Anda di halaman 1dari 8

TUGAS REKYASA PROSES HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

REKAYASA PROSES HASIL KOMODITI TEH

“KOMODITI TANAMAN AREN”

Disusun Oleh :

Shafa Vania Adisyah Rahma Putri

(205100300111062)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tanaman aren merupakan salah satu tanaman yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan. menurut data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Indonesia pada tahun 2013, produksi getah aren di Indonesia mencapai sekitar 237 ribu
ton dengan luas areal tanaman aren sekitar 146 ribu hektar. Tanaman ini dapat ditemukan
tumbuh liar di hutan-hutan, namun juga banyak ditanam di kebun-kebun rumah atau kebun-
kebun. Buah aren yang dihasilkan oleh tanaman ini memiliki banyak manfaat dan sudah lama
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan makanan dan minuman tradisional,
seperti gula aren, sirup aren, dan tuak aren. Selain itu, tanaman aren juga memiliki peran penting
dalam menjaga kelestarian lingkungan. Tanaman ini dapat tumbuh di lahan yang tandus atau
kurang subur, sehingga dapat membantu mengurangi lahan tidur dan mengurangi erosi tanah.
Tanaman aren juga memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer,
sehingga dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi positif
bagi mitigasi perubahan iklim.

Pohon aren memiliki beberapa karakteristik yang khas dan membedakannya dari pohon
lainnya. Pohon aren memiliki batang yang cukup besar dan tegak lurus ke atas, dengan
ketinggian mencapai 15-20 meter. Daunnya berbentuk unik, berlekuk dan menjari, serta tumbuh
dalam kelompok yang padat di sekitar ujung batang. Buah aren yang dihasilkan oleh pohon ini
berbentuk bulat dan berwarna coklat tua, dengan kulit yang keras dan berduri. Buah aren
mengandung getah yang dapat diolah menjadi berbagai produk, seperti gula aren, sirup aren,
dan minuman aren.

Salah satu produk dari buah aren yang banyak ditemukan di Indonesia adalah gula aren.
Produk ini sudah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai pengganti gula pasir,
terutama di daerah pedesaan. Eksistensi gula aren di Indonesia sangat kuat karena
penggunaannya yang luas dan keberadaannya yang mudah ditemukan di pasar-pasar
tradisional. Produksi gula aren di Indonesia umumnya dilakukan secara tradisional dengan cara
memasak nira atau cairan yang diperoleh dari pohon aren hingga mengental dan berwarna
kecoklatan. Gula aren ini memiliki rasa yang khas dan lebih nikmat dibandingkan dengan gula
pasir. Selain itu, gula aren juga lebih sehat karena mengandung vitamin dan mineral yang lebih
banyak. Eksistensi gula aren di Indonesia juga semakin ditingkatkan dengan adanya berbagai
inovasi produk turunan dari gula aren, seperti sirup aren, saus aren, dan produk-produk olahan
lainnya. Produk-produk turunan dari gula aren ini semakin diminati oleh masyarakat karena
rasanya yang khas dan mengandung nilai gizi yang tinggi. Meskipun demikian, produksi gula aren
di Indonesia masih didominasi oleh usaha kecil dan menengah yang menggunakan metode
tradisional. Hal ini mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi gula aren. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas produksi gula aren di
Indonesia agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.
1.2 Tujuan
Laporan mengenai komoditas tanaman aren dibuat dengan tujuan agar memahami dan
mengenal karakteristik serta potensi dari tanaman tersebut. Selain itu, laporan ini bertujuan
untuk mengetahui titik kritis dan optimal dalam proses pengolahan gula aren, sehingga kualitas
gula aren yang dihasilkan dapat terjaga dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komoditas Arenga pinnata (Tanaman Aren)


Pohon aren, kelapa, dan nipah termasuk ke dalam kelompok tumbuhan yang sama, yaitu
jenis palma, palem, atau pinang-pinangan. Seperti halnya pohon kelapa, seluruh bagian dari
tanaman aren dapat dimanfaatkan. Salah satu kegunaan terkenal dari pohon aren adalah nira
yang dihasilkan untuk produksi gula aren. Selain itu, bagian lain dari pohon, seperti daunnya,
juga dapat digunakan untuk membuat atap rumah tradisional dan sapu ijuk. Tumbuhan dengan
nama ilmiah Arenga pinnata ini banyak dibudidayakan di negara-negara tropis karena tumbuh
subur dan memberikan nilai ekonomis bagi para petani (Setyowati dan Hidayat, 2018). serat ijuk
hitam yang berasal dari dasar tangkai daun. Pohon aren memiliki tajuk yang rimbun, dengan
setiap pelepah daun yang tumbuh akan muncul mayang bunga. Bunga betina muncul pada
mayang pertama hingga kelima atau keenam, sedangkan bunga jantan muncul secara bertahap
hingga ke pangkal batang atau sekitar 2-3 meter di atas tanah. Tanaman aren akan mati sekitar
lima tahun setelah berbunga pertama. Penyerbukan aren diduga dilakukan oleh serangga, dan
apabila proses penyerbukan berjalan dengan baik maka akan dihasilkan buah yang lebat (Zulkifli,
2019). Produksi buah dapat dipengaruhi oleh faktor ketinggian, di mana pada ketinggian tempat
kurang dari 500 m dan lebih dari 800 m produksi buah tidak optimal. Tanaman aren dapat
tumbuh dan memproduksi secara optimal pada ketinggian 500 m hingga 800 m dpl, terutama
pada daerah yang memiliki tanah subur (Ma’ruf et al., 2019).

2.2 Peluang dan Prospek Pasar Tanaman Aren

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam produksi gula aren, karena
Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar di dunia. Selain itu, tanaman aren juga dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti pembuatan tepung aren, minuman fermentasi,
dan bahan bangunan. Oleh karena itu, tanaman aren dapat menjadi alternatif penghasil
pendapatan bagi petani di Indonesia. Selain itu, pasar produk turunan dari tanaman aren di
Indonesia juga sangat besar, seperti produk tepung aren dan gula aren. Produk tepung aren
mampu dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan, seperti pembuatan kue dan roti.
Sedangkan gula aren banyak digunakan sebagai bahan pemanis pada minuman tradisional dan
makanan ringan (Nurzaman et al., 2020). Pasar produk turunan dari tanaman aren ini terus
meningkat seiring dengan semakin populernya makanan dan minuman berbahan alami di
Indonesia. Untuk meningkatkan produksi dan kualitas dari produk turunan tanaman aren di
Indonesia, diperlukan inovasi dalam teknologi pengolahan dan pemrosesan. Perkembangan
teknologi dalam pengolahan gula aren dan produk turunan lainnya akan membuka peluang bagi
industri agar meningkatkan mutu dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, pemerintah dan
lembaga penelitian harus mendukung pengembangan teknologi dalam pengolahan dan
pemrosesan tanaman aren, sehingga dapat meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi
dari tanaman aren di Indonesia (Hidayat, 2020).

Gambar 2.1 Pohon Industri Komoditas Aren


2.3 Proses Pengolahan dan Rekayasa Pengolahan Tanaman Aren

Proses pembuatan gula aren dimulai dengan penebangan batang pohon aren untuk
mengambil nira, yaitu cairan manis yang mengalir di dalam batang. Nira ini kemudian dimasak
dalam wadah besar yang terbuat dari kayu atau besi di atas api kayu hingga menjadi kental.
Selama proses pemanasan, nira diaduk terus menerus untuk mencegah gula yang terkandung di
dalamnya membakar. Setelah nira mengental, bubur gula akan terbentuk dan kemudian dicetak
menjadi gula aren. Proses selanjutnya adalah pengeringan, di mana gula aren yang masih basah
dibiarkan terkena panas dari sumber panas. Setelah mengering, gula aren bisa langsung
dikonsumsi atau diproses lebih lanjut untuk menghasilkan produk turunan seperti sirup, kristal,
atau gula aren merah (Rahman dan Akhter, 2017).

Pengadukan saat pemanasan nira pada proses pembuatan gula aren memiliki beberapa
fungsi. Pertama, pengadukan dapat membantu memastikan suhu nira terjaga secara merata
sehingga gula dapat larut dengan baik. Kedua, pengadukan dapat mencegah nira dari
pengendapan di bagian bawah wadah dan membantu menghilangkan kotoran atau bahan-
bahan asing yang mungkin tercampur di dalam nira. Terakhir, pengadukan juga membantu
mencegah pembentukan gumpalan gula aren yang dapat mengganggu kualitas gula aren yang
dihasilkan. Oleh karena itu, pengadukan saat pemanasan nira salah satu tahamapn penting pada
produksi gula aren (Darsono dan Hasan, 2017). Proses pembuatan gula aren bisa dibilang cukup
sederhana dan dilakukan secara tradisional oleh para petani. Namun, agar menghasilkan gula
aren yang berkualitas baik, dibutuhkan pengalaman dan teknik yang baik dalam melakukan
proses pembuatan ini. Oleh karena itu, beberapa produsen gula aren juga melakukan proses
pengolahan yang lebih modern dan terkontrol, seperti proses pasteurisasi dan penyaringan,
untuk memastikan kualitas dan keamanan produk yang dihasilkan.
2.5 Titik Kritis Proses Tanaman Aren

Beberapa titik kritis dalam pembuatan gula aren meliputi suhu pengadukan, pH nira,
waktu pengadukan, serta ketebalan endapan gula saat proses pemindahan nira ke wadah
pengeringan (Munir, 2019). Selain itu, proses perebusan nira juga membutuhkan pengawasan
ketat untuk menghindari overcooking atau penggumpalan gula yang dapat menurunkan kualitas
gula aren yang dihasilkan (Nurhidayat, 2018).

Suhu pengadukan, pH nira, waktu pengadukan, dan ketebalan endapan gula adalah
faktor-faktor penting yang mempengaruhi kualitas gula aren pada proses pemindahan nira ke
wadah pengeringan. Suhu pengadukan yang optimal adalah antara 80-90°C, pH nira optimal
adalah antara 6,5-7,5, waktu pengadukan optimal adalah sekitar 60 menit, dan ketebalan
endapan gula optimal adalah antara 5-7 cm. Faktor-faktor tersebut perlu dijaga dengan baik agar
proses pengolahan gula aren dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan gula aren berkualitas
(Nawawi dan Noor, 2018).

2.6 Kondisi Optimal Proses

2.6.1 Penyadapan
Proses penyadapan dilakukan dengan cara membuat lubang pada pangkal mahkota
bunga jantan dan memasang wadah untuk menampung nira. Kondisi optimal untuk proses
penyadapan adalah ketika tanaman aren berusia 5-7 tahun dan memiliki diameter batang
minimal 15 cm. Penyadapan dilakukan pada pagi hari saat suhu masih rendah dan nira belum
terlalu banyak mengalir. Idealnya, proses penyadapan dilakukan setiap dua hari sekali
(Suryawan dan Dwei, 2019).
2.6.2 Perebusan
Setelah nira dikumpulkan, proses selanjutnya adalah perebusan. Perebusan dilakukan
untuk menghilangkan air dan mengkonsentrasikan gula dalam nira. Kondisi optimal untuk
proses perebusan adalah menggunakan api yang cukup besar dan stabil untuk mempercepat
proses pemanasan dan penguapan. Selain itu, proses perebusan harus dilakukan dalam wadah
yang cukup besar untuk mencegah tumpahnya nira akibat proses penguapan yang cepat
(Sudarno dan Farida, 2019).
2.6.3 Pengkristalan
Setelah proses perebusan selesai, nira akan berubah menjadi gula aren dalam bentuk kristal
kasar. Proses pengkristalan dilakukan dengan cara mengendapkan gula aren dalam air atau
mengepulkannya dengan tangan. Kondisi optimal untuk proses pengkristalan adalah ketika suhu
sekitar 30-40°C dan kelembaban sekitar 70-80%. Selain itu, proses pengkristalan juga dapat
dipercepat dengan menambahkan air kapur atau kapur tohor dalam jumlah tertentu (Hasanah
et al., 2018).
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan

Tanaman Aren atau Arenga pinnata adalah salah satu jenis tumbuhan palma yang tumbuh subur
di negara-negara tropis dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti pembuatan
gula aren, tepung aren, minuman fermentasi, dan bahan bangunan. Pohon aren akan
menghasilkan nira yang dimasak menjadi kental dan dicetak menjadi gula aren. Proses
pembuatan gula aren membutuhkan pengadukan yang berfungsi membantu mencegah gula
yang terkandung di dalamnya membakar dan membuat bubur gula terbentuk. Setelah
mengering, gula aren dapat langsung dikonsumsi atau diproses lebih lanjut untuk menghasilkan
produk turunan seperti sirup, kristal, atau gula aren merah. Selain itu, pasar produk turunan dari
tanaman aren di Indonesia juga sangat besar, seperti produk tepung aren dan gula aren. Produk
turunan ini terus meningkat seiring dengan semakin populernya makanan dan minuman
berbahan alami di Indonesia. Perkembangan teknologi dalam pengolahan gula aren dan produk
turunan lainnya akan membuka peluang bagi industri untuk menghasilkan produk yang lebih
bermutu dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, pemerintah dan lembaga penelitian harus
mendukung pengembangan teknologi dalam pengolahan dan pemrosesan tanaman aren,
sehingga dapat meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi dari tanaman aren di
Indonesia.
REFERENCES

Darsono L, Hasan M. 2017. Optimalization of Stirring Speed and Time in Making of Brown Sugar
from Palm Sap. Journal of Agricultural Engineering and Technology. 25(2): 1-9.

Hasanah U, Utami R, Sunarti TC. 2018. Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Gula dan
Derajat Keasaman Nira Aren (Arenga pinnata). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 6(3): 103-
110.

Hidayat N. 2020. Arah pengembangan industri gula aren di Indonesia. Jurnal Teknologi Hasil
Pertanian. 13(2): 98-108.

Ma'ruf F, Faisal M, Damanhuri E. 2019. Pertumbuhan dan Hasil Aren (Arenga pinnata Merr.)
pada Beberapa Ketinggian Tempat di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat. Jurnal
Agrotek Tropika. 7(1): 93-99.

Munir M. 2019. Kajian Pembuatan Gula Aren (Arenga pinnata) dengan Teknologi Tradisional
(Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

Nawawi WMFW, Noor MM. 2018. Effect of processing conditions on the quality of palm sugar:
a review. Food research. 2(1): 1-15.

Nurzaman M, Husin M, Hasibuan SA. 2020. The competitiveness analysis of palm sugar (gula
aren) in North Sumatera. Journal of Physics: Conference Series. 1567(4): 042021.

Rahman MR, Akhter S. 2017. Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.: A Potential Source of Sugar and
Ethanol. Sugar Tech. 19(2): 139-146.

Setyowati M, Hidayati N. 2018. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Aren (Arenga pinnata
(Wurmb) Merr.) di Desa Ngadirejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia. 23(3): 187-194.

Sudarno S, Farida A. 2019. Karakteristik Proses Pembuatan Gula Aren pada Suhu Perebusan yang
Berbeda. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian. 7(3): 317-326.

Suryawan IGAM, Dewi IA. 2019. Pengaruh Umur Pohon Enau Terhadap Kualitas Nira dan Gula
Aren. Jurnal Teknologi Pertanian. 20(1): 1-10.

Zulkifli. 2019. Budidaya Tanaman Enau (Arenga pinnata) di Lahan Kering. Balai Penelitian
Tanaman Palma.

Anda mungkin juga menyukai