Anda di halaman 1dari 8

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekosistem merupakan satu kesatuan dari suatu komunitas makhluk hidup
dengan lingkungannya dimana akan terjadi hubungan timbal balik yang tidak dapat
terpisahkan. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai suatu tatanan kesatuan
secara utuh dan menyeluruh antara unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Pada suatu ekosistem terdapat
unsur biotik dan abiotik yang saling memberikan hubungan timbal balik untuk
mencapai suatu tatanan ekosistem yang seimbang. Ekosistem juga merupakan
penggabungan dari setiap biosistem yang melibatkan interaksi antara organisme
dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik
tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.
Agroekosistem merupakan lingkungan yang terdiri dari komponen biotik
dan abiotik yang saling berinteraksi kemudian diolah sedemikian rupa oleh
manusia untuk usaha pertaniannya guna memenuhi kebutuhan pangan. Jadi suatu
agroekosistem sudah mengandung campur tangan manusia yang merubah
keseimbangan ekosistem untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Dalam suatu ekosistem terdapat kesatuan proses saling terkait dan
mempengaruhi antar semua komponen. Pada suatu ekosistem terdapat komponen
biotik dan abiotik. Organisme yang hidup di dalam suatu agroekosistem
merupakan komponen biotik. Adapun komponen biotik adalah manusia, hewan
dan tumbuhan yang terdapat dalam suatu ekosistem. Interaksi yang terjadi ini
digambarkan sebagai rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Rantai makanan
adalah hubungan antar makhluk hidup makan dan dimakan dalam lingkungannya
dan berdasarkan urutan tertentu. komponen biotik dibedakan menjadi 3 golongan
yaitu, produsen, konsumen dan dekomposer. Tiap tingkat dari rantai makanan
dalam suatu ekosistem disebut tingkat trofik. Pada tingkat trofik pertama adalah
organisme yang mampu menghasilkan zat makan sendiri atau organisme autotrof.
Tumbuhan hijau atau berklorofil yang menghasilkan makanan melalui proses
fotosintesis. Tingkat trofik kedua disebut konsumen. Semua konsumen tidak dapat
membuat makanan sendiri di dalam tubuhnya sehingga disebut heterotrof.
Konsumen primer ini biasanya diduduki oleh hewan pemakan tumbuhan atau
herbivora. Organisme tingkat trofik ketiga adalah hewan pemakan daging atau
karnivora. Dan yang terakhir adalah pengurai atau dekomposer. Dekomposer
berperan sebagai pengurai zat-zat organik menjadi zat-zat organik penyusunnya.
Interaksi antara organisme dengan lingkungan dapat terjadi karena adanya
aliran energi. Aliran energi merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk
energi satu ke bentuk energi yang lain dimulai dari sinar matahari lalu ke produsen,
ke konsumen primer, ke konsumen sekunder, sampai ke pengurai di dalam tanah.
Dalam proses makan dan dimakan terjadi proses perpindahan ataupun aliran
energi. Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain atau dikenal sebagai
tranformasi energi. Misalnya, dari energi gula diubah menjadi lemak dan protein
yang kemudian disimpan lalu diubah menjadi energi gerak. Organisme
memerlukan energi untuk mendukung kelangsungan hidupnya, antara lain untuk
proses pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, bergerak dan metabolisme
yang ada dalam tubuh. Berdasarkan proses tersebut, seluruh siklus mulai dari
rantai makanan sampai siklus energi memiliki kesinambungan untuk mencapai
suatu agroekosistem, sehingga agroekosistem dapat memenuhi fungsinya, yaitu
untuk pencapaian produktivitas, stabilitas, keberlanjutan, dan pemerataan.
Seluruh komponen akan tercapai jika penyusun ekosistem saling memenuhi.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui struktur ekosistem dan aliran energi setra materi pada
suatu agroekosistem.
2. Mahasiswa mengetahui hubungan antar populasi dan komunitas sebagai
penyusun suatu agroekosistem.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Suatu ekosistem terdapat beberapa unsur penyusun ekosistem yang


berupa unsur biotik dan abiotik. Unsur biotik masih terbagi lagi menjadi dua
macam, yaitu organaisme autotrof dan heterotrof. organisme autotrof adalah
organisme yang mampu membuat makanannya sendiri. Sedangkan organisme
heterotrof adalah organisme yang tidak mampu membuat/mensintesis
makanannya. Unsur abiotik adalah faktor utama dalam ekosistem setelah unsur
biotik karena unsur abiotik ini bertugas menciptakan keadaan yang diperlukan oleh
makhluk hidup seperti cahaya dan suhu. Unsur biotik dan abiotik ini memiliki
hubungan timbal balik dalam satu kesatuan tempat hidup untuk mencapai suatu
tatanan ekosistem yang seimbang (Setiasih dkk., 2012).

Dalam ekosistem pasti terdapat interaksi atau hubungan timbal balik antara
komponen yang satu dengan yang lain. Interaksi yang terjadi bisa berupa interaksi
yang saling menguntungkan, merugikan, atau tidak berpengaruh terhadap satu
dengan yang lainnya. dalam suatu ekosistem yang masih alami dan belum
terganggu akan didapati adanya keseimbangan antara komponen-komponen
penyusun ekosistem keadaan ini disebut homeostatis, yaitu kemampuan ekosistem
untuk dapat menahan berbagai perubahan alam dalam sistem secara menyeluruh.
Ekosistem yang dikatakan seimbang adalah apabila semua komponen baik biotik
ataupun abiotik berada pada porsi yang seharusnya baik jumlah maupun
peranannya dalam lingkungan (Suarsana, 2011).

Dalam ekosistem, keanekaragaman hayati seperti jenis tanaman, hewan,


dan mikroorganisme yang ada dan saling beriteraksi satu sama lain dapat
meningkatkan produktivitas suatu pertanian seperti ekosistem sawah. Dalam
ekosistem sawah, serangga dikatakan menjadi salah satu komponen ekosistem
berperan penting dalam rantai makanan sebagai herbivor, karnivor dan
dekomposer. Rantai makanan dapat menjadi faktor penting dalam kesuburan
suatu tanah karena makluk hidup yang telah mati akan diurai oleh mikroorganisme
yang nantinya akan diserap kembali oleh tanaman yang tumbuh di kawasan itu,
sehingga produktivitas tanaman itu meningkat (Hadi, 2012).
Salah satu input penting dalam kegiatan pertanian adalah energi. Input
seperti bahan bakar, listrik, mesin, benih, pupuk, dan obat-obatan memiliki
peranan penting dalam sektor pertanian modern. Secara luas terbentuk suatu
pemahaman bahwa pertanian berkorelasi positif dengan input- input energi yang
digunakan. Akibatnya sistem pertanian modern atau konvesional sekarang
bergantung pada energi fosil yang semakin menipis. Jadi penggunaan energi
terhadap sistem pertanian begitu menguntungkan sektor pertanian tersebut, tapi
merugikan bagi sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui tersebut
(Purwantana, 2011).

Proses fotosintesis, energi cahaya matahari diserap oleh klorofil dan diubah
menjadi energi kimia yang disimpan dalam bentuk karbohidrat atau senyawa
organik lainnya. Fotosintesis ini melibatkan banyak reaksi kimia yang kompleks. Di
dalam tumbuhan karbohidrat diubah menjadi protein, lemak, vitamin, atau
senyawa yang lain. Senyawa-senyawa organik ini selain dimanfaatkan oleh
tumbuhan itu sendiri, juga dimanfaatkan oleh manusia dan hewan herbivora
sebagai bahan makanan. Perpindahan proses ini juga dapat meningkatkan hasil
produktivitas tanaman, hewan dan termasuk semua ekosistem di dunia. Aliran
energi yang terjadi dalam suatu ekosistem begitu mempengaruhi apa yang berada
dalam ekosistem tersebut (Beals, 2012).

Agroekologi merupakan ide untuk melampaui praktik pertanian alternative


dan mengembangkan agroekosistem dengan ketergantungan minimal pada
agrokimia dan energi input tinggi. agroekologi menerapkan ilmu ekologi untuk
studi, desain dan pengelolaan agroekosistem yang berkelanjutan. Berarti
diversifikasi pertanian mempromosikan interaksi biologis menguntungkan dan
sinergi antar komponen agroekosistem sehingga ini dapat memungkinkan untuk
regenerasi kesuburan tanah, memelihara produktivitas dan perlindungan tanaman
(Altieri, 2011).

Seluruh bagian ekosistem yang terjalin dalam satu kesatuan disebut


dengan ekosfer atau biosfer. Ekosfer adalah semua ekosistem di permukaan bumi
yang saling berinteraksi. Biosfer adalah keseluruhan ekosistem yang ada di bumi
dan atmosfer yang saling berinteraksi. Jalinan atau interaksi yang lebih kecil dari
suatu ekosistem disebut subsistem yang juga dapat disebut ekosistem, bila dilihat
sebagai satuan kepentingan. Ekosistem terdiri dari 2 jenis komponen, yaitu biotis
dan abiotis. Komponen biotis adalah komponen yang mencakup makluk hidup di
bumi, sedangkan komponen abiotis adalah yang bersifat nonhayati atau unsur –
unsur dalam ekosistem (Siahaan, 2004).

Komponen biotik dan abiotik memiliki banyak peran dalam ekosistem.


Kedua komponen tersebut berperan juga dalam proses aliran energi. Aliran energi
merupakan proses perpindahan dari satu bentuk ke bentuk energi lainnya yang
bisa dibentuk menjadi rantai makanan, piramida makanan, ataupun piramida
biomassa. Pada umumnya, aliran energi ini muncul karena adanya energi dari sinar
matahari yang diperlukan oleh tumbuhan yang dalam aliran energi berperan
sebagai produsen untuk proses fotosintesis (Ferdinand, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Altieri, M. A. and V. M. Toledo. 2011. The agroecological revolution in Latin


America: rescuing nature, ensuring food sovereignty and empowering
peasants. Peasant Studies, 38 (3): 587-612.

Beals, A. M., R. M. Krall and C. L. Wymer. 2012. Energy Flow through an


Ecosystem: Conceptions of In-service Elementary and Middle School
Teachers. Biology Education, 2 (1): 1-18.

Ferdinand, F. P dan M. Ariebowo. 2009. Praktis Belajar Biologi. Jakarta : Pusat


Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Hadi, M. dan Aminah. 2012. Keragaman Serangga dan Perannya di Ekosistem


Sawah (Insect Diversity and its Role in Wetland Ecosystems). Sains dan
Matematika, 20 (3): 54-57.

Purwantana, B. 2011. Kajian Input Energi Pada Budidaya Padi Metode System Of
Rice Intensification. Agritech, 31 (1): 1-8.

Setiasih, W. A dan D. K. Hakim. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran Biologi


Pokok Bahasan Ekosistem Guna Peningkatan Prestasi Siswa
Kelas VII SMP Negeri 2 Sumbang. Juita ISSN, 2 (1): 1-20.

Siahaan, N. H. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan (edisi kedua).


Jakarta : Gramedia.

Suarsana, I. M. 2011. Habitat Dan Niche Paku Air Tawar (Azolla Pinnata Linn.)
(Suatu Kajian Komponen Penyusun Ekosistem Sawah). Sains dan
Teknologi, 11 (2): 1-15.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat


Kegiatan praktikum agroekologi dengan judul acara “Aliran Energi Dan
Materi Pada Agroekosistem” dilaksanakan pada hari kamis, 06 Oktober 2016 pukul
15.00 - selesai yang bertempat di ruang 11, Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan
1. Lembar kerja

3.2.2 Alat
1. Alat tulis
2. Kamera

3.3 Cara Kerja


1. Mengunjungi salah satu petak pertanaman yang ada di kebun Agrotechnopark
Kampus Universitas Jember
2. Mengidentifikasi jenis tanaman yang ada di petak pertanaman tersebut (jenis
tanaman, umur, jumlah, kondisi atau hal lain yang terkait dengan keberadaan
tanaman tersebut)
3. Mengidentifikasi kondisi lingkungan dimana tanaman itu berada (kondisi
atmosfer, tanah, tumbuhan di sekitar tanaman, serangga atau hewan di sekitar
tanaman, pengairan, pemupukan, pengendalian OPT atau hal lain yang terkait
dengan lingkungan tanaman)
4. Melalukan kunjungan dan pengamatan kebun tersebut sebanyak empat kali
dengan rentang waktu satu minggu sekali pada tempat yang sama dengan
pengamatan awal.
5. Berdasarkan keseluruhan informasi yang sudah diperoleh, maka membuat
perumusan tentang:
a. Struktur populasi tanaman
b. Struktur komunitas tanaman
c. Kemungkinan terbentuknya rantai makanan
d. Kemungkinan terbentuknya jejaring makanan
e. Kemungkinan terjadinya siklus energi
f. Kemungkinan terjadinya siklus materi
6. Merumuskan apakah kebun tersebut telah memenuhi empat prinsip sifat
agroekosistem, berdasarkan informasi yang sudah diperoleh.
7. Menulis semua hasil rumusan dalam bentuk naskah laporan praktikum.

Anda mungkin juga menyukai