Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN

PRODUK LOKAL YANG DIPASARKAN SECARA LOKAL

‘GULA MERAH’

NAMA : RESTU SUGIARTO

NIM : A1C020025

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pohon kelapa merupakan salah satu pohon yang banyak tumbuh di wilayah Indonesia
terutama di pulau Jawa. Pohon kelapa memiliki banyak sekali kegunaan dan manfaat. Pohon ini
memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagian pohonnya dapat
dimanfaatkan. Dari semua bagian pohon kelapa, nira kelapa adalah bagian yang dapat
dimanfaatkan secara berlanjut. Nira dari pohon kelapa merupakan bahan baku utama dalam
pembuatan gula merah atau gula jawa. Selain karena dapat dimanfaatkan secara berlanjut, gula
merah yang dihasilkan dari proses produksi oleh petani juga memiliki nilai jual yang cukup
tinggi. Hal itulah yang menyebabkan masyarakat pedesaan di Pulau Jawa masih tetap memilih
untuk menjadi petani pohon kelapa dan produsen gula merah

2. Potensi Bahan Baku

Potensi bahan baku pembuatan gula merah cukup besar hampir di semua pedesaan Pulau
Jawa. Pohon kelapa yang merupakan pohon penghasil nira kelapa masih banyak dijumpai di
sekitar kita. Tidak semua petani pohon kelapa memanfaatkan nira kelapa untuk diproses menjadi
gula merah. Beberapa dari mereka tidak mengambil niranya karena ingin memanfaatkan buahnya.
Hal itu disebabkan karena pohon kelapa yang diambil niranya, maka tidak bisa berbuah. Maka
sebenarnya potensi bahan baku untuk pembuatan gula merah ini sangat melimpah di sekitar kita.

3. Potensi Pasar

Produk gula merah masih sangat dibutuhkan khususnya oleh masyarakat pedesaan untuk
membuat berbagai olahan makanan. Sebagian besar masyarakat pedesaan masih mengonsumsi
gula merah untuk berbagai keperluan seperti memasak dan membuat aneka makanan.
Dibandingkan dengan gula pasir yang terbuat dari tebu, gula merah memiliki cita rasa sendiri
yang tidak bisa digantikan oleh jenis gula yang lain. Tidak hanya dipasarkan untuk masyarakat
pedesaan, sasaran penjualan produk gula merah ini juga memiliki potensi pasar di perkotaan.
Derasnya arus urbanisasi masyarakat desa ke kota menyebabkan penggunaan gula merah juga
diminati oleh masyarakat perkotaan. Prospek penjualan gula merah yang sudah mulai
berekspansi ke daerah perkotaan menyebabkan nilai ekonomi gula merah menjadi semakin tinggi.
Hal ini tentunya membuka peluang besar bagi para produsen gula merah untuk memasarkan hasil
produksi mereka.
METODE

Langkah-langkah pembuatan:

1. Cairan nira kelapa yang dihasilkan oleh bunga kelapa mula-mula dikumpulkan terlebih
dahulu oleh petani dengan cara memanjat pohon kelapa. Wadah yang digunakan untuk
mengumpulkan cairan nira ini ada dua macam. Wadah yang pertama digunakan untuk
mengambil cairan nira yang terkumpul di puncak pohon kelapa. Wadah yang pertama ini
ukurannya kecil. Pada jaman dahulu, petani menggunakan 'pongkor' yang terbuat dari
bambu ukuran besar yang dipotong-potong per ruasnya. Seiring dengan berkembangnya
jaman, penggunaan pengkor ini sudah banyak ditinggalkan oleh banyak petani dan beralih
menggunakan ember kecil yang bobotnya relatif lebih ringan. Kemudian wadah yang kedua
adalah wadah besar yang digunakan untuk menampung cairan dari setiap pohon kelapa yang
dipanjat.

2. Setelah terkumpul, cairan nira ini harus disaring terlebih dahulu agar bersih dari kotoran
dedaunan atau materi lain yang ikut terbawa selama proses pengambilan nira dari pohon.
Kemudian cairan nira kelapa direbus dengan wajan besar dan dengan api yang besar. Selama
pemasakkan berlangsung, cairan harus sering diaduk agar proses pematangannya merata.

3. Jika cairan gula sudah berubah warna menjadi kecokelatan dan mengeluarkan letupan-
letupan kecil, maka menandakan bahwa cairan gula tersebut sudah matang. Langkah
berikutnya yaitu mengangkat wajan dari tungku pembakaran agar tidak terpapar panas dari
api ataupun bara kayu bakar.

4. Cairan terus diaduk sampai mengental dan volumenya menjadi sedikit. Setelah mengental
dan warnanya berubah menjadi cokelat pekat, maka gula siap dituangkan ke dalam cetakan.
Cetakan yang digunakan pada umumnya menggunakan bambu yang dipotong-potong
membentuk silinder dengan ukuran panjang sekitar 5 cm. Sebelum dituangkan ke dalam
cetakan, cetakan terlebih dahulu dibasahi dengan air agar tidak lengket ketika proses
pelepasan.

5. Selanjutnya tunggu sampai gula merah mengeras di dalam cetakan. Gula merah yang telah
mengeras dapat dilepaskan dari cetakan untuk kemudian ditiriskan ke tempat terpisah dan
dikemas dengan rapat. Gula yang sudah dikemas kemudian ditempatkan pada suhu kamar
untuk menghindari kerusakan fisik gula (lumer).
PEMBAHASAN

Gula merah atau gula jawa adalah gula murni yang berasal dari tanda bunga jantan pohon
kelapa. Gula merah biasanya digunakan sebagai bahan baku mutlak dalam pembuatan kecap
manis, bubur kacang hijau atau minuman sari kacang hijau, wedang jahe dan lain sebagainya.
Pembuatan gula merah sebenarnya mudah jika ditinjau dari proses pemasakannya. Namun jika
ditinjau dari proses pemanenan nira dari pohon kelapa, hal ini cukup sulit karena mempunyai
risiko tersendiri. Hanya petani yang sudah terampil yang bisa memanen nira dari pohon kelapa
dengan cukup aman. Proses pembuatan gula merah sampai menghasilkan produk terbilang cukup
panjang karena harus menunggu cairan dari 'manggar' atau tanda bunga jantan terkumpul dalam
wadah penadah dalam berapa hari.

Proses pemasakkan cairan nira ini menggunakan konsep evaporasi. Kandungan air yang
cukup tinggi dalam cairan nira harus diuapkan dan memakan waktu sekitar 3 sampai 5 jam. Hal
tersebut juga berpengaruh pada konsumsi bahan bakar sehingga harus menyediakan kayu bakar
dalam jumlah yang banyak. Dalam proses pemasakkan, cairan nira yang harus terus diaduk juga
menyita waktu yang cukup lama bagi pemasak untuk tidak melakukan aktivitas lain. Karena jika
sampai pengadukan berhenti maka dapat menyebabkan kegosongan atau pematangan yang tidak
merata yang berakibat pada menurunnya kualitas gula yang dihasilkan.

Proses pengemasan dan penyimpanan juga perlu diperhatikan dengan baik supaya gula
tidak mengalami kerusakan fisik. Selanjutnya dalam pengangkutan dan pendistribusian, gula
jawa dikemas dalam plastik gula. Jika jangkauan pasar berada di tempat yang jauh, biasanya
akan ditambahkan kemasan berupa peti kayu agar lebih kokoh dalam melindungi produk dari
berbagai kerusakan seperti benturan, panas dari suhu lingkunhan, dan sebagainya. Pemasaran
gula merah sebagian besar masih dipasarkan di pasar tradisional. Tetapi bukan tidak mungkin
jika sasaran pemasaran diperluas sampai merambah ke pasar swalayan ataupun marketplace
dengan skala yang besar.

Dari uraian di atas saya mempunyai harapan sebagai mahasiswa Teknik Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman untuk melakukan penelitian dan pengembangan terkait alat yang
bisa digunakan untuk memudahkan petani dalam proses pemanenan nira. Besarnya risiko yang
harus dihadapi oleh petani seperti terjatuh dari pohon atau terluka akibat sabit yang digunakan
untuk memanen mengenai tangan atau anggota tubuh lain membuat saya berpikir "Bagaimana
solusi atau alternatif yang bisa digunakan untuk mengatasi atau mengurangi tingkat bahaya risiko
tersebut?" Berangkat dari permasalahan tersebut muncullah pemikiran untuk menciptakan atau
menemukan alat pemanen yang bisa digunakan oleh petani agar risiko yang dihadapi dapat
diperkecil atau diatasi.
Permasalahan berikutnya adalah kualitas nira yang seringkali menjadi rendah ketika
musim hujan tiba. Air hujan yang tercampur dalam penadah cairan nira berdampak pada kualitas
gula yang dihasilkan. Kadar air hujan yang terlalu banyak tercampur dalam cairan nira
mengakibatkan gula tidak bisa dicetak karena memiliki tekstur yang sangat lembek. Akibatnya
harga jual menjadi turun karena gula yang dihasilkan tidak bisa mengkristal seperti biasanya.
Penelitian dan pengembangan dari permasalahan tersebut adalah "Bagaimana caranya membuat
wadah penadah nira yang aman dari tercampurnya air hujan sehingga kualitas gula yang
dihasilkan pada musim penghujan tetap baik".

Permasalahan ketiga adalah terkait waktu pemasakan yang cukup lama dan menyita
waktu karena nira yang harus sering diaduk. Maka ke depannya penerapan alat dan mesin untuk
mengaduk nira selama proses pemasakan bisa diterapkan dan diaplikasikan agar pemasak atau
pembuat gula merah tidak harus selalu berada di depan tungku untuk mengaduk nira agar tidak
gosong. Penambahan alat pengecek suhu dan besarnya api yang dibutuhkan untuk proses
pemasakan juga bisa dikembangkan dan dilakukan penelitian lebih lanjut supaya lebih
memudahkan lagi dalam proses evaporasi nira.

Permasalahan yang terakhir adalah terkait strategi pemasaran dan ekspansi produk
terhadap pasar. Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa gula jawa masih sangat
mengandalkan pasar tradisional dan toko-toko berskala kecil. Peningkatan kualitas dan
standarisasi mutu kiranya perlu dilakukan agar produk gula merah ini dapat masuk dalam
jangkauan pasar yang lebih luas dan tersedia di berbagai marketplace. Diversifikasi produk bisa
dilakukan seperti menambahkan aroma pandan atau vanilla pada produk gula merah ini atau bisa
juga dengan memvariasikan ukuran cetakan gula yang berbeda-beda. Dengan adanya peluang
potensi pasar yang diperbesar, maka secara tidak langsung membuat produsen gula merah akan
bergairah dalam meningkatkan kapasitas produksinya. Penanaman kembali lahan dengan pohon
kelapa bukan tidak mungkin dilakukan oleh para petani dan hal ini mengubah konsep gula merah
yang awalnya sebagai usaha rumahan menjadi industri berskala kecil sampai menengah.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.
php/AGRITECH/article/view/2507/1904&ved=2ahUKEwiH6aPlr77uAhXNfX0KHbGLDWYQ
FjAAegQIARAB&usg=AOvVaw1_jA7Qbuz1vAACqHT1VDEN

Studi Kasus Pada Penderes Gula Merah Di Desa Kubangkangkung-Jurnal UMP diakses pada
Kamis, 21 Januari 2021pukul 20.47 WIB

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://lib.unnes.ac.id/82/1/4940.pdf
&ved=2ahUKEwiH6aPlr77uAhXNfX0KHbGLDWYQFjABegQIBBAB&usg=AOvVaw2WGo
MP5YPTaH3SablKKMpS

Perkembangan Industri Gula Merah dan Pengaruhnya-Unnes diakses pada Kamis, 21 Januari
2021 pukul 21.13 WIB

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.lppm.unila.ac.id/56
41/1/07_Makalah%2520pada%2520Prosiding%2520Seminar%2520Tempe%2520Otik.pdf&ved
=2ahUKEwiH6aPlr77uAhXNfX0KHbGLDWYQFjADegQIEBAB&usg=AOvVaw1AhQ-
wqiCWPCJDT7y2kBAo

Gula Merah Merupakan Produk Olahan Nira Kelapa-Unila diakses pada Jumat, 22 Januari 2021
pukul 09.03 WIB

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.stiem.ac.id/index.php/
jureq/article/download/56/48&ved=2ahUKEwiH6aPlr77uAhXNfX0KHbGLDWYQFjAEegQID
hAB&usg=AOvVaw2kfzOzbx9UyFvqI6O0zwPL

Analisis Usaha Pembuatan Gula Merah di Kecamatan Sukamaju-STIEM diakses pada Jumat, 22
Januari 2021 pukul 09.35 WIB

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://repository.usd.ac.id/33469/2/
141434055_full.pdf&ved=2ahUKEwiH6aPlr77uAhXNfX0KHbGLDWYQFjAJegQIBhAB&usg
=AOvVaw0pc7bYZafMswYJCX9Br6hf

Pengaruh Variasi Jenis Gula Merah-USD diakses pada Jumat, 22 Januari 2021 pukul 13.40 WIB

Anda mungkin juga menyukai