Agroekosistem adalah sebuah sistem lingkungan yang telah dimodifikasi dan dikelola oleh
manusia untuk kepentingan produksi pangan, serat dan berbagai produk pertanian lain
(Conway, 1987). Manusia, dalam hal ini sering disebut petani, melakukan intervensi
terhadap system lingkungan dengan tujuan utama meningkatkan produktivitas sehingga
mereka mampu memenuhi kebutuhan hidup bagi keluarganya. Dalam perspektif yang lebih
luas, masyarakat juga ikut mendukung intervensi semacam itu karena kepentingan yang
lain, yakni untuk menghasilkan pangan dengan harga yang terjangkau bagi mereka-mereka
yang tidak bekerja di sektor pertanian, seperti para pekerja di sektor-sektor industry di
perkotaan.
Atas dasar itu, maka sebagaimana yang ditulis Rambo (1983), analisis agroekosistem perlu
diarahkan pada proses interaksi antara dua system yang menjadi penopang utama, yakni
system sosial (social system) dan ekosistem alam (natural ecosystem). Conway (1987)
memperkenalkan kepada kita tentang system property yang penting untuk diperhatikan
dalam setiap analisis agroekosistem, yaitu: produktivity, stability, sustainability, dan
equitability. Dengan memperhatikan system property ini, menurutnya, pengelolaan
agroekosistem dapat terkontrol sedemikian rupa sehingga bisa memberikan kontribusi
optimal pada system sosial tanpa harus menghancurkan ekosistem alam. Berangkat dari
gagasan Rambo dan Conway tersebut, setidaknya ada tiga komponen analisis penting
dalam sebuah agroekosistem, pertama: unsur-unsur yang menopang system produksi atau
sering disebut sebagai faktor produksi (modal, tenaga kerja, sumber daya fisik dll); kedua
model interaksi dari unsur-unsur penopang system (harmoni, disharmoni atau gabungan
antara keduanya); dan yang ketiga adalah arah dan kecenderungan dari system
(sustainabilitas, stabilitas, produktivitas dll).
Agroekosistem, dengan demikian ditopang oleh dua system yang saling berinteraksi dan
pengaruh mempengaruhi yakni system natural dan system sosial. Beberapa komponen
natural dalam agroekosistem antara lain meliputi faktor-faktor biofisik seperti tanah, air, iklim,
tumbuhan, hewan dan lain sebagainya yang satu sama lain berinteraksi dalam suatu
mekanisme tertentu sehingga perubahan pada komponen yang satu akan berpengaruh
pada keberadaan komponen yang lain. Misalnya saja, perubahan iklim yang mengarah pada
tingkat kekeringan tertentu akan berpengaruh pada ketersediaan air di dalam tanah, yang
pada gilirannya juga akan memberikan pengaruh pada sebaran tumbuhan dan hewan yang
ada di atasnya.