Anda di halaman 1dari 19

TUGAS TEKNOLOGI AGRONOMI LANJUTAN

CAHAYA

Pengaruh Cahaya Pada Tanaman. Studi Kasus: Pengaruh Kualitas Cahaya Terhadap
Produksi Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana)

Dosen Pengampu:

Dr.Ir. Setyono Yudo Tyasmoro, MS..

Oleh

Kelompok 1 - Stevia

Purnama Mahbub Aulia NIM. 216040200111005


Wildannisa Maghfirotul Firdaus NIM. 216040201111003

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampai saat ini Indonesia masih menggantungkan bahan pemanis dari tebu untuk
memenuhi kebutuhan bahan makanan dan minuman. Namun produktivitas gula dari
tebu tersebut masih belum mencukupi kebutuhan nasional, sehingga sebagian masih
harus diimpor. Pada tahun 2012 kebutuhan konsumsi gula mencapai 5.200.000 ton,
namun produksi gula hanya 2.591.687 ton sehingga untuk memenuhi kebutuhan gula
harus impor gula sebanyak 2.350.000 ton (Sekretariat Dewan Gula Indonesia, 2013).
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan substitusi kebutuhan gula, antara lain
dengan penggunaan bahan pemanis alami stevia yang mempunyai tingkat kemanisan
300 kali daripada gula.
Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) merupakan tanaman perdu famili Compositae
yang berasal dari Paraguay. Stevia merupakan tanaman penghasil gula alami, dan juga
sering dijadikan sebagai pengganti gula tebu karena memiliki tingkat rasa manis
mencapai 200-300 kali lebih tinggi dari gula (Merindasya et al., 2013). Gula yang
dihasilkan dari daun stevia baik dikonsumsi oleh penderita diabetes dan obesitas, karena
tidak mengandung kalori atau non kalori. Tidak heran jika stevia memiliki prospek
yang baik dan menjadi primadona pengganti gula.
Karena stevia dikenal luas sebagai pengganti gula dan pemanis, hal ini diperlukan
untuk mengembangkan tanaman stevia. Perbanyakan atau budidaya tanaman stevia
dapat melalui dua cara, yaitu secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara
generatif dapat dilakukan melalui biji, sedangkan perbanyakan secara vegetatif dapat
dilakukan melalui stek batang dan kultur jaringan. Terdapat beberapa kendala dari
perbanyakan secara biji dan stek batang, diantaranya presentase perkecambahan yang
rendah sehingga pertumbuhan tunas memerlukan waktu yang lama dengan jumlah tunas
yang sedikit dan juga membutuhkan lahan yang luas, Sedangkan perbanyakan dengan
stek batang akan menghasilkan tanaman yang tidak identik pada kualitas tanaman yang
diharapkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanama adalah cahaya, oleh karena itu paper ini dibuat untuk mengetahui pengaruhu
cahaya terhadap tanaman khususnya pada tanaman stevia.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Teknik
Agronomi Lanjutan serta untuk mempelajari bagaimana pengaruh cahaya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan khususnya pada tanaman stevia secara in vitro di
bawah LED dengan panjang gelombang yang berbeda, stevia yang ditanam pada lahan
konvesional serta pengaruuh cahaya terhadap produksi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanaman Stevia


Tanaman stevia adalah tanaman dari family Compositae yang berasal dari
Paraguay. Daunnya telah digunakan selama berabad-abad sebagai pemanis (Talha,
2012). Daun berbentuk lonjong langsing sampai oval, bergerigi halus, terletak
berhadapan, panjang 2-4 cm, lebar 1-5 cm, dan tulang daun menyirip. Batang tanaman
stevia berbentuk bulat lonjong dan berbulu halus, memiliki banyak percabangan. Bunga
stevia merupakan bunga sempurna (hermaphrodite), bentuk terompet, dengan mahkota
berbentuk tabung, tangkai benang sari dan tangkai putik pendek, kepala sari kuning,
putik berbentuk silindris, putih kotak, bentuk jarum. Bunga stevia kecil (7-15 mm),
berwarna putih (Talha, 2012). Perakaran tanaman stevia merupakan akar serabut yang
terbagi menjadi dua bagian, yaitu perakaran halus dan perakaran tebal. Tanaman ini
memiliki daya regenerasi yang kuat sehingga tahan terhadap pemangkasan.
Stevia dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah yang mempunyai
ketinggian antara 500-1000 meter dari permukaan laut (dpl), suhu udara antara 140C-
270C, curah hujan antara 1600-1850 mm/tahun. Tanaman ini menghendaki tempat yang
terbuka atau cukup mendapat sinar matahari, dengan panjang penyinaran lebih dari dua
belas jam per hari (Rukmana, 2003). Tanaman stevia dapat diperbanyak secara generatif
dan vegetatif, namun yang paling terbukti efisien ialah perbanyakan secara vegetatif.
Perbanyakan stevia secara generatif dengan biji sulit dilakukan karena daya
berkecambahnya yang sangat rendah.
Beberapa kelebihan stevia antara lain : (1) Stevia adalah produk alami dan bukan
sintetik, pemanis stevia (steviosida) tidak mengandung kalori, (2) Daun stevia sebagai
pemanis dapat digunakan langsung secara alami sehingga dalam jumlah kecil dapat
digunakan untuk berbagai kebutuhan, (3) Tidak beracun, (4) Daun serta ekstrak
steviosida murni dapat dimasak langsung, (5) Stabil bila dipanaskan hingga 2000C, (6)
Non-fermentasi, (7) Memiliki nilai rasa tinggi, dan (8) Teruji secara klinis dan sering
digunakan oleh manusia tanpa ada pengaruh negatif (Mishra, 2010).
Menurut Pramono (2012) dalam Sukmayuni (2019) menyatakan nilai produksi
daun stevia dari 1kg daun stevia basah akan diperoleh 0,20 – 0,25 kg daun kering
(rendemen 20 – 25%). Sedangkan rendemen dari daun kering menjadi kristal gula stevia
sekitar 0,8 – 1 %. Dengan kata lain dari setiap 100 kg daun stevia kering akan
didabatkan 0,8 – 1 kg gula. Jika dilihat hasil perolehan rendemen kristal gula yang
diperoleh dari daun stevia relative kecil akan tetapi stevia mendangung stevioside yang
merupakan bahan pemanis non tebu dengan tingkat kemanisan 200 – 300 kali dari gula
tebu (Sumaryono & Sinta, 2016).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Stevia


Stevia dapat tumbuh di hampir semua jenis tanah asalkan mendapat pengairan
yang cukup untuk mencapai tinggi tanaman sekitar 1 m (Shock, 1982). Di daerah sub
tropis, stevia dibudidayakan sebagai tanaman tahunan. Tanaman stevia dapat tumbuh
pada daerah dengan suhu antara 9-430C (Todd, 2010). Tanaman ini tidak tahan dengan
suhu dingin, dan tidak akan tumbuh pada daerah dengan suhu di bawah 9 0C. Suhu
optimal untuk pertumbuhan cepat adalah 20- 240C (Singh et al., 2005). Namun
demikian, tanaman ini sangat membutuhkan ketersediaan air, karena batang dan daun
akan mudah layu bila tidak memperoleh air yang cukup. Ketersediaan air yang cukup
merupakan faktor pembatas bagi Stevia untuk dapat tumbuh dab beproduksi tinggi
(Lemus-Mondaca et al., 2012).
Tanaman Stevia memerlukan media tumbuh dengan pH sedikit asam, meskipun
tanaman ini dapat tumbuh pada lahan dengan kesuburan yang rendah(Lemus-Mondaca
et al., 2012), tetapi tidak dapat tumbuh dengan baik pada lahan salin (Todd, 2010).
Untuk usahatani komersial, stevia dapat dibudidayakan selama 8 tahun dengan
frekuensi panen 6 kali setahun. Hasil daun yang dapat dipanen berkisar antara 15-35
gram per tanaman (Mishra, 2010) , tergantung teknik budidayanya.
Di Indonesia, stevia ditanam pada lahan dengan ketinggian 700 - 1.500 mdpl dan
pada suhu antara 200C sampai 240C (Singh et al., 2005) .Rata-rata curah hujan sebesar
1.400 mm/tahun dengan 2-3 bulan kering. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada tanah
podsol, latosol, dan andosol.

2.3 Budidaya Tanaman Stevia


Budidaya stevia diawali dengan kegiatan pembibitan, yang dilakukan dengan
bahan berupa biji, setek, anakan, atau bibit kultur jaringan. Pembibitan dengan biji
jarang dilakukan karena sering gagal dan menghasilkan pertanaman yang tidak seragam
(Alhady, 2011). Penggunaan setek dalam pembibitan lebih mudah, cepat dan praktis
untuk menghasilkan pertanaman yang seragam. Stek yang berasal dari batang bagian
tengah cabang primer dapat meningkatkan jumlah tunas lateral dan jumlah. Setek
batang tersebut diberi sungkup plastik kedap udara untuk mempercepat pertumbuhan
akar. Setelah pertumbuhan akar dan daun selama 3-4 minggu, bibit yang berasal dari
setek batang tersebut dapat ditanam di lahan (Sudiatso, 1999). Sebelum ditanami, lahan
perlu digemburkan dengan cara dicangkul atau dibajak untuk menyediakan media
pertumbuhan dan perkembangan akar. Bibit ditanam dengan jarak 25cm x 25 cmatau
30cm x 30cm. Budidaya Tanaman Stevia dapat dilakukan dengan beberapa tahap seperti
berikut :
2.3.1 Persiapan Lahan
Pembajakan lahan dilakukan secara mekanis menggunakan traktor apabila
memungkinkan atau menggunakan cangkul, dicangkul sedalam 25 cm sehingga
diperoleh tanah terolah yang gembur. engolahan tanah terakhir dicampurkan secara
merata pupuk kandang atau kompos sebanyak 10-20 ton/ha dan pupuk dasar SP-36 100
kg/ha. Apabila memungkinkan dapat ditambah dengan pupuk kandang yang digunakan
adalah kotoran ayam petelur (kandang battery) karena kandungan haranya lebih tinggi
dan kandungan biji gulma lebih sedikit dibandingkan dengan jenis pupuk kandang
lainnya.
2.3.2 Pembuatan Bedengan
Bedengan dibuat dengan ketinggian sekitar 15-20 cm, lebar 100-150 cm, dan
panjang 10 m atau disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar-bedengan 50 cm agar
memungkinkan pekerja untuk beraktivitas secara leluasa. Bedengan dapat ditutup
plastik (mulsa plastik) untuk menekan pertumbuhan gulma dan serangan penyakit,
mengurangi kotoran tanah pada daun stevia akibat percikan hujan, menjaga kelembaban
tanah, serta mengurangi tercampurnya daun stevia dengan daun gulma saat panen.
2.3.3 Penanaman
Jarak tanam yang umum digunakan adalah 25 cm x 25 cm dengan populasi sekitar
90.000 tanaman per hektar dengan asumsi lahan efektif yang digunakan untuk tanaman
sebesar 60% (dikurangi jalur antar-bedengan, jalan dan infrastruktur lain). Jarak tanam
lain misalnya 20 x 25 cm, 20 x 30 cm, 25 x 30 cm dan 30 x 30 cm dapat juga
digunakan, dengan populasi antara 67.000 sampai 120.000 tanaman/ha. Semakin tinggi
kerapatan tanaman produksi total biomassa daun cenderung semakin tinggi tetapi
kelembaban udara juga semakin tinggi yang akan meningkatkan serangan penyakit.
Pada bedengan dengan lebar 100 cm diperoleh empat larikan tanaman (Gambar 3),
sedangkan dengan lebar 150 cm akan diperoleh enam larikan. Pekerja masih dapat
menjangkau barisan ketiga dari salah satu sisi bedengan untuk kegiatan pemeliharaan
dan panen.
2.3.4 Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman stevia di lapang terdiri dari penegakan tanaman yang
condong, pemangkasan tajuk, pengairan, pemupukan, penyiangan gulma, serta
pengendalian hama dan penyakit. Tanaman yang condong atau rebah harus ditegakkan
kembali secara rutinuntuk mendapatkan tanaman yang tegak dan kokoh.

2.3 Perbanyakan Tanaman Stevia


Menurut Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri indonesia (2011) Stevia
dapat diperbanyak dengan biji, setek dan kultur jaringan. Biji stevia sangat kecil,
sebaiknya yang digunakan adalah biji yang berwarna hitam karena mempunyai daya
kecambah yang lebih tinggi. Penyerbukan buatan dapat menghasilkan biji dengan daya
kecambah 90%, sedangkan penyerbukan sendiri menghasilkan biji dengan daya
kecambah rendah sekitar 36%. Pada suhu 250 C, sebagian besar biji berkecambah
dalam waktu 4-6 hari. Daya simpan biji stevia lebih kurang 6 bulan, setelah itu daya
kecambah biji turun drastis. Penyimpanan biji di kulkas dengan suhu 40 C dapat
memperpanjang masa daya tumbuh. Perbanyakan stevia dengan biji jarang dilakukan
karena daya kecambah rendah dan bibit yang dihasilkan beragam.
Perbanyakan stevia yang paling umum adalah menggunakan setek batang pucuk
dan setek batang tunas samping. Bibit yang dihasilkan lebih seragam dibanding dengan
biji. Hasil terbaik diperoleh dengan setek pucuk yang memiliki 3-4 ruas dengan panjang
7-10 cm. Pembesaran setek dapat dilakukan langsung pada tanah atau menggunakan
wadah polibeg dan multi-tray. Perbanyakan klonal stevia dapat dilakukan dengan kultur
jaringan. Eksplan yang digunakan adalah pucuk meristem, tunas aksiler (samping),
nodus, daun, dan bagian bunga. Metode kultur jaringan ideal untuk memperbanyak
secara cepat individu tanaman unggul yang jumlahnya masih terbatas dan untuk
memperoleh bibit yang bebas-penyakit. Kultur meristem diterapkan pada berbagai
tanaman termasuk stevia untuk memperoleh bibit yang bebas penyakit, terutama bakteri
dan virus. Melalui metode multiplikasi tunas, pada stevia klon lokal Indonesia, laju
multiplikasi yang diperoleh sekitar 11 tunas per eksplan awal selama 4 minggu.
BAB 3. PEMBAHASAN

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman


adalah cahaya. Berikut merupakan teknologi produksi dalam budidaya stevia khusunya
pengaruh cahaya dalam perbanyakan tanaman stevia baik secara in vitro maupun
konvensional :
3.1 Penggunaan Lampu LED Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Plantlet
Stevia Secara In Vitro
Penelitian yang dilakukan oleh Ram´ı́rez-Mosqueda (2017) pengaruh kualitas
cahaya dilakukan di ruang kultur jaringan dengan kelembapan relative 80±5 % ,
penerangan 16 jam terang dan 8 jam gelap dan temperatur 25±2°C. Intensitas radiasi
cahaya buatan di atur ke 40–50 µmol m-2 s-1. Berikut adalah sumber cahaya yang
digunakan dalam penilitan ini :
1. FL (Kontrol) = lampu neon memancarkan cahaya dengan panjang gelombang
400 – 700 nm
2. W (White) = LED putih dengan panjang gelombang 420 nm
3. R (Red) = LED merah dengan panjang gelombang 660 nm
4. B (Blue) = LED biru dengan panjang gelombang 460 nm
5. B/R =1 :1, 50% cahaya biru dengan panjang gelomang 460 nm dan
50% cahaya merah dengan panjang gelombang 660 nm
Pada fase pertumbuhan tunas dan akar eksplan di inkubasi dibawah lampu LED
dengan perlakuan yang berbeda. Panjang gelombang yang berbeda memberikan
pengaruh yang positif pada pembentukan tunas in vitro stevia. Pengamatan dilakukan 4
minggu setelah kultur. Jumlah tunas terbanyak adalah 9,11 yang diperoleh pada
perlakuan R, namun perlakuan R menghasilkan panjang tunas yang lebih pendek
daripada perlakuan LED lainya (tabel 1). Pada Perlakuan kontrol menghasilkan jumlah
tunas dan jumlah daun pertunas paling rendah masing – masing 5,40 dan 6,19 per
eksplan (tabel 1). Panjang tunas terpanjang di bawah cahaya B/R. Hal ini
membuktikan bahwa LED memberikan pengaruh yang signifikan pada variabel yang
diamati selama pembentukan tunas In Vitro pada plantlet stevia.
Kombinasi lampu LED B/R pada penelitian yang dilakukan oleh Lin et al (2011
dan Li et al (2013) menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak pada tanamann
Brassica napus dan Dendrobium officinale, namun sebalikknya pada penelitian ini
LED R menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak per eksplan stevia tapi LED R
memberikan panjang tunas pendek.
Tabel 1. Pengaruh panjang gelombang LED yang berbeda pada pembentukan tunas in
vitro di Stevia rebaudiana setelah 4 minggu setelah kultur
Light Number of shoots Shoot length (cm) Number of leaves per
quality per explant shoot
Fl 5.40 ± 0.21bc 1,90 ± 0,11c 6,19 ± 0,28c
b ab
W 6.25 ± 0.75 2,65 ± 0,58 6,55 ± 0,54bc
R 9.11 ± 0.85a 2.05 ± 0.15c 5.24 ± 0.44c
b ab
B 7.09 ± 0.51 2.75 ± 0.26 8.13 ± 0.59ab
B/R 5.60 ± 0.32bc 2.99 ± 0.21a 8.92 ± 0.52a
Keterangan : Angka – angka mewakili rata – rata ± SE (Standard Error). Rata – rata yang diikuti
dengan huruf berbeda menunjukkan berbeda secara nyata (Tukey, p B 0.05) (Fl) :
Fluorescent Lamps; LED: (W): White; (R): Red, (B) Blue: blue + red = B/R (1:1)

Gambar 1. Pengaruh panjang gelombang LED yang berbeda pada propagasi in vitro
Stevia . (Fl) : Fluorescent Lamps; LED: (W): White; (R): Red, (B) Blue:
blue + red = B/R (1:1)

Selain itu, panjang gelombang LED yang berbeda memberikan pengaruh positif
juga terhadap pembentukan akar. Cahaya Fl menghasilkan lebih banyak akar per
eksplan (12,30) dan panjang akar yang lebih tinggi (2,13 cm). Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian LED yang berbeda tidak menunjukan penambahan akar in vitro dari
dari stevia. Pada penggunaan LED B/R memberikan hasil jumlah daun per eksplan
yang lebih tinggi (8,9).
Penggunaan LED telah berkontribusi untuk meningkatkan jumlah dan panjang
akar per eksplan pada spesies tanaman berbeda yang ditanam secara in vitro (Shin et
al. 2008; Li dkk.2013, Lim dan Eom 2013 ). Namun, perlakuan LED yang berbeda
tidak secara positif mempengaruhi variabel-variabel dalam tanaman Stevia rebaudiana.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa LED B merangsang pembentukan in vitro
dan pemanjangan akar pada berbagai spesies tanaman (Lim, et al 2013).
Tabel 2. Pengaruh panjang gelombang LED yang berbeda pada pembentukan akar in
vitro di Stevia rebaudiana setelah 4 minggu setelah kultur
Light Number of roots per roots length (cm) Number of leaves
quality explant
Fl 12.30 ± 0.24a 2.13 ± 0.16a 6.1 ± 0.28c
bc bc
W 5.20 ± 0.25 1.16 ± 0.07 6.5 ± 0.54bc
R 6.60 ± 0.07c 1.33 ± 0.06b 5.2 ± 0.44c
c c
B 2.75 ± 0.06 0.71 ± 0.04 8.1 ± 0.59ab
B/R 5.46 ± 0.26bc 1.14 ± 0.12bc 8.9 ± 0.52a
Keterangan : Angka – angka mewakili rata – rata ± SE (Standard Error). Rata – rata yang diikuti
dengan huruf berbeda menunjukkan berbeda secara nyata (Tukey, p B 0.05) (Fl) :
Fluorescent Lamps; LED: (W): White; (R): Red, (B) Blue: blue + red = B/R (1:1)

Gambar 2. Pengaruh panjang gelombang LED yang berbeda pada akar in vitro Stevia .
(Fl) : Fluorescent Lamps; LED: (W): White; (R): Red, (B) Blue: blue + red
= B/R (1:1)

Penggunaan LED dengan panjang yang berbeda juga meningkatkan kandungan


pigmen fotosintesis hal ini dapat dimungkinkan memiliki efek positif selama fase
aklimatisasi plantlet. Cahaya B/R mampu meningkatkan kandungan pigmen
fotosintesis klorofil a, b, a + b dan karotin. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan di
berbagai spesies tanaman, seperti pohon peony (Paeonia lactiflora) (Ding et al., 2010),
krisan (Dendranthema grandiflorum) (Kim et al., 2004) dan beberapa jenis anggrek
(Shin et al. 2008; Chung et al., 2010; Lin et al., 2011). Selain itu, pada LED cahaya
merah penghambatan pada sintesis klorofil yang diamati pada stevia. Hal ini serupa
dengan temuan yang dilaporkan oleh Chen dan Hsu (2009) dalam kultivar genus
Phalaenopsis.
Perbedaan persentase kelangsungan hidup planlet in vitro terkait dengan
penggunaan LED yang berbeda. Persentase aklimatisasi tertinggi (95%) penggunan
LED B/R, diikuti oleh 75% yang diperoleh dengan LED Fl, R, B dan W. Persentase
kelangsungan hidup yang diamati (75-95%) serupa dengan hasil penelitian sebelumnya
untuk tanaman stevia (80-95%) oleh berbagai penulis (Hwang 2006; Modi dkk. 2012).
Setelah 6 minggu dalam aklimatisasi (Gambar 3.3), planlet ditransplantasikan ke
lapangan untuk memastikan persentase kelangsungan hidup yang memadai pada
tanaman stevia .

Tabel 3. Pengaruh panjang gelombang LED yang berbeda pada kandungan pigmen
fotosintesis pada tanaman Stevia

Keterangan : Angka – angka mewakili rata – rata ± SE (Standard Error). Rata – rata yang diikuti
dengan huruf berbeda menunjukkan berbeda secara nyata (Tukey, p B 0.05) (Fl) :
Fluorescent Lamps; LED: (W): White; (R): Red, (B) Blue: blue + red = B/R (1:1)
Gambar 3. Plantlet stevia di berbagaitempat yang berbeda pada tahap aklimatisasi; (A)
: Tanaman stevia setelah 4 minggu di pindahkan ke greenhouse; (B) :
Tanaman stevia setelah 6 minggu pada tahap aklimatisasi

3.2 Penambahan Lampu


Stevia ( Stevia rebaudiana Bertoni) mendapat perhatian besar dengan
meningkatnya permintaan makanan rendah gula dan bahan tambahan minuman, serta
alternatif alami pengganti gula tebu dan pemanis buatan. Daun menghasilkan glikosida
steviol yang sangat manis (terutama steviosida dan rebaudiosida A). Stevia termasuk
sebagai tanaman hari pendek dengan panjang hari kritis 13 jam. Panjang hari kurang
dari 13 jam menyebabkan stevia berbunga lebih awal, menghasilkan hasil biomassa
daun yang rendah dan persentase kandungan pemanis. Efek gangguan malam hari
perlakuan menggunakan enam sumber cahaya selama 60 menit setiap hari dengan
tujuan untuk memperpanjang fase vegetatif, meningkatkan tanaman biomassa dan
kandungan glikosida steviol dari stevia diselidiki.
Upaya peningkatan pertumbuhan vegetatif pada penelitian Rashid (2021)
dilakukan rekayasa pada malam hari dengan penambahan berbagai macam jenis lampu
dengan pemberian penyinaran 60 menit
Gambar 4. Hasil pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman dan steviol
glycoside (SG) pada tanaman stevia

Gambar 5. Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman tanaman stevia

Cahaya yang dihasilkan oleh lampu pijar mengandung cahaya merah tertinggi dan
merah terjauh pada 660 dan 730 nm, masing-masing dibandingkan dengan sumber
cahaya lain yang digunakan dalam penelitian ini. Fluorescent WW menunjukkan
puncak tertinggi cahaya merah pada panjang gelombang 614 nm dengan penyinaran
mutlak 37,2 W/cm 2 /nm.
Dalam penelitian ini, semua sumber cahaya menghambat pembungaan awal
tanaman stevia dan berhasil memperpanjang periode fase vegetatif. Ini mungkin karena
sumber cahaya yang digunakan mengandung cahaya merah antara panjang gelombang
590 hingga 750 nm. Fungsi lampu merah di fitokrom diserap oleh proses fisiologis
untuk menonaktifkan bentuk Pr fitokrom selama periode gelap dan mengubahnya
menjadi bentuk P fr aktif yang memicu sinyal untuk menghambat pembungaan. Zaidan
(1980) menyimpulkan bahwa dengan memberikan pijar cahaya di malam hari (dengan
memperpanjang siang hari), tanaman stevia berhasil memperpanjang pertumbuhan
vegetatifnya, alhasil yang kemungkinan disebabkan oleh sejumlah kecil cahaya merah
yang ada di dalam cahaya. Ceunen dan Geuns (2013) telah mendemonstrasikan
penggunaan lampu merah 1 jam dari strip LED sebagai: penghambat malam untuk
mempertahankan tanaman stevia dalam fase vegetatif untuk waktu yang lama.
3.3 Peggunaan Bio-Space
Cahaya adalah faktor dominan dalam fotosintesis tetapi kelebihan dapat
berbahaya bagi tanaman. Tanaman memiliki karakteristik respons yang berbeda
terhadap cahaya dalam kondisi lingkungan dan tahap perkembangan yang berbeda. Oleh
karena itu, studi tentang pengaruh cahaya pada tanaman ini akan sangat membantu
untuk memahami variabilitas produksi biomassa stevia di bawah perbedaan tingkat
radiasi matahari yang berbeda. Suatu daerah yang memiliki radiasi UV-B tingkat tinggi
dapat memberikan perangruh negatif yang mempengaruhi organ fotosintesis tanaman,
termasuk stevia karena jenis radiasi ini dapat merusak Fotosistem II dan Rubisco.
Bio-spaces adalah teknologi berbasis rumah kaca untuk melindungi tanaman dari
Kerusakan UV-B dengan menggunakan jaring high-density polyethylene (HDPE).
HPDE Jaring yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring putih jenis Raschel
(perlindungan: 50% naungan; lubang: 2 × 2 mm; berat: 115−120 gram) yang merupakan
jaring foto-selektif yang mengandung: kromosfer yang beragam mampu menyebarkan
radiasi yang meningkat, menyebarkan cahaya di kanopi tanaman, mengurangi suhu
maksimum pada siang hari karena efek bayangan sedang. Bayangan ini dapat
menyebabkan penurunan suhu daun dan menurunkan evaporasi, meningkatkan
fotosintesis dan efisiensi penggunaan air. (Alfredo, 2020).
Gambar 6. Penggunaan Bio-Space pada budidaya tanaman stevia

Gambar 7. Hasil penggunaan Bio-Space pada budidaya tanaman stevia


Selama siklus tanaman, tanaman yang tumbuh di bawah akumulasi bioespace
menunjukkan jumlah biomassa yang lebih tinggi pada daun dan batang dibandingkan
dengan yang tumbuh di bawah radiasi langsung. Tanaman di bawah bioespace memiliki
30% lebih banyak biomassa di daun dibandingkan dengan yang tumbuh di bawah
radiasi langsung. Hal ini dapat terjadi karena kualitas yang lebih baik dari cahaya
fotosintesis di dalam bioespace akibat dari jaring yang digunakan. Hal ini sesuai dengan
penelitian García-Castro et yang menyebutkan bahawa Rasio akar/tajuk tanaman yang
tumbuh di bawah radiasi matahari langsung memiliki nilai yang lebih rendah (15,02)
dibandingkan dengan yang tumbuh di bawah BIOESP (19,22).
BAB 4. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :


1. Penggunaan LED R merangsang pembentukan tunas, namun kombinasi LED B/R
menghasilkan tunas yang lebih panjang dengan jumlah daun yang lebih banyak.
Kombinasi LED B/R hanya merangsang kandungan klorofil, yang mendukung
aklimatisasi planlet in vitro.
2. Penambahan Lampu pijar dapat menekan pembungaan pada tanaman stevia,
Penggunaan lampu jenis Fluorence W.W memberikan hasil yang lebih unggul
dibandingkan dengan penggunaan lampu yang lain.
3. Penggunaan Bio-Space dapat menunjukkan jumlah biomassa yang lebih tinggi pada
daun dan batang dibandingkan dengan yang tumbuh di bawah radiasi langsung.
Tanaman di bawah bioespace memiliki 30% lebih banyak biomassa di daun
dibandingkan dengan yang tumbuh di bawah radiasi langsung
DAFTAR PUSTAKA

Alfredo Jarma-Orozco. Enrique Combatt-Caballero. Juan Jaraba-Navas. 2020. Growth


and development of Stevia rebaudiana Bert., in high and low levels of radiation.
Current Plant Biology 22 (2020) 100144.
Alhady, M. R. A. . (2011) ‘Micropropagation of Stevia rebaudiana Bertoni’, A New
Sweetening Crop in Egypt. Global Journal of Biotechnology & Biochemistry 6.
Ceunen, S. and Geuns, J. M. C. 2013. Influence of photoperiodism on the spatio-
temporal accumulation of steviol glycosides in Stevia rebaudiana (Bertoni). Plant
Science, 198, 72-82.
Chung, J.P., C.Y. Huang, and T.E.A. Dai. (2010). Spectral effects on go through a
somatic embryogenesis process and plantlet growth of Oncidium Gower
‘Ramsey’. Scientia Horticulturae 124: 511–516
Ding, Y., S. He, JA Teixeira da Silva, G. Li, dan M. Tanaka.2010. Efek dari sumber
cahaya baru (lampu fluorescent katoda dingin) pada pertumbuhan peoni pohon in
vitro planlet. Ilmu Hortikultura 125: 167–169.
Hwang, S.J. (2006). Rapid in vitro propagation and enhanced stevioside accumulation
in Stevia rebaudiana Bert. Journal of Plant Biology 49: 267–270.
K. García-Castro, R. Romo-Campos, C. Jacobo-Pereira, R. Gómez-Rubio. 2012.
Relative growth rate in Magnolia pugana (Magnoliaceae) seedlings from two
populations at different light levels and soil fertility, Rev. Biol. Trop. 66 (2)
(2012) 622–633.
Kim, S.J., E.J. Hahn, J.W. Heo, and K.Y. Paek. (2004). Effects of LEDs on net
photosynthetic rate, growth and leaf stomata of chrysanthemum plantlets in vitro.
Scientia Horticulturae 101: 143–151.
Lemus-Mondaca, R.: A. Vega-Galvez, L. Zura- Bravo, K. A.-H. (2012) ‘Stevia
rebaudiana Bertoni, source of a high-potency natural sweetener: A comprehensive
review on the biochemical, nutritional and functional aspects.’, Food Chemistry
132: 11211132.
Li, H., C. Tang, and Z. Xu. (2013). The effects of different light qualities on) cannot be
used (Brassica napus L.) plantlet growth and morphogenesis in vitro. Scientia
Horticulturae 150: 117–124.
Lim, Y.J., and S.H. Eom. (2013). Effects of different light types on root formation of
Ocimum basilicum L. cuttings. Scientia Horticulturae 164: 552–555.
Lin, Y., J. Li, B. Li, T. He, and Z. Chun. (2011). Effects of light quality on growth and
development of protocorm-like bodies of Dendrobium officinale in vitro. Plant
Cell, Tissue and Organ Culture 105: 329–335.
Merindasya, M., Nurhidayati, T. and Parnidi (2013) ‘Induksi tunas tiga aksesi Stevia
rebaudiana Bertoni pada media MS dengan penambahan BAP dan IAA secara in
vitro’, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, pp. 1–5.
Mishra (2010) ‘Stevia rebaudiana-A Magical Sweetener’, Global Journal of
Biotechnology dan Biochemistry 5, 1, pp. 62–74.
Modi, A.R., G. Patil, N. Kumar, A.S. Singh, and N. Subhash. (2012). A simple and
efficient in vitro mass multiplication procedure for Stevia rebaudiana Bertoni and
analysis of genetic fidelity of in vitro raised plants through RAPD. Sugar Tech 14:
391–397.
Ramírez-Mosqueda, M. A., Iglesias-Andreu, L. G., & Bautista-Aguilar, J. R. (2017).
The Effect of Light Quality on Growth and Development of In Vitro Plantlet of
Stevia rebaudiana Bertoni. Sugar Tech, 19(3), 331–336.
https://doi.org/10.1007/s12355-016-0459-5
Rukmana, H. R. (2003) ‘Budidaya Stevia, Bahan Pembuatan Pemanis Alami’, Penerbit
Kanisius. Jogjakarta
Sekretariat Dewan Gula Indonesia (2013) ‘Produksi, Kebutuhan dan Impor Gula 2005-
2013.’
Shin, K.S., H.N. Murthy, J.W. Heo, E.J. Hahn, and K.Y. Paek. (2008). The effect of
light quality on the growth and development of in vitro plants Act breaks and
rearrangements Doritaenopsis. Plant Physiology 30: 339–343.
Shock, C. (1982) ‘Experimental cultivation of Rebaudi’s stevia in California’,
University of California - Davis, Agronomy Progress Report.
Singh, S. and Rao, G. (2005) ‘Stevia: The herbal sugar of 21st Century’, Sugar Tech,
71: 17- 24.
Sudiatso, S. (1999) ‘Tanaman Bahan Baku Pemanis dan Produksi Pemanis’, Fakultas
Pertanian, IPB. Bogor.
Sumaryono, & Sinta, M. M. (2016). Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Stevia. Bogor:
Pusat Penelotian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia.
Talha, M. (2012) ‘Analysis of Stevioside in Stevia rebaudiana’, Medicinal Plants
Research vol. 6 (1), pp. 2216–2219.
Todd, J. (2010) ‘The Cultivation of Stevia, “Nature’s Sweetener”’, Omafra. Ministry of
Agriculture and Food. Ontario,Canada.
Zaidan, L. B. P., Dietrich, S. M. C. and Felippe, G. M. 1980. Effect of photoperiod on
flowering and stevioside content in plant of Stevia rebaudiana Bertoni. Japanese
Journal of Crop Science, 49, 569-57

Anda mungkin juga menyukai