat memberikan informasi dan
referensi bagi penelitian selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Usahatani


Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi barupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Adapun ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia adalah: (1) Kecilnya luas lahan
yang dimiliki oleh para petani, (2) Modal yang dimiliki para petani terbatas, (3)
Rendahnya keterampilan dan pengetahuan manajemen yang dimiliki oleh para
petani, (4) Produktivitas dan efisiensi rendah, (5) Petani dalam kondisi sebagai
penerima harga karena bargaining position lemah dan (6) Rendahnya tingkat
pendapatan petani (Fauzi, D. Dkk. 2016).
Usahatani pada hakikatnya adalah perusahaan, maka seorang petani atau
produsen sebelum mengelola usahataninya akan mempertimbangkan antara biaya
dan pendapatan, dengan cara mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif
dan efisien, guna memperoleh keuntangan yang tinggi pada waktu tertentu.
Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya
yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi
masukan (input). Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu
mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi dapat
tercapai. Bila petani mendapat keuntungan besar dalam usahataninya dikatakan
bahwa alokasi faktor produksi efisien secara alokatif. Cara ini dapat ditempuh
dengan membeli faktor produksi pada harga murah dan menjual hasil pada harga
relatif tinggi. Bila petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana
produksi dapat ditekan tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan
efisiensi teknis dan efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi.
2.2 Manajemen Strategi
Strategi merupakan sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir
dari setiap perusahaan. Sebuah perusahaan dituntut untuk mengembangkan
strategi yang antisipatif terhadap kecenderungan-kecenderungan baru guna
mencapai dan mempertahankan posisi bersaingnya. strategi adalah pola atau
rencana yang mengintegrasikan sasaran utama, kebijakan, dan tindakan organisasi
disusun menjadi satu kesatuan yang terpadu. Formulasi strategi yang baik akan
membantu menyusun dan mengalokasikan sumber daya organisasi ke dalam sikap
yang khas dan aktif berdasarkan kompetensi internal dan kelemahan yang dimiliki
dalam mengantisipasi perubahan lingkungan. Dengan perkataan lain, strategi
manajemen dimaksudkan agar organisasi menjadi satuan yang mampu
menampilkan kinerja tinggi karena organisasi yang berhasil adalah organisasi
yang tingkat efektivitas dan produktivitasnya makin lama makin tinggi. Terdapat
dua belas tahap dalam proses manajemen strategi yaitu: (1) perumusan misi
organisasi (perusahaan); (2) penentuan profil organisasi; (3) analisis dan pilihan
strategi; (4) penetapan sasaran jangka panjang; (5) penentuan strategi induk; (6)
penentuan strategi operasional; (7) penentuan sasaran jangka pendek; (8)
perumusan kebijaksanaan; (9) pelembagaan strategi; (10) penciptaan sistem
pengawasan; (11) penciptaan sistem penilaian; (12) penciptaan sistem umpan
balik.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal agribisnis kentang merah
berupa kekuatan dan kelemahan, serta kondisi lingkungan eksternal berupa
peluang dan ancaman, maka selanjutnya akan diidentifikasi faktor kunci sukses
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hasil analisis ini kemudian diolah
pada matriks IFE dan EFE. Selanjutnya hasil dari matriks IFE dan EFE digunakan
untuk merumuskan strategi ke dalam matriks SWOT. Faktor Kekuatan dan
Kelemahan Faktor kekuatan dan kelemahan merupakan faktor internal yang
menjadikan suatu usaha berbeda dari pesaingnya.
Faktor yang mempengaruhi kondisi agribisnis kentang merah adalah :
1. Kekuatan
a. Rasa Kekeluargaan yang Tinggi antar Petani dan Kelompok Tani Kentang
Merah
Hubungan antara anggota dan pengurus dalam kelompok tani dan antar
kelompok tani kentang merah sangat erat karena masyarakat Kabupaten Solok
terkenal dengan sifat ramah dan kekeluargaannya, selalu bahu-membahu dan
tolong-menolong antar sesama. Salah satu bentuk rasa kekeluargaan yaitu sesama
petani kentang merah tidak pernah malu untuk saling meminta dan memberikan
saran dalam keberlangsungan usahataninya khususnya kentang merah. Semua itu
dilakukan untuk kemajuan mereka dalam melakukan agribisnis kentang merah
agar bisa semakin diterima dipasaran.
b. Keinginan Petani Kentang Merah untuk Selalu Maju dan Saling Belajar antar
Petani maupun Kelompok Tani Kentang Merah
Petani kentang merah adalah tipe orang pembelajar, dimanapun dan pada
siapapun, proses belajar tersebut akan dijalankan demi mendapatkan ilmu terkait
tentang agribisnis kentang merah. Semangat dan keinginan belajar yang kuat
membuat petani kentang merah sering mengikuti pelatihan dan seminar yang
diadakan oleh instansi terkait. Setelah mengikuti pelatihan dan seminar, petani
kentang merah akan mentransfer ilmu yang meraka dapat ke petani lain yang tidak
ikut dalam pelatihan tersebut.
c. Memiliki Pelanggan yang Tetap
Dalam pemasaran produk, petani kentang merah sudah memiliki
pelanggan yang tetap secara kontinu yang mengambil langsung ke petani.
Pelanggan tersebut antara lain pedagang pengumpul yang mendistribusikan
kentang merah ke pasarpasar yang ada di Kabupaten Solok, pedagang antar
daerah yang mendistribusikan kentang merah ke pasar-pasar di luar Kabupaten
Solok diantaranya pedagang dari Padang dan Sawahlunto. Adanya pelanggan
tetap tersebut menyebabkan petani kentang merah secara rutin mengirimkan
kentang merah hasil panen ke dalam Kabupaten Solok dan keluar Kabupaten
Solok.
d. Sistem Kemitraan dalam Kelompok Tani
Dalam menjalankan budidaya kentang merah, pada umumnya petani
menerapkan sistem kemitraan dalam kelompok taninya yaitu kelompok
menyediakan keperluan bagi para anggotanya. Sistem kemitraan yang dijalankan
antara lain penyediaan bibit dan pemenuhan kebutuhan pupuk kandang. Kentang
merah yang saat ini dibudidayakan adalah kentang merah yang berasal dari
Pegunungan Dieng Jawa Timur yang dibawa oleh pedagang. Kentang merah yang
dibawa oleh pedagang tersebut dijadikan bibit oleh petani yang 51 kemudian
dibudidayakan di Kabupaten Solok. Sampai saat ini, perbanyakan bibit dilakukan
oleh beberapa petani yang kemudian dijual ke petani lain untuk dibudidayakan.
e. Lokasi yang Dekat dengan Pasar
Salah satu kekuatan yang dimiliki Kabupaten Solok dalam pengembangan
agribisnis kentang merah adalah lokasi yang dekat dengan pasar dan satu-satunya
daerah yang membudidayakan kentang merah. Keuntungan yang didapat dari
jarak distribusi yang tidak terlalu jauh adalah kualitas kentang merah dari panen
hingga sampai ke pasar masi bisa terjamin dan karena merupakan daerah
satusatunya penghasil kentang merah, Kabupaten Solok selalu menjadi langganan
menjadi penyuplai kentang merah.

2. Kelemahan
a. Modal Kerja Petani Kentang Merah yang Masih Terbatas
Pada umumnya petani kentang merah melakukan usahataninya dengan
menggunakan modal sendiri yang terbatas. Keterbatasan modal ini, membuat
petani sulit melakukan pengembangan-pengembangan dalam berusahatani, petani
juga sulit untuk menambah jumlah bibit yang akan ditanam dengan adanya
keterbatasan modal yang mereka miliki.
b. Sistem Pembayaran yang Kurang Menguntungkan Petani
Sistem pembayaran yang diterima petani adalah pembayaran dibayar
dimuka. Pada penenetuan harga, harga yang berlaku adalah harga yang ditentukan
oleh pedagang yang membeli kentang merah di kebun. Pada kondisi ini petani
berada pada posisi yang lemah saat penentuan harga, petani tidak bisa melakukan
tawar menawar harga kepada pedagang sehingga petani hanya bisa menerima
berapa harga yang ditawarkan oleh pedagang kepada petani. Dengan sistem yang
seperti ini tentu dapat merugikan petani, dimana perbedaan harga di petani hingga
di konsumen itu mencapai dua kali lipat.
c. Penggunaan Teknologi yang Masih Sederhana
Penggunaan teknologi yang diterapkan oleh petani kentang merah masih
tergolong sederhana sehingga bididaya yang dilakukan masih konvensional.
Sampai saat sekarang, petani kentang merah baru melakukan teknologi PHT
(Pengendalian Hama Terpadu) pada budidaya kentang merah.
d. Pemasaran masih terbatas
Walaupun sudah memiliki pelanggan tetap, akan tetapi jika dilihat
sebenarnya proses pemasaran yang dilakukan oleh petani kentang merah masih
belum ada. Petani kentang merah tidak pernah melakukan promosi hasil
usahataninya ke daerah-daerah. Hingga saat ini, masyarakat atau penjual
mengetahui kentang merah ini hanya dari informasi yang diberikan oleh pedagang
antar daerah yang membawa kentang merah dari Solok.
3.2 Strategi Pengembangan Kentang Merah di Kabupaten Solok
Beberapa strategi yang dapat diterapkan adalah :
1. Konsolidasi yang menjembatani program pemerintah dengan
kelompok tani
Mengadakan pertemuan rutin yang menjembatani antara kelompok tani
dengan pihak Dinas Pemerintah sesuai dengan karakter kelompok tani yang
menjunjung tinggi kekeluargaan, mempunyai keinginan yang kuat untuk maju dan
peluang dukungan dari pemerintah, maka perlu memanfaatkan kelembagaan
melalui pertemuan rutin. Pertemuan rutin tentu saja akan memudahkan dan
menyelaraskan koordinasi program Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian
Perdagangan dan Koperasi maupun pihak-pihak stakeholder dengan peningkatan
aktivitas usahatani. Strategi ini tentunya memerlukan pelaku perantara dalam
memfasilitasi pertemuan rutin, diantaranya PPL dan ketua kelompok tani.
2. Peningkatan produksi dan mutu hasil panen
Dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen, agribisnis kentang merah
harus mampu menghasilkan produk yang unggul dari kualitas, kuantitas dan mutu
produk. Hal ini akan menciptakan kepuasan konsumen sehingga konsumen akan
mengkonsumsi secara kontinu. Peningkatan daya saing dengan memperkuat daya
saing produksi harus dibangun melalui pendekatan sistem agribisnis yang efisien.
Ciri usaha agribisnis yang efisien adalah usaha yang mampu memproduksi barang
atau jasa yang bermutu tinggi, dalam jumlah besar, terjamin kontinuitas produksi
dengan biaya produksi yang relatif rendah. Dengan adanya peningkatan
permintaan kentang merah dari konsumen, maka Kabupaten Solok harus bisa
menyesuaikan kondisi tersebut salah satunya dengan peningkatan hasil produksi.
3. Memanfaatkan market development Strategi lain yang dapat diambil
dengan memanfaatkan peluang dan kekuatan agribisnis kentang merah adalah
dengan menambah daerah distribusi pasar kentang merah yang sekarang hanya
terdistribusi ke lima daerah saja yaitu Kabupaten Solok, Kota Solok, Sawahlunto,
Sijunjung dan Kota Padang. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan
menambah agen penjualan kentang merah di daerah-daerah lain.
4. Intensifikasi teknologi produksi dan informasi
Dengan strategi peningkatan teknologi produksi dan informasi, pada
agribisnis kentang merah, maka pengembangan agribisnis kentang merah di
Kabupaten Solok dapat tercapai. Produksi merupakan bidang yang terus
berkembang selaras dengan perkembangan teknologi, di mana produksi memiliki
suatu jalinan hubungan timbal-balik (dua arah) yang sangat erat dengan teknologi.
Produksi dan teknologi saling membutuhkan. Kebutuhan produksi untuk
beroperasi dengan biaya yang lebih rendah, meningkatkan kualitas dan
produktivitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan yang
mendorong teknologi untuk melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru.
Produksi dalam sebuah agribisnis merupakan inti yang paling dalam. Sistem
produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen struktural dan
fungsional. Dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses transformasi nilai
tambah yang mengubah input menjadi output yang dapat dijual dengan harga
kompetitif di pasar. Salah satu teknologi produksi yang akan dilakukan adalah
membuat penangkaran bibit kentang merah di Kabupaten Solok, diharapkan akan
menghasilkan bibit kentang merah yang berkualitas dan bersertifikat. Hal ini
bertujuan agar hasil penen kentang merah nantinya akan lebih berkualitas dan
kuantitas panen akan meningkat dari sebelumnya ketika petani menggunakan bibit
dari hasil panen sebelumnya.
6. Membentuk koperasi di bidang pemasaran Maksud dari strategi
membentuk koperasi di bidang pemasaran adalah petani melakukan kerjasama
dengan kelompok tani dan pemerintah untuk membentuk koperasi di bidang
pemasaran dengan tujuan koperasi tersebut dijadikan sebagai wadah yang
menjembatani petani untuk menjual hasil produksinya ke pedagang besar.
Sehingga petani tidak perlu lagi menjual hasil produksinya melalui pedagang
pengumpul (tengkulak) yang memberikan harga yang cenderung lebih rendah.
Dengan adanya koperasi ini, diharapkan petani akan memperoleh keuntungan
yang lebih besar sehingga dapat menghindari sistem pembayaran yang merugikan
petani.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap
pengembangan agribisnis kentang di Kecamatan Lembah Gumanti, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Agribisnis kentang masih belum berjalan secara utuh menurut konsep
agribisnis yang disebabkan oleh : a. Pada subsistem hulu, dimana pedagang
saprodi belum mampu menyediakan bibit kentang untuk petani. b. Pada subsistem
usahatani, budidaya kentang masih dilakukan dengan cara tradisional dan petani
belum mandiri dalam menangkar bibit. c. Pada subsistem hilir (pengolahan),
pedagang pengolah kentang masih melakukan pemasaran didalam daerah dan
kurangnya variasiproduk yang dihasilkan. d. Pada subsistem pemasaran, pedagang
komoditi memiliki pesaing dari daerah lain yang juga menjual kentang.
2. Strategi pengembangan agribisnis kentang adalah: 1) Meningkatkan
produksi kentang dengan menggunakan bibit unggul untuk mencukupi kebutuhan
rumah tangga, 2) Menambah variasi produk olahan kentang dan melakukan
pemasaran sampai keluar daerah, 3) Melakukan edukasi tentang penangkaran bibit
kentang kepetani dan 4) Mengaktifkan lembaga keuangan non Bank penunjang
kegiatan agribisnis kentang di Kecamatan Lembah Gumanti. 89
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disarankan
untuk pengembangan agribisnis kentang antara lain: 1. Melibatkan semua pelaku
agribisnis untuk mengatasi permasalahan dalam pengembangan agribisnis
kentang. 2. Balai Benih Induk agar lebih aktif dalam melakukan edukasi kepetani
tentang penangkaran benih kentang sehingga petani bisa mengantisipasi jika
kesulitan dalam memperoleh bibit kentang. 3. Penyuluh agar memberikan
penyuluhan tidak hanya kepada kelompok tani yang aktif, namun juga merangkul
kelompok tani yang lainnya agar tidak terjadi kesenjangan. 4. Disarankan untuk
pemerintah jika memberikan bantuan berupa uang untuk kelompok tani agar tetap
mengawasi jalannya perkembangan usaha dalam kelompok tani sehingga bantuan
tersebut dapat berjalan secara berkelanjutan. 5. Disarankan untuk pengolah hasil
produksi kentang agar menambah variasi produknya sehingga menambah daya
saing produk dan dapat meningkatkan volume penjualan.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian Kabupaten Solok. Database 2015.Dinas Pertanian Tk II


Kabupaten Solok.

Fauzi, D., L. M. Baga, dan N. Tinaprilla. 2016. Strategi Pengembangan


Agribisnis Kentang Merah di Kabupaten Solok. Jurnal AGRARIS,
Volume 2 No. 1.

Setiadi, Surya FN. 2005. Kentang Cetakan ke-12. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai